Anda di halaman 1dari 22

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAHSULTAN THAHA SAIFUDDIN


KABUPATEN TEBO
Nomor : 445/ /KEP/DIR/V11/2018

Tentang

PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN TB DOTS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN THAH SAIFUDIN

Menimbang :.a. bahwa penyakit tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular


yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dan salah satu
penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan program
penanggulangan TB secara berkesinambungan;
b. bahwa dalam rangka mempersiapkan pelayanan penyakit TB di
Rumah Sakit Sultan Thaha Saifuddin
c. bahwa untuk pelaksanaan butir a dan b diatas maka dipandang
perlu untuk melakukan pembentukan Tim TB DOTS di Rumah
Sakit Sultan Thaha Saifuddin yang ditetapkan dengan surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.144, tambahan Lembaran
Negara RI No.5063)
2 . Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit ( Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.153,
Tambahan Lembaran Negara RI No.5072)
3. Undang-Undang Republik Indonesia No.29 Tahun 2004 tentang
Praktik kedokteran ( Lembaran Negara RI Tahun 2004 No.125,
Tambahan Lembaran Negara RI No 4437)
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 /Menkes/SK/II/2008/
tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.364/Menkes/SK/IV/2009/
tentang pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
7. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor
YM.02.08/111 tentang penatalaksanaan tubercolosis di Rumah sakit
MEMUTUSKAN
Menepkan

Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah SultanThaha Saifuddin


tentang pemberlakuan panduan pelayanan TB DOTS Rumah Sakit Umum
Daerah SultanThaha Saifuddin

Kedua : Panduan Kerja ini disusun untuk menjadi acuan kerja bagi konseler, agar
dapta bekerja secara professional dalam rangka peningkatan pelayanan
medis pada
Rumah sakit, Sebagaimana terlampir pada keputusan ini

Ketiga : Panduan Pelayanan TB DOTS Rumah Sakit umum Sultan Thaha Saifuddin
akan ditinjau dan di review secara berkelas

Keempat: Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan
Ketentuan apabila terdapat kekeliruan didalam nya akan diadakan perbaik
Perbaikan sebagai mana mestinya

Ditetapkan di Muara Tebo


Pada Tanggal 7 Januari 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH
SULTAN THAHA SAIFUDDIN
KABUPATEN TEBO,

Dr .OKTAVIENNI. Sp. An

NIP:197710012006042014
DAFTAR ISI

SK Pemberlakuan panduan pelayanan TB DOTS

Di RSUD Sultan Thaha Saifuddin

Kata pengatar.................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................... ............. .....................ii

BAB I DEFENIS.....................................................................................................… 1

BAB II RUANG LINGKUP.......................……………..............................................2

BAB III TATA LAKSANA.........................…………….............................................4

1. Klasifikasi Tuberkulosis.......................................…......................................11

2. Diagnose Tuberkulosis....................................................................................13

3. Pengobatan Tuberkulosis................................................................................16

4. Pengawasan Menelan obat...........................................................................…23

5. Pemantauan Hasil Pengobatan...................................................................…..24

6. Pengobatan TBpada keadaan Khusus..........................................................…27

7. Reaksi OAT dan penatalaksanaan...............................................................…30

BAB 1V DOKUMENTASI.................................................................................. …..31


BAB 1
DEFENISI

Directly Observe Tratment Short-course (DOTS) adalah strategi upaya


penangulangan yg secara ekonomis paling efektif.strategi ini dikembangkan dari
berbagai study, uji coba klinik,pengalaman terbaik, dan hasil implementasi program
penanggulangan TB selama lebih baik dari dua dekade. Penerapam strategi DOTS
secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembang
nya MDR TB.

Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien ,prioritas


diberikan kepada pasien TB tipe menular.strategi ini akan memutuskan penularan TB
dan dengan demikian dan menurunkan angka insiden TB dimasyarakat. Menemukan
dan menyembuhkan pasien merupakan secara terbaik dalam upaya pencegahan
penulan TB.

Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci :

1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutu nya
3. pengobatan jangka pendek yg standar bagi semua khasus TB dengan tata
laksana khasus yg tepat,termasuk pengawasan langsung pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT yg bermutu
5. Sisitim pencatataan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

Strategi DOTS diatas telah dikembangkan oleh kemitraan Global dalam


penenggulangan TB (stop TB partnership)dengan memperluas strategi DOTS sebagai
berikut:

1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahan kan mutu DOTS


2. Merespon masalah TB-HIV,MDR-TB dan tantangan lain nya
3. Berkontribusi dalam pengutan sisitim masyarakat
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik baik pemerintah mau
pun swasta
5. Memeberdayakan pasien dan masyarakat
6. Melaksanakan dan mengembangkan riset
BAB 11

RUANG LINGKUP

Panduan ini diterpkan kepada semua pasien –pasien yg dipikirkan tersangka penderita
TB yang datang kerumah Sakit baik di IGD,poliklinik,kamar bersalin dan kamar
perawatan

a. Petugas
 Petugas yang melakukan pelayanan non TB DOTS yaitu:dokter,
perawat,petugas farmasi,petugas laboratorium dan petugas rekam
medis
 Petugas yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu:
dokter,perawat,petugas farmasi,petugas labaoratorium dan petugas
rekam medis yang telah mempunyai sertefkat
b. Area pelaksanaan
1. Poli klinik,IGD
Bagi pasien –pasien IGD dan poli klinik yang diperkirakan tersangka
penderita TB harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
cermat untuk memastikan adanya:
 Pasien bentuk yang lama (>2minggu)
 Berat badan pasien turun drastis dalam waktu berapa bulan terakhir
 Berkeringat pada malam hari
 Ada riwayat TB dalam keluarga atau sekitar rumah
 Ada riwayat kontak dengan penderita TB
2. 9Penunjang medis
Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara:
 Pemeriksaan laboratorium :pemeriksaan darah (LED,darah tepi,dll)
 Pemeriksaan radiologi :foto torak
 Pemeriksaan PPD tes atau montoux test
 Pemeriksaan sputum miskroskopik
3. Kamar bersalin dan kamar Operasi
 Untuk pasien-pasien yang dikamar bersalin dan kamar operasi yang
sudah diterdiagnosa TB dan sedang dalam pengobatan dengan
program DOTS ditangani dulu penyebab masalah yang
menyebabakan pasien masuk kekamar bersalin atau kamar operasi
 Pasien tidak perlu dirujuk tetapi diupayakan pengobatan bila terjadi
kasus MDR TB dirujuk ke RS mataher jambi

Untuk meningkat kan mutu pelayanan medis TB di RSUD Sultan thaha


saifuddin melalui penerapan strategi DOTS secara optimal dengan
mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui prosedur dan
tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan serta memenuhui etika
kedokteran .ruanglingkup pelayanan di RSUD Sultan thaha saifuddin
dilakukan dipokja TB DOTS yang sudah ada dirumah sakit ini.

Ruang lingkup pelayanan TB DOTS di RSUD Sultan thaha saifuddin meliputi:

a. internal
1) Pasien rawat jalan
Yaitu pasien dari unit gawat darurat dan rawat jalan RSUD Sultan
thaha saifuddin yang memerlukan pengobatan
2) Pasien rawat inap
Yaitu pasien dari rawat inap RSUD Sultan thaha saifuddin yang
memerlukan pengobatan TB
3) Laboratorium
4) Yaitu pasien dari rawat jalan, IGD dan rawat inap yg memerlukan
pemeriksaan laboratorium
b. Eksternal
RSUD Sultan thaha saifuddin sudah berkerja sama dengan puskesmas
kabupaten tebo untuk mengoptimalkan pelayanan dan pengobatan TB
BAB III
TATA LAKSANA

Dukungan administrasi dan Operasional penerapan Strategi di DOTS di Rumah


Sakit. Salah satu unsure penting dalam penerapan DOTS dirumah sakit adalah
komitmen yang kuat antara pimoinan rumah sakit, komitmen medic dan profesi lain
yang terkait termasuk administrasi dan operasionalnya.untuk itu perlu dipebuhi
kebutuhan sumber daya manusia, sarana dan prasarana penunjang, antara lain :
1. Dibentuk tim DOTS RS yang terdiri dari seluruh komponen yang terkait
dalam penanganan pasien tuberkulosis (dokter, perawat,petugas laboratorium,
petugas farmasi, rekam medic dan PKRS).
2. Disediakan ruang untuk kegiatan tim DOTS yang melakukan pelayanan
DOTS.
3. Pendanaan untuk pengadaan sarana, prasarana dan kegiatan disepakati dalam
MoU antara rumah sakit dan dinas kesehatan setempat.
4. Sumber pendanaan diperoleh dari rumah sakit.
5. Program nasional penanggulangan TBmemberikan kontribusi dalam hal
pelatihan, OAT, miskroskop dan bahan-bahan laboratorium.
6. Formulir pencatatan dan pelaporan yang digunakan pada penerapan DOTS
01,02,03UPK,04,05,06,09,10 dan buku registrasi pasien tuberkulosis di rumah
sakit.

