Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PRE CONTRUCTIONS RISK

ASSESMENT (PCRA) RENOVASI


BANGUNAN RUMAH SAKIT

RS DHARMA KERTI
2022 i
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
No. 125/RSDK/KEP-01/MFK/VII/2022

TENTANG
PANDUAN PRE CONTRUCTIONS ASSESMENT
( PCRA )

DIREKTUR RS DHARMA KERTI

Menimbang:

a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Dharma


Kerti, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Dharma Kerti dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur tentang Kebijakan Pre
Constructions Assesment ( PCRA ) Rumah Sakit Dharma Kerti sebagai
landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah Sakit
Dhahrma Kerti;
Mengingat: c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Dharma Kerti

1. Undang – undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 Tentang


Bangunan Gedung
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006. Tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 66 Tahun 2016
Tentang K3 Rumah Sakit.

Menetapkan
MEMUTUSKAN
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHARMA KERTI TENTANG
KEBIJAKAN PRE CONTRUCTIONS ASSESMENT ( PCRA )
Kedua
: Kebijakan Pre Constructions Assesment ( PCRA ) Rumah Sakit Dharma Kerti
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketiga
: Pembinaan dan pengawasan Kebijakan Pre Constructions assessment ( PCRA
) Rumah Sakit Dharma Kerti dilaksanakan oleh Direksi dan Instalasi
Pemeliharaaan Sarana Rumah Sakit Dharma Kerti.
: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Tabanan
Pada Tanggal 24 Oktober 2022
Direktur,

ii
Dewa Putu Sukandi

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
kuasa- NYA kami dapat menyusun Panduan Pre Contruction Risk Assesment (PCRA)
Renovasi Bangunan Rumah Sakit Dharma Kerti. Panduan ini disusun untuk menjadi
acuan bagi seluruh karyawan dan staff Rumah Sakit Dharma Kerti dalam
melaksanakan pembangunan dan renovasi di Rumah Sakit.
Dengan adanya kesadaran dan tanggung jawab semua pihak yang terkait untuk
melaksanakan Panduan Pre Contruction Risk Assesmnet (PCRA) ini, maka Rumah
Sakit Dharma Kerti diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan bagian bagian
dari Pre Contruction Risk Assesment (PCRA) Rumah Sakit Dharma Kerti
Penyusunan Panduan Pre Contruction Risk Assesment Rumah Sakit Dharma
Kerti ini tentunya masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu, kami tetap mohon saran
dari semua pihak untuk kesempurnaan panduan ini.

Tabanan, 24 Oktober 2022


Penyusun,

1
DAFTAR ISI

SK Panduan ………………………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………………… 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………. 2
I. Pengertian………………………………………………………………........ 3
II. Ruang Lingkup ……………………………………………………………... 4
III. Kebijakan ……………………………………………........................... 5
IV. Tata Laksana……………………………………………............................. 8
V. Dokumentasi…………………………………………………………………

2
BAB I
PENGERTIAN

Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak


terhindarkan dari operasional rumah sakit. Adapun proses yang ada
pada PCRA renovasi bangunan adalah
1. Pembangunan
Proses membuat struktur bangunan maupun prasarana yang
sebelumnya tidak ada dalam pembangunan Rumah Sakit
menjadi ada.
2. Renovasi
Proses perbaikan suatu struktur bangunan maupun prasarana
yang sebelumnya sudah ada dalam bangunan Rumah Sakit.
3. Sistem HVAC (Heating Ventilation, Air Conditioning)/ Sistem Tata Udara
Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian
suhu, kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara.
4. Kelembaban nisbi
5. Parameter untuk menyatakan banyaknya uap di dalam udara berupa nisbah
antara tekanan uap yang ada saat itu dan tekanan uap maksimum yang
mungkin dicapai dalam suhu dan tekanan udara saat
6. Kelembaban Udara
Banyaknya kandungan uap di atmosfer.
7. ICRA (Infection Control Risk Assesment)
Proses untuk menentukan potensial terjadinya penularan infeksi
yang dapat terjadi dari udara dan air melalui kontaminasi
geologis di fasilitas selama adanya kegiatan pemeliharaan,
pembongkaran, perbaikan.
a. Pembangunan dan renovasi bangunan dapat mempertimbangkan :
b. Identifikasi hazard
c. Analisa Resiko terkait hazard tersebut
8. Menentukan/ memutuskan cara untuk mengeliminasi dan
mengendalikan hazard Suatu kegiatan membangun sarana atau
prasarana dalam sebuah bidang arsitektur atau tekhnik sipil

C. Tujuan
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun
renovasi di lingkungan Rumah Sakit.
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama
berlangsungnya pengerjaan proyek
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit meliputi,
kualitas pelayanan, manajemen risk clinical govermance

Sasaran
Seluruh petugas dapat mengerti dan mampu melaksanakan

3
pembangunan maupun renovasi di lingkungan Rumah Sakit
sesuai panduan pembangunan atau renovasi dengan
mengutamakan keselamatan pasien, karyawan dan masyarakat
di sekitar Rumah Sakit.

Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
a. Pasal 7 tentang persyaratan
b. Pasal 8 Tentang Lokasi
c. Pasal 9 Tentang Bangunan
d. Pasal 10 Tentang Sarana
e. Pasal 11 Tentang Prasarana
2. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
66 Tahun 2016 Tentang K3 Rumah Sakit

4
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Alur Pembangunan atau Renovasi


1. Melakukan tinjauan terhadap lokasi yang akan dibangun
2. Pembuatan rencana anggaran belanja
3. Mengajukan usulan pembangunan atau renovasi (proposal)
4. Permohonan persetujuan ke Direktur rumah sakit dan Direktur PT
(membuat analis terhadap pelayanan)
5. Mengerjakan proyek pembangunan dan renovasi
6. Pembersihan lokasi pembangunan atau proyek
7. Serah terima kepada user

B. Penanggung jawab proses pembangunan atau renovasi dan urain tugas


1. Pelaksanaan pembangunan atau renovasi : Swakelola/ pihak ketiga
2. Penanggung jawab pekerjaan : RS/ pihak ketiga (vendor)
3. Uraian tugas penanggung jawab pembangunan atau renovasi

C. Identifikasi area yang akan dilakukan pembangunan dan renovasi


Proses mencari informasi yang berkaitan dengan pembangunan atau renovasi

D. Analisa dampak proses pembangunan dan renovasi terhadap pelayanan.


Melakukan kajian dan informasi yang didapat pada saat melakukan identifikasi

E. Langkah-langkah PCRA renovasi/ pembangunan

F. Pelaksanaan proses pembuangan

G. Laporan dan dokumentasi

H. Lampiran – lampiran

5
BAB III
KEBIJAKAN

1. PCRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi, kontruksi dan
pemeliharaan bangunan di rumah sakit. Assessment PCRA mulai dilakukan
sebelum pekerjaan proyek dimulai dan assesment meliputi seluruh aktivitas
pekerjaan dari pelatakan batu pertama hingga serah terima gedung.
2. Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan melakukan assessment
PCRA secara proaktif sejak fase awal desain perencanaan sampai fase akhir
proyek untuk semua renovasi, kontruksi dan proyek-proyek pemeliharaan banguan.
Dalam pelaksanaannya Komite K3 dibantu oleh bagian umum, IPSRS,
penaggungjawab proyek dan pengawas proyek yang akan bersama-sama
mengawasi jalannya kontruksi berlangsung serta memantau berjalannya sistem
pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Assessment PCRA difokuskan terutama pada pencegahan, selain itu pemantauan,
pengujian, dan intervensi ketika teridentifikasi terjadinya suatu masalah.

6
BAB IV
TATA LAKSANA

A. ALUR PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI

Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh Rumah Sakit

7
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEMBANGUNAN ATAU
RENOVASI
1. Pelaksanan pembangunan atau renovasi
a. Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan sendiri oleh pihak
Rumah Sakit.
b. Pihak ketiga/ vendor
Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak ketiga)
tidak dilakukan oleh Rumah Sakit.
2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi terdiri dari pihak
Rumah Sakit
a. Penanggung jawab : Manajer Keperawatan
Tugas :
 Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk
menyusn gambar teknik dan anggaran
 Melakukan analisa dampak terhadap proses pelayanan
bersama dengan Komite PPI, K3RS.
 Melakukan koordinasi dengan pihak user selama proses pengerjaan
 Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor terutama di
bidang aspek keselamatan serta detail
 Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user setelah
pekerjaan selesai
 Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
3. Pihak kontraktor
a. Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang
bertanggung jawab atas proses pengerjaan.
b. Tugas
 Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal
perencanaan pengerjaan sehubungan dengan hasil analisa
dampak serta melakukan antisipasi terhadap kemungkinan
dampak tersebut
 Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit sehubungan dengan
pengadaan dan penempatan material yang diperlukan untuk
proses konstruksi dan renovasi yang akan dilakukan
 Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses pengerjaan
yang terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan
serta pengendalian infeksi yang berlaku di RS Dharma Kerti
 Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
 Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai
dengan rencana
 Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan
 Melakukan koordinasi harian dengan pihak RS Dharma Kerti
 Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak RS Dharma Kerti
8
C. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU RENOVASI
1. Fasilitas yang akan dibangun
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung
dengan menyebutkan unit atau area
2. Luas area yang akan dibangun
Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2
3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu bata dll
4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi
6. Ijin-ijin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi contohnya :
IMB, Ijin penggunaan air tanah dll
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS dan KPPI
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti : terjatuh,
tertimpa, terpotong, terlindas, dll
D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI TERHADAP PELAYANAN
Penilaian dampak :
1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan mengumpulkan
informasi sebelum menilai resiko dari suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa
yang melakukan)
3. tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau
mesin yang dugunakan untuk melakukan aktifitas

E. LANGKAH-LANGKAH PCRA RENOVASI /


PEMBANGUNAN :

Langkah 1.
Meeting Kordinasi Proyek
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek
renovasi/pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas mengenai proyek yang akan
dilaksanakan, mulai dari denah proyek, jadwal proyek, pekerja proyek dan jenis
proyek.

Langkah 2.
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya di setiap kegiatan proyek, dari
peletakan batu pertama hingga serah terima hasil pekerjaan. Pada tahap ini
diharapakkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh tahapan proses
pembangunan/renovasi. Kemudian Tim K3 akan melakukan identifikasi bahayanya
dan penilaian resiko nya

Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan


memperhatikan :

1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)


TINGKAT DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI
RISIKO

1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)

9
2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)

3 Sedang (1 -2 tahun/kali)

4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)

5 Sangat sering/ almost certain (tiap minggu/


bulan)

10
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

Rating Tingkat Efek Efek Efek Pada Lingkungan


Konsekuen Konsekue Terhada Terhadap
si n p Perusahaan
si Manusia
5 Fatality Cacat tetap Perusahaan Menimbulkan kerusakan
atau dapat berhenti/tutup lingkungan yang sangat
mengakibatk atau rugi mulai besar dan luas, bersifat
an kematian dari Rp 1 permanen (berdampak
milyar keatas jangka panjang dan tidak
bisa direhabilitasi) serta
memberikan dampak
langsung terhadap
masyarakat luas

4 Berat Epidemic, Menghentikan Menimbulkan kerusakan


Cidera proses di lingkungan yang besar
yang beberapa/depart dan luas, terus menerus
berakibat emen atau rugi dalam jangka waktu
hari hilang kurang dari Rp 1 yang panjang dapat
dan milyar dan mulai direhabilitasi tetapi
berakibat dari Rp. mkemerlukan biaya yang
cacat 100.000.000 mahal
sebagian
3 Sedang Cidera Menghentikan Menimbulkan kerusakan
yang proses di suatu lingkungan yang besar
berakibat bagian/departem (melebihi nilai baku mutu
hari hilang en atau rugi lingkungan/ketentuan
(lost time) kurang dari Rp lainnya) dan luas
tanpa 100.000.000 dan (menyebar sampai keluar
berakibat mulai dari Rp. lokasi/tempat kejadian)
cacat 1.000.000 namun tidak bersifat
permanen.

2 Ringan Cidera Menghentikan Menimbulkan kerusakan


ringan proses lingkungan di wilayah
mendapat sebagian kecil setempat yang dapat
P3K atau atau rugi segera ditangani dan
perawatan kurang dari Rp tidak bersifat permanen
medis dan 1.000.000 dan
dapat mulai dari Rp
bekerja 1
kembali di
waktu
shiftnya

1 Nearmiss Hanya Tidak Tidak ada polusi yang


memerlukan ada signifikan dan dapat
penanganan pengaruh diabaikan
P3K
.

11
Langkah 3.
Analisa Resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/ tersebut
termasuk dalam kategori biru/hijau
/kuning/merah.

1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisis.

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang


sesuai, dan meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan menentukan
suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

3. Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.


a. Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi bahaya,
efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.

Setelah resiko ditetapkan, maka kemudia resiko akan dilakukan


grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat peluang
terjadi dan tingkat dampak nya. Setelah didapat, maka akan dikalikan
dengan rumus berikut

SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim K3
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.

Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa


resiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matriks

Potencial Concequences
Frekuensi/Likelyhood Nearmiss Ringan Sedang Berat Fatal
1 2 3 4 5
Sangat Sering Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
Terjadi
12
(Tiap
Minggu/B
ulan) 5

13
Sering Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
Terjadi
(Beberapa
kali/tahun)
4
Sedang Low Moderate High Ekstrem Ekstrem
(Sekali dalam 1-
2
tahun)
3
Jarang Terjadi Low Low Moderate High Ekstrem
(Terjadi dalam 2-
5 tahun sekali)
2
Sangat Jarang Low Low Moderate High Ekstrem
Terjadi (Terjadi >5
tahun sekali)
1

Keterangan :

Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan terkait/setiap hari)

Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)

Moderate : Secara periodik dimonitor (Sebulan sekali)

Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali)\

Langkah 4
Menentukan Jenis Pengendalian Resiko
Setelah resiko sudah ter analisa, maka tahap selanjutnya adalah menentukan
jenis pengendalian resiko. Menurut Hierarki Pengendalian Bahaya, ada lima jenis
cara pengendalian bahaya yaitu
1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Rekayasa
4. Administrasi
5. Alat Pelindung Diri (APD)

Langkah 5

Menentukan penanggungjawab dan tanggal penyelesaian pengendalian resiko

Penanggung jawab merupakan orang yang ditunjuk untuk melaksanakan langkah pengendalian
resiko dan untuk tanggal penyelesaian adalah waktu yang ditentukan untuk batas akhir pengerjaan
langkah perbaikan sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan. Langkah 6 Pengesahan PCRA

Pengesahan PCRA dilakukan setelah dokumen PCRA lengkap. Dokumen PCRA sendiri terdiri dari

14
1. Form PCRA
2. Dokumen ICRA
3. Form Inpeksi Proyek
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian di tanda tangani oleh Pimpinan
Proyek, Ketua Komite K3 dan Direktur RS

15
1

Anda mungkin juga menyukai