Anda di halaman 1dari 20

KEPUTUSAN DIREKTUR

RS MH THAMRIN SALEMBA
Nomor : .............................................

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI

RUMAH SAKIT MH THAMRIN SALEMBA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MH THAMRIN SALEMBA

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit


diperlukan adanya Panduan asesmen risiko pra konstruksi pada
Rumah Sakit MH Thamrin Salemba.
2. Perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit MH
Thamrin Salemba.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi


2. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3. Permenkes RI No. 66 Tahun 2016 Tentang K3RS
4. Peraturan Pemerintag No 29 Tahun 2000
5. Pedoman Teknis K3 Konstruksi Bangunan & 104/KPTS/1986
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 174/Men/1986
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 104/KPTS/1986

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit MH Thamrin Salemba tentang
Panduan Asesmen Risiko Pra Konstruksi Rumah Sakit MH Thamrin
Salemba.

KEDUA : Panduan Asesmen Risiko Pra Konstruksi Rumah Sakit MH Thamrin


Salemba dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam
lampiran Peraturan ini.

KETIGA : Panduan Asesmen Risiko Pra Konstruksi Rumah Sakit MH Thamrin


Salemba sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua harus dijadikan
acuan dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit MH Thamrin
Salemba.

KEEMPAT Surat Keputusan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : ............................
Direktur Rumah Sakit MH Thamrin Salemba

Dr. Handaria Maulidasari

Lampiran I
SK Direktur No ………………………….
Tentang PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI
PANDUAN ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI
RS MH THAMRIN SALEMBA

BAB I
DEFINISI
Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dari operasional
rumah sakit. Adapun proses yang ada pada asesmen risiko pra kontruksi adalah sebagai
berikut:

1. Pembangunan
Proses membuat struktur bangunan maupun prasarana yang sebelumnya tidak ada
dalam pembangunan Rumah Sakit menjadi ada.

2. Renovasi
Proses perbaikan suatu struktur bangunan maupun prasarana yang sebelumnya
sudah ada dalam bangunan Rumah Sakit.

3. Sistem HVAC (Heating Ventilation, Air Conditioning)/ Sistem Tata Udara


Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban, arah
pergerakan udara dan mutu udara.

4. Kelembaban nisbi
Parameter untuk menyatakan banyaknya uap di dalam udara berupa nisbah antara
tekanan uap yang ada saat itu dan tekanan uap maksimum yang mungkin dicapai
dalam suhu dan tekanan udara saat itu.

5. Kelembaban Udara
Banyaknya kandungan uap di atmosfer.

6. ICRA (Infection Control Risk Assesment)


Proses untuk menentukan potensial terjadinya penularan infeksi yang dapat terjadi
dari udara dan air melalui kontaminasi geologis di fasilitas selama adanya kegiatan
pemeliharaan, pembongkaran, perbaikan.

a. Pembangunan dan renovasi bangunan dapat mempertimbangkan :


b. Identifikasi hazard
c. Analisa Resiko terkait hazard tersebut
7. Menentukan/ memutuskan cara untuk mengeliminasi dan mengendalikan hazard
Suatu kegiatan membangun sarana atau prasarana dalam sebuah bidang arsitektur
atau tekhnik sipil
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Alur Pembangunan atau Renovasi
1. Melakukan tinjauan terhadap lokasi yang akan dibangun
2. Pembuatan rencana anggaran belanja
3. Mengajukan usulan pembangunan atau renovasi (proposal)
4. Permohonan persetujuan ke Direktur rumah sakit dan Direktur PT
(membuat analis terhadap pelayanan)
5. Mengerjakan proyek pembangunan dan renovasi
6. Pembersihan lokasi pembangunan atau proyek
7. Serah terima kepada user
B. Penanggung jawab proses pembangunan atau renovasi dan urain tugas
1. Pelaksanaan pembangunan atau renovasi : Swakelola/ pihak ketiga
2. Penanggung jawab pekerjaan : RS/ pihak ketiga (vendor)
3. Uraian tugas penanggung jawab pembangunan atau renovasi
C. Identifikasi area yang akan dilakukan pembangunan dan renovasi
Proses mencari informasi yang berkaitan dengan pembangunan atau renovasi

