Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN

CENTRAL STERILISASI SUPLAI DEPARTEMENT (CSSD)


RUMAH SAKIT IMC BINTARO

TAHUN 2023
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IMC BINTARO

NOMOR 050/PER/PPI/RSISAA/III/2023

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN CENTRAL STERILISASI SUPLAI DEPARTEMENT (CSSD) RUMAH


SAKIT IMC BINTARO

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DIREKTUR RUMAH SAKIT IMC BINTARO


Menimbang: a Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam hal
pasien safety, pelayanan central sterilisasi alat sesuai meningkatkan kwalitas
dengan baik
b Bahwa agar lnstrument rumah sakit dapat dapat dikelola dengan baik perlu
adanya peraturan direktur rumah sakit tentang tatakelola instrumet rumah sakit
sari asih Ar-Rahmah
c Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b
perlu ditetapkan peraturan direktur rumah sakit tentang panduan cetral sterilisasi
rumah sakit sari asih Ar-Rahmah tangerang
Mengingat : 1 Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Lainnya
2 Departemen Kesehatan RI tentang pedoman instalasi sterilisasi di Rumah Sakit
Jakarta 2009.
3 Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1691/MENKES/SK/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IMC BINTAROTENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN CENTRAL STERILISASI SUPLAI
DEPARTEMENT (CSSD) RUMAH SAKIT IMC BINTARO

KEDUA : Pengelolaan instrumen dilaksanakan di unit CSSD rumah sakit.


KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyeleggaraan pelayanan pusat sterilisasi di RS
IMC BINTARO dilaksanakan oleh kepala CSSD.
KEEMPAT : Lampiran keputusan ini menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

KELIMA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh direktur rumah sakit IMC
BINTARO
KEENAM : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan peraturan

Ditetapkan : Bintaro
Tanggal : 15 Agustus 2023

RS IMC BINTARO

dr. Lucky Prasetiyo Suprapto


(Direktur)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat allah subhallahu wata’ala, karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan panduan pelayanan CSSD Rumah Sakit IMC
BINTARO.
Penyusunan usulan panduan pencegahan dan pengedalian infeksi di unit CSSD telah dapat
diselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, dan pada kesempatan ini kami dengan rendah hati mengucapkan terimakasih dengan
setulus – tulusnya.
Semoga Allah Subhanallahu Wata’ala senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan kami semoga
tugas ini berguna bagi semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

PERATURAN DIREKTUR RS IMC BINTARO


HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................................... 2
C. Lingkup Kerja ......................................................................................................................... 2

BAB II ORGANISASI DAN SARAN CSSD .............................................................................................. 4


A. Definisi ................................................................................................................................... 4
B. Struktur Organisasi ................................................................................................................ 4
C. Ketenagaan ........................................................................................................................... 5
D. Sarana ................................................................................................................................... 6

BAB III PELAYANAN CSSD ................................................................................................................... 10


A. Pelayanan Sterilisasi .............................................................................................................. 10
B. Lingkup Kerja CSSD .............................................................................................................. 10
C. Alur Kerja .............................................................................................................................. 11
D. Tahap – tahap Sterilisasi ...................................................................................................... 12

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI ................................................................................................ 17


A. Monitorig ............................................................................................................................... 17
B Evaluasi ................................................................................................................................ 17

ii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS IMC BINTARO NOMOR
047/PER/PPI/RSIMC/VIII/2023
TENTANG PANDUAN CSSD

BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah skait sebagai salah satu instansi penyedia layanan kesehatan
berupaya utuk mencegahan resiko terjadi infeksi bagi pasien, petugas da pengunjung
rumah sakit. Salah satu idikator keberhasilan dalam pelayaa rumah sakit dalam
pelayan rumah sakit yaitu menurunnya agka infeksi nosokomial pada rumah sakit.
Untuk mencapai indikator tersebut maka perlu adanya pengendalian infeksi di rumah
sakit. Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yag bertujuan
untuk meghacurkan semua bentuk kehidulan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

