Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Pelayanan
Penanggulangan HIV/AIDS RS Islam Gorontalo ini dapat selesai disusun.
Buku Panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan program Pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS di RS Islam Gorontalo.
Dalam panduan ini diuraikan tentang Pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS di RS
Islam Gorontalo.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Pelayanan
Penanggulangan HIV/AIDS RS Islam Gorontalo.
Tim Penyusun
RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO
Jalan Prof. HB. Jassin No. 457Kota Gorontalo 96115 Telp. (0435) 8527899
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO
Nomor : 046 /SK/05/RSIG/VII/2018
PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
DI RUMAH SAKIT ISLAM GORONTALO
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur tentang Panduan Pelayanan Penanggulangan
HIV/AIDS di Rumah Sakit Islam Gorontalo.
KEDUA : Ketentuan lebih lanjut mengenai Panduan Pelayanan Penanggulangan
HIV/AIDS tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya
.
Ditetapkan di : Gorontalo
Tanggal : 1 July 2018
Rumah sakit islam gorontalo
Plt. Direktur
Tembusan :
1.Kepada Kepada Yth.Ketua YKU “Hasanah” Gorontalo
2. Arsip
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang………………………………………………………………….........5
B. Definisi ............……………........................................................................................
C. Tujuan……………………..........................................................................................
A. Latar Belakang
Hingga saat ini HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan
tahun 2011, kasus HIV teridentifikasi tersebar di 368 (73,9%) dari 498 kabupaten/kota
diseluruh(33) provinsi di indonesia. Provinsi pertama kali ditemukannya adanya kasus
HIV adalah provinsi Bali (1987), sedangkan yang terakhir melaporkan adanya kasus
HIV (2011) adalah Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan data terbaru, kejadian
penularan infeksi HIV di Indonesia terbanyak melalui hubungan seksual dengan orang
yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom. Diikuti dengan penggunaan alat suntik
yang tercemar darah yang mengandung infeksi HIV ( karena penggunan alat suntik
secara bersamaan diantara pengguna Napza suntikan), dan ditularkan dari ibu pengidap
HIV kepada anaknya,baik selama kehamilan, persalinan atau menyusui.
Cara penularan lain adalah melalui tranfusi darah yang tercemar, alat tusuk dan
peralatan lainnya (tato, dan lain-lain) dan adanya infeksi menular seksual seperti
sifilis. Program pengendalian HIV di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini
telah mengalami banyak kemajuan. Berbagai layanan terkait HIV telah dikembangkan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Namun teridentifikasi
bahwa perkembangan dari efektifitas dan kualitas intervensi dan layanannya masih
belum maksimal. Situasi ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan,adanya kesenjangan
koordinasi antara layanan dengan pelaksana program yang lain, retensi klien pada
layanan, dan beberapa wilayah yang memiliki tantangan komprehensif yang tinggi.
Sejalan dengan tujuan pengendalian HIV di Indonesia, yaitu menurunkan angka
kesakitan ,kematian, stigma dan diskriminasi serta meningkatkan kualitas hidup
ODHA, maka diperlukan upaya pengendalian serta layanan HIV yang komprehensif di
Rumah Sakit Khususnya di Rumah Sakit Islam Gorontalo. Layanan komprehensif
adalah upaya yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
melibatkan seluruh sektor terkait. Kegiatan layanan komprehensif HIV yang
berkesinambungan mencakup semua bentuk layanan HIV seperti kegiatan
pengendalian faktor resiko, layanan konseling dan tes HIV (KTS), Perawatan,
Dukungan, dan Pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari ibu ke Anak (PPIA),
Pengurangan Dampak Buruk NAPZA, pencegahan penularan melalui donor darah dan
produk darah lainnya, kegiatan monev di Rumah sakit
B. Definisi
Pelayanan HIV dan AIDS adalah upaya yang meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV seperti kegiatan
pengendalian faktor resiko, layanan konseling, dan tes HIV(KTS dan KTIP) perawatan,
dukungan, dan pengobatan (PDP), Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak
(PPIA),Pengurangan Dampak Buruk NAPZA
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Menurukan angka kesakitan HIV AIDS melalui peningkatan mutu pelayanan
konseling dan testing HIV AIDS dan perlindungan bagi petugas layanan VCT dan
klien.
b) Tujuan Khusus
1. Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary Conseling
and Testing [VCT) dan Prouider Initiated Testing and Counseling (PITC) yang
berdasarkan pemeriksaan dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas,
persetujuan,konseling,pencatatan, pelaporan dan rujukan.
3. Pelayanan PITC adalah pemeriksaan dan pelayanan pasien HIV bisa melalui
VCT atau PITC
4. Pelayanan PMTCT adalah pelayanan konseling kepada ibu hamil dan menyusui
maupun ibu dengan usia produktif yang terdiagnosis HIV/AIDS
8. Pelayanan Pasien ODHA dengan IDU's adalah orang yang terinfeksi HIV karena
penggunaan NAPZA suntik
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 116. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431).
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1. Dokter Spesialis
2. Konselor
Adalah seorang Psikolok, dokter umum atau perawat yang sudah mendapatkan
pelatihan khusus tentang Konseling untuk penatalaksanaan pasien HIV/AIDS di
Rumah Sakit.
