Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PELAYANAN HIV/AIDS

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


JL. RAYA BAWANG KM. 8 BANJARNEGARA
2022

i
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 8 Banjarnegara
Telp. Pely. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Website. rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 1615 /Per/RSIB/ V /2022
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN HIV/AIDS RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismilahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan HIV/AIDS RSI
Banjarnegara diperlukan adanya Pedoman Pelayanan HIV/AIDS.
b. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Mengingat 1. Undang-Undang Kesehatan Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor : 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV/ AIDS
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 87 Tahun 2014,tentang
Pedoman Pengobatan ARV.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 74 Tahun 2014, tentang
Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia
Kedokteran.
7. Surat Edaran Menteri Kesehatan, No 129 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Pengendalian HIV AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)
8. Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK/Menkes/001/1/2013,tentang
Layanan Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dari Ibu ke Anak (PPIA).
9. Surat Keputusan Bupati Banjarengara No: 445/1181 tahun 2016 Tentang
Surat Ijin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas D.
10. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegra Nomor :
002/SK/YRSIB/I/2019 tentang Pengangkatan dr. Agus Ujianto, MSi.
Med. Sp.B sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara;

MEMUTUSK AN
Menetapkan PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN HIV /AIDS RUMAH SAKIT
ISLAM BANJARNEGARA.
Kesatu : Mencabut Panduan Pelayanan HIV/AIDS RSI Banjarnegara Nomor :
438/Per/RSIB/III/2019.
Kedua : Mengesahkan Pedoman Pelayanan HIV/AIDS RSI Banjarnegara Nomor :
/Per/RSIB/III/2022.
Ketiga : Segala biaya yang ditimbulkan karena diterbitkannya surat keputusan ini
dibebankan kepada Anggaran Belanja Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
Keempat : Pedoman ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan kembali
sebagimana mestinya.
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 30 Mei 2022
Direktur,

dr. Agus Ujianto, M.Si,Med,Sp.B

Tembusan :
1. Seluruh Kabag dan Kabid
2. Arsip.

i
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA...........................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. TUJUAN...................................................................................................................1
C. RUANG LINGKUP..................................................................................................2
D. BATASAN OPERASIONAL...................................................................................5
E. LANDASAN HUKUM.............................................................................................5
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................................................6
A. DISTRIBUSI KETENAGAAN.................................................................................6
B. PENGATURAN JAGA............................................................................................6
BAB III STANDAR FASILITAS..............................................................................................7
A. DENAH RUANG.....................................................................................................6
B. STANDAR FASILITAS..........................................................................................7
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN..............................................................................8
BAB V LOGISTIK...................................................................................................................10
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.......................................................................................11
BAB VII KESELAMATAN KERJA.......................................................................................13
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.....................................................................................16
BAB IX PENUTUP..................................................................................................................17
BAB X DOKUMENTASI........................................................................................................18

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit menular yang


bersifat kronis yang menyebabkan penurunan kekebalan tubuh manusia. Kondisi ini tidak
dapat disembuhkan secara tuntas, akan tetapi dapat dikontrol dengan pemberian Obat
Antiretro Viral (ARV) seumur hidup. Kondisi seperti ini disebut kronis atau memerlukan
pengobatan jangka panjang. Kerusakan sistem tubuh menyebabkan pasien rentan terhadap
berbagai penyakit yang disebut sebagai infeksi oportunistik.
Stadium klinis HIV dan fase pengobatan menentukan dimana pasien akan
ditemukan, tipe fasyankes yang akan menemukan dan mengobati pasien serta sistem jejaring
rujukan dan komunikasi agar pasien tidak hilang, terdiagnosis, dan terkontrol dengan ARV.
Pengetahuan tentang stadium klinis diperlukan untuk membantu menumukan
pasien, menentukan fasyankes yang mampu merawat dan mengobati serta mempertahankan
pasien untuk minum obat. Dengan disusunnya Pedoman Pelayanan HIV/AIDS Rumah Sakit
Islam Banjarnegara ini, berharap untuk bisa mengimplementasikan pengelolaan pasien
suspek, upaya preventif penularan, dan pasien yang sudah terdiagnosa positif HIV/AIDS.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelayanan konseling dan tes HIV
dalam rangka penegakkan diagnosis HIV/AIDS untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV dan pengobatan lebih dini.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT),
b. Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral Theraphy (ART) atau kerjasama dengan
rumah sakit yang ditunjuk,
c. Meningkatkan fungsi pelayanan infeksi oportunistik (IO),
d. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan faktor risiko Injection Drug Use
(IDU),
e. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang yang meliputi, pelayanan gizi, laboratorium
dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.

1
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan penanggulangan HIV/AIDS terdiri atas :
1. Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melaluiVoluntary Counselling Testing(VCT)atau
Konsultasi Test Sukarela (KTS) dan Tes Inisiasi Petugas Kesehatan (TIPK) untuk pasien
terduga/suspek HIV/AIDS
1) KTS dilakukan dengan langkah langkah meliputi; konseling pra test, tes HIV dan
konseling pasca test.
2) TIPK dilakukan dengan langkah –langkah meliputi; pemberian informasi tentang
HIV AIDS sebelum tes, pengambilan darah untuk diagnostik, penyampaian hasil tes,
dan konseling
3) TIPK dianjurkan sebagai standar pelayanan bagi :
 Setiap orang dewasa, remaja atau anak anak yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan dengan tanda gejala, atau kondisi medis yang mengidentifikasikan
atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat
penyakit Tuberkulosis ( TB) dan Infeksi Menular Seksual ( IMS )
 Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin.
 Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan infeksi HIV
 Anak anak dengan pertumbuhan sub optimal atau mal nutrisi di wilayah
epidemik luas yang tidak menunjukkan respon baik dengan pengobatan nutrisi
yang adekuat.
4) TIPK yang direkomendasikan oleh WHO memiliki dua kategori:
 Tes Diagnostik, adalah bagian dari proses klinis untuk menetukan diagnosa
pasien mengacu pada kondisi medis dari pasien misalnya TB atau gejala klinis
yang mengindikasikan secara kuat HIV sebagai penyakit yang mendasarinya.
 Penawaran rutin untuk tes dan konseling kepada semua pasien dewasa yang
berobat ke sarana kesehatan tanpa memandang alasan berobatnya.

2. Pencegahan Penularan HIV


Pencegahan penularan HIV dapat dicapai dengan efektif dengan cara menerapkan pola
hidup aman dan tidak berisiko, meliputi upaya:
a. Pencegahan HIV melalui hubungan seksual,dengan cara:
a) Tidak melakukan hubungan seksual (abstinensia)
b) Setia dengan pasangan ( be faithufl)
c) Menggunakan kondom secara konsisten ( condom use)
d) Menghindari penggunaan obat /zat adiktif ( No Drug )
e) Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi sedini mungkin (education)
f) Melakukan pencegahan lain/sirkumsisi.
g) Mengobati Pasangan Seksual.

2
b. Pencegahan penularan HIV melalui hubungan non seksual,ditujukan untuk mencegah
penularan HIV melalui darah / donor darah.
c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak., dilakukan melalui 4 (empat ) kegiatan yang
meliputi:
a) Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia produktif
b) Pencegahan kehamilan tak diinginkan pada perempuan dengan HIV
c) Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya
d) Pemberian dukungan psikologissosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV
beserta anak dan keluarganya