Pusat sterilisasi rumah sakit merupakan salah satu mata rantai yang pentig utuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit
penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun
instalsai antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit,
sanitasi da lainnya. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka
pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Central sterilisasi rumah sakit IMC BINTAROmemiliki kewajiban memberikan pelayanan


terhadap kebutuhan kodisi steril atau bebas dari semua microorganisme termasuk
endospora secara tepat, cepat yang dilansanakan oleh petugas ahli yang memiliki
keterampilan. hal ini untuk menciptakan hasil sterilisasi yang baik yang bertujuan
untuk mencegah infeksi rumah sakit (HAIs) pada pasien, petugas dan pengunjung
rumah sakit.

Angka infeksi rumah sakit IMC BINTARO berdasarkan hasil surveilans selama 6
bulan terakhir didapatkan angka yang signifikan terutama terkait

1
pemasangan alat, atau prosedur invasif bedah, pada prosedur infasif bedah
mencapai 2,5 % insident IDO pada priode juni – november angka infeksi ini masih
melambung tinggi diatas nilai normalnya yang berdasarkan kamus indikator normal
angka IDO rumah sakit yaitu 2%, oleh karena itu masalah ini merupakan masalah
yang wajib ditagani secara serius oleh rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan.

Pelaksanaan pencegahan pengendalian infeksi rumah sakit dilaksanakan oleh


organisasi PPI rumah sakit denga berbagai upaya yang dilakukan meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan, pelatihan, monitoring dan
evaluasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menigkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan melakukan pencegahan
infeksiHAIs di Rumah Sakit IMC BINTARO.
2. Tujuan khusus
a. Sebagai panduan memberikan pelayanan sterilisasi di central sterilisasi
Rumah Sakit IMC BINTARO.
b. Untuk pengawasan hasil sterilisasi da control mutu hasil sterilisasi
c. Sebagai panduan mencegah kontaminasi alat dan mencegah cross ifeksi
pada pasien, petugas da pengunjung rumah sakit
C. Ruang Lingkup
1. Menyiapka peralatan medis untuk perawatan pasien
2. Mlakukan proses sterilisasi alat da bahan habis pakai
3. Mendistribusaikan alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan
4. Berpartisipasi dalam pemilihan perelatan dan bahan yag aman dan efektif serta
bermutu.
5. Memperthankan stock inventory yang memadai utuk keperluan perawatan pasien
6. Mempertahakan stadar yang telah ditetapkan
7. Mendokumentasika setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi maupun, sterilisasi
sebagai bagian dari program upaya pegendalian mutu.
8. Melakukan penelitia terhadap hasil sterilisasi dalam rangka PPI bersama dengan
panitia PPI

2
9. Memberikan penyuluhan tetang hal – hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi
10. Menyelenggarakan pedidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi
baik yang bersifat intern maupun ekstrem
11. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

3
BAB II
ORGAISASI DAN SARANA CSSD
A. Organisasi CSSD
Instalasi pusat sterilisasi adalah unit pelayaan non struktural yang berfungsi memberikan
pelayanan sterilisasi yang sesuai stadart pedoman dan memenuhi kebutuhan barang
steril dirumah sakit, berikut ini adalah pertimbangan khusus menyelenggarakan pusat
sterilisasi.
1. Kecepatan pelayanan
Diharpakan pelayanan menyediakan barang – barang sterilisasi yang diberikan oleh
pusat sterilisasi menjadi lebih cepat sampai kepada uit pemakainya dengan mutu
yang dapat dipertanggug jawabkan dan memperpendek jalur birokrasi yang ada.
2. Pengedalian infeksi nosokomial
Bekerja sama dengan komite PPI rumah sakit dapat mengoptimalkan kerjasama
dalam memantau produk – produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi, memberika
asuhan dan arahan pada pemakaian dilapangan dalam mengatasi atau meurunkan
angka kejadian infeksi rumah sakit.
3. Perkembangan ilmu dan teknologi
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan peralata yang digunakan maka perlu
adanya madnajemen dan tatalaksana alat yang maksimal untuk menunjang
pelayanan yang maksimal agar menghasilkan kwalitas sterilisasi yang terjamin
4. Pendekatan mutu
Produk – produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi harus melalui proses yang
ketat sehingga diharapkan dapat menghasilkan alat, instrumen dan bahan yang
sesuai standart dan memenuhi syarat mutu.
5. Efisiensi dan efektif
Penyediaan pelayanan sterilisasi diharapkan dapat mampu meyediakan produk steril
yag dapat dipertanggug jawabkan.