D. Analisa dampak proses pembangunan dan renovasi terhadap pelayanan.


Melakukan kajian dan informasi yang didapat pada saat melakukan identifikasi

E. Langkah-langkah PCRA renovasi/ pembangunan


F. Pelaksanaan proses pembuangan
G. Laporan dan dokumentasi
H. Lampiran – lampiran
BAB III
TATA LAKSANA
A. ALUR PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI
Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh Rumah Sakit

Ka unit/ Kabag/kasie
ruangan/instalasi

Kadiv Teknik Inspeksi oleh


 Internal Ka.Teknik,
1. Melakukan penggambaran
 Pihak Ka.Umum,
2. Menyusun RAB (budget)
ketiga/vendor K3RS, KPPI
3. Penyetujuan ke Direksi RS
4. Waktu pelaksanaan
5. Pemberitahuan/rapat ke
K3, KPPI Analisa Dampak
Hasil analisa dan RTL terhadap pelayan
(Melibatkan K3RS,
KPPI, Umum)

Pengerjaan Proyek
pembangunan /
Renovasi
Evaluasi dari
Komite K3
Pembersihan
sisa Proyek
Serah Terima
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEMBANGUNAN
ATAU RENOVASI
1. Pelaksanan pembangunan atau renovasi
a. Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan sendiri oleh pihak
Rumah Sakit.

b. Pihak ketiga/ vendor


Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak
ketiga) tidak dilakukan oleh Rumah Sakit.

2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi terdiri dari pihak


Rumah Sakit
a. Penanggung jawab : Kepala Divisi Teknik
b. Tugas :
 Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk menyusn
gambar teknik dan anggaran
 Melakukan analisa dampak terhadap proses pelayanan bersama
dengan Komite PPI, K3RS.
 Melakukan koordinasi dengan pihak user selama proses pengerjaan
 Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor terutama di
bidang aspek keselamatan serta detail
 Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user setelah
pekerjaan selesai
 Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
3. Pihak kontraktor
a. Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang
bertanggung jawab atas proses pengerjaan.

b. Tugas
 Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal
perencanaan pengerjaan sehubungan dengan hasil analisa
dampak serta melakukan antisipasi terhadap kemungkinan
dampak tersebut
 Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit sehubungan dengan
pengadaan dan penempatan material yang diperlukan untuk
proses konstruksi dan renovasi yang akan dilakukan
 Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses pengerjaan
yang terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan
serta pengendalian infeksi yang berlaku di RS MH Thamrin
Salemba
 Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
 Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai
dengan rencana
 Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan
 Melakukan koordinasi harian dengan pihak RS MH Thamrin Salemba
 Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak RS MH Thamrin
Salemba
C. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU RENOVASI
1. Fasilitas yang akan dibangun
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung dengan
menyebutkan unit atau area

2. Luas area yang akan dibangun


Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2

3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu bata dll
4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi
6. Ijin-ijin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi contohnya : IMB,
Ijin penggunaan air tanah dll
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS dan KPPI
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti : terjatuh,
tertimpa, terpotong, terlindas, dll
D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI TERHADAP PELAYANAN
Penilaian dampak :

1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan mengumpulkan


informasi sebelum menilai resiko dari suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang
melakukan)
3. tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau
mesin yang dugunakan untuk melakukan aktifitas

E. LANGKAH-LANGKAH PCRA
RENOVASI/PEMBANGUNAN Langkah 1.
Meeting Kordinasi Proyek
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek
renovasi/pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas mengenai proyek yang
akan dilaksanakan, mulai dari denah proyek, jadwal proyek, pekerja proyek
dan jenis proyek.

