Anda di halaman 1dari 9

Lampiran : Keputusan Direktur RS Hermina Jatinegara

Nomor : /KEP-DIR/RSIAH/XII/2016

PANDUAN PELAYANAN TB DENGAN STRATEGI DOTS


RSIA HERMINA JATINEGARA

BAB I
DEFINISI

1. Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis

2. DOTS atau Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) adalah strategi


penanganan TB yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dengan cara pengobatan
jangka pendek yang termonitoring oleh Pengawas Minum Obat

3. Sputum adalah cairan kental yang berasal dari saluran pernafasan/paru yang dikeluarkan
pasien batuk

4. Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh disaluran pernafasan dan merupakan gejala
suatu penyakit atau reaksi terhadap iritasi ditenggorokan karena adanya
lender,makanan,debu,asap dan sebagainya.

5. Etika batuk adalah aturan atau tata cara batuk sebagai upaya yang penting dalam
mengendalikan penyebaran infeksi kuman melalui udara atau droplet infeksi

6. Pencatatan dan pelaporan TB DOTS adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan seluruh
kegiatan pelayanan pasien TB dengan menggunakan formulir-formulir TB yang telah
ditentukan serta dilakukan oleh petugas khusus pencatatan dan pelaporan.

7. OAT adalah Obat Anti Tuberkolosis yang digunakan untuk pengobatan tuberkolosis dan
ditetapkan oleh standar internasional

8. Pengawas Minum Obat adalah petugas atau keluarga yang ditugaskan untuk mengawasi
kepatuhan pasien dalam meminum obat

9. MDR atau Multi Drug Resistance adalah suatu keadaan pada pasien dimana terjadi
kekebalan terhadap obat-obat TB yang standar

10. Rumah sakit rujukan pasien TB adalah rumah sakit yang ditetapkan Kementerian
Kesehatan / Dinas Kesehatan dan ditunjuk oleh Direktur RSIA Hermina Jatinegara
adalah RS Persahabatan Jakarta

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan TB DOTS di RSIA Hermina Jatinegara :

1. Pencegahan TB
Pencegahan TB meliputi : penemuan kasus TB baru melalui serangkaian kegiatan mulai
dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan sputum dan pemeriksaan radiologi. Kemudian
menentukan diagnosis dan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB.
Sebagai upaya pencegahan, sesuai Program Pengendalian Infeksi (PPI) pada sarana
pelayanan, pembuangan sputum/dahak harus dibuang langsung ditempat sampah medis
dan dilakukan penyuluhan/edukasi etika batuk kepada pasien, keluarga dan karyawan.

2. Pengobatan TB
Pengobatan pada penderita TB di RSIA Hermina Jatinegara dengan cara memberikan
obat-obatan atau Obat Anti Tuberkolosis (OAT) dari Dinas Kesehatan maupun obat
tuberkolosis yang tersedia sesuai daftar / formularium obat RSIA Hermina Jatinegara.
Penemuan diagnosa kasus TB, dilakukan identifikasi suspek TB dengan mengisi formulir
TB 06, melakukan monitoring/pemantauan pengobatan pasien TB dengan mengisi
pengobatan pasien pada kartu TB 01 dan mencatat dalam kartu identitas pasien TB 02.
Untuk kasus penderita TB dengan MDR, pengobatan harus dirujuk ke Rumah Sakit
Rujukan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan dan ditunjuk oleh Direktur RSIA
Hermina Jatinegara adalah RS Persahabatan Jakarta.

3. Pengendalian TB secara Komprehensif


Melakukan pelayanan tuberkulosis pada pasien meliputi pencegahan, pengobatan,
pemantauan/monitoring, melibatkan unsur terkait dirumah sakit dan manajemen
resistensi obat. Apabila terdapat multi drugs resistance (MDR) dirujuk ke rumah sakit
rujukan dan untuk pasien tuberkolosis yang tidak konsisten atau tidak datang lagi berobat
ke rumah sakit dilakukan pelacakan kasus mangkir.
Dari hasil pemantauan dilakukan evaluasi, pencatatan dan pelaporan TB DOTS, secara
internal (rumah sakit) dan eksternal (Dinas Kesehatan) dengan pencatatan menggunakan
formulir TB 01, TB 02 dan TB 06.