B. Struktur organisasi
Dalam hal ini instlasi CSSD dipimpin oleh kepala instalasi (jabatan fungsional) dan
bertaggung jawab langsung kepada wakil diretur penunjang medik, instalasi CSSD
minimal atau sekurang – kurangnya dibantu oleh:
1. Penanggug jawab administrasi
2. Sub instalasi dekontaminasi, sterilisasi, dan produksi

4
3. Sub instansi pengawasan mutu, pemeliharaan sarana dan peralatan K3 dan diklat
4. Sub instalasi distribusi
Struktur Organisasi

Ka. Instalasi

PJ ADMIISTRASI

Sub Instalasi: Sub instalasi, mutu, pemeliharaan Sub instalasi


Dekotaminasi, sarana dan prasaranan, K3 dan distribusi
sterilisasi & Produksi diklat

C. Ketenagaan uraian tugas dan kualifikasi


1. Uraian tugas kepala instalasi CSSD
a) Megarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis steril
bagi perawatan pasien dirumah sakit
b) Mengikuti ilmu pengetahuan, keterampilan dan pegembangan diri dan karyawan
pelaksana
c) Menentukan metoda yang efektif bagi penyimpanan dan penanganan alat atau
bahan steril
d) Bertaggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan
mesinsterilisasi secara benar
e) Memastikan bahwa teknik aseptik diterapkan pada saat penyimpanan dan
penggunaan alat steril baik alat sekali pakai atau alat yang dipakai ulang
f) Kerjasama dengan unit lain dirumah sakit dan melakukan koordiasi yang bersifat
itern da ekstern.
g) Melakukan seleksi untuk calon tenaga CSSD melakukan pembuatan konsep
rencana kerja, dan dilakukan evaluasi
h) Membuat laporan kinerja pusat sterilisasi
2. Kualifikasi Kepala Instalasi
a) Kepala Istalasi Pada rumah sakit tipe A atau B pendidikan terakhir minimal S1
dibidang kesehatan, atau S1 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun.
b) Mempunyai kursus tambahan dalam bidang sterilisasi
c) Telah mendapatkan kursus tambahan tetang manajemen
d) Mengetahui tentang psikologis personel

5
e) Pengalaman kerja di ruang bedah
f) Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisas
3. Uraia tugas PJ Administrasi
a) Bertanggung jawab terhadap kepala istalasi
b) Membantu kepala instalasi dalam menyusu perencanaan berdasarkan masukan
dari kepala sub instalasi
c) Rekapitulasi laporan kegiatan masing – masing sub instalsi
d) Menyiapkan keperluan administrasi
4. Kualifikasi pj ADM
a) Minimal pedidikan SMA atau sekolah pendidikan keperawatan dengan tambahan
kursus
b) Mampu menggunakan sistem komputer
c) Rapi dalam menyusun dokumentasi
5. Uraian tugas staf CSSD
a) Bertanggung jawab terhadap kepala sub istalasi
b) Tidak alergi terhadap bahan – bahan yang digunakan di pusat sterilisasi
c) Dapat mengerti perintah dan menerapkannya menjadi aktifitas
d) Mengikuti prosedur kerja sesuai SPO yang telah dibuat
e) Dapat mengerjakan pekerjaan rutin
f) Dapat menerima tekanan kerja dan terkadang lembur
g) Memelihara peralatan CSSD
6. Kualifikasi Staf CSSD
a) Wajib mengikuti pelatihan CSSD
b) Mempuyai keterampilan yang baik
c) Disiplin dan tegas

