Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN PENGELOLAAN

DAMPAK RENOVASI/DEMOLISI
BANGUNAN RUMAH SAKIT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


UPT DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH

Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
Telp. 0321-690441, Fax. 0321-690137, email: rsk_sumberglagah@yahoo.co.id, website: rssumberglagah.jatimprov.go.id
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH


Panduan Pengelolaan Dampak Renovasi/ Demolisi Bangunan Rumah Sakit

TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN

Kepala Bidang Pelayanan

drg. Dyah Retno A. Puspitorini, M.Si.


Pembina Authorized Person
NIP. 19660415.199402 2 001

dr. I G.N. Arya Sidemen, S.E., M.P.H.


Pembina Tk.I Direktur Rumah Sakit
NIP.19630916 198903 1 008

i
RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH
Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo, Kec. Pacet,
Kab. Mojokerto, Jawa Timur

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH
NOMOR 440/ /102.6/2018
TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN DAMPAK RENOVASI/ DEMOLISI


BANGUNAN RUMAH SAKIT

Direktur Rumah Sakit Sumberglagah,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pelayanan pasien yang bermutu di Rumah


Sakit Sumberglagah terkait pelaksanaan renovasi bangunan di
rumah sakit, maka diperlukan penanganan dampak renovasi
bangunan yang dikelola oleh suatu unit kerja.
b. Bahwa agar kinerja penanganan dampak renovasi bangunan
tersebut dapat terlaksana dengan baik perlu adanya Panduan
Penanganan Dampak Renovasi Bangunan di Rumah Sakit
Sumberglagah sebagai landasan dalam pelaksanaan tugas.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1 dan 2 perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Sumberglagah.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/2007
tentang Pedoman Manajerial PPI di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
5. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya, Depkes RI,
2011;
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
10. Peraturan Gubernur Nomor 123 Tahun 2016 tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit Sumberglagah;
11. Keputusan Gubernur Nomor 821.2/1667/204/2017 tentang
Pengangkatan dalam Jabatan dr. I G.N. Arya Sidemen, S.E.,
M.P.H. sebagai Direktur Rumah Sakit Sumberglagah.

ii
MEMUTUSKAN
Me : PERATURAN
net DIREKTUR RUMAH
apk SAKIT
an SUMBERGLAGAH
TENTANG PANDUAN
PENANGANAN
DAMPAK RENOVASI
BANGUNAN.
Pert : Pelaksanaan kegiatan
am penanganan dampak
a renovasi bangunan di
Rumah Sakit
Sumberglagah wajib
dilaksanakan
berdasarkan ketentuan
sebagaimana Lampiran
Peraturan ini.
Ked : Pelaksanaan kegiatan
ua penanganan dampak
renovasi bangunan
menjadi tanggung
jawab Unit
Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit
Sumberglagah
Keti : Peraturan ini mulai
ga berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan
dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya
apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : MOJOKERTO
Pada Tanggal : 16 September 2018

DIREKTUR
RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH

dr. I G.N. Arya Sidemen, S.E., M.P.H.


Pembina Tk.I
NIP.19630916 198903 1 008

iii
Rumah Sakit Sumberglagah
: 440/ /102.6/2018
: 16 September 2018

KATA PENGANTAR

Renovasi atau demolisi perlu dilaksanakan oleh rumah sakit. Renovasi dilaksanakan
untuk memperbaharui, memperbaiki atau mengganti bagian–bagian ruangan dari
rumah sakit yang sudah mengalami kerusakan.
Tentunya dari kegiatan renovasi ini menimbulkan dampak terhadap lingkungan di
sekitar rumah sakit terutama ruang pelayanan pasien. Untuk itu perlu disusun
Panduan Penaganan Dampak Renovasi/ Demolisi bangunan Rumah Sakit agar
pelayanan di rumah sakit tetap berjalan dengan baik.
Informasi atau saran sesuai dengan perkembangan masih sangat diperlukan untuk
perbaikan Panduan Penanganan Dampak Renovasi/ Demolisi bangunan rumah sakit
ini.