3. Pengelolaan Pasien dengan HIV/AIDS


1) Care,support and Treatment (CST) merupakan layanan perawatan yang tersedia
melalui konseling dan tes HIV untuk tujuan skrining dan diagnostik.Terapi
antiretroviral ARV merupakan komitmen jangka panjang dan kepatuhan terapi dalam
rangka menekan replikasi HIV dan menghindari adanya resistensi,
2) Perawatan dan dukungan
Perawatan dan dukungan di laksanakan dengan pendekatan sesuai kebutuhan;
perawatan berbasis fasilitas kesehatan dan perawatan berbasis masyarakat.
3) Konseling hasil pemeriksaan diagnostik HIV
4) Memberikan Therapi pengobatan ARV sesuai dengan Ketentuan.
5) Memantau Adherence atau Kepatuhan pasien dalam konsumsi obat dengan lembar
ikhtisar Perawatan.
6) MelakukanDokumentasi dan Pelaporan hasil kegiatan.
7) Melakukan pengelolaan jenazah pasien dengan HIV/AIDS
8) Melakukan pengelolaan linen pasien dengan HIV/AIDS
9) Melakukan pengelolaan pasien masuk rumah sakit (MRS)
4. Ketentuan Pemeriksaan diagnosis HIV
1) Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan berdasarkan prinsip
confidentiality,consent,counseling,correct test results, Connections to HIV
prevention,treatment and care and support services
2) Prinsip konfidensialitas berarti pemeriksaan harus dirahasikan dan hanya dapat dibuka
kepada:
(1) Yang bersangkutan
(2) Tenaga kesehatan yang menangani
(3) Keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap
(4) Pasangan seksual
(5) Pihak lain sesuai perundang-undangan.
(6) Tes HIV dilakukan dengan metode Rapid Diagnostic Test ( RDT) atau Enzyme
Imumuno Assay ( EIA).
3
5. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu dan Anak
Program PPIA merupakan program pencegahan penularan vertikal dari seorang
ibu kepada bayinya. Kerangka kerja program PPIA dilaksanakan melalui kegiatan
pencegahan dan penanganan HIV secara komprehensif berkesinambungan yang meliputi
empat komponen sebagai berikut :
a. Pencegahan primer agar perempuan pada usia reproduksi (usia 15-49 tahun) tidak
tertular HIV.
b. Pencegahan kehamilan yang tak direncanakan pada perempuan pengidap
HIV Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a). Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu dengan HIV melalui konseling dan
penyediaan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif.
b). Perencanaan dan persiapan kehamilan yang tepat, jika ibu ingin hamil
c. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya dan yang
disusuinya, diupayakan mendapatkan pelayanan :
a) Layanan antenatal terpadu sesuai dengan standar.
b) Pemberian ARV dan kotrimoksasol profilaksis pada ibu hamil dengan HIV
c) Perencanaan persalinan yang aman dan tatalaksana persalinan,nifas dan layanan
neonatal.
d) Tatalaksana pemberian makanan terbaik bagi bayi.
e) Pemberian ARV dan kotrimoksasol profilaksis pada bayi
d. Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta
anak dan keluarganya.
6. Infeksi Oportunistik
Seseorang yang terkena infeksi HIV akan menurun respon normalnya terhadap infeksi
bakteri,virus,jamur maupun parasit,yang jika pada orang normal tidak akan menyebabkan
penyakit tetapi akan menimbulkan penyakit pada ODHA,inilah yang disebut sebagai
Infeksi Oportunistik.
Infeksi oportunistik dapat menyerang semua organ atau system, meskipun kebanyakan
organ yang terserang adalah organ yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
seperti,kulit, mulut, paru, dan saluran cerna.
Infeksi oportunistik pada ODHA merupakan tanda menurunnya system imun.
Kebanyakan IO yang mengancam jiwa terjadi ketika jumlah CD4 < 200 sel/mm dan IO
merupakan penyebab kematian terbesar pada ODHA.

D. BATASAN OPERASIONAL
Pedoman ini dapat dijadikan acuan bagi Dokter, Perawat, Petugas Laboratorium dan Tim
Medis lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pada pasien yang tersangka

4
atau yang terindikasi tertular HIV/AIDS berdasarkan tanda dan gejala HIV/AIDS melalui
proses skrining yang dilakukan oleh petugas.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan
ARV;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Konseling dan Tes HIV;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV
dan AIDS;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran;
6. Kesepakatan Bersama 5 Menteri, Tahun 2013 tentang Peningkatan Pengetahuan
Komprehensif HIV/AIDS pada penduduk usia 15 sampai dengan 24 tahun;
7. Surat Edaran Menkes Nomor 129 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pengendalian
HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS);
8. Surat Edaran Menkes Nomor GK/Menkes/001/I/2013 tentang Layanan Pencegahan
Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari Ibu ke Anak (PPIA);
9. Surat Edaran Dirjen PPPL No HK.02.03/D/III.2.823/2013 tentang Alokasi Biaya Logistik
Program Pengendalian HIV/AIDS dan IMS.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Distribusi Ketenagaan
Tim HIV/AIDS terdiri dari :
1 dokter spesialis penyakit dalam,
1 dokter spesialis anak,
4 dokter umum,
1 S1 Keperawatan
3 DIII Keperawatan,
1 lulusan SMU.
B. Pengaturan Jaga
Tim melaksanakan tugas sesuai jam kerja dengan ketentuan :
Hari Senin s/d Jum’at pukul 07.30 s/d 14.30 WIB
Hari Sabtu pukul 07.30 s/d 13.00 WIB