Langkah 2 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko


Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya di setiap kegiatan proyek, dari
peletakan batu pertama hingga serah terima hasil pekerjaan. Pada tahap ini
diharapakkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh tahapan
proses pembangunan/renovasi. Kemudian Tim K3 akan melakukan
identifikasi bahayanya dan penilaian resiko nya

Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading)


dengan memperhatikan :

1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)

TINGKAT DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI


RISIKO
1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)

2 Jarang/unlikely (> 2 – 5 tahun/kali)


3 Sedang (1 -2 tahun/kali)

4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)

5 Sangat sering/ almost certain (tiap minggu/


bulan)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

Rating Tingkat Efek Efek Efek Pada


Konsekuen Konsekue Terhada Terhadap Lingkungan
si n p Perusahaa
si Manusia n
5 Fatality Cacat tetap Perusahaan Menimbulkan
atau dapat berhenti/tutup kerusakan lingkungan
mengakibat atau rugi yang sangat besar dan
k an mulai dari Rp luas, bersifat
kematian 1 milyar permanen (berdampak
keatas jangka panjang dan
tidak bisa
direhabilitasi) serta
memberikan dampak
langsung terhadap
masyarakat luas
4 Berat Epidemic, Menghentikan Menimbulkan
Cidera proses di kerusakan lingkungan
yang beberapa/depa yang besar dan luas,
berakibat rt emen atau terus menerus dalam
hari hilang rugi kurang dari jangka waktu yang
dan Rp 1 milyar dan panjang dapat
berakibat mulai dari Rp. direhabilitasi tetapi
cacat 100.000.000 mkemerlukan biaya
sebagian yang
mahal
3 Sedang Cidera Menghentikan Menimbulkan
yang proses di suatu kerusakan lingkungan
berakibat bagian/departe yang besar (melebihi
hari hilang m en atau rugi nilai baku mutu
(lost time) kurang dari Rp lingkungan/ketentuan
tanpa 100.000.000 lainnya) dan luas
berakibat dan (menyebar sampai
cacat mulai dari keluar lokasi/tempat
Rp. kejadian) namun tidak
1.000.000 bersifat
permanen.

2 Ringan Cidera Menghentikan Menimbulkan


ringan proses kerusakan lingkungan
mendapat sebagian kecil di wilayah setempat
P3K atau atau rugi yang dapat segera
perawata kurang dari Rp ditangani dan tidak
n medis 1.000.000 bersifat permanen
dan dapat dan mulai
bekerja dari Rp 1
kembali di
waktu
shiftnya
1 Nearmis Hanya Tidak Tidak ada polusi yang
s memerluka ada signifikan dan dapat
n pengaru diabaikan
penangana h
n
P3K
.
Langkah 3 Analisa Resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/ tersebut
termasuk dalam kategori biru/hijau

/kuning/merah.

1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisis.

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang


sesuai, dan meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan menentukan
suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

3. Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.


a. Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi bahaya, efek
yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.

Setelah resiko ditetapkan, maka kemudia resiko akan dilakukan


grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat peluang
terjadi dan tingkat dampak nya. Setelah didapat, maka akan dikalikan
dengan rumus berikut

SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG


4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim K3
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa
resiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matriks

Potencial Concequences
Nearmis Ringan Sedang Berat Fatal
Frekuensi/Likelyho
s 2 3 4 5
od
1
Sangat Sering Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
Terjadi
(Tiap
Minggu/B
ulan) 5
Sering Moderate Moderate High Ekstre Ekstre
Terjadi m m
(Beberapa
kali/tahun)
4
Sedang Low Moderate High Ekstre Ekstre
(Sekali dalam m m
1-2
tahun)
3
Jarang Terjadi Low Low Moderate High Ekstre
(Terjadi dalam m
2-5 tahun
sekali)
2
Sangat Jarang Low Low Moderate High Ekstre
Terjadi (Terjadi >5 m
tahun sekali)
1

Keterangan :

Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan


terkait/setiap hari) Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)