Mojokerto, 16 September 2018

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................IV
DAFTAR ISI..................................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. DEFINISI.......................................................................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................................2
A. POLUSI UDARA...........................................................................................................2
B. KEBISINGAN................................................................................................................2
C. GETARAN.....................................................................................................................3
D. KEBUTUHAN UTILISASI..............................................................................................3
E. KEJADIAN YANG BERSIFAT EMERGENCY..............................................................3
BAB III TATA LAKSANA.............................................................................................4
A. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI...........................4
B. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI PATIENT RISK GROUP...........................................4
C. TATA LAKSANA PENENTUAN MATRIKS PENGENDALIAN INFEKSI.......................5
D. TATA LAKSANA PEMBERIAN REKOMENDASI PENGURANGAN............................5
E. TATA LAKSANA PENILAIAN DAMPAK POTENSIAL AREA SEKITAR PROYEK.......6
F. TATA LAKSANA TINJAUAN RENCANA KONSTRUKSI..............................................7
G. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA...............................................8
H. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS PENCAHAYAAN.................................9
I. TATA LAKSANA KOMISIONING BANGUNAN............................................................9
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................................10
A. FORM PENETAPAN TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI...........................................10
B. FORM CHECKLIST PERSETUJUAN KONSTRUKSI................................................11
C. RENCANA KERJA PERBAIKAN GEDUNG...............................................................13
D. LAPORAN KEMAJUAN PERBAIKAN GEDUNG........................................................13

v
BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Demolisi/renovasi rumah sakit adalah kegiatan yang pasti akan dilaksanakan seiring
dengan usia bangunan/ fasilitas ataupun dikarenakan hal-hal lain yang menyebabkan
perlunya renovasi fasilitas pelayanan rumah sakit.

B. TUJUAN
Tujuan dari panduan ini adalah agar dalam pelaksanaan kegiatan demolisi/ renovasi,
dapat mengurangi atau bahkan meniadakan risiko infeksi akibat dari kegiatan demolisi/
renovasi fasilitas pelayanan rumah sakit.

1
BAB II RUANG LINGKUP

Seluruh bangunan dan fasilitas yang digunakan untuk pelayanan kesehatan, ruangan-
ruangan perawatan, poliklinik, dan semua yang berhubungan dengan pelayanan terhadap
pasien.
Setiap pelaksanaan renovasi ruangan/bangunan akan direncanakan dan dilaksanakan
oleh bagian pemeliharaan sarana rumah sakit yang bekerjasama dengan pihak luar.
Pada pelaksanaan renovasi harus diperhatikan dampak dari pekerjaan renovasi
bangunan tersebut yang mungkin terjadi meliputi polusi udara, infeksi, kebisingan, getaran
dan jika terjadi kejadian yang bersifat emergency.
Dalam pelaksanaan demolisi/ renovasi, bangunan atau fasilitas harus dalam keadaan
kosong atau tidak digunakan untuk melaksanakan pelayanan. Namun dalam kondisi
pelayanan di fasilitas atau disekitarnya tetap harus melaksanakan pelayanan, maka harus
dilaksanakan kegiatan atau tindakan agar dampak dari demolisi tersebut dapat dikurangi
atau bahkan ditiadakan.

A. POLUSI UDARA
Untuk mengatasi polusi udara yang diakibatkan kegiatan renovasi yang berupa
pembongkaran tembok, kupas plesteran, pengamplasan, maka harus dilakukan
penyekatan area pekerjaan dengan menggunakan triplek, terpal, seng, atau bahan-
bahan lain yang dapat mencegah debu keluar dari area demolisi/ renovasi, atau
dengan cara membasahi material yang akan dibongkar dengan air untuk mencegah
debu berterbangan. Selain untuk menanggulangi dampak yang berupa polusi udara,
hal ini juga dapat mencegah timbulnya infeksi yang disebabkan oleh debu. Adapun
kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata
8 jam adalah 0,15mg/m³.

B. KEBISINGAN.
Dengan melakukan penyekatan area demolisi/renovasi dengan bahan yang dapat
mengurangi kebisingan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut.