Strategi DOTS di Rumah Sakit


Untuk menanggulangi masalah TB, strategi DOTS harus diekpansi dan
diakselerasi pada aseluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait
termasuk rumah sakit pemerintahan dan swasta, dengan mengikutsertakan secara aktif
semua pihak dalam kemitraan yang bersinergi untuk penanggulangan TB.
Langka-langka kemitraan :
1. Melakukan penilaian dan analisa situasi untuk mendapatkan gambar kesiapan
rumah sakit dan dinas kesehatan setempat.
2. Mendapatkan komitmen yang kuat dari pihak manajemen rumah sakit dan
tenaga medis serta paramedia dan seluruh petugas terkait.
3. Penyusunan nota kesepakatan antara rumah sakit dan dinasa kesehatan.
4. Menyiapkan tenaga medis, paramedis, laboratorium, rekam medis, farmasi dan
PKRS untuk dilatih DOTS
5. Membentuk tim DOTS di rumah sakit yang meliputi unit-unit terkait dalam
penerapan strategi DOTS di rumah sakit
6. Menyediakan tempat untuk tim DOTS di dalam rumah sakit sebagai tempat
koordinasi dan pelayanan terhadap pasien tuberkulosis secara komprehesif (
melibatkan semua unit di rumah sakit yang menanggani pasien tuberkulosis)
7. Menyediakan tempat atau rak penyimpanan OAT di ruant DOTS
8. Menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan mikribiologis dahak sesuai
standar
9. Menggunakan format pencatatan sesuai program tuberkulosis nasional untuk
memantau pelaksanaan pasien
10. Menyediakan biaya operasional

Pembentukan jejaring
Rumah sakit memiliki potensi besar dalam penemuan pasien tuberkulosis (case
finding), namun memiliki keterbatasan dalam menjaga keteraturan dan
keberlangsungan pengobatan pasien (case holding) jika dibandingkan dengan
puskesmas.karena itu peru dikembangkan jejaring rumah sakit baik internal maupun
eksternal. Suatu system jejaring dapat dikatakanberfungsi secara baikapabila angka
default rate <5% pada tiap rumah sakit.

a. Jejaring internal rumah sakit


Jejaring internal adalah jejaring yang dibuat di dalam rumah sakit yang
meliputi seluruh unit yang menangani pasien tuberkulosis. Koodinasi kegiatan
dilaksanakan oleh Tim DOTS rumah sakit mempunyai tugas perencanaan,
pelaksanaan, monitoring serta evaluasi kegiatan DOTS di rumah sakit. Tim
DOTS berada di bawah komite medik atau Direkturpelayanan medik rumah
sakit dan dilakukan dengan SK Direktur rumah sakit.
Alur penatalaksanaan pasien tuberkulosis di RSUD Sultan Thaha Saifudin

Alur penatalaksana pasien TB paru di Rumah Sakit

Poli umum Leb.mikrobiologi


Poli umum
u
Pasien
Poli spesialis
Poli spesialis Radiologi
umum
UGD IGD Patologi anatomi
UGD Patologi klinik
UGD

Rawat inap

Farmasi

Rekam medis

UPKLain PKM RS

Fungsi masing-masing unit dalam jejaring internal RS :


1. Tim DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien TB di rumah
sakitdan pusat informasi tentang TB. Kegiatan meliputi konseling, penentuan
klasifikasi dan tipe, katagori pengobatan, pemberian OAT, penetapan
PMO,follow up hasil pengobatan dan pencatatan.
2. Poli umum,UGD dan poli spesialis berfungsi menjaring tersangka pasien TB,
menegakkan diagnosis dan mengirim pasien ke tim DOTS
3. Rawat inap berfungsi sebagai pendukung tim DOTS dalam melakukan
penjaringan tersangka serta perawatan dan pengobatan
4. Laboratorium berfungsi sebagai sarana diagnostik
5. Radiologi berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik
6. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan
OAT
7. Rekam medik berfungsi sebagai pendukung tim DOTS dalam pencatatan dan
pelaporan
8. PKRS berfungsi sebagai pendukung tim DOTS dalam kegiatan penyuluhan
9. Suspek TB atau pasien tb dapat dating ke poli umum/UGD atau langsung ke
poli spesialis
10. Suspek TBdikirim untuk dilakukan pemeriksaan penunjang ( laboratorium
mikrobiologi, PK, PAdan Radiologi)
11. Hasil pemeriksaan penunjang dikirim kedokter yang bersangkutan diagnosis
dan klasifikasi dilakukan oleh dokter poliklinik masing-masing atau Tim
DOTS