Moderate : Secara periodik dimonitor (Sebulan


sekali) Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan
sekali)\

Langkah 4 Menentukan Jenis Pengendalian Resiko


Setelah resiko sudah ter analisa, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan jenis pengendalian resiko. Menurut Hierarki Pengendalian
Bahaya, ada lima jenis cara pengendalian bahaya yaitu

1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Rekayasa
4. Administrasi
5. Alat Pelindung Diri (APD)

Langkah 5 Menentukan penanggungjawab dan tanggal penyelesaian


pengendalian resiko
Penanggung jawab merupakan orang yang ditunjuk untuk melaksanakan
langkah pengendalian resiko dan untuk tanggal penyelesaian adalah waktu
yang ditentukan untuk batas akhir pengerjaan langkah perbaikan sebelum
pekerjaan proyek dilaksanakan.
Langkah 6 Pengesahan PCRA
Pengesahan PCRA dilakukan setelah dokumen PCRA lengkap. Dokumen
PCRA sendiri terdiri dari

1. Form PCRA
2. Dokumen ICRA
3. Form Inpeksi Proyek
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian di tanda tangani oleh
Pimpinan Proyek, Ketua Komite K3 dan Direktur RS

BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi dengan
menggunakan metode PCRA dilakukan oleh Divisi Teknik Rumah Sakit dan Komite K3 Rumah
Sakit bila terdapat proyek pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi maupun
renovasi di Rumah Sakit.
Pelaporan pemantauan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi
dilakukan oleh komite K3 Rumah Sakit bekerjasama dengan Divisi Teknik Rumah Sakit dan
dilaporkan ke Direktur Utama setiap 6 bulan sekali.
Lampiran II
SK Direktur No ………………………….
Tentang PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI

ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

19 / 20 ……………… 00

RS MH THAMRIN
SALEMBA
STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan :
PROSEDUR
OPERASIONAL

(SPO)
Dr. Handaria Maulidasari
Direktur
PENGERTIAN Asesmen risiko pra kontruksi (Pra-Construction Risk
Assessment/PCRA) merupakan penilaian risiko yang dilakukan
sebelum dilakukan renovasi atau pembangunan di dalam area
Rumah Sakit
TUJUAN Meminimalkan dampak konstruksi, renovasi, atau penghancuran sehingga
pelayanan pasien tetap terjaga kualitas dan keamanannya
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
2. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3. Permenkes RI No. 66 Tahun 2016 Tentang K3RS
4. Peraturan Pemerintag No 29 Tahun 2000
5. Pedoman Teknis K3 Konstruksi Bangunan & 104/KPTS/1986
6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 174/Men/1986
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 104/KPTS/1986

PROSEDUR 1. Manajemen RS menginformasikan kepada komite K3RS dan


komite PPI tentang rencana pembangunan/renovasi gedung rumah
sakit
ASESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

20 / 20 ……………… 00

2. Komite menganalisa dampak pembangunan terhadap lingkungan RS


dengan menggunakan langkah langkah PCRA (terlampir)
3. Komite K3RS dan PPI memberikan rekomendasi kepada tim
konstruksi berdasarkan hasil telaah
4. Tim Konstruksi atau renovasi menandatangani format kesepakatan
Pengendalian dampak konstruksi dan renovasi bangunan sesuai
rekomendasi Komite K3RS dan PPI
5. Tim konstruksi melanjutkan pembangunan apabila telah
melaksanakan rekomendasi Komite K3RS dan PPI
6. Komite K3RS, PPI bersama manajemen RS mengawasi jalannya
pekerjaan konstruksi/renovasi bangunan
7. Pihak manajemen dapat meninjau kembali izin pelaksanaan
konstruksi/renovasi apabila dalam pekerjaannya, tim kontruksi tidak
menjalankan rekomendasi yang dianjurkan Komite K3RS dan PPI
UNIT TERKAIT Komite K3RS
Komite PPI
Manajemen Rumah Sakit
Tim Konstruksi dan Renovasi Bangunan Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai