PEDOMAN PELAYANAN
Nomor :
2
DAFTAR ISI
Halaman
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR …..
TENTANG
BAB I
PENDAHULUAN
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB (CI 8,8
juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima
negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,
dan Pakistan.
Angka prevalensi TB Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000
penduduk. Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014,
prevalensi TB dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per
100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TB BTA positif
sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas. Berdasarkan
survei Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi.
Kemungkinan terjadi re-aktivasi TB dan durasi paparan TB lebih lama
dibandingkan kelompok umur di bawahnya.
kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di
negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar
pada fakto risiko TB misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum
obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan, laki-laki yang
merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang
merokok.
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang terstandar bagi semua kasus TB, dengan
penatalaksanaan kasus secara tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan
4. Jaminan ketersediaan obat tuberkulosis (OAT) yang bermutu
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Promosi kesehatan
Surveilans TB
Pengendalian faktor risiko TB
Penemuan dan penanganan kasus TB.
Penegakan diagnosa dan pengobatan TB
Pemberian kekebalan dan pemberian obat pencegahan.
Bekerjasama dengan Unit DOTS Puskesmas atau Rumah Sakit lain.
Pencatatan dan pelaporan sesuai program penanggulangan TB nasional.
1. Promosi Kesehatan
2. Surveilans TB
12
5. Pemberian Kekebalan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
bawah Komite Pelayanan Medik Rumah Sakit yang sudah ditetapkan dengan SK
Direktur / Pimpinan Rumah Sakit. Untuk distribusi ketenagaan di setiap instalasi
pelayanan ada 1 orang koordinator dan bergabung dalam Tim TB DOTS.
c. Memberikan KIE kepada penderita dan keluarga di rawat jalan dan IGD.
4. Laboratorium berfungsi :
Pengaturan jaga pada Unit DOTS diatur dengan jadwal sebagai berikut :
1. Klinik DOTS beroperasi setiap hari Senin - Jumat dari jam 07.30 – 14.00 WIB.
Dokter spesialis paru dan perawat klinik DOTS standby di klinik DOTS.
2. Poli umum dan poli spesialis lainnya beroperasi setiap hari Senin - Jumat dari
jam 07.30 – 14.00 WIB.
8. Petugas Administrasi beroperasi setiap hari Senin – Jumat dari jam 07.30 –
14.00 WIB.
9. Petugas PKMRS bertugas setiap hari selasa dan kamis pada saat klinik DOTS
beroperasi dari jam 07.30 – 14.00 WIB.
19
BAB III
STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis sehingga dapat tercapai
tujuan dan fungsi pelayanan DOTS yang optimal bagi pasien TB.
3.1. Kriteria :
1 Meja 2 buah
2 Kursi 4 buah
6 Stetoskop 1 buah
20
7 Tensimeter 1 buah
9 Masker 1 kotak
4 Kursi 10 buah
5 Oksigen 10 buah
1 Mikroskop 1 buah
BAB IV
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk seringkali
23
bukan merupakan gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu
selama 2 minggu atau lebih.
Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit dengan gejala diatas, dianggap
sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan
sesuai panduan praktik klinik TB.
a. Pemeriksaan Bakteriologi
▪ P (Pagi) : dahak ditampung pada pagi segera setelah bangun tidur. Dapat
dilakukan di rumah pasien atau di bangsal rawat inap bilamana pasien
menjalani rawat inap.
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis maupun
klinis adalah pemeriksaan HIV dan gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi misalnya
fungsi hati, fungsi ginjal, dll.
25
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan
pemeriksaan bakteriologis yaitu pemeriksaan Tes Cepat Molekuler TB dan dahak
mikroskopis. Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosa TB sedangkan
pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lain.
Gejala klinis berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Gejala
klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh
26
a) Batuk ≥ 2 minggu
b) Demam ≥ 2 minggu
Penjelasan:
namun tidak ditemukan cukup bukti adanya penyakit TB. Jika gejala menetap,
maka anak dirujuk untuk pemeriksaan lebih lengkap. Pada kondisi tertentu di
mana rujukan tidak memungkinkan, dapat dilakukan penilaian klinis untuk
menentukan diagnosis TB anak.
4. Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan klinis
sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain
misalnya kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi buruk, TB resistan
obat maupun masalah dengan kepatuhan berobat dari pasien. Apabila fasilitas
tidak memungkinkan, pasien dirujuk ke RS. Yang dimaksud dengan perbaikan
klinis adalah perbaikan gejala awal yang ditemukan pada anak tersebut pada
saat diagnosis.
1. Kehamilan
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik,
ditunda sampai hepatitisnya sembuh. Pada keadaan dimana pengobatan
sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin dan etambutol maksimal 3
bulan sampai hepatitis sembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin dan INH
selama 6 bulan.
Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan TB. Jika SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT
tidak diberikan dan bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau
peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan diteruskan dengan
pengawasan ketat.
INH, Rifampisin dan Pirasinamid dapat diberikan dengan dosis standar pada
pasien dengan gangguan ginjal.
▪ Untuk TB Paru : pasien dengan batuk darah berat yang tidak dapat diatasi
dengan cara konservatif, pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema
yang tidak dapat diatasi secara konservatif, pasien TB MDR dengan kelainan
paru yang terlokalisir.
4.6 Pengobatan TB
3) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam dua (2)
tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai pengobatan yang
adekuat untuk mencegah kekambuhan.
1) Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman
yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu pertama
Poli Umum
LABORATORIUM
PASIEN
Poli Spesialis
UMUM
RADIOLOGI
IGD
UNIT DOTS
Rekam Medis
PKMRS
Rawat Inap
Keterangan :
▪ Pasien tuberculosis yang dirawat inap, saat akan keluar dari RS harus melalui
unit DOTS untuk konseling dan penanganan lebih lanjut dalam
pengobatannya.
4.9 Mekanisme Alur Rujukan Pasien Tuberkulosis antar UPK dalam satu
Unit Registrasi (dalam 1 Kab/Kota)
Koordinator Wasor TB
HDL Kab/Kota Kab/Kota
Informasi Konfirmasi
Rumah Puskesmas
Sakit
TB 09
Mekanisme rujukan dan pindah pasien ke UPK Lain (dalam satu Kab/Kota)
▪ Untuk pasien yang dirujuk dari Rumah Sakit surat pengantar atau formulir
TB 09 dengan menyertakan TB 01 dan OAT (bila telah dimulai dibuat
pengobatan).
36
▪ UPK yang telah menerima pasien rujukan segera mengisi dan mengirimkan
kembali TB 09 (lembar bagian bawah) ke UPK asal.
▪ Bila pasien tidak ditemukan di UPK yang dituju, petugas TB UPK yang dituju
melacak sesuai dengan alamat pasien.
▪ Koordinator HDL memberikan umpan balik kepada UPK asal dan wasor
tentang pasien yang dirujuk.
4.10 Mekanisme merujuk pasien dari Rumah Sakit ke UPK kab/Kota lain.
Pasien dikatakan mangkir berobat bila yang bersangkutan tidak datang untuk
periksa ulang / mengambil obat pada waktu yang telah ditentukan.
Bila keadaan ini masih berlanjut hingga 2 hari pada fase awal atau 7 hari pada
fase lanjutan, maka petugas di Unit DOTS RS harus segera melakukan
tindakan di bawah ini :
37
DI RUMAH SAKIT
DI PUSKESMAS
BAB V
LOGISTIK
Logistik penanggulangan TB terdiri dari 2 bagian besar yaitu logistik Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) dan logistik lainnya.
Paket OAT anak dan dewasa terdapat 2 macam jenis dan kemasan yaitu :
▪ OAT dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT) atau Fixed Dose
Combination (FDC) yang dikemas dalam blister, dan tiap blister berisi
28 tablet.
▪ OAT dalam bentuk Kombipak yang dikemas dalam blister untuk satu
dosis, kombipak ini disediakan khusus untuk mengatasi efek samping
KDT/FDC.
Mikroskop, slide box, pot sputum, kaca sediaan, rak pewarna dan
pengering, lampu spiritus, ose, botol plastik bercorong pipet, kertas
pembersih lensa mikroskop, kertas saring, dan lain-lain.
▪ Keutuhan kemasan
▪ Logistik penunjang lainnya seperti : buku Pedoman TB, Materi KIE dihitung
berdasarkan kebutuhan.
42
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
6.2 Tujuan
1. Ketepatan Identitas, dalam hal ini target yang harus dipenuhi 100%.
Label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah
penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn, Ny, An), salah jenis kelamin, salah
alamat.
2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap, target 100% pasien yang
masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1 Pengertian
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
di sekitar tempat kerja tersebut.
7.2 Tujuan
c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan , cara dan
proses kerjanya
▪ Pengeringan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kriteria :
2. Ada pertemuan berkala secara formal antara pimpinan rumah sakit dan komite
medik / Tim DOTS untuk membahas, merencanakan dan mengevaluasi
pelayanan medis serta upaya peningkatan mutu pelayanan medis TB.
3. Ada laporan / data statistik serta hasil analisa pelayanan medis TB rumah sakit.
BAB IX
PENUTUP