2
Pencegahan, pengobatan dan pengendalian TB secara komprehensif diterapkan kepada
semua pasien-pasien yang diperiksa dan tersangka penderita TB yang datang ke rumah sakit
baik di IGD, Poliklinik, Kamar Bersalin dan Kamar Perawatan RSIA Hermina Jatinegara.
Petugas yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu : dokter, perawat, petugas farmasi,
petugas laboratorium, petugas medical record yang telah mempunyai sertifikat dan mengikuti
pelatihan TB DOTS.

BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN TB

A. Alur Pelayanan Pasien TB

1. Bagi pasien-pasien yang masuk melalui IGD, Poliklinik, Kamar Bersalin dan Kamar
Perawatan yang diperkirakan tersangka TB dilakukan skrining oleh dokter.

2. Sebelum dilakukan skirining pasien diberikan penjelasan tentang rencana pemeriksaan


yang akan dijalani. Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara :

3
a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan sputum mikroskopis (BTA)

b. Pemeriksaan radiologi : thorax foto

c. Pemeriksaan PPD test / mantoux test

3. Apabila BTA positif pasien dan keluarganya dikirim ke unit DOTS untuk mendapat :

a. Konsultasi dengan dokter

b. Pemberian informasi dan edukasi sesuai standar oleh petugas DOTS yang terlatih

c. Dilakukan pencatatan/pengisian formulir yang disediakan

d. Pemberian obat melibatkan petugas yang terlatih dan keluarganya Pengawas Menelan
Obat

4. Apabila hasil pemeriksaan BTA negatif ,pasien diminta untuk melakukan pengulangan
pemeriksaan sputum mikroskopik sebanyak 2 ( dua ) kali. Apabila hasil tetap
menunjukkan negatif,maka pasien diberikan penanganan sama seperti penanganan
semula.

5. Jadwal pengobatan pasien TB paru dewasa setiap hari Senin,Rabu dan Jumat.

6. Untuk pelayanan edukasi terhadap pengobatan TB,poli DOTS melayani setiap hari

7. Rumah Sakit Rujukan Pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang telah ditetapkan bila
terjadi MDR ( Multi Drugs Resistance ) dan atau ada infeksi oportunistik.

4
Alur Pelayanan Pasien Tuberkulosis di RS Hermina Jatinegara

Poli Laboratorium

(Sputum BTA
Pasien Datang IGD (SPS) & Darah)
Tersangka Pengambilan
TB sputum
VK/OK
Radiologi

(Thorax Foto)
Rawat Inap

Pemeriksaan dahak
mikroskopik

- +

Pasien dan keluarga di


transfer ke Unit DOTS
untuk KIE & pengobatan
OAT

Rujuk ke UPK lain (MDR/


Infeksi Oportunistik)

5
B. Pemeriksaan dan Kriteria

1. Pemeriksaan diterapkan kepada semua pasien-pasien yang diperkirakan tersangka


penderita TB DOTS yang datang ke rumah sakit baik di IGD, Poliklinik, Kamar
Perawatan dan Kamar Bersalin
2. Bagi pasien-pasien di IGD, poliklinik dan rawat inap yang diperkirakan tersangka
penderita TB harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk
memastikan adanya :
a. Pasien batuk yang lama ( > 3 minggu )
b. Berat badan pasien turun drastis dalam waktu beberapa bulan terakhir
c. Berkeringat pada malam hari
d. Ada benjolan dileher
e. Ada riwayat TB dalam satu rumah atau sekitar rumah

3. Untuk pasien anak,pemeriksaan dilakukan menggunakan skoring TB anak

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)


Keluarga, BTA
negatif atau tidak
tahu, BTA tidak
jelas
Uji Tuberkulin Negatif Positif (≥
10mm, atau ≥
5mm pada
Keadaan
imunosupresi)
Status Gizi BB/TB < 90% Klinis gizi buruk
atau atau BB/TB< 70
BB/U < 80 % % atau BB/U <
60%
Demam tanpa sebab jelas 2 minggu