12. Setelah diagnosis TB ditegakkan pasien dikirim ke tim DOTS untuk registrasi
(bila pasien meneruskan pengobatan di rumah sakit), penentuan PMO,
penyuluhan dan pengambilan obat, pengisian kartu pengobatan TB (TB01).
Bila pasien tidak menggunakan obat paket, pencatatan dan pelaporan
dilakukan di poliklinik masing-masing dan kemudian dilaporkan ke tim
DOTS
13. Konseling dan penanganan lebih lanjut dalam pengobatannya
14. Rujuk (pindah) dari/ke UPK lai, berkoordinasi dengan tim DOTS (lihat pada
gambar alur rujukan)

b. Jejaring Eksternal
Jejaring eksternal adalah jejaring yang dibangun atas dianas kesehatan,
rumah sakit, puskesmas dan UPKlainnya dalam penanggulangan TB dengan
strategi DOTS
Tujuan jejaringan eksternal:
1) Semua pasien TB mendapatkan akses pelayanan DOTS yang
berkualitas, mulai dan diagnosi, follow up sampai akhir pengobatan
2) Menjaminan kelangsungan dan keteraturan pengobatan pasien
sehingga mengurangi jumlah pasien yang putus berobat
Dinas kesehatan berfungsi :
1. Koordinasi antara rumah sakit dan UPK lain.
2. Menyusun protap jejaring penanganan pasien TB.
3. Koordinasi system surveilans.
4. Menyusun perencanaan,memantau,melakukan supervisidan
mengevaluasi penerapan strategi DOTS di rumah sakit.
5. Menyediakan petugas untuk mengumpulkan laporan.

Mekanisme rujukan dan pindah


Prinsip : memastikan pasien TB yang dirujuk/pindah pengobatan dengan benar di
tempat lain

Mekanisme rujukan dan pindah pasien ke UPK lain :


1. Apabila pasien sudah mendapatkan pengobatan dirumah sakit, maka harus
dibuatkan kartu pengobatan TB(TB01) di rumah sakit
2. Untuk pasien yang dirujuk dari rumah sakit surat pengatar atau formulir (TB0
dengan menyertai TB01 dan OAT bila telah dimulai dibuat pengobatan)
3. Formulir TB09 diberikan kepada pasien beserta sisa OAT untuk diserahkan
kepada UPK yang dituju
4. Rumah sakit memberikan informasi langsung(telepon dan SMS) ke
coordinator HDL tentang pasien yang dirujukan
5. UPK yang telah menerima pasien rujukan segera mengisi dan mengirimkan
kembali TB09 (Lembar bagian bawah) ke UPK asal
6. Coordinator HDL memastika semua pasien yang dirujuk melanjutkan
pengobatan di UPK yang dituju ( dilakukan konfirmasi melalu telepon atau
SMS)
7. Bila pasien tidak ditemukan di UPK yang dituju, petugas TB UPK yang dituju
melacak sesuai alamat pasien
8. koordinator HDL memberikan umpan ba;lik kepada UPK asal tentang pasien
yang dirunjuk
Alur Rujukan Pasien TB atar UPK dalam Satu Unit Registrasi (1Kab/Kota)

koordinator HDL kab/kota


Wasor TBC Kab/Kota

konfirmasi
koordinator

Pasien OAT

TB 01 surat rujukan TB09

Mekasime merujuk pasien dari rumah sakit ke UPK Kab/Kota lain :

1. informasi rujukan diteruskan ke koordinator HDL provinsi yang akan


menginformasikan ke koordinator Kab/Kota yang menerima rujukan, secara
telepon langsung dan SMS
2. koordinator HDL provinsi memastikan bahwa pasien yang dirujuk telah
mendapatkan pengobatan ketempat rujukan yang dituju
3. Bila pasien tidak ditemukan maka koordinator HDL provinsi harus
menginformasikan kepada koordinator HDL Kab/Kota untuk melakukan
pelacakan pasien