3. Apoteker
Adalah seorang apoteker yang sudah dilatih petatihan tentang pemberian terapi
ARV untuk pasien yang dalam pemeriksaannya positif reaktif HlV.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter Spesialis
Seluruh dokter spesialis selain melayani pasien di rawat jalan juga melayani
visite di ruang rawat inap sesuai dengan spesialisasinya. Selain jaga di rawat
jalan dan rawat inap, dokter spesialis juga sebagai dokter konsulen spesialis
dengan jadwal jaga dokter terlampir.
2. Konselor baik psikolog, dokter umum, apoteker, perawat akan melayani pasien
yang berkunjung baik melalui rawat jalan maupun rawat inap jadwal terlampir.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga petugas sesuai dengan jadwal. Petugas laboratorium
berada di Instalasi Laboratorium dan akan dihubungi oleh petugas jaga di Klinik
VCT, apabila ada klien yang melakukan pemeriksaan HIV.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan VCT
1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS) atau Voluntary Conseling
and Testing (VCT) dan prouider Initioted Testing and Counseling (PITC) :
b. pelayanan konseling HIV/AIDS adalah konseling dan tes HIV secara sukarela
atas inisiatif individu yang bersangkutan.
c. pelayanan PITC adalah tes yang dilakukan pada pasien yang terindikasi
secara medis mengidap HIV/AIDS atau mempunyai faktor resiko HIV
d. pelayanan KTS dilakukan baik lewat rawat jalan maupun pasien yang berasal
dari rawat inap.
a. jenis konseling meliputi: pre test, post test, dan konseling berkelanjutan
a. yang bersangkutan
c. keadaan gawat darurat medis untuk tujuan pengobatan pada pasien yang
secara klinis telah menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS
2) Semua ibu hamil yang berobat ke rumah sakit baik melalui rawat inap maupun
rawat jalan agar disarankan dan dilakukan skrening sekaligus pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui status HIV
b. untuk pencegahan penularan HIV pada perempuan usia produktif dari ibu
hamil ke bayi yang dikandung
4) Mernberikan konseling kepada ibu yang akan merencanakan kehamilan atau ibu
yang sudah hamil.
6) Setiap bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV dilakukan pemeriksaan tes serologi
(Rapid Test) setelah usia 18 (delapan belas) bulan
D. Pelayanan Terapi ARV
b. profilaksis
a. penderita HIV yang telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah
sel Limfosit T CD 4 kurang dari atau sama dengan 35O sel/ mm3
E. Kolaborasi TB-HIV
3) Pelayanan pada pasien TB yang diduga atau mempunyai faktor resiko HIV
dilakukan skrening di Poliklinik DOTS.
F. Pemeriksaan Laboratorium
1) Dalam rangka untuk memastikan dan menegakkan pasien yang didiagnosis
HIV/AIDS akan dilakukan pemeriksaan virologi (Rapid Test) 3 (tiga)
parameter
3) Hasil pemeriksaan akan dibuka bersama antara konselor dan pasien apabila
pasien sudah siap
d. setelah jadi hasil dikirim ke Klinik VCT untuk mengetahui status HIV
sekaligus dilakukan konseling pasca/post test
a. SIHA VCT
d. Kohort
4) Pelaporan secara rutin dilaksanakan tiap bulan mulai tanggal 26 (dua puluh
enam) sampai tanggal 5 (lima) bulan berikutnya
5) Evaluasi dan Pelaporan akan dilakukan oleh Tim HIV/AIDS secara rutin tiap
akhir tahun sebagai bahan evaluasi kegiatan pelayanan HIV
H. Penyelenggaraan
a. klinisi (dokter)
b. konselor (Psikolog)
c. keperawatan
d. petugas farmasi (Instalasi Farmasi)
e. staff Rekam Medis
f. petugas laboratorium (lnstalasi Patologi Klinik)
4) Tim pelaksana program HIV/AIDS mempunyai tugas dan fungsi :
a. membantu direktur dalam menetapkan kebijakan tentang penatalaksanaan
HIV/AIDS
b. membantu direktur dalam menetapkan Pedoman dan Panduan
penatalaksanaan HIV/AIDS
c. membantu direktur dalam pelaksanaan penatalaksanaanHIV/AIDS
d. membantu direktur dalam mengawasi dan mengevaluasi penatalaksanaan
HIV/AIDS
e. melakukan koordinasi baik internal maupun eksternal rumahsakit yang
berkaitan dengan HIV/AIDS
f. melaporkan kegiatan pelaksanaan prograrn HIV/AIDS ke direktur
BAB IV
LOGISTIK
BAB IV
PENUTUP
Dalam melaksanakan kegiatan akan dibuat Program kerja Tim HIV/AIDS tahunan
yang disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan penatalaksanaan kegiatan pasien
HIV/AIDS yang harus dijalankan sesuai dengan panduan penatalaksanaan HIV/AIDS
Rumah Sakit Islam Gorontalo.
Bahwa panduan penatalaksanaan ini merupakan acuan yang harus dilaksanakan
bersama dengan harapan semua program dapat berjalan sesuai dengan rencana yang
sudah ditetapkan oleh direktur.
Demikian panduan penatalaksanaan HIV/AIDS ini kami susun, atas saran dan
masukan demi kemajuan Tim HIV/AIDS sangat kami harapkan, atas kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.