INDEKS KEBISINGAN MENURUT RUANGAN ATAU UNIT


N MAKSIMUM KEBISINGAN
RUANGAN ATAU UNIT
O (waktu pemaparan 8 jam, satuan dBA)
1 Ruang pasien :
- Saat tidak tidur 45
- Saat tidur 40
2 Ruang operasi, umum 45
3 Anestesi, pemulihan 45
4 Endoskopi, laboratorium 65
5 Sinar-X 40
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 Kantor/ lobby 45
9 Ruang alat/ gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80
C. GETARAN
Apabila kegiatan demolisi/ renovasi akan menimbulkan dampak getaran yang sangat
kuat, sehingga mengganggu kenyamanan pengguna sekitarnya, maka kegiatan
pelayanan harus dipindahkan atau dihentikan sementara selama getaran tersebut
timbul.

D. KEBUTUHAN UTILISASI.
1. Kebutuhan air bersih
Kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dengan memanfaatkan saluran air rumah sakit
yang sudah ada di area renovasi, yang menggunakan sistem tangki atap dan tangki
tekan.
2. Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor/limbah dapat dilakukan menggunakan saluran air kotor terdekat
yang sudah ada di area rumah sakit.
3. Pembuangan sampah.
Pembuangan sampah bongkaran material harus dilakukan dengan rapi sehingga tidak
mengganggu kegiatan pelayanan di unit pelayanan sekitarnya dan tidak mengganggu
keindahan lingkungan.
4. Instalasi listrik
Sumber daya listrik dapat diambil dari instalasi terdekat yang ada di rumah sakit
dengan memperhatikan segi keamanan dan kerapihan. Menggunakan material/bahan-
bahan standard dan pengaturan kabel tidak berserakan.

E. KEJADIAN YANG BERSIFAT EMERGENCY


Apabila terjadi kecelakaan kerja, penanganannya sesuai dengan penanganan kejadian
emergensi di IGD
BAB III TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI


1. Tim Pembangunan menyerahkan Form Penetapan Tipe Renovasi/Pekerjaan
Konstruksi kepada Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana menentukan Tipe Renovasi/Pekerjaan Konstruksi
berdasarkan kriteria berikut:
a. Type I
Inspeksi dan aktifitas tidak rumit yaitu meliputi : Membuka plafon atau lantai
hanya untuk melihat sekilas (seluas 60 cm) , pengecatan tanpa
pengerokan/ampelas, melapis dinding dan pekerjaan pelistrikan,
penggantian/pemasangan pipa air dengan gangguan sementara (15 menit)
atau pekerjaan perbaikan/pemeliharaan yang tidak menimbulkan gangguan
seperti suara/debu.
b. Type II
Aktifitas skala kecil, waktu singkat dan debu sedikit, seperti meliputi: membuka
akses ke suatu area/saluran, memotong dinding atau plafon dimana debu akan
berhamburan tetapi dapat terkontrol. Misal instalasi /perbaikan kabel listrik
/telepon/computer dan pengerokan lapisan dinding yang tidak luas (30 menit).
c. Type III
Setiap pekerjaan yang menimbulkan debu cukup banyak misalnya pembongkaran
dinding atau pembongkaran satu bagian dari struktur bangunan yang sudah ada
seperti sink, counter top, pengerokan dan pelapisan dinding yang cukup luas (2
kamar pasien) dan memerlukan waktu lebih dari 1 jam dan tidak selesai dalam
satu shift
d. Type IV
Penghancuran yang bersifat luas dan berat dari suatu konstruksi bangunan dan
proyek renovasi. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan secara
total, ada gangguan terhadap suplai air dikamar pasien (>2 kamar) lebih dari 1 jam.
3. Form Penetapan Tipe Konstruksi diserahkan kepada Komite PPI dengan diketahui oleh
Tim Pembangunan dan/atau Kepala Unit Pemeliharaan Sarana.
4. Apabila diperlukan Komite PPI dapat mengajak Kontraktor Pelaksana dan Tim
Pembangunan serta Kepala Unit Pemeliharaan Sarana untuk meninjau lokasi
pekerjaan konstruksi tersebut.

B. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI PATIENT RISK GROUP


1. Berdasarkan rencana pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan, maka dilakukan
identifikasi kelompok area yang berisiko terhadap pasien.
2. Penentuan Kelompok Risiko tersebut berdasarkan kriteria:
LOW RISK MEDIUM RISK HIGH RISK HIGHEST RISK
Office areas • Cardiology • CCU • Any area caring for
• Echocardiography • Emergency immunocompromised
• Endoscopy Room patients
• Nuclear Medicine • Labor & • Burn Unit
• Physical Therapy Delivery • Cardiac Cath Lab
• Radiology/MRI • Laboratories • Central Sterile Supply
• Respiratory Therapy (specimen) • Intensive Care Units
• Medical Units • Negative pressure
• Newborn isolation rooms
Nursery • Oncology
• Outpatient • Operating rooms
Surgery including C-section room
• Pediatrics
• Pharmacy
• Post
Anesthesia Care
Unit
• Surgical Units

C. TATA LAKSANA PENENTUAN MATRIKS PENGENDALIAN INFEKSI


1. Berdasarkan tipe pekerjaan konstruksi dan penentuan kelompok berdasarkan dampak
pembangunan terhadap risiko pasien, maka ditentukan Kelas Pekerjaan Konstruksi
tersebut (Class of Precaution Construction Projection by Patient Risk) sesuai Matriks
berikut:

Construction Project Type


Patient Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/V IV

2. Persetujuan Komite PPI diperlukan bila kegiatan kontruksi dan tingkat risiko
menunjukkan kelas III atau IV.
3. Komite PPI selanjutnya menetapkan prosedur pengendalian yang diperlukan.

D. TATA LAKSANA PEMBERIAN REKOMENDASI PENGURANGAN


DAMPAK RENOVASI BANGUNAN
1. Berdasarkan Penetapan Kelas Pekerjaan Konstruksi, Komite PPI akan
merekomendasikan kegiatan yang akan dilakukan terkait Tipe pekerjaan tersebut.

KELAS SELAMA PROYEK KONSTRUKSI SAAT PROYEK SELESAI


1. Melakukan pekerjaan dengan debu yang
minimal 1. Bersihkan area setelah
2. Segera melakukan pemasangan kembali pekerjaan selesai total
Kelas I setiap dari plafon atau lantai yang dilepas
untuk pengamatan secara kasat mata.
3. Perombakan yang bersifat minimal.
Kelas II 1. Sediakan sarana untuk mencegah 1. Bersihkan lantai dengan air dan
KELAS SELAMA PROYEK KONSTRUKSI SAAT PROYEK SELESAI
pencemaran udara oleh debu yang berasal deterjen pembersih
dari area proyek 2. Semua kantong sampah diikat
2. Kendalikan debu saat proses memotong dan bawa ke lokasi
dengan semprotan air yang halus penampungan
3. Lapisi pintu yang tidak digunakan dengan 3. Pel lantai atau sedot dengan
kertas vacuum cleaner
4. Matikan dan tutup rapat vent udara 4. Gunakan penyedot debu setiap
5. Lap permukaan dengan cairan disinfekatn 5. pekerjaan selesai.
6. Buang sampah/puing bangunan dalam
wadah yang bertutup rapat saat dibawa
keluar area proyek
1. Diperlukan ijin dari Infection Control sebelum 1. Lakukan penyedotan debu
proyek dimulai 2. Lakukan pengepelan lantai
2. Pastikan system ventilasi diarea proyek dengan cairan disinfektan
dinonaktifkan selama Proyek berlangsung 3. Lepaskan semua partisi/
untuk menghindarkan kontaminasi debu ke plastic secara hati-hati
system aliran udara 4. Masukkan semua sampah
3. Memastikan semua perlengkapan untuk kedalam kantong dan ikat
Kelas III mengisolir area kerja (partisi/dinding sebelum dibawa ke lokasi
sementara) penampungan
4. Pastikan tidak ada aliran udara keluar area 5. Tutup kereta pembawa puing
proyek 6. Pindahkan/pisahkan system
5. Tidak melepaskan semua penghalang HVAC saat aktifitas kerja
debu /partisi sebelum seluruh pekerjaan
selesai
1. Diperlukan ijin dari Infection Control 1. Lakukan penyedotan debu
sebelum proyek konstruksi dimulai dengan vakum cleaner
2. Hindarkan kontaminasi system saluran 2. Pengepelan dengan
udara selama proyek berlangsung menggunakan cairan
3. Pemasangan partisi/penghalang debu yang disinfektan
memadai disekitar area proyek 3. Lepaskan semua partisi
4. Pertahankan tekanan negative untuk pembatas secara hati-hati
menghindarkan debu keluar dari area kerja agar tidak ada debu tidak
5. Jangan melepas semua partisi pembatas berhamburan
sebelum aktifitas selesai dan pembersihan 4. Semua sampah harus
dilakukan dimasukkan dalam kantong
Kelas IV 6. Buat satu ruang transit (ante room) yang yang terikat dan masukkan
dapat digunakan pekerja proyek dalam kontener yang tertutup
membersihkan dirinya sebelum mereka 5. Pindahkan/pisahkan HVAC
meninggalkan area kerja atau sediakan diarea proyek selama proyek
baju pelindung berlangsung
7. Semua personil yang memasuki area 6.
proyek sebaiknya mengguna-kan penutup
sepatu
8. Jangan melepaskan semua pembatas area
kerja sebelum aktifitas selesai secara total
dan pembersihan dilakukan

