Panggil
Per
187
PEDOMAN
PELAYANAN
TB-DOTs
LEMBAR PENGESAHAN
Wibowo
Andreas S. Sos Authorized Person 30/03/2020
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Pedoman
Pelayanan TB-DOTs.
Penyusunan pedoman ini sebagai upaya penanggulangan dan penanganan
kasusu tuberkulosis di rumah sakit, agar dapat menberikan nformasi yang terukur
tentang upaya pelayanan dan pengendalian TB-DOT untuk perbaikan
berkesinambungan bagi Rumah Sakit meningkatkan kinerja.
Kami sangat berharap laporan ini dapat memenuhi tujuan tersebut diatas,
sehingga masukan berbagai pihak guna akan sangat dihargai guna melengkapi
laporan ini, Selain itu semoga dengan selesainya laporan ini dapat memberikan
gambaran tentang hasil kinerja pelayanan di TIM TB –DOTS. Untuk itu perlu di
susun Pedoman Pelayanan TB DOTs di rumah sakit Graha Sehat.
Diharapkan adanya masukan untuk penyempurnaan Pedoman Pelayanan TB
DOTs ini di kemudian hari. Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima kasih
dan harapan agar Pedoman Pelayanan TB DOTs ini dapat dipergunakan sebagai
acuan di Rumah Sakit Graha Sehat.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah bekerja keras dalam penyusunan Pedoman Pelayanan TB-DOTs
ini dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan petunjuk serta
memberikan kekuatan kepada kita semua dalam melaksanakan tugas pelayanan
kesehatan.
Tim Penyusun
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN TB-DOTs DI
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
KEDUA : Pedoman Pelayanan TB-DOTs di lingkungan Rumah Sakit
Graha Sehat sebagaimana terlampir dalam Peraturan ini.
KETIGA : Pedoman Pelayanan TB-DOTs Rumah Sakit Graha Sehat wajib
digunakan dalam penanganan dan pelayanan pasien tuberkulosis.
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. Meskipun obat anti
tuberculosis (OAT) sudah ditemukan dan vaksinasi Bacillus Calmette-Guérin
(BCG) telah dilaksanakan, TB tetap belum bisa diberantas habis. Insidens TB
yang terus meningkat menjadi penyakit re-emerging sehingga Organisasi
Kesehatan Sedunia/WHO pada tahun 1995 mendeklarasikan TB sebagai
suatu global health emergency. Laporan WHO (2010) memperkirakan ada 8,8
juta pasien TB baru dan 2,6 juta diantaranya adalah pasien dengan Basil
Tahan Asam (BTA) positif dengan 1,1 juta angka kematian pasien pertahun
di seluruh dunia. Kondisi ini diperberat oleh penyakit HIV yang semakin
meningkat dan bertambahnya jumlah kasus kekebalan ganda kuman TB
terhadap OAT lini pertama atau disebut Multidrug Resistance TB (MDR)
bahkan Extensively atau Extremely Drug Resistance (XDR), yaitu resistensi
terhadap OAT lini kedua. Keadaan ini akan memicu epidemi TB dan terus
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Maka perlu
meminimalkan resiko terjadinya infeksi TB di fasilitas pelayanan kesehatan
melalui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif.
Penyebab utama meningkatnya masalah tuberkulosis antara lain adalah:
1. Komitmen politik khususnya pendanaan yang tidak memadai
2. Organisasi pelayanan tuberkulosis yang belum memadai (kurangnya akses
ke pelayanan, obat tidak selalu terjamin ketersediaannya, keterbatasan
jumlah pengawas menelan obat, pencatatan dan pelaporan yang belum
standar, dsb.)
3. Tatalaksana kasus yang belum memadai (penemuan kasus dan pengobatan
yang tidak standar)
4. Dampak pandemi HIV dan berkembangnya masalah MDR-TB
Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak terjadi
kesakitan, kematian dan kecacatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka kesakitan (prevalensi dan insidensi) dan angka
kematian tuberkulosis
b. Menurunkan resistensi terhadap OAT
D. BATASAN OPERASIONAL
1. TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
2. Cara penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
d. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
e. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
f. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
3. Risiko penularan
a. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesian nomor 67 tahun 2016
tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
3. Peraturan Direktur nomor 231/RSGS/Per/VIII/2022 tentang Pedomana
Pencegahn dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Graha Sehat.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Tim TB-DOTs (MINIMAL) yaitu:
Tabel 2. Distribusi Ketenagaan
NO JENIS TENAGA PAGI SIANG MALAM LIBUR JUMLAH
1. Ketua Tim TB-
1 - - - 1
DOTS
2. Dokter Poli TB-
1 - - - 1
DOTS
3. Perawat Poli TB-
1 1 - 1 3
DOTS
4. Analis Laboratorium 1 - - - 1
5. Administrasi 1 - - - 1
JUMLAH 5 1 - 1 7
A. DENAH RUANGAN
Ruangan Poli TB-DOTS terletak di dalam area Rumah Sakit Graha Sehat.
