Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Pelayanan
Penanggulangan HIV/AIDS RS Islam Gorontalo ini dapat selesai disusun.
Buku Panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan program Pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS di RS Islam Gorontalo.
Dalam panduan ini diuraikan tentang Pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS di RS
Islam Gorontalo.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Pelayanan
Penanggulangan HIV/AIDS RS Islam Gorontalo.

Tim Penyusun
RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO
Jalan Prof. HB. Jassin No. 457Kota Gorontalo 96115 Telp. (0435) 8527899

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO
Nomor : 046 /SK/05/RSIG/VII/2018
PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
DI RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO

Menimbang : a. bahwa untuk pasal 43 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit
b. Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh
pasienyang memerlukan pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
diatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 116.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431).
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637).
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun2013 tentang
Penanggulangan HIV/AIDS
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur tentang Panduan Pelayanan Penanggulangan
HIV/AIDS di Rumah Sakit Islam Gorontalo.
KEDUA : Ketentuan lebih lanjut mengenai Panduan Pelayanan Penanggulangan
HIV/AIDS tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya
.
Ditetapkan di : Gorontalo
Tanggal : 1 July 2018
Rumah sakit islam gorontalo
Plt. Direktur

dr. Dewi Nurindah Panai

Tembusan :
1.Kepada Kepada Yth.Ketua YKU “Hasanah” Gorontalo
2. Arsip
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………................................. i


DAFTAR ISI……………………………………………………............................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5

A. Latar Belakang………………………………………………………………….........5

B. Definisi ............……………........................................................................................

C. Tujuan……………………..........................................................................................

D. Ruang Lingkup Pelayanan.........................................................................................

E. Batasan Operasional ..................................................................................................

F. Landasan Hukum ..................................................................................................


BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………...........

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia………………………………………….


B. Distribusi Ketenagaan………………………………………………………..
C. Pengaturan Jaga……………………………………………………………….

BAB III TATA LAKSANA PELAYANAN…………………………………………………


BAB IV LOGISTIK………………………………………………………………………….
BAB V PENUTUP....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan
tahun 2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 (73,9%) dari 498 kabupaten/kota
diseluruh(33) provinsi di indonesia. Provinsi pertama kali ditemukannya adanya kasus
HIV adalah provinsi Bali (1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus
HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan data terbaru, kejadian
penularan infeksi HIV di Indonesia terbanyak melalui hubungan seksual dengan orang
yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom. Diikuti dengan penggunaan alat suntik
yang tercemar darah yang mengandung infeksi HIV ( karena penggunan alat suntik
secara bersamaan diantara pengguna Napza suntikan), dan ditularkan dari ibu pengidap
HIV kepada anaknya,baik selama kehamilan, persalinan atau menyusui.

Cara penularan lain adalah melalui tranfusi darah yang tercemar, alat tusuk dan
peralatan lainnya (tato, dan lain-lain) dan adanya infeksi menular seksual seperti
sifilis. Program pengendalian HIV di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini
telah mengalami banyak kemajuan. Berbagai layanan terkait HIV telah dikembangkan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Namun teridentifikasi
bahwa perkembangan dari efektifitas dan kualitas intervensi dan layanannya masih
belum maksimal. Situasi ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan,adanya kesenjangan
koordinasi antara layanan dengan pelaksana program yang lain, retensi klien pada
layanan, dan beberapa wilayah yang memiliki tantangan komprehensif yang tinggi.
Sejalan dengan tujuan pengendalian HIV di Indonesia, yaitu menurunkan angka
kesakitan ,kematian, stigma dan diskriminasi serta meningkatkan kualitas hidup
ODHA, maka diperlukan upaya pengendalian serta layanan HIV yang komprehensif di
Rumah Sakit Khususnya di Rumah Sakit Islam Gorontalo. Layanan komprehensif
adalah upaya yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
melibatkan seluruh sektor terkait. Kegiatan layanan komprehensif HIV yang
berkesinambungan mencakup semua bentuk layanan HIV seperti kegiatan
pengendalian faktor resiko, layanan konseling dan tes HIV (KTS), Perawatan,
Dukungan, dan Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari ibu ke Anak (PPIA),
Pengurangan Dampak Buruk NAPZA, pencegahan penularan melalui donor darah dan
produk darah lainnya, kegiatan monev di Rumah sakit
B. Definisi
Pelayanan HIV dan AIDS adalah upaya yang meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV seperti kegiatan
pengendalian faktor resiko, layanan konseling, dan tes HIV(KTS dan KTIP) perawatan,
dukungan, dan pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak
(PPIA),Pengurangan Dampak Buruk NAPZA
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Menurukan angka kesakitan HIV AIDS melalui peningkatan mutu pelayanan
konseling dan testing HIV AIDS dan perlindungan bagi petugas layanan VCT dan
klien.