Pelacakan Kasus Mangkir di Rumah Sakit


Pasien dikatan mangkir berobat bila yang bersangkutan tidak dating untuk periksa
ulang/ mengambil obat pada waktu yang telah ditentukan.bila keadaan lini masih
berlanjut hingga 2 hari pada fase awal atau 7 hari fase lanjutan, maka tim DOTS RS
segera melakukantindakan dibawah ini:
1. Menghubungi pasien angsung/PMO
2. Menginformasikan identitas dan alamat lengkap pasien mangkir ke wasor
Kab/Kota atau langsung ke puskesmas agar segea dilakukan pelacakan
3. Hasildari pelacakan yang dilakukan oleh petugas puskesmasa segera
diinformasikan kepada RS.bila proses ini menemui hambatan, harus
diberitahukan ke koordinator jejaring DOTS RS

Pilihan penanganan pasie berdasarkan kesepakatan antara pasien dan dokter


rumah sakit mempunyai beberapa pilihan dalam penanganan pasien TB sesuai dengan
kemampuan masing-masing seperti telihat di bawah ini :

pilihan Diagnosis Klasifikasi Mulai Pengobatan Konsultasi Pencatatan dan


pengobatan klinis pelaporan
1
2
3
4

RUMAH SAKIT

PUSKESMA
PUSKESMAS

Semua unit pelayanan yang menemukan suspek TB, memberikan informasi


kepada yang bersangkutan untuk membantu menentukan pilihan dalam
mendapatkan pelayanan (diagnosis dan pengobatan), serta menawarkan pilihan
yang sesuai dengan beberapa pertimbangan :
1. Tingkat social ekonomi pasien
2. Biaya konsultasi
3. Lokasi tempat tinggal
4. Biaya transportasi
5. Kemamuan RS
Pilihan 1 : Rs menjaring suspek TB, menentukan diagnosis dan klasifikasi paien
serra melakukan pengobatan, kemudian merujuk ke puskesmas/UPK lain
untuk melanjutkan pengobatan tetapipasien kembali ke RS untuk
konsultasi keadaan klinis /periksa ulang
pilihan 2 : RS menjaring suspek TB dan menentukan diagnosis dan klasifikasi,
kemudian merujuk ke puskesmas

pilihan 3 : RS menjaring suspek TB dan menentukan diagnosis dan klasifikasi


pasieserta memulai pengobatan, kemudian merujuk ke puskesmas
pilihan 4 : RS mlakukan seluruh kegiatan pelayanan DOTS
KLASIFIKASI TUBERKULOSI

A. TUBERKOLUSIS PARU
Tuberkolusisi paru adalah tuberkolusis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. Tuberkolusis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurang nya 2 dari 3 spasimen dahak menunjukan hasil
BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA positif
dan kelainanan radiologi menunjukan gambaran tuberkolusis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA positif
dan biakan positif
b. Tuberkolusis paru BTA (-)
- Hasil peme
- riksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif, gambaran klinik
dan kelainan radiologi menunjukan tuberkolusis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif dan
biakan M. Tuberkolusis posit
2. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum perna mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah perna menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh ( Relaps)
Adalah pasien tuberkolusis yang sebelum nya perna mendapat kan
pengobatan tuberkolusis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif atau biakan positif bila BTA negatif negatif atau
biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif /
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
- Infeksi non TB ( Pneumonia,bronkeaktasis dll ) Dalam hal ini
berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu,kemudian
dievaluasi.
- Infeksi jamur
- TB paru kambuh
c. defaulied atau drop out

Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-berturut atau


lebih sebelum masa pengobatan selesai.

d. Kasus gagal
- Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke -5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan )
- Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologi
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan -2 pengobatan
e. Kasus kronik / persisten
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang katagori 2 dengan pengawasan yg baik

B. TUBERKULOSIS EXSTRA PARU


Tuberkulosis exstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misal nya pluera, kelenjar getah bening, selaput otak,
perikard,tulang persendian, kulit,usus,ginjal,saluran kencing, alat kelamin dan
lain-lain.diagnosis sebaik nya didasarkan atas kultur positif atau patologi
anatomi,untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen
maka dioerlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB exstra paru
aktif.
DIAGNOSIS

A. GAMBARAN KLINIK
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegak kan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisisk /jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan
pemeriksaan penunjang lain nya