Batuk > 3 minggu


Pembesaran kelenjar > 1 cm, jumlah >
limfe leher,aksila, 1 tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, panggul, pembengkakan
lutut, falang

Foto Thorax Normal/  Kesan TB 


tidak jelas 

6
Catatan :
a. Kategori anak adalah usia < 14 tahun
b. Diagnosis dengan system scoring ditegakkan oleh dokter
c. Jika dijumpai scrofuloderma langsung didiagnosis TB
d. Berat badan dinilai saat datang
e. Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
f. Foto rontgen bukan alat diagnosis utama pada TB anak
g. Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem scoring TB anak
h. Didiagnosis TB jika jumlah skor > 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat
tentative/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dikerjakan.
i. Bila skor 5 dan anak < 5 th dengan dugaan yang kuat, rujuk ke RS
j. Pemberian profilaksis INH bila kontak BTA (+) dg skor < 6

C. Petugas pelayanan TB
1. Tim TB DOTS yang melakukan pelayanan non TB DOTS yaitu : dokter, perawat,
petugas farmasi, petugas laboratorium dan petugas rekam medis.
2. Tim TB DOTS yang melakukan pelayanan TB DOTS yaitu : dokter, perawat, petugas
farmasi, petugas laboratorium dan petugas rekam medis yang telah mengikuti pelatihan
dan mempunyai sertifikat.

D. Penunjang Medis

a. Skrining pasien-pasien yang dicurigai TB dilakukan dengan cara :


- Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah (LED, darah tepi,dll).
- Pemeriksaan radiologi: thorax foto.
- Pemeriksaan PPD test/mantoux test.
Dari hasil skrining, pasien yang telah terdiagnosa TB oleh dokter akan diberikan
informed consent tentang pentingnya pemeriksaan dahak, bila pasien setuju diberikan
pengantar pemeriksaan sputum mikroskopik.
b. Pemeriksaan sputum mikroskopik, dilakukan untuk menemukan ada atau tidaknya BTA

E. Kamar Bersalin dan Kamar Operasi


a. Untuk pasien-pasien yang di kamar bersalin dan kamar operasi yang sudah terdiagnosa
TB atau pasien dalam pengobatan dengan program TB DOTS, tidak perlu menunda
kelahiran atau operasi dapat langsung ditangani atau diambil tindakan (kecuali ada kontra
indikasi lain).
b. Setelah pasien melahirkan atau operasi pasien tidak perlu dirujuk dan untuk pengobatan
TB dapat dilanjutkan dan dilakukan di RSIA Hermina Jatinegara.
BAB IV
DOKUMENTASI

7
1. Pemberian informed consent dilakukan di poliklinik, IGD dan Ruang Perawatan oleh
dokter yang tertulis dalam formulir informed consent

2. Penangan pasien dengan TB dikamar bersalin dicatat oleh bidan dalam berkas rekam
medik pada lembar terintegrasi

3. Penanganan pasien dengan TB dikamar operasi dan diruang pulih sadar dicatat oleh
perawat dalam berkas rekam medik pada lembar terintegrasi

4. Pencatatan dari rekam medis disalin ke buku sensus harian dilakukan oleh PJ Poliklinik,
IGD, VK, dan Ruang Perawatan

5. Rekapitulasi sensus harian dilakukan setiap akhir bulan sebagai laporan bulanan dibuat
oleh Kaper direkap oleh medical record sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Propinsi

6. Dari laporan bulanan direkapitulasi menjadi laporan triwulan oleh ketua Tim TB DOTS

7. Laporan Triwulan dilakukan Evaluasi pelaksanaan Program TB DOTS oleh ketua Tim
TB DOTS dan diserahkan kepada direktur.

8. Laporan Triwulan diserahkan kepada Dinas Kesehatan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Desember 2012
Direktur,

Dr. Syafruddin Nasution

8
9

Anda mungkin juga menyukai