b) Tujuan Khusus

1. Tersedianya Panduan Pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS konseling dan tes


HIV dan AIDS di Rumah Sakit

2. Terselenggaranya Pelayanan perawatan dan pengobatan HIV dan AIDS di


Rumah Sakit Islam Gorontalo

3. Terselenggaranya pelayanan Dukungan ODHA

4. Tersedianya fasilitas untuk penyelenggaran pelayanan Penanggulangan HIV


dan AIDS di Rumah Sakit Islam Gorontalo
D. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pedoman ini memuat tentang berbagai program pelayanan


dan standar fasilitas untuk penyelenggaraan Pelayanan penanggulangan HIV dan
AIDS di Rumah Sakit Islam Gorontalo. Pelayanan penanggulangan HIV dan AIDS
merupakan upaya penyediaan layanan bagi ODHA secara berkesinambungan dalam
bentuk layanan komprehensif Rumah Sakit. Kunci keberhasilan Pelayanan di HIV
adalah ketersediaan tenaga-tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana
dan manajemen yang handal.
E. Batasan Operasional

1. Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary Conseling
and Testing [VCT) dan Prouider Initiated Testing and Counseling (PITC) yang
berdasarkan pemeriksaan dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas,
persetujuan,konseling,pencatatan, pelaporan dan rujukan.

2. Konseling Tes Sukarela (KTS) dilakukan oleh seorang konselor HIV/AIDS


rumah sakit yang sudah terlatih yang meliputi jeniskonseling meliputi: pre test,
post test, dan konseling berkelanjutan

3. Pelayanan PITC adalah pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV bisa melalui
VCT atau PITC

4. Pelayanan PMTCT adalah pelayanan konseling kepada ibu hamil dan menyusui
maupun ibu dengan usia produktif yang terdiagnosis HIV/AIDS

5. Pelayanan Terapi ARV adalah Pelayanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan


(PDP) pada pasien terdiagnosis HIV/AIDS.

6. Kolaborasi TB-HIV adalah pelayanan bersama pada pasien TB dan pasien


HIV/AIDS agar dilakukan skrening.

7. Pelayanan kepada semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS untuk dilakukan


skrening penyakit TB nya di ruang Poliklinik VCT.

8. Pelayanan Pasien ODHA dengan IDU's adalah orang yang terinfeksi HIV karena
penggunaan NAPZA suntik

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431).

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang


Standar Pelayanan Rumah Sakit.

3. Undang-undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


MenularPeraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun2013 tentang
Penanggulangan HIV/AIDS

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


270/Menkes/SK/III/2007 Tahun 2008 Tentang Pedoman Manajerial,
pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Rumah

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Dokter Spesialis

Adalah seorang dokter yang telah menyelesaikan pendidikan SII atau


Pendidikan Spesilisasi tertentu yang di buktikan dengan tambahan spesialis
serta lulus kredensialing oleh tim Kredrensial Komite Medik rumah sakit.
Selain telah menyelesaikan pendidikan spesialisasi juga harus memiliki
sertifikasi pelatihan tertentu sesuai dengan kompetensinya.

2. Konselor

Adalah seorang Psikolok, dokter umum atau perawat yang sudah mendapatkan
pelatihan khusus tentang Konseling untuk penatalaksanaan pasien HIV/AIDS di
Rumah Sakit.

3. Apoteker

Adalah seorang apoteker yang sudah dilatih petatihan tentang pemberian terapi
ARV untuk pasien yang dalam pemeriksaannya positif reaktif HlV.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter Spesialis
Seluruh dokter spesialis selain melayani pasien di rawat jalan juga melayani
visite di ruang rawat inap sesuai dengan spesialisasinya. Selain jaga di rawat
jalan dan rawat inap, dokter spesialis juga sebagai dokter konsulen spesialis
dengan jadwal jaga dokter terlampir.
2. Konselor baik psikolog, dokter umum, apoteker, perawat akan melayani pasien
yang berkunjung baik melalui rawat jalan maupun rawat inap jadwal terlampir.

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga petugas sesuai dengan jadwal. Petugas laboratorium
berada di Instalasi Laboratorium dan akan dihubungi oleh petugas jaga di Klinik
VCT, apabila ada klien yang melakukan pemeriksaan HIV.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan VCT

1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary Conseling
and Testing (VCT) dan prouider Initioted Testing and Counseling (PITC) :

a. pemeriksaan dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan,


konseling pencatatan, pelaporan dan rujukan

b. pelayanan konseling HIV/AIDS adalah konseling dan tes HIV secara sukarela
atas inisiatif individu yang bersangkutan.

c. pelayanan PITC adalah tes yang dilakukan pada pasien yang terindikasi
secara medis mengidap HIV/AIDS atau mempunyai faktor resiko HIV

d. pelayanan KTS dilakukan baik lewat rawat jalan maupun pasien yang berasal
dari rawat inap.