Denah ruangan Poli TB-DOTS sebagai berikut:
Gambar 1. Denah Ruangan
B. STANDAR FASILITAS
Kriteria umum ruangan
1. Struktur Fisik
Lantai perselen dan dinding dicat atau dilapisi keramik agar mudah dicuci
2. Kebersihan
Cat dan lantai berwarna terang dan sehingga kotoran terlihat dengan
mudah. Ruangan bersih dan bebas dari debu dan kotoran sampah atau
limbah rumah sakit. Hal ini berlaku pula untuk mebel, perlengkapan
instrumen, pintu jendela, steker listrik, dan langit-langit.
NO NAMA JUMLAH
1 MEJA 1
2 KURSI 3
4 LEMARI ARSIP 1
6 STETOSKOP 1
7 TENSIMETER 1
8 TIMBANGAN BADAN 1
9 MASKER 2
10 BUKU PELAPORAN TB 1
A. PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan terhadap
masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan mereka sendiri. Dalam promosi kesehatan dalam
penanggulangan TB diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar
dan komprehensif mengenai pencegahan penularan, pengobatan, pola hidup
bersih dan sehat (PHBS), sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku
sasaran program TB terkait dengan hal tersebut serta menghilangkan stigma
serta diskriminasi masyakarat serta petugas kesehatan terhadap pasien TB.
1. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan penanggulangan TB adalah :
a. Pasien, individu sehat (masyarakat) dan keluarga sebagai komponen
dari masyarakat.
b. Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa.
c. Pembuat kebijakan publik yang menerbitkan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan dan bidang lain yang terkait serta
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
2. Strategi Promosi Kesehatan dalam Penanggulangan TB
Promosi kesehatan dalam penanggulangan TB diselenggarakan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kemitraan.
a. Pemberdayaan masyarakat
2. Jejaring Internal
Konsep pelayanan secara umum yaitu linkup jejaring internal
rumah sakit dalam menemukan dan pelayanan pasien tuberkulosis sampai
mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Gambar 2. Jejaring Internal
A. PENGERTIAN
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman.
Sistem tersebut meliputi:
a. Asesmen risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh:
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cidera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cidera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
3. KTD Yang Tidak Dapat Dicegah/Unpreventable Adverse Event
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir
4. Kejadian Nyaris Cidera (KNC)/Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat menciderai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
A. PROMOSI KESEHATAN
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM
Rumah Sakit:
a. Pemeriksaan fisik lengkap
b. Kesegaran jasmani;
c. Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
d. Laboratorium rutin;
e. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
f. Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya
yang diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu.
g. Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan
kesehatan oleh dokter (pemeriksaan berkala), tidak ada
keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana
mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaanpemeriksaan
lain yang dianggap perlu;
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
sekurang-kurangnya 1 tahun.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
1) SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan
A. INDIKATOR PROGRAM TB
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan
beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara Nasional ada 2
yaitu:
1. Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA positif (Case Detection Rate =
CDR) dan
2. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate = SR).
Selain itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator
Nasional tersebut di atas, yaitu:
a. Angka Penjaringan Suspek
b. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa
dahaknya
c. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru
d. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien
e. Angka Notifikasi Kasus (CNR)
f. Angka Konversi
g. Angka Kesembuhan
h. Angka Kesalahan Laboratorium
Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur
kemajuan (marker of progress).
Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
1. Sahih (valid)
2. Sensitif dan Spesifik (sensitive and specific)
3. Dapat dipercaya (realiable)
4. Dapat diukur (measureable)
5. Dapat dicapai (achievable)
Analisa dapat dilakukan dengan :
1. Membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk melihat
besarnya perbedaan.
Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek
(TB .06) sarana pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai wilayah cakupan
penduduk, misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter praktek swasta, indikator
ini tidak dapat dihitung.
Angka ini sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil (< 5%) kemungkinan
disebabkan:
1. Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi
kriteria suspek, atau Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium
(negatif palsu).
Bila angka ini terlalu besar (> 15%) kemungkinan disebabkan :
1. Penjaringan terlalu ketat atau
2. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).
Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih
rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).
Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam
mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu
besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
M. ANGKA DEFAULT
Angka Default adalah persentase pasien TB yang default diantara seluruh
pasien TByang diobati dalam kurun waktu tertentu.
Angka ini dihitung untuk mengetahui kepatuhan pengobatan pasien TB.
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,