E. TATA LAKSANA PENILAIAN DAMPAK POTENSIAL AREA SEKITAR PROYEK


1. Setelah menetapkan Kelas Pekerjaan Konstruksi, selanjutnya dilakukan penilaian
dampak potensial area sekitar proyek, dengan menggunakan tabel berikut:
UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT
BELOW ABOVE LATERAL LATERAL BEHIND FRONT
Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group

2. Lakukan identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang perawatan, ruang


farmasi/obat, dsb.
3. Lakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa ledeng, listrik
(dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman listrik.
4. Lakukan identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian
sebelumnya; dan tentukan jenis bariernya, misalnya dinding yang tertutup rapat, atau
diperlukan HEPA filter.
5. Lakukan pertimbangan adanya potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko
akibat kerusakan kesatuan struktur (misalnya dinding, atap, plafon).
6. Lakukan penilaian waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, apakah pekerjaan
dilakukan selama jam buka pelayanan pasien.
7. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara
negative yang memadai
8. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat cuci tangan

F. TATA LAKSANA TINJAUAN RENCANA KONSTRUKSI


1. Unit Pemeliharaan Sarana biasanya dapat dilibatkan dalam meninjau proyek-proyek
konstruksi yang baru dan renovasi. Uraian berikut dapat membantu selama proses
tersebut.
2. Ruang Mekanikal
a. Idealnya ruang mekanikal untuk perlatan utama seperti peralatan pengkondisian
udara dan chiller harus langsung dapat diakses dari luar bangunan untuk
kemudahan penggantian-penggantian.
b. Fitur ini praktis, minimal lokasi ruang mekanikal harus dapat meminimalkan
gangguan dari petugas pemeliharaan ke lantai medik
c. Jika memungkinkan kendaraan transportasi dapat langusng untuk melakukan
perawatan peralatan sesuai yang diinginkan. Akses dengan lift langsung ke ruang
mekanik di lantai atas sangat membantu.
3. Peralatan yang dipasang di atap
a. Peralatan yang dipasang di atap secara umum harus dihindari untuk pemakaian
pada kondisi kritis karena akses biasanya sulit dan kondisi kerja yang tidak aman
untuk petugas pemeliharaan
b. Namun demikian peralatan tata udara yang dipasang di atasp adalah pilihan biaya
yang sangat efektif untuk klinik
c. ‘juga fan buang, menara pendingin, dan peralatan pelepas kalir lanunnya sering
ditempatkan di atap
d. Setiap kali digunakan peralatan yang dipasang di atap, perlu disediakan jalan akses
untuk petugas yang tidak merusak atap; sebuah tangga tetap dan atau catwalk
harus dipertimbangkan untuk setiap peralatan yang memerlukan akses untuk
perawatan (termasuk katup) dan tidak mudah diakses dari tangga portable tinggi 2
meter.
4. Tata letak ruang mekanikal
a. Tata letak ruang mekanikal harus mencakupruang yang cukup untuk akses ke
peralatan untuk pengoperasian, pemeliharaan dan termasuk catwalk permanen
atau tangga untuk akses ke peralatan yang tidak dapat dijangkau dari lantai.
b. Periksa bahwa sarana yang praktis tersedia untuk memindahkan/mengganti jenis
peralatan berat dan/atau besar yang diletakkan di dalam fasilitas dan disediakan
ruangan untuk menarik semua koil, penukar kalor, chiller, tabung boiler, dan filter.
5. Perlakuan Kimia (chemical treatment)
a. Perlakuan kimia merupakan bagian integral untuk memastikan bahwa system
perpipaan di dalam bangunan fisik dalam kondisi internal yang baik
b. Pipa yang kotor menciptakan biaya energy dan dapat menyebabkan effisiensi
system lebih rendah dan menimbulkan ketidaknaymanan pada penghuni.
Pengolahan air yang tidak benar pada sisi air condenser dapat menyebabkan air
yang berlebihan tumpah dan terbuang.
c. Pengurasan boiler terlalu banyak menghasilkan limbah air, sehingga program
perawatan untuk boiler juga diperlukan
d. Label uji ditempatkan di lokasi-lokasi strategis harus dilakukan dan diperiksa secara
rutin