2) Konseling Tes Sukarela (KTS) dilakukan oleh seorang konselor HIV/AIDS


rumah sakit yang sudah terlatih yang meliputi :

a. jenis konseling meliputi: pre test, post test, dan konseling berkelanjutan

b. konseling HIV/AIDS dilaksanakan digabung di ruang Poliklinik VCT

3) Prinsip konfidensial sebagaimana dimaksud di atas hasil pemeriksaan harus


dirahasiakan dan hanya dapat dibuka kepada:

a. yang bersangkutan

b. tenaga kesehatan yang menangani

c. keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan dinilai tidak cakap

d. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

B. Pelayanan Provider Initiatif Testing and Conseling (PlTC)


1) Pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV bisa melalui VCT atau PITC

2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan atas


persetujuan pasien

3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana pada ayat (2) dalam hal:

a. semua pasien yang didiagnosis/suspect riwayat Tubereculosis

b. penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi

c. keadaan gawat darurat medis untuk tujuan pengobatan pada pasien yang
secara klinis telah menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS

d. perrnintaan pihak yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan.

C. Pelayanan Preventif of Mother To Child Transmision (PMTCT)


1) PMTCT adalah pelayanan konseling kepada ibu hamil dan menyusui maupun
ibu dengan usia produktif yang terdiagnosis HIV/AIDS

2) Semua ibu hamil yang berobat ke rumah sakit baik melalui rawat inap maupun
rawat jalan agar disarankan dan dilakukan skrening sekaligus pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui status HIV

3) Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke anaknya dilaksanakan dengan


melalui 4 (empat) kegiatan yang meliputi :

a. pencegahan penularan HIV pada perempuan usia produktif

b. untuk pencegahan penularan HIV pada perempuan usia produktif dari ibu
hamil ke bayi yang dikandung

c. pencegahan kehamilan tidak direncanakan

d. memberikan dukungan psikologis pada ibu dan keluarganya.

4) Mernberikan konseling kepada ibu yang akan merencanakan kehamilan atau ibu
yang sudah hamil.

5) Konseling dilakukan bersama antara konselor dengan tim Obsgyn.

6) Setiap bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV dilakukan pemeriksaan tes serologi
(Rapid Test) setelah usia 18 (delapan belas) bulan
D. Pelayanan Terapi ARV

1) Pelayanan Anti Retroviral (ARV) diberikan kepada pasien yang terdiagnosis


HIV/AIDS :
a. Pelayanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) pada pasien
terdiagnosis HIV/AIDS.

b. semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS tetap dilakukanperawatan di


rumah sakit sampai penyakit penyerta (Infeksi Oportunistik) membaik.

c. pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi resiko penularan HIV dan


menghambat perburukan Infeksi Oportunistik dan meningkatkan kualitas
hidup pengidap HIV/AIDS

2) Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan cara :

a. terapeutik yang meliputi : pengobatan ARV, pengobatan IMS dan


pengobatan terapi Oportunistik

b. profilaksis

c. penunjang meliputi pengobatan suportif dan perbaikan gizi

3) Pengobatan profilaksis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :

a. pemberian ARV pasca pajanan

b. kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis

4) Indikasi pemberian ARV harus atas indikasi :

a. penderita HIV yang telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah
sel Limfosit T CD 4 kurang dari atau sama dengan 35O sel/ mm3

b. ibu hamil dengan HIV positif

c. penderita dengan Tuberkulosis

E. Kolaborasi TB-HIV

1) Pasien HIV/AIDS agar dilakukan skrening

2) Pelayanan kepada semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS untuk dilakukan


skrening penyakit TB nya di ruang Poliklinik VCT.

3) Pelayanan pada pasien TB yang diduga atau mempunyai faktor resiko HIV
dilakukan skrening di Poliklinik DOTS.

F. Pemeriksaan Laboratorium
1) Dalam rangka untuk memastikan dan menegakkan pasien yang didiagnosis
HIV/AIDS akan dilakukan pemeriksaan virologi (Rapid Test) 3 (tiga)
parameter

2) Untuk skrening pasien HIV pemeriksaan laboratorium menggunakan 1 (satu)


reagen rapid test lini pertama

3) Hasil pemeriksaan akan dibuka bersama antara konselor dan pasien apabila
pasien sudah siap