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaiutu gejala lokal
gejala sisitemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratorik(gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala resiparatorik
- Batuk 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain: malaise,keringat malam,anoreksia,berat badan
menurun
3. Gejala tuberkolosis extra paru
Gejala tuberkolosis extra paru tergantung dari organ yg terlibat, missal nya
pada limpadenitis tuberkolusis akan terjadi pembesaran yang lambat dan
tidak nyeri dari kelenjar getah bening,pada meningitis tuberkolusis akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkolosa terdapat
gejalah sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi nya rongga pleura nya
terdapat cairan
B. Pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkolosis
mempunyai arti Yang sangat penting dalam menegak kan diagnosisi,bahan
untuk pemeriksaan bakterilOlogik ini dapat berasal dari dahak ,cairan
pleura
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu/ spot (dahak sewaktu saat kunjungan )
- Pagi (keesokan hari nya
- Sewaktu /spot (pada saat mengantarkan dahak pagi )
Atau setiap pagi 3 kali berturut- turut
- Bahan pemeriksaan /specimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan /ditampung dalam pot yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm Atau lebih dengan tutup berulir, tidak mau
pecah dan bocor
-

C. Pemeriksaanradiologik
Pemeriksaan standar ialah foto thorak PA, pemeriksaan lain atas indikasi :foto
lateral,Top- lordotik, oblik,CT,scenPada pemeriksaan foto
thoraks,tuberkolosis dapat memeberi gambaran bermacamMacam bentuk
(multiform)

Gambaran radiologic yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

- Bayangan berwarna /nodular disegmen apical dan posterior


lobus atau paru dan segmen superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu,dikelilingi oleh vbanyang opak
berawan atau nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi plura unilateral (umumnya ) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif

- Fibrotik
- Klasifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
- Luluh paru (destroyed lung):
Gambaran radiologi yang menunjukan kerusakan jaringan paru
yang berat,biasa nya secara klinis disebut lulu paru
Gambaran radiologic lulu paru terdiri dari atelektasis, extasis /
multikaviti dan fibrosisi prenkim paru, sulit untuk menilai
aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologic tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik
untuk memastikan aktifiti proses penyakit luas lesi yang
tampak pada foto thoraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb,(terutama pada khasus BTA negative
- Lesi menimal
Bila mengenai sebagian dari satu atau 2 paru dengan luas tidak
lebih dari sela iga 2 depan ( volume paru yang terletak diatas
chondrostemaljunction dari iga kedua depan dan proses
spinosus dari vertebral torakalis 4atau karpus vetberal torak
kalis 5 ),serta tidak dijumpai kaviti
- Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi menimal
Suspek TB Paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis -Sewaktu,Pagi,Sewaktu(SPS)

Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA


+++
+-- ---
++-
Anti Biotik Non- OAT

+++
Tidak ada Ada
perbaikan perbaikan
n

Pemeriksaan dahak
mikroskopik
Foto thorak dan
oertimbangan dokter

Hasil BTA
Hasil BTA
---
+++

++-
Foto thorak dan pertimbangan dokter
+--

TB
BUKAN TB
PENGOBATAN TB

Tujuan pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk penyembuhan pasien, mencegah kematian, mencegah


kekambuhan ,memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadi nya resisteni kuman
terhadap OAT ,

Jenis sifat dan dosis OAT

Dosis yang direkomendasi (mg/kg)


Jenis OAT Sifat
Harian 3x seminggu
Bakterisida 5 10
Isonazid (H) (4-6) (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisida 10 10
(8-12) (8-12)
Pyrazinamid Bakterisida 25 35
(z) (20-30) (30-40)
Streptomycin Bakterisida 15 15
(S) (12-18) (12-18)
Ethabutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-30)

Perinsip pengobatan

Pengobatan tuberkolosis dilakukan dengan prinsip –prinsip sebagai berikut :

 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,


dalam jumlah cukup dan dosisi tepat dan sesuai dengan katagori
pengobatan, jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) pemakaian
OAT- kombinasi dosisi tetap ( OAT-KDT) lebih menguntungkan dan
sangat dianjurakan
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT =Directty Obseved Tratment) oleh
seorang pengawas menelan obat (PMO
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap,yaitu tahap intensif dan
lanjutan

Tahap awal ( intensif )

 Pada tahap intensif (awal ) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadi nya resistensi obat

 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasa nya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

Tahap lanjutan

 Pada tahap lanjutan pasien mendapat obat seminggu 3 x, dalam kurun


waktu 4 bulan dan hari yang ditentu kan setiap hari senin,rabu dan
jumat
 Bila pengobatan tahap lanjutan selesai secara tepat dan efektif maka
pasien harus cek ulang pengobatan seperti cek sputum dan
radiologik,jika lesi tidak ada lagi maka pasien dinyatan kan sembuh,

Anda mungkin juga menyukai