e. Pemasukan zat kimia terletak di daerah yang mudah diakses dan dapat dicuci.
Panci unit pengkondisian udara harus diperlakukan secara teratur dengan tablet
biocide. Produk dengan wadah drum beratnya 28 kg, berarti untuk itu diperlukan
alat menggerakkan dan mengangkatnya.
6. Pembersihan ducting bila ducting eksisting digunakan
a. Sebelum memulai suatu proyek pembersihan ducting, hati-hati menyelidiki biaya
dan manfaat terhadap risikonya. Konsultasikan kebersihan dan kirimkan sampel
dari bahan yang menempel pada ducting ke laboratorium untuk dianalisis.
b. Pekerjaan pembersihan ducting dapat memberikan hasil yang beragam. Tipikal
pekerjaan pembersihan jalur ducting biasanya bila mungkin diganti dan bukan
dibersihkan. Insulasi luar dari ducting yang sudah ada dilakkukan oleh tenaga kerja
dan dalam beberapa kasus tidak mungkin tanpa memindahkan semua utilitas yang
ada di sekelilingnya.
7. Sistem Proteksi Kebakaran
a. Kecenderungan system terlalu besar telah mengakibatkan lebih besarnya pelepas
tekanan pada pipa. Periksa secara hati-hati dan pastikan bahwa jalur tekanan telah
benar-benar diperhitungkan.
b. Pipa bypass dengan meter aliran adalah pilihan yang baik dan menghemat
sejumlah besar air untuk pengujian system, karena pengujian system di rumah sakit
harus dilakukan setiap minggu.

G. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA


1. Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer sesuai dengan
standar yang diperkenankan 21-24 0C dengan tekanan seimbang.
2. Kontrol indeks kuman tidak melebihi dari 200-500 CFU/m3
3. Pemasangan Exhaust Fan (perlindungan terhadap kelembaban udara).
4. Pemasangan stiker, poster “Dilarang Merokok” dan “Bahan Berbahaya”
5. Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi
udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal
setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit
“Legionairre Diseases “.
6. Kontrol terhadap lingkungan (kontrol di dalam/diluar kantor) ; misalnya penumpukan
berkas berkas SDM yang menimbulkan debu, bau dll., disain dan konstruksi tempat
sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll.
7. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.

H. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KUALITAS PENCAHAYAAN


1. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk
membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara berkala
diukur dengan luxs-meter dengan nilai toleransi minimal 100 lux.
2. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
3. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya
(agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
4. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
5. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang
digunakan.
6. Penyediaan lampu emergensi (emergency lamp)

I. TATA LAKSANA KOMISIONING BANGUNAN


1. Komisioning adlaah proses yang difikuskan pada kualitas yang dicapai, pengesahan
dan mendokumentasikan bahwa fasilitas yang direncanakan, dirancang, dipasang, diuji
dan mampu dioperasikan dan dipelihara untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
maksud perancangan.
2. Proses komisioning meluas melalui semua tahapan dari suatu proyek yang baru atau
renovasi ke hunian dan pengoperasian, dan telah diperiksa pada setiap tahap proses
untuk menjamin keabsahan kinerja untuk memenuhi persyaratan rancangan dari
pemilik.
3. Sasaran mendasar dari komisioning adalah
a. Untuk membuktikan dan menyusun dokumen dokumentasi yang menyatakan
bahwa kinerja fasilitas dan system telah memenuhi syarat seperti diminta pemilik.
b. Untuk meningkatkan komunikasi dengan mendokumentasikan informasi dan
keputusan seluruh tahapan proyek.
c. Untuk membuktikan dan melaporkan bahwa kinerja system di dalam bangunan
telah memenuhi maksud perancangan.
4. Partisipasi aktif dan berkelanjutan petugas pemeliharaan dan operasi dalam proses
komisioning sangat penting untuk keberhasilannya.
BAB IV DOKUMENTASI