D. Sarana CSSD
Sarana fisik dan peralatan dipusat sterilisasi sangat mempegaruhi efisiensi kerja
pelayanan dipusat sterilisasi rumah sakit dalam merencanakan sarana fisik dan
peralatannya sebaiknya melibatkan staf dan pusat sterilisasi. Mengigat pusat sterilisasi
merupaka jantung rumah saki dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah menerima
bahan dan alat medik dari semua unit – unit dirumah sakit untuk kemudian diproses
menjadi alat/ bahan medik salam kondisi sterildan selanjutnya medistribusikan kepada

6
unit lain yang membutuhkan kodisi alat steril, maka dalam menentukan lokasi pusat
sterilisasi perlu mempeprhatikan hal sebagai berikut:
1. Bangunan pusat instalasi sterilisasi
Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan
pada saat ini serta kemugkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan
desain menurut tipe dan kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit
yaitu, 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2
2. Lokasi instalasi CSSD
Lokasi instalasi CSSD sebaiknya berdekantan dengan ruagan pemakaian alat dan
bahan steril terbesar dirumah sakit, pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalia infeksi yaitu meminimumkan terjadinya
kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.
3. Pembangunan dan persyaratan ruang sterilisasi
Ruang CSSD dibagi menjadi 5 bagian ruaga yaitu:
a) Ruang dekontaminasi
Pada ruang ini adalah terjadi proses penerimaan barang, instrument kotor,
proses dekontaminasi dan pembersihan., ruangan ini memerlukan control
khusus agar kegiatan dekontaminasi alat mendapatkan hasil yang efisien
terhadap kualitas hasil dekontaminasi maupun keamanan bagi petugasnya.
Pada ruang ini seharusnya dilengkapi dengan ventilasi yang maksimal dengan
teknik menghidari kontaminasi alat akibat bioburden, perlu adanya alat pengisap
udara agar tekanan udara dalam ruangan negatif. Suhu dan kelembaban udara
dalam ruangan 18 – 22 0C dan kelembaban 35% - 75%. Kebersihan lingkungan
CSSD dilakukan minimal 1 hari sekali dilakukan general cleaning dan melakukan
desinfeksi permukaan lingkungan CSSD membersihkan area tersebut. Jika
terdapat tumpahan cairan infeksius wajib langsung membersihkan sesauai
prosedur yang berlaku. Fasilitas lainnya seperti AC, Exhaustfun, Lampu, dinding
langit – langit, rak penyimpanan wajib selalu dibersihkan dengan seksama.
Control terhadap serangga dan hewan lainnya perlu dilakukan secara berkala
dan pembersihan sampah dilakukan setiap minimal dua kali pembersihan.
Secara garis besar ruang dekotaminasi wajib tertutup dengan akses terbatas dan
terpisah degan area spesifik lainnya.

7
b) Ruang pengemasan alat
Pengemasan alat dilakukan pada ruang ini meliputi proses pegepakan, labeling,
dan peanaman indikator internal termasuk alat bongkar pasang maupun
pengemasan dan penyimpanan barang tertutup.
c) Ruang produksi dan prosesing
Ruang ini dilakukan pemeriksaan linen dilipat, dikemas untuk persiapan
sterilisasi. Selain itu pada ruangan ini perlu adanya pengepakan bahan habis
pakai meliputi kassa, kapas, cotton, swabs.
d) Ruang sterilisasi
Ruang sterilisasi diguakan aktivitas sterilisasi alat dan bahan ruang ini harus
terpisah dengan alat dan bahan kotor dilengkapi ventilasi yang maksimal.
e) Ruang penyimpanan alat steril
Ruang penyimpanan alat yang telah dilakukan sterilisasi harus memenuhi
syarat diantaranya yaitu penerangan, suhu 180C – 220C, kelembaban 35 – 75%,
ventilasi meggunakan positif dengan efisien filtrasi partikuler antara 90 – 95%.
Dinding terbuat dari bahan halus dan kuat serta mudah dibersihkan alat steril
disimpan 19 – 24 cm dari lantai, 43 cm dari langit serta 5 cm dari dinding, alat
steril tidak disimpan berdekatan dengan wastafel, saluran pipa lainnya, ruang
penyimpanan tersimpan jauh dari lalulintas umum dengan pintu minimalis dan
sealed. Petugas pada ruang sterilisasi tidak mengalami penyakit yang menular.
f) Kebutuhan peralatan sterilisasi dan pemeliharaan
Pemeliharaan alat sterilisasi dilakukan setiap hari diataranya pengecekan dan
pembersihan alat meliputi alat recording chart dan jarum penunjuk, gasket pintu,
dan bagian dalam chamber dan pemukaan luar lainnya. Pemeliharaan alat
sterilisasi dilakukan oleh pihak yang tersertifikasi atau produsen mesin. Berikut
ini adalah beberapa hal harus diperhatikan sebagai upaya melakukan
pemeliharaan untuk mencegah kerusakan pada mesin:
1) Suku cadang yang esensial
2) Stabilizator votage, sakelar otomatis ke generator untuk keperluan darurat
3) Suhu dan kelembaban sesuai
g) Kalibrasi alat
Kalibrasi dilakukan secara priodik dilakukan sesuai instruksi manual da
produsen mesin. Beberapa hal yang harus dikalibrasi yaitu, pengukur suhu dan
tekanan, timer, dan elemen pencatatan lainnya. Kalibrasi dilakukan minimal satu

8
kali dalam setahun dan apabila mesin melakuka pergantian onerdil oleh ahli
atau produsen pemegang alat.
h) Pendokumentasian
Setiap mesin sterilisasi yang ada harus mempunyai dokumentasi riwayat
pemeliharaan/ perawatan mesin. Berikut beberapa hal dokumen yang harus
ada:
1) Tanggal permohonana kalibrasi atau servis mesin
2) Model dan nomor seri mesin sterilisasi
3) Nama pemohon dan pemberi izin servis
4) Alasan permohonan servis
5) Deskripsi servis yang dilakukan
6) Jenis dan suku cadang yang diganti
7) Nama petugas yang melakukan service
8) Tanggal perbaikan dilakukan
i) Alat pelindung diri
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri meliputi:
sarug tangan panjang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap
cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker hight filtration dan tight fitting
goggle, apron dan gouwn khususnya digunakan oleh staf saat melakukan
prosedur yang memungkinkan terjadinya percikan, atau kontaminasi cairan
yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya, diperluka alas kaki khusus
pada ruangan dekontaminasi yang tahan terhadap air. Alat pelindung diri yang
diguakan jika tidak sekali pakai harus dilakukan pencucian setiap hari.

9
BAB III
PELAYANAN CSSD
A. Pelayanan pusat sterilisasi
Melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat, bahan steril. Beberapa unit
yang berhubungan dengan instalasi CSSD yaitu:
1. Unit bagian laundry
2. IPSRS
3. Sanitasi
4. Logistik
5. Farmasi
6. Unit rawat inap
7. Unit Rawat jalan
8. Unit ICU, OK, Bedah.
B. Lingkup Kerja CSSD
1. Perencanaan dan penerimaan barang
a) Linen
b) Instrumen
c) Sarung tangan dan bahan habis pakai lainnya
2. Pencucian
a) Instrument
3. Penegemasan dan pemberian tanda
a) Linen
b) Instrument
4. Proses sterilisasi
a) Linen
b) Instrument
c) Dan bahan habis pakai
5. Penyimpanan dan distribusi
6. Pemantauan kualitas sterilisasi
a) Indikator fisika, kimia dan biologi
b) Tes microbiologi
7. Pencatatan dan dokumentasi

1
11

C. Alur kerja
Gambar. 1

User

Penerima Alat

Seleksi Catatan

YA
Perendaman

Pencucian

Pengeringan

Pengemasan

Labeling

Sterilisasi

Kontrol indikator TIDAK

YA

Gudang alat

Distribusi

11
12

D. Tahap – tahap sterilisasi alat


1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisika atau kimia utuk membersihkan benda – beda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman untuk
proses – proses selanjutnya\. Tujuan proses dekotaminasi ini adalah untuk melindungi
pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat – alat kesehatan yang sudah melalui proses
dekontaminasi tersebut, dari penyakit menular yang disebabkan microorganisme pada alat –
alat kesehatan.
Teknik dan transportasi alat kesehatan yang terkontaminasi sebaiknya
memperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a) Pemisahan antara instrumen dan bahan habis pakai, dan linen yang terkotaminasi di
ruang pemakaia alat
b) Pemisahan dengan alat benda tajam dilakukan ditempat pemakaia alat atau sebelum
alat dibawa keruanga CSSD
c) Peralatan atau instrumen yang akan di sterilisasi dan didekontaminasi dibawa dengan
menggunakan box tertutup tahan air dan tidak bocor
d) Alat yang terkontaminasi dan yang tidak terkotaminasi dipisahkan
e) Alat yang tidak dipakai dan kadaluarsa dikembalikan ke CSSD
f) Setiap petugas yang membawa alat kotor menggunakan alat pelindung diri
Tatalaksana alat yang terkotamiasi diruang dekotaminasi CSSD, adapun hal – hal
yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut ini:
a) Membersihkan secara menyeluruh dan dilakukan pembongkaran jika alat terdiri dari
beberapa sambungan
b) Disortir berdasarkan metode pembersihan
c) Dibersihkan sebelum alat masuk kedalam mesin sterilisasi
Bahan – bahan pecuci alat berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
bahan untuk mencuci alat:
a) Pencucian alat menggunakan cairan helizyme
b) Konsentrasi 1 % (1 liter air: 10 ml helizyme) jika instrumen dalam jumlah sedikit, atau
dalam konsentrasi 2,5 % (4 liter air: 100 ml Helizyme) jika instrumen dalam jumlah
banyak
c) Waktu perendaman dilakukan selama 5 menit pada konsentarasi 1%, dan 10 menit
pada konsentrasi 2,5%.

12
13

Metode meredam/ membilas instrumen atau alat kesehatan:


a) Instrumen yang akan direndam/ dibilas dibongkar jika rakitan dan likukan pencucian
b) Dimulai dengan merendam dalam suhu air 200C – 430C dilakukan selama 5 sampai 10
menit
c) Dan dilakukan pembilasan dengan air mengalir jika memungkinkan gunakan air
sulingan (RO)
Desinfeksi menggunakan zat kimia:
Desinfeksi alat dibedakan menjadi 3 yaitu desinfeksi tingkat rendah da desinfeksi tingkat
tinggi. Desinfeksi tigkat rendah Adalah proses penghancuran hampir semua bakteri
vegetatif bukan spora atau tubercule bacilli dan beberapa virus, jamur lipophilic. Desinfeksi
tingkat Sedag menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif bukan spora atau tuberculle
bacili, jamur, virus, hydropilic dan lipophilic. Desifeksi tingkat tinggi menghancurkan semua
bakteri vegetatif, beberapa spora (tuberculle bacilli), jamur, virus – virus hydrophilic dan
lippohilic:
a) Pastikan instrument telah melalui tahap dekontaminasi (pencucian, perendaman dan
pembilasan) hingga benar – benar bersih dari kotoran yang menempel pada alat.
b) DTT menggunakan bahan kimia aktif stabimed dengan konsentrasi 2% (4 liter air: 80
ml stabimed) untuk instrument bedah (kritikal), dan alat semi kritikal diredam selama 10
menit.
c) DTT mengguakan bahan kimia Helipar H plus dengan konsentrasi 1,5 % (4 Liter air: 60
ml Helipar Plus) pada instrumet bedah urologi, laparascopy dilakukan perendaman
selama 15 menit
d) Jika keterbatasan bahan kimia atau kosong dilakukan pasteurisasi perendaman
dengan air panas dengan suhu ≥ 700C selama 30 menit, amun hanya beberapa alat
saja yang dapat dilakukan pasteurisasi.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud disini termasuk material pembungkus alkes, penampug alat
yang dipakai ulang untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien
yang merupakan bagian dari tanggung jawab pusat CSSD. Beberapa Prinsip pengemasan,
yaitu:
a) Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan
dan isinya.
b) Harus menjaga sterilisasi isinya hingga kemasan dibuka dan dipergunakan
c) Harus mudah dibuka dan isinya mudah di ambil tanpa menyebabkan kontamiasi
d) Bahan kemasan yang digunakan menggunakan paper Kraft atau Pouches
e) Terdapat tanggal kadaluarsa
f) Tidak mengandung racun

13
14

g) Menahan microorganisme dan bakteri


h) Segel kondisi baik
Selain itu beberapa hal yang direkomendasikan sebagai alat pengemas terdapat beberpa
jenis, diantaranya yaitu:
a) Kertas
Pegemasan berbahan kertas dengan ukuran 60x60, 90x90, 120x120. Kriteria kertas
yang dapat digunakan memiliki karakteristik tidak menyerap air, meahan bakteri
dengan baik, tidak mudah robek, menahan bakteri dengan baik, bebas dari bahan
beracun. Tipe kertas yang diguakan diataranya adalah kertas kraft yang medical grade,
kertas berlaminasi yang terdiri dari 3 lapisan.
b) Film plastik dan kantong steril (Pouches)
Bahan plastik tidak menyerap air baik berupa cairan ataupun uap, plastik yang
digunakan mempunyai dua sisi yang berbeda yaitu sisi plastik dan kertas yang mampu
ditembus oleh suhu panas yaitub steril pouches. Katong pouches yang diguakan saat
ini adalah pouches roll dengan bentuk flet.
c) Kain (linen)
Kain linen merupakan pembungkus yang paling tradisional yang digunakan sebagai
pembungkus steril lien mempunyai beberapa kelemahan diantaraya yaitu tidak
memeilihki pertahan bakteri, tidak memiliki konsistensi kualitas, mudah menyerap air,
bayak terdapat lint.
3. Metode sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kerig terjadi melalui mekaisme koduksi, dimana paas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar alat, yang disterilkan lalu melambat kebagia dalam permukaan sampai
akhirnya sushu untuk sterilisasi tercapai. Metode sterilisasi ini digunakan untuk alat atau
bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan terbuat
dari kaca, sterilisasi kering terjadi proses pembunuhan microorgaisme melalui mekanisme
oksidasi smai terjadi koagulasi protein sel. Sterilisasi panas kering memerlukan waktu yang
lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi dan terjadi pada oven konveksi panas kering.
Berikut adalah siklus sterilisasi panas kering meliputi:
a) Pemanasan udara dihasilkan melalui mekanisme listrik dan disirkulasi melalui chamber
b) Priode plateu (sterilisasi) dimulai ketika sesor mendeteksi tercapainya suhu proses
sterilisasi pada chamber
c) Pada saat seluruh chamber suhunya sama maka berakhirlah fase equilirium dan
dimulai fase holding time atau sterilisasi.
d) Pendigina chamber dilakuka dengan mensirkulasikan udara dingin dan terfiltrasi
kedalam chamber

14
15

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pemakaian alat sterilisasi kering diantaranya
yaitu:
a) Mesin sterilisasi kering tidak digunakan untuk mengeringkan alat
b) Kontrol proses secara otomatis sangat diharapkan
c) Titik pemasukan termokopel harus tersedia
d) Tersedia termometer untuk mengindikasikan suhu yang sudah dicapai disertai
pencatatan suhu
e) Tersedia pemutus suhu berlebih atau overheat cut off pada semua mesin panas kering
f) Timer yang dapat diproses 0- 6 jam dengan termostart pengatur suhu 140 – 1800C
Teknik memasukan alat kedalam chamber mesin sterilisasi, yaitu sebagai berikut:
a) Pastikan chamber dalam kondisi panas kurang lebih 1600C
b) Tidak menumpuk barag dan memberikan space antar alat
c) Barang tidak menyentuh dinding chamber
4. Pengujian alat sterilisasi
Pengujuan mesi sterilisasi secara berkala sebelum digunakan untuk aktivitas sterilisasi,
pegajuan secara berkala berdasarkan jenis alat, kelistrikan dan sistem mekanik lainnya dan
kompatibilitas mesin sterilisasi denga sistem lainnya.
5. Fasilitas Alat dan Zat kimia
1) Peralata non medik:
a) Komputer
b) Mesin
c) Telepo
d) Meja
e) Kursi
f) Lemari
g) APD (Apro, Masker, Goggle, sarung tangan, topi, alas kaki)
h) Sink
i) Tromol
j) Keranjang
k) Bahan pengemasan
l) Apar
m) Termometer dan highrometer
2) Peralata medik
a) Troli outoclave
b) Mesin sterilisasi
c) Dekotaminator
d) Lemari peyimpanan alat steril

