Tentang
Kedua : Panduan Kerja ini disusun untuk menjadi acuan kerja bagi konseler, agar
dapta bekerja secara professional dalam rangka peningkatan pelayanan
medis pada
Rumah sakit, Sebagaimana terlampir pada keputusan ini
Ketiga : Panduan Pelayanan TB DOTS Rumah Sakit umum Sultan Thaha Saifuddin
akan ditinjau dan di review secara berkelas
Keempat: Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan
Ketentuan apabila terdapat kekeliruan didalam nya akan diadakan perbaik
Perbaikan sebagai mana mestinya
Dr .OKTAVIENNI. Sp. An
NIP:197710012006042014
DAFTAR ISI
Kata pengatar.................................................................................................................i
BAB I DEFENIS.....................................................................................................… 1
1. Klasifikasi Tuberkulosis.......................................…......................................11
2. Diagnose Tuberkulosis....................................................................................13
3. Pengobatan Tuberkulosis................................................................................16
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutu nya
3. pengobatan jangka pendek yg standar bagi semua khasus TB dengan tata
laksana khasus yg tepat,termasuk pengawasan langsung pengobatan
4. Jaminan ketersediaan OAT yg bermutu
5. Sisitim pencatataan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
RUANG LINGKUP
Panduan ini diterpkan kepada semua pasien –pasien yg dipikirkan tersangka penderita
TB yang datang kerumah Sakit baik di IGD,poliklinik,kamar bersalin dan kamar
perawatan
a. Petugas
Petugas yang melakukan pelayanan non TB DOTS yaitu:dokter,
perawat,petugas farmasi,petugas laboratorium dan petugas rekam
medis
Petugas yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu:
dokter,perawat,petugas farmasi,petugas labaoratorium dan petugas
rekam medis yang telah mempunyai sertefkat
b. Area pelaksanaan
1. Poli klinik,IGD
Bagi pasien –pasien IGD dan poli klinik yang diperkirakan tersangka
penderita TB harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
cermat untuk memastikan adanya:
Pasien bentuk yang lama (>2minggu)
Berat badan pasien turun drastis dalam waktu berapa bulan terakhir
Berkeringat pada malam hari
Ada riwayat TB dalam keluarga atau sekitar rumah
Ada riwayat kontak dengan penderita TB
2. 9Penunjang medis
Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara:
Pemeriksaan laboratorium :pemeriksaan darah (LED,darah tepi,dll)
Pemeriksaan radiologi :foto torak
Pemeriksaan PPD tes atau montoux test
Pemeriksaan sputum miskroskopik
3. Kamar bersalin dan kamar Operasi
Untuk pasien-pasien yang dikamar bersalin dan kamar operasi yang
sudah diterdiagnosa TB dan sedang dalam pengobatan dengan
program DOTS ditangani dulu penyebab masalah yang
menyebabakan pasien masuk kekamar bersalin atau kamar operasi
Pasien tidak perlu dirujuk tetapi diupayakan pengobatan bila terjadi
kasus MDR TB dirujuk ke RS mataher jambi
a. internal
1) Pasien rawat jalan
Yaitu pasien dari unit gawat darurat dan rawat jalan RSUD Sultan
thaha saifuddin yang memerlukan pengobatan
2) Pasien rawat inap
Yaitu pasien dari rawat inap RSUD Sultan thaha saifuddin yang
memerlukan pengobatan TB
3) Laboratorium
4) Yaitu pasien dari rawat jalan, IGD dan rawat inap yg memerlukan
pemeriksaan laboratorium
b. Eksternal
RSUD Sultan thaha saifuddin sudah berkerja sama dengan puskesmas
kabupaten tebo untuk mengoptimalkan pelayanan dan pengobatan TB
BAB III
TATA LAKSANA
Pembentukan jejaring
Rumah sakit memiliki potensi besar dalam penemuan pasien tuberkulosis (case
finding), namun memiliki keterbatasan dalam menjaga keteraturan dan
keberlangsungan pengobatan pasien (case holding) jika dibandingkan dengan
puskesmas.karena itu peru dikembangkan jejaring rumah sakit baik internal maupun
eksternal. Suatu system jejaring dapat dikatakanberfungsi secara baikapabila angka
default rate <5% pada tiap rumah sakit.
Rawat inap
Farmasi
Rekam medis
UPKLain PKM RS
12. Setelah diagnosis TB ditegakkan pasien dikirim ke tim DOTS untuk registrasi
(bila pasien meneruskan pengobatan di rumah sakit), penentuan PMO,
penyuluhan dan pengambilan obat, pengisian kartu pengobatan TB (TB01).