A. FORM PENETAPAN TIPE PEKERJAAN KONSTRUKSI


Formulir Penetapan Tipe Konstruksi
Infection Control
Tata cara :
1. Formulir ini harus diisi secara lengkap oleh Koordinator proyek dan dikirim ke
Infection Control Service.
2. Setelah dilakukan peninjauan terhadap proposal proyek, IC-Manager akan
melengkapi dengan rekomendasi dan dikembalikan kepada coordinator
Proyek.

Lokasi dari Proyek : Tanggal proyek dimulai :

Koordinator proyek : Estimasi waktu :

Nama kontraktor yang disetujui :

Supervisor : Telepon :

Type I Inspeksi dan aktifitas tidak rumit yaitu meliputi :


Membuka plafon atau lantai hanya untuk melihat sekilas (seluas
60 cm), pengecatan tanpa pengerokan/ampelas, melapis
dinding dan pekerjaan pelistrikan, penggantian/pemasangan
pipa air dengan gangguan sementara (15 menit) atau
pekerjaan perbaikan/pemeliharaan yang tidak menimbulkan
gangguan seperti suara/debu .
Type II Aktifitas skala kecil, waktu singkat dan debu sedikit, seperti
meliputi: membuka akses ke suatu area/saluran, memotong
dinding atau plafon dimana debu akan berhamburan tetapi
dapat terkontrol. Misal instalasi /perbaikan kabel listrik
/telepon/computer dan pengerokan lapisan dinding yang tidak
luas (30 menit).
Type III Setiap pekerjaan yang menimbulkan debu cukup banyak
misalnya pembongkaran dinding atau pembongkaran satu
bagian dari struktur bangunan yang sudah ada seperti sink,
counter top , pengerokan dan pelapisan dinding yang cukup
luas (2 kamar pasien) dan memerlukan waktu lebih dari 1 jam
dan tidak selesai dalam satu shift.
Penghancuran yang bersifat luas dan berat dari suatu
Type IV konstruksi bangunan dan proyek renovasi. Membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk menyelesaikan secara total , ada
gangguan terhadap supply air dikamar pasien (>2 kamar) lebih
dari 1 jam.

Type proyek Type I Type II Type III Type IV

Rekomendasi Infection Control

Diminta oleh : Disetujui oleh :


Tanggal : Tanggal :

11
B. FORM CHECKLIST PERSETUJUAN KONSTRUKSI
CEKLIS PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DALAM PROYEK
BANGUNAN
Lokasi bangunan : Tanggal proyek dimulai :

Koordinator proyek : Estimasi waktu pengerjaan :

Kontraktor ( pelaksana ) :

Supervisor : Telepon :

Ya Tdk AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tdk GRUP RISIKO


INFEKSI
TYPE A Group 1 : Risiko
Pengawasan, Akitifitas non-invasive rendah

TYPE B
Aktifitas dalam skala kecil, waktu Group 2 : Risiko
singkat dan debu minimal menengah
TYPE C
Aktifitas menimbulkan debu dalam Group 3 : Risiko
jumlah sedang sampai tinggi, menengah/Tinggi
membutuhkan waktu lebih dari 1
shift kerja untuk penyelesaiannya
TYPE D
Aktivitas konstruksi perlu waktu Group 4 : Risiko
yang lama dan membutuhkan shift tertinggi
yang berurutan/ seharian