4) Hasil pemeriksaan sebagaimana ayat (3) meliputi :


a. Reaktif
b. non Reaktif
c. indetereminate
5) Pemeriksaan pemintaan HIV untuk pemeriksan laboratorim dapat dari luar
rumah sakit atau dari fasilitas kesehatan lainnyadengan alur sebagai berikut :

a. sampel darah yang dikirim langsung ke Instalasi Laboratorium dengan


dilampiri pengantar pemeriksaan HIV

b. keluarga pasien didampingi petugas pengirim menyerahkan sampel ke


rumah sakit

c. pemeriksaan membutuhkan waktu kurang lebih 2 (dua) jam setelah sampel


diterima petugas laboratorium rumah sakit

d. setelah jadi hasil dikirim ke Klinik VCT untuk mengetahui status HIV
sekaligus dilakukan konseling pasca/post test

e. hasil akan dibuka bersama konselor HIV

6) Untuk pemeriksaan laboratorium menggunakan reagen rapid test tidak


dikenakan biaya

7) Untuk pemeriksaan CD 4 dan Anti HIV ELLISA di rujuk ke Laboratorium


Rujukan.

G. Pencatatan Dan Pelaporan


1) Semua pasien yang berkunjung ke Klinik VCT harus dicatat dalam buku
registrasi pasien HIV sebagai bahan laporan
2) Registrasi sebagaimana pada ayat (1) meliputi :
a. nama pasien
b. tanggal lahir
c. nomor Register Nasional HIV/AIDS (tgl lahir, bulan dan 4 huruf nama
pertarna)
d. alamat dan nomor telepon
e. factor resiko tertular/pekerjaan
f. hasil pemeriksaan (reaktif, non reaktif dan indeterminate)
g. status pernikahan
3) Pencatatan dan Registrasi ditutup setiap tanggal 25 (dua puluh lima) tiap
bulannya untuk dibuat pelaporan ke KementerianKesehatan dengan
menggunakan SIHA (Sistem Informasi HIV AIDS) yang meliputi:

a. SIHA VCT

b. SIHA penggunaan obat ARV

c. SIHA pasien yang berkunjung ke klinik CST

d. Kohort

4) Pelaporan secara rutin dilaksanakan tiap bulan mulai tanggal 26 (dua puluh
enam) sampai tanggal 5 (lima) bulan berikutnya

5) Evaluasi dan Pelaporan akan dilakukan oleh Tim HIV/AIDS secara rutin tiap
akhir tahun sebagai bahan evaluasi kegiatan pelayanan HIV

6) Bahan evaluasi juga digunakan dalam membuat Perencanaan program kerja


untuk tahun berikutnya.

H. Penyelenggaraan

1) Setiap rumah sakit harus melaksanakan Program penatalaksanaan pasien HIV


secara optimal

2) Pelaksanan Program HIV/AIDS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui pembentukan tim pelaksana program HIV/AIDS di rumah sakit

3) Susunan tim sebagaimana dimaksud pada ayat 21 terdiri atas:

a. klinisi (dokter)
b. konselor (Psikolog)

c. keperawatan
d. petugas farmasi (Instalasi Farmasi)
e. staff Rekam Medis
f. petugas laboratorium (lnstalasi Patologi Klinik)
4) Tim pelaksana program HIV/AIDS mempunyai tugas dan fungsi :
a. membantu direktur dalam menetapkan kebijakan tentang penatalaksanaan
HIV/AIDS
b. membantu direktur dalam menetapkan Pedoman dan Panduan
penatalaksanaan HIV/AIDS
c. membantu direktur dalam pelaksanaan penatalaksanaanHIV/AIDS
d. membantu direktur dalam mengawasi dan mengevaluasi penatalaksanaan
HIV/AIDS
e. melakukan koordinasi baik internal maupun eksternal rumahsakit yang
berkaitan dengan HIV/AIDS
f. melaporkan kegiatan pelaksanaan prograrn HIV/AIDS ke direktur

BAB IV
LOGISTIK

A. Pengadaan Reagen Rapid Test

Pengadaan reagen Rapid Test disediakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi


Gorontalo melalui Dinas Kesehatan Kota Gorontalo. Untuk penyimpanan reagen
Rapid Test oleh instalasi Laboratorium Rumah Sakit Islam Gorontalo.

BAB IV
PENUTUP

Dalam melaksanakan kegiatan akan dibuat Program kerja Tim HIV/AIDS tahunan
yang disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan penatalaksanaan kegiatan pasien
HIV/AIDS yang harus dijalankan sesuai dengan panduan penatalaksanaan HIV/AIDS
Rumah Sakit Islam Gorontalo.
Bahwa panduan penatalaksanaan ini merupakan acuan yang harus dilaksanakan
bersama dengan harapan semua program dapat berjalan sesuai dengan rencana yang
sudah ditetapkan oleh direktur.
Demikian panduan penatalaksanaan HIV/AIDS ini kami susun, atas saran dan
masukan demi kemajuan Tim HIV/AIDS sangat kami harapkan, atas kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai