RS DHARMA KERTI
2022 i
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
No. 125/RSDK/KEP-01/MFK/VII/2022
TENTANG
PANDUAN PRE CONTRUCTIONS ASSESMENT
( PCRA )
Menimbang:
Menetapkan
MEMUTUSKAN
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHARMA KERTI TENTANG
KEBIJAKAN PRE CONTRUCTIONS ASSESMENT ( PCRA )
Kedua
: Kebijakan Pre Constructions Assesment ( PCRA ) Rumah Sakit Dharma Kerti
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketiga
: Pembinaan dan pengawasan Kebijakan Pre Constructions assessment ( PCRA
) Rumah Sakit Dharma Kerti dilaksanakan oleh Direksi dan Instalasi
Pemeliharaaan Sarana Rumah Sakit Dharma Kerti.
: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Tabanan
Pada Tanggal 24 Oktober 2022
Direktur,
ii
Dewa Putu Sukandi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
kuasa- NYA kami dapat menyusun Panduan Pre Contruction Risk Assesment (PCRA)
Renovasi Bangunan Rumah Sakit Dharma Kerti. Panduan ini disusun untuk menjadi
acuan bagi seluruh karyawan dan staff Rumah Sakit Dharma Kerti dalam
melaksanakan pembangunan dan renovasi di Rumah Sakit.
Dengan adanya kesadaran dan tanggung jawab semua pihak yang terkait untuk
melaksanakan Panduan Pre Contruction Risk Assesmnet (PCRA) ini, maka Rumah
Sakit Dharma Kerti diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan bagian bagian
dari Pre Contruction Risk Assesment (PCRA) Rumah Sakit Dharma Kerti
Penyusunan Panduan Pre Contruction Risk Assesment Rumah Sakit Dharma
Kerti ini tentunya masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu, kami tetap mohon saran
dari semua pihak untuk kesempurnaan panduan ini.
1
DAFTAR ISI
SK Panduan ………………………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………………… 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………. 2
I. Pengertian………………………………………………………………........ 3
II. Ruang Lingkup ……………………………………………………………... 4
III. Kebijakan ……………………………………………........................... 5
IV. Tata Laksana……………………………………………............................. 8
V. Dokumentasi…………………………………………………………………
2
BAB I
PENGERTIAN
C. Tujuan
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun
renovasi di lingkungan Rumah Sakit.
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama
berlangsungnya pengerjaan proyek
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit meliputi,
kualitas pelayanan, manajemen risk clinical govermance
Sasaran
Seluruh petugas dapat mengerti dan mampu melaksanakan
3
pembangunan maupun renovasi di lingkungan Rumah Sakit
sesuai panduan pembangunan atau renovasi dengan
mengutamakan keselamatan pasien, karyawan dan masyarakat
di sekitar Rumah Sakit.
Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
a. Pasal 7 tentang persyaratan
b. Pasal 8 Tentang Lokasi
c. Pasal 9 Tentang Bangunan
d. Pasal 10 Tentang Sarana
e. Pasal 11 Tentang Prasarana
2. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
66 Tahun 2016 Tentang K3 Rumah Sakit
4
BAB II
RUANG LINGKUP
H. Lampiran – lampiran
5
BAB III
KEBIJAKAN
1. PCRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi, kontruksi dan
pemeliharaan bangunan di rumah sakit. Assessment PCRA mulai dilakukan
sebelum pekerjaan proyek dimulai dan assesment meliputi seluruh aktivitas
pekerjaan dari pelatakan batu pertama hingga serah terima gedung.
2. Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan melakukan assessment
PCRA secara proaktif sejak fase awal desain perencanaan sampai fase akhir
proyek untuk semua renovasi, kontruksi dan proyek-proyek pemeliharaan banguan.
Dalam pelaksanaannya Komite K3 dibantu oleh bagian umum, IPSRS,
penaggungjawab proyek dan pengawas proyek yang akan bersama-sama
mengawasi jalannya kontruksi berlangsung serta memantau berjalannya sistem
pencegahan dan pengendalian infeksi.
3. Assessment PCRA difokuskan terutama pada pencegahan, selain itu pemantauan,
pengujian, dan intervensi ketika teridentifikasi terjadinya suatu masalah.
6
BAB IV
TATA LAKSANA
7
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEMBANGUNAN ATAU
RENOVASI
1. Pelaksanan pembangunan atau renovasi
a. Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan sendiri oleh pihak
Rumah Sakit.
b. Pihak ketiga/ vendor
Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak ketiga)
tidak dilakukan oleh Rumah Sakit.