Selama Proyek konstruksi Saat Proyek selesai


1. Melakukan pekerjaan dengan debu yang
Kelas I minimal 1. Bersihkan area setelah
2. Segera melakukan pemasangan kembali pekerjaan selesai total
setiap dari plafon atau lantai yang
dilepas untuk pengamatan secara kasat
mata.
3. Perombakan yang bersifat minimal.
1. Sediakan sarana untuk mencegah 1. Bersihkan lantai dengan
Kelas II pencemaran udara oleh debu yang air dan deterjen
berasal dari area proyek pembersih
2. Kendalikan debu saat proses memotong 2. Semua kantong sampah
dengan semprotan air yang halus diikat dan bawa ke lokasi
3. Lapisi pintu yang tidak digunakan penampungan
dengan kertas 3. Pel lantai atau sedot
4. Matikan dan tutup rapat vent udara dengan vacuum cleaner
5. Lap permukaan dengan cairan 4. Gunakan penyedot debu
disinfekatn setiap pekerjaan selesai.
6. Buang sampah/puing bangunan dalam
wadah yang bertutup rapat saat dibawa
keluar area proyek
1. Diperlukan ijin dari Infection Control 1. Lakukan penyedotan
Kelas III sebelum proyek dimulai debu
2. Pastikan system ventilasi diarea proyek 2. Lakukan pengepelan
dinonaktifkan selama Proyek berlangsung lantai dengan cairan
untuk menghindarkan kontaminasi debu ke disinfektan
system aliran udara 3. Lepaskan semua partisi/
3. Memastikan semua perlengkapan untuk plastic secara hati-hati
mengisolir area kerja (partisi/dinding 4. Masukkan semua
sementara) sampah kedalam
4. Pastikan tidak ada aliran udara keluar area kantong dan ikat
proyek sebelum dibawa ke
5. Tidak melepaskan semua penghalang lokasi penampungan
debu/partisi sebelum seluruh pekerjaan 5. Tutup kereta pembawa
selesai puing
6. Pindahkan/pisahkan
system HVAC saat
aktifitas kerja
1. Diperlukan ijin dari Infection Control 1. Lakukan penyedotan
Kelas IV sebelum proyek konstruksi dimulai debu dengan vakum
2. Hindarkan kontaminasi system saluran cleaner
udara selama proyek berlangsung 2. Pengepelan dengan
3. Pemasangan partisi/penghalang debu menggunakan cairan
yang memadai disekitar area proyek disinfektan
4. Pertahankan tekanan negative untuk 3. Lepaskan semua partisi
menghindarkan debu keluar dari area pembatas secara hati-
Tgl : kerja hati agar tidak ada debu
5. Jangan melepas semua partisi pembatas tidak berhamburan
sebelum aktifitas selesai dan 4. Semua sampah harus
pembersihan dilakukan dimasukkan dalam
Nama : 6. Buat satu ruang transit (ante room) yang kantong yang terikat dan
dapat digunakan pekerja proyek masukkan dalam
membersihkan dirinya sebelum mereka kontener yang tertutup
meninggalkan area kerja atau sediakan 5. Pindahkan /pisahkan
baju pelindung HVAC diarea proyek
7. Semua personil yang memasuki area selama proyek
proyek sebaiknya mengguna -kan berlangsung
penutup sepatu
8. Jangan melepaskan semua pembatas
area kerja sebelum aktifitas selesai
secara total dan pembersihan dilakukan
Tambahan

Ijin diminta oleh : Ijin diberikan oleh :

Tanggal : Tanggal :

Catatan :
1. Area Risiko Rendah : area kantor dan area publik
2. Area Risiko Sedang : Front office, Rawat Jalan (poli klinik), Dapur,
radiologi, unit Endoskopi, Rehabilitasi Medik
3. Area Risiko Tinggi : Emergency Centre, Kamar Bersalin, Paediatric
Ward, Pharmacy, Nursery, laboratorium, Logistik, ruang Prosedur bedah
minor
4. Area Risiko Tertinggi : ICU, Cath lab, OT, CSSD, Isolation room,
CCU/HCU, NICU, Unit Hemodialisis

C. RENCANA KERJA PERBAIKAN GEDUNG

TANGGAL KEGIATAN PIC TENGGAT WAKTU

D. LAPORAN KEMAJUAN PERBAIKAN GEDUNG

TANGGAL KEGIATAN TENGGAT PENYELESAIAN


WAKTU

DIREKTUR
RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH

dr. I G.N. Arya Sidemen, S.E., M.P.H.


Pembina Tk. I
NIP.19630916 198903 1 008

Anda mungkin juga menyukai