Bila pasien tidak menggunakan obat paket, pencatatan dan pelaporan
dilakukan di poliklinik masing-masing dan kemudian dilaporkan ke tim
DOTS
13. Konseling dan penanganan lebih lanjut dalam pengobatannya
14. Rujuk (pindah) dari/ke UPK lai, berkoordinasi dengan tim DOTS (lihat pada
gambar alur rujukan)
b. Jejaring Eksternal
Jejaring eksternal adalah jejaring yang dibangun atas dianas kesehatan,
rumah sakit, puskesmas dan UPKlainnya dalam penanggulangan TB dengan
strategi DOTS
Tujuan jejaringan eksternal:
1) Semua pasien TB mendapatkan akses pelayanan DOTS yang
berkualitas, mulai dan diagnosi, follow up sampai akhir pengobatan
2) Menjaminan kelangsungan dan keteraturan pengobatan pasien
sehingga mengurangi jumlah pasien yang putus berobat
Dinas kesehatan berfungsi :
1. Koordinasi antara rumah sakit dan UPK lain.
2. Menyusun protap jejaring penanganan pasien TB.
3. Koordinasi system surveilans.
4. Menyusun perencanaan,memantau,melakukan supervisidan
mengevaluasi penerapan strategi DOTS di rumah sakit.
5. Menyediakan petugas untuk mengumpulkan laporan.
konfirmasi
koordinator
Pasien OAT
RUMAH SAKIT
PUSKESMA
PUSKESMAS
A. TUBERKOLUSIS PARU
Tuberkolusisi paru adalah tuberkolusis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. Tuberkolusis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurang nya 2 dari 3 spasimen dahak menunjukan hasil
BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA positif
dan kelainanan radiologi menunjukan gambaran tuberkolusis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA positif
dan biakan positif
b. Tuberkolusis paru BTA (-)
- Hasil peme
- riksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif, gambaran klinik
dan kelainan radiologi menunjukan tuberkolusis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negatif dan
biakan M. Tuberkolusis posit
2. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum perna mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah perna menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh ( Relaps)
Adalah pasien tuberkolusis yang sebelum nya perna mendapat kan
pengobatan tuberkolusis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif atau biakan positif bila BTA negatif negatif atau
biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif /
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
- Infeksi non TB ( Pneumonia,bronkeaktasis dll ) Dalam hal ini
berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu,kemudian
dievaluasi.
- Infeksi jamur
- TB paru kambuh
c. defaulied atau drop out
d. Kasus gagal
- Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke -5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan )
- Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologi
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan -2 pengobatan
e. Kasus kronik / persisten
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang katagori 2 dengan pengawasan yg baik
A. GAMBARAN KLINIK
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegak kan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisisk /jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan
pemeriksaan penunjang lain nya
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaiutu gejala lokal
gejala sisitemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratorik(gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala resiparatorik
- Batuk 2 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain: malaise,keringat malam,anoreksia,berat badan
menurun
3. Gejala tuberkolosis extra paru
Gejala tuberkolosis extra paru tergantung dari organ yg terlibat, missal nya
pada limpadenitis tuberkolusis akan terjadi pembesaran yang lambat dan
tidak nyeri dari kelenjar getah bening,pada meningitis tuberkolusis akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkolosa terdapat
gejalah sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi nya rongga pleura nya
terdapat cairan
B. Pemeriksaan bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkolosis
mempunyai arti Yang sangat penting dalam menegak kan diagnosisi,bahan
untuk pemeriksaan bakterilOlogik ini dapat berasal dari dahak ,cairan
pleura
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu/ spot (dahak sewaktu saat kunjungan )
- Pagi (keesokan hari nya
- Sewaktu /spot (pada saat mengantarkan dahak pagi )
Atau setiap pagi 3 kali berturut- turut
- Bahan pemeriksaan /specimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan /ditampung dalam pot yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm Atau lebih dengan tutup berulir, tidak mau
pecah dan bocor
-
C. Pemeriksaanradiologik
Pemeriksaan standar ialah foto thorak PA, pemeriksaan lain atas indikasi :foto
lateral,Top- lordotik, oblik,CT,scenPada pemeriksaan foto
thoraks,tuberkolosis dapat memeberi gambaran bermacamMacam bentuk
(multiform)
- Fibrotik
- Klasifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
- Luluh paru (destroyed lung):
Gambaran radiologi yang menunjukan kerusakan jaringan paru
yang berat,biasa nya secara klinis disebut lulu paru
Gambaran radiologic lulu paru terdiri dari atelektasis, extasis /
multikaviti dan fibrosisi prenkim paru, sulit untuk menilai
aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologic tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik
untuk memastikan aktifiti proses penyakit luas lesi yang
tampak pada foto thoraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb,(terutama pada khasus BTA negative
- Lesi menimal
Bila mengenai sebagian dari satu atau 2 paru dengan luas tidak
lebih dari sela iga 2 depan ( volume paru yang terletak diatas
chondrostemaljunction dari iga kedua depan dan proses
spinosus dari vertebral torakalis 4atau karpus vetberal torak
kalis 5 ),serta tidak dijumpai kaviti
- Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi menimal
Suspek TB Paru
+++
Tidak ada Ada
perbaikan perbaikan
n
Pemeriksaan dahak
mikroskopik
Foto thorak dan
oertimbangan dokter
Hasil BTA
Hasil BTA
---
+++
++-
Foto thorak dan pertimbangan dokter
+--
TB
BUKAN TB
PENGOBATAN TB
Tujuan pengobatan
Perinsip pengobatan
Pada tahap intensif (awal ) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadi nya resistensi obat
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasa nya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu
Tahap lanjutan