2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi terdiri dari pihak
Rumah Sakit
a. Penanggung jawab : Manajer Keperawatan
Tugas :
Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk
menyusn gambar teknik dan anggaran
Melakukan analisa dampak terhadap proses pelayanan
bersama dengan Komite PPI, K3RS.
Melakukan koordinasi dengan pihak user selama proses pengerjaan
Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor terutama di
bidang aspek keselamatan serta detail
Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user setelah
pekerjaan selesai
Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
3. Pihak kontraktor
a. Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang
bertanggung jawab atas proses pengerjaan.
b. Tugas
Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal
perencanaan pengerjaan sehubungan dengan hasil analisa
dampak serta melakukan antisipasi terhadap kemungkinan
dampak tersebut
Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit sehubungan dengan
pengadaan dan penempatan material yang diperlukan untuk
proses konstruksi dan renovasi yang akan dilakukan
Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses pengerjaan
yang terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan
serta pengendalian infeksi yang berlaku di RS Dharma Kerti
Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai
dengan rencana
Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan
Melakukan koordinasi harian dengan pihak RS Dharma Kerti
Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak RS Dharma Kerti
8
C. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU RENOVASI
1. Fasilitas yang akan dibangun
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung
dengan menyebutkan unit atau area
2. Luas area yang akan dibangun
Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2
3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu bata dll
4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi
6. Ijin-ijin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi contohnya :
IMB, Ijin penggunaan air tanah dll
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS dan KPPI
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti : terjatuh,
tertimpa, terpotong, terlindas, dll
D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI TERHADAP PELAYANAN
Penilaian dampak :
1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan mengumpulkan
informasi sebelum menilai resiko dari suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa
yang melakukan)
3. tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau
mesin yang dugunakan untuk melakukan aktifitas
Langkah 1.
Meeting Kordinasi Proyek
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek
renovasi/pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas mengenai proyek yang akan
dilaksanakan, mulai dari denah proyek, jadwal proyek, pekerja proyek dan jenis
proyek.
Langkah 2.
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya di setiap kegiatan proyek, dari
peletakan batu pertama hingga serah terima hasil pekerjaan. Pada tahap ini
diharapakkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh tahapan proses
pembangunan/renovasi. Kemudian Tim K3 akan melakukan identifikasi bahayanya
dan penilaian resiko nya
9
2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)
3 Sedang (1 -2 tahun/kali)
10
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
11
Langkah 3.
Analisa Resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/ tersebut
termasuk dalam kategori biru/hijau
/kuning/merah.
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisis.
4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim K3
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Potencial Concequences
Frekuensi/Likelyhood Nearmiss Ringan Sedang Berat Fatal
1 2 3 4 5
Sangat Sering Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
Terjadi
12
(Tiap
Minggu/B
ulan) 5
13
Sering Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
Terjadi
(Beberapa
kali/tahun)
4
Sedang Low Moderate High Ekstrem Ekstrem
(Sekali dalam 1-
2
tahun)
3
Jarang Terjadi Low Low Moderate High Ekstrem
(Terjadi dalam 2-
5 tahun sekali)
2
Sangat Jarang Low Low Moderate High Ekstrem
Terjadi (Terjadi >5
tahun sekali)
1
Keterangan :
Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan terkait/setiap hari)
Langkah 4
Menentukan Jenis Pengendalian Resiko
Setelah resiko sudah ter analisa, maka tahap selanjutnya adalah menentukan
jenis pengendalian resiko. Menurut Hierarki Pengendalian Bahaya, ada lima jenis
cara pengendalian bahaya yaitu
1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Rekayasa
4. Administrasi
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Langkah 5
Penanggung jawab merupakan orang yang ditunjuk untuk melaksanakan langkah pengendalian
resiko dan untuk tanggal penyelesaian adalah waktu yang ditentukan untuk batas akhir pengerjaan
langkah perbaikan sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan. Langkah 6 Pengesahan PCRA
Pengesahan PCRA dilakukan setelah dokumen PCRA lengkap. Dokumen PCRA sendiri terdiri dari
14
1. Form PCRA
2. Dokumen ICRA
3. Form Inpeksi Proyek
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian di tanda tangani oleh Pimpinan
Proyek, Ketua Komite K3 dan Direktur RS
15
1