15
16

3) Bahan dan zat kimia


a) Helizyme (enzymatik)
b) Desinfektan
c) Kassa
d) Bahan monitoring
e) Pembersih ruangan

16
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Kotrol proses sterilisasi yang ketat akan memeberikan jaminan bahwa peralatan medis yang
disediakan adalah bear – bear steril. Caranya adalah dengan melakukan monitoring setiap proses
telah tepat dilakukan atau belum dan dapat dijadikan jaminan parameter telah terpenuhi.
Beberapa hal yang perlu dilakukan monitoring diantranya adalah:
1. Pemberian momor lot pada setiap kemasan
Pada kemasan yang akan di sterilkan dilakukan pecantuman idetitas meliputi nomor mesin
sterilisasi, tanggal proses sterilisasi dan keteragan siklus berapa dari mesin sterilisasi yang
datanya dapat digunakan ketika melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang
telah terdistribusi.
2. Data mesin sterilisasi
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus didokumentasikan
diataranya ialah:
a) Nomor lot
b) Informasi umum kemasan
c) Waktu pemaparan dan suhu
d) Nama operator
e) Data hasil pengujian hasil biologis
f) Data respon terhadap indikator kimia
g) Data hasil uji bowie_dick
3. Waktu kadaluarsa
Setiap kemasan steril yag diguakan harus diberi label kadaluarsa atau label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok meskipun kadaluarsa
tidak bergantung pada waktu melainkan kejadian yang dilami oleh kemasan alat.

B. Evaluasi
a) Indikator mekanik
Merupakan monitoring indikator yang ada pada mesin seperti gauge, tabel dan indikator
suhu maupun tekanan mesin sterilisasi. Indikator ini akan menggambarkan kesiapan dan
performa mesin ketika digunakan melakukan sterilisasi.
b) Indikator kimia
Indikator kimia akan menggambarkan paparan alat sterilisasi ketika melakukan sterilisasi alat
beberpa indikator kimia diantaraya adalah (tape, strip, kartu, vial) jika sempurna indikator
akan menujukan perubahan yang signifikan yang menggambarkan bahwa instrumen telah

17
terpapar panas. Indikator dibedakan menjadi indikator iternal dan eksternal yang mempuyai
kesamaan fungsi namun penempatan indikator berbeda.

c) Indikator biologi
Adalah indikator sedian berisi populasi microorgaisme spesifik dalam bentuk spora yang
bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkotrol dan terukur dalam suatu
proses sterilisasi alat tertentu. Prinsip kerja indikator biologi adalah dengan mensterilkan
spora hidup mikroorganisme yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu,
jika mikroorganisme mati saat sterilisasi berlangsug maka dapat diasumsinkan bahwa
sterilisasi berjalan dengan baik dan alat dinyatakan steril. Interpretasi hasil indikator biologi
adalah jika hasil positif terjadi kekeruhan warna dan pertumbuhan koloni atau adanya
fluoresensi, sebaliknya bila hasil negatif tidak terjadi perubahan warna dan pertumbuhan
koloni atau tidak terjadi fluoresensi.

Mengetahui
Penanggung Jawab CSSD

(Diah Safitri,. Amd. Kep)

18
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2009) Pedoman pelayanan Pusat Sterilisasi Rumah Sakit. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai