Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PENANGANAN KLB

RSU RAJAWALI CITRA

RSU RAJAWALI CITRA


2022
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSU RAJAWALI CITRA BANTUL
Nomor SK.

TENTANG
PANDUAN PENANGANAN KLB
RSU RAJAWALI CITRA BANTUL

Direktur RSU Rajawali Citra Bantul

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di


Rumah Sakit perlu diatur kebijakan KLB yang disesuaikan
dengan kriteria yang ditetapkan oleh komite PPIRS.
b. Bahwa kebijakan penanganan KLB yang berlaku disesuaikan
di tiap-tiap unit atau instalasi yang sesuai standar yang telah
ditetapkan..
Mengingat : 1. Undang – undangRepublik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentangRumahSakit
2. Undang – UndangRepublik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentangKesehatan
3. PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor
1691/Menkes/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di FasilitasPelayananKesehatan
5. Surat KeputusanMenteriKesehatan RI nomor
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya.
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
382/Menkes/SK/III/2008 Tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya
7. Operasional Rumah Sakit Umum Rajawali Citra
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RSU RAJAWALI CITRA


TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN KLB
Kedua : Keputusan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal
diterbitkan dan akan dilakukan evaluasi minimal satu tahun
sekali.
Ketiga : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan
perbaikan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bantul
Pada tanggal 17 Februari 2022
Direktur RSU Rajawali Citra

dr. Asri Priyani M., MPH


NIK. 200610004
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Penemuan kasus penyakit potensial KLB secara dini, merupakan
peluang untuk dapat melakukan renpons dan melakukan tindakan
memutuskan rantai penularan penyakit atau bertambahnya angka kejadian di wilayah
tersebut agar tidak meluas.

2. Definisi

Timbulnya atau meningkatnya kesakitan atau kematian yang bermakna secara


epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Meliputi semua kejadian
penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun Emerging and Re
emerging Infectious disease (seperti : Severe acute respiratory syndrome (SARS),
Avian influenza, Swine influenza, dan lain-lain). : Anthrax, Antimicrobial Resistance
(MRSA), Hentavirus Pulmonary syndrome, Dengue fever, Cholera, Diphteria, SARS,
E. Coli O 157 H7, Lyme disease, H2N1 Influenza, MDR Tuberculosis, West Nile
Virus, Shigellosis. Hepatitis, E Bola Virus, Human Monkey pox.

3. Tujuan
a. Agar semua petugas kesehatan mengetahui cara penanganan dan penularan
pada pasien dengan penyakit tersebut diatas.
b. Agar semua petugas kebersihan mengetahui cara pembersihan ruangan pasien
dengan kasus penyakit tersebut.
c. Mencegah terjadinya infeksi silang dari satu pasien kepasien lainnya.
d. Semua staf yang menangani penyakit tersebut di atas dapat mengetahui proteksi
yang harus dilakukan terhadap dirinya selama menangani pasien tersebut.

4. Kebijakan
Penanganan kejadian luar biasa kasus infeksius maupun non infeksius
dalam fasilitas pelayanan kesehatan, rumah sakit harus menyediakan alat
pelindung diri yang tepat dan benar dengan mengutamakan keselamatan pasien
dan pencegahan infeksi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Prosedur ini menjelaskan tugas dan tanggung jawab dari tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Keperawatan, Dokter Spesialis,
Dokter Jaga, Staf Laboratorium, Staf Radiologi, Staf Housekeeping, dan Komite
K3 RS.
BAB III
TATA LAKSANA

1. Kriteria Outbreak
a. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian lebih dari 2 (dua) kali terus
menerus selama 3 (tiga) kurun waktu berturut-turut menurut
jenis.penyakitnya dibandingkan dengan periode sebelumnya.
b. Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukan kenaikan lebih dari 2
(dua) kali bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan tahun
sebelumnya.
c.
d. Ditemukan kasus-kasus dengan resiko tinggi penularan dan pandemi
selama dalam perawatan seperti new emerging disease, misalnya SARS
dan Avian Influenza
e. Berikut yang termasuk Emerging and re emerging infectious diseases :
Anthrax, Antimicrobial Resistance (MRSA), Hentavirus Pulmonary
syndrome, Dengue fever, Cholera,Diphteria, SARS, E. Coli O 157 H7,
Lyme disease, H2N1 Influenza, MDR Tuberculosis, West Nile Virus,
Shigellosis, Hepatitis, E Bola Virus, Human Monkey pox.
2. Tatalaksana
a. Adanya kasus terduga atau suspect kejadian luar biasa (KLB).
b. Supervisor keperawatan atau Unit Gawat Darurat (UGD) melaporkan
kepada Tim PPIRS tentang adanya kasus suspect KLB.
c. Tim PPIRS melakukan investigasi kasus KLB dan menetapkan
kewaspadaan standar.
d. Tim PPIRS melakukan diskusi dengan dokter ahli penyakit infeksi
sebelum menetapkan status KLB di rumah sakit.
e. Penanganan kasus KLB bekerjasama dengan komite K3 dan menetapkan
status siaga bencana KLB, kemudian melaporkan ke managemen RS.
f. RS akan merujuk pasien dengan kasus KLB ke rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh instansi Pemerintah yang Berwenang.
g. Penanganan kasus KLB yang berasal dari luar RS seperti SARS, Avian
Influenza dilakukan sesuai dengan prosedur penanganan Suspect Avian
Influenza.
h. Bilamana diperlukan dapat dilakukan evakuasi umum Tim PPIRS
melakukan dokumantasi tentang kejadian dan tindakan yang telah diambil
terhadap data atau informasi KLB.
i. Lakukan terus monitoring dan evaluasi sampai dengan berhasil diatasi.
j. Status KLB wajib dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat.
k. Kasus KLB yang berasal dari luar RS yang menimbulkan eskalasi di
UGD maupun di perawatan, ditangani sebagai bencana eksternal dan
berkerjasama dengan komite K3 RS.
BAB IV
DOKUMENTASI

a. Laporan jumlah 10 kasus terbanyak per-bulan di rawat inap dan IGD.


b. Laporan inverstigasi kasus KLB.
c. Notulensi diskusi dengan dokter ahli penyakit infeksi sebelum
menetapkan status KLB di rumah sakit.
d. Jumlah kasus yang ditangani di RS
e. Monitoring dan evaluasi
f. Laporan Status KLB ke Dinas Kesehatan

Demikian panduan ini dibuat, maka pengintegrasian dan koordinasi aktivitas


asuhan pasien wajib berdasarkan buku pedoman ini terhitung setelah ditandatangani
oleh Direktur RSU Rajawali Citra.

Anda mungkin juga menyukai