6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

a b

Keterangan :
a = Lemari b = meja dokter
c = meja perawat d = kamar mandi
B. Standar Fasilitas
1. Sarana
a. Papan petunjuk
Papan petunjuk dipasang yang jelas untuk memudahkan akses klien ke klinik
VCT dan juga di depan ruang klinik VCT bertuliskan Ruang VCT.
b. Ruang Tunggu
Ruang tunggu didepan ruang konseling.Diruang tunggu tersedia televisi,kotak
saran,leaflet,meja dan kursi,kalender,tempat sampah.
2. Jam Pelayanan HIV AIDS
Jam Pelayanan konseling dan testing terintegrasi dalam jam pelayanan kesehatan
lainnya, Klinik VCT membuka pelayanan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at
pukul 07.30 s.d 14.30 dan hari Sabtu jam 07.30 s.d 13.00 WIB.
3. Ruang Konseling
Ruang konseling disediakan senyaman mungkin dan terjaga kerahasiaannya serta
terpisah dari ruang tunggu. Ruang konseling dilengkapi :
a. 2 meja dan 4 kursi ( tempat duduk bagi klien maupun konselor ), 1 lemari dokumen
dan disediakan kamar mandi
b. Buku catatan daftar pasien, formulir informed concent, formulir konseling pre dan
pasca testing, buku rujukan, formulir rujukan, kalender formulir ikhitisar perawatan
pasien dan ATK.

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Alur Pelayanan tes HIV

Kelompok pasien yang dites HIV


-LSL,Waria,WPS,Penasun,WBP Pemberian informasi oleh petugas untuk Pemeriksa
-Ibu Hamil
- Pasien TB
-Pasien IMS dengan keluhan IMS
-Pasien dengan gejala penurunan
kekebalan tubuh
-Pasangan ODHA
-Anak dari ibu HIV positif
Tidak bersedia tes HIV

Laboratorium
/pemeriksaan test
HIV Sarankan test saat kunjungan berikutnya

Hasil test Negatif Penyampaian hasil


1. Beri informasi hasil test test
negatif
2. Berikan
informasi Hasil test positif
pencegahan HIV 1. Berikan
3. Jika perlu sarankan informasi hasil
pasangan untuk ke klinik test positif
KTS untuk konseling 2. Dukungan ke pasien Rujuk Ke PDP/CST
dan pencegahan lebih 3. Informasi
perlunya
perawatandan
Evaluasi Window pengobatan
Period 4. Informasi cara
pencegahan
penularan ke
pasangan dan
sarankan KTS

2. Tatalaksana VCT dan TIPK


a. Pasien dengan suspek HIV mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS,
b. Melakukan inisiasi tes HIV dan memberikan informed consent pemeriksaan
laboratorim untuk diagnostik HIV,
c. Jika pasien setuju atau menolak, pasien menandatangi formulir persetujuan atau
penolakan tindakan pemeriksaan HIV,
d. Menyampaikan hasil test kepada klien/pasien, jika hasil negatif :
1) Petugas menyampaikan hasil test negatif dan memberikan informasi tentang
pencegahan HIV
2) Sarankan klien/pasien untuk konseling lebih lanjut dan test ulang setelah

8
beberapa waktu.
e. Menyampaikan hasil test jika hasil positif :

9
a) Petugas menyampaikan hasil test positif
b) Berikan dukungan pada pasien dalam menanggapi hasil test
c) Menginformasikan perlunya perawatan dan pengobatan.
d) Menginformasikan cara pencegahan penularan kepada pasangan
e) Menginformasikan layanan pengobatan ARV
f. Melakukan dokumentasi dan pelaporan.
3. Tata laksana Pelayanan Terapi ARV
a) Pelayanan Anti Retroviral (ARV) diberikan kepada pasien yang terdiagnosis
HIV/AIDS:
1) Adalah pelayanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) pada
pasien terdiagnosis HIV/AIDS
2) Semua pasien yang terdiagnosis HIV/AIDS tetap dilakukan perawatan di
Rumah Sakit sampai penyakit penyerta ( infeksi oportunistik ) membaik.
3) Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi resiko penularan dan
menghambat perburukan infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas
hidup pengidap HIV/AIDS
b) Pengobatan HIV /AIDS dilakukan dengan Cara :
1) Teraupetik yang meliputi : Pengobatan ARV, Pengobatan IMS dan
pengobatan terapi Oportunistik
2) Profilaksis
3) Penunjang meliputi Pengobatan suportif dan perbaikan gizi
c) Pengobatan Profilaksis meliputi :
1) Pemberian ARV pasca pajanan
2) Kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis
d) Indikasi Pemberian ARV harus atas indikasi:
1) Penderita HIV yang menunjukkan stadium klinis 3 dan 4 atau jumlah sel
limfosit T atau CD4 kurang dari 200 sel/mm
2) Ibu hamil dengan HIV positif
3) Penderita dengan Tuberculosis

1
BAB V
LOGISTIK

1. Kebutuhan Anggaran kegiatan pengendalian HIV/AIDS dari Anggaran Rutin


RumahSakit Islam Banjarnegara.
2. ARVdisediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara dengan pencatatan
pelaporan sesuai format yang sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Banjarnegara.
3. Kebutuhan obat obatan dan peralatan didukungsesuai dengan kemampuan.
4. Peralatan dan Bahan yangdibutuhkan untuk program pengendalian HIV/AIDS dapat
didukung dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara.

1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Kewaspadaan merupakan upaya pencegahan infeksi yang megalami perjalan panjang.


Mulai dari infeksi nosokomial yang menjadi ancaman bagi petugas kesehatan dan
pasien.Seperangkat prosedur dan pedoman yang dirancang untuk mencegah terjadinya
infeksi pada tenaga kesehatan dan juga memutus rantai penularan ke pasien.Terutama
mencegah penularan melalui darah dan cairan tubuh.
Prinsip Kewaspadaan Umum di Jabarkan dalam 5 kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci Tangan guna mencegah infeksi silang
Cuci tangan dilakukan :
a. Setelah menyentuh darah,cairan tubuh sekresi dan bahan terkontami nasi lain
b. Segera setelah melepas sarung tangan
c. Cuci tangan dengan menggunakan 6 langkah
d. Antiseptik dan Air mengalir
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Masker
b. Pelindung Mata
c. Pelindung Kepala
d. Gaun/Jubah/Apron
e. Pelindung Kaki
f. Sarung tangan
3. Pengelolaan alat Kesehatan bekas pakai ( Dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi)
a. Dekontaminasi : suatu proses menghilangkan mikroorganisme patogendan kotoran
dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan Alkes bekas pakai.
b. Pencucian : Proses secara fisik untuk menghilangkan kotoran terutama bekas
darah ,cairan tubuh dan benda asing lainnya seperti debu, kotoran yang menempel
dikulit atau di alat kesehatan.
c. Disinfeksi : Suatu proses untuk menghilangkan sebagian mikroorganisme
d. Sterilisasi : Suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme termasuk
endospora bakteri dari alat kesehatan.Cara paling aman untuk pengelolaan Alkes
yang berhubungan langsung dengan darah.
4. Pengelolaan Jarum dan Alat Tajam
Jarum dan Alat Tajam dimasukkan ke dalam safety box.
5. Pengelolaan Limbah dan Sanitasi Ruangan
Pemilihan Cara Pengelolaan Limbah dan Sanitasi Ruangan
a. Limbah Cair
b. Sampah Medis
c. Sampah Rumah Tangga
1
d. Disinfeksi Permukaan
6. Penanganan Linen
Linen infeksius atau terkontaminasi dengan darah atau kontaminen lain dipisahkan
dengan menggunakan kantong kresek warna kuning

1
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

1. Perlindungan Diri , Profilaksis pasca Pajanan HIV (PPP)


Profilaksis Pasca Pajanan HIV merupakan tindakan Pencegahan terhadap petugas
kesehatan yang tertular HIV akibat tertusuk jarum, tercemar darah dari penderita atau
mayat pasien HIV.Paparan cairan infeksius tidak saja membawa virus HIV tetapi juga
virus Hepatitis. Perlukaan pekutaneus merupakan kecelakaan kerja tersering dan
biasanya disebabkan oleh jarum yang berlubang.
2. Faktor yang mempengaruhi
a. Jumlah dan Jenis cairan yang mengenai
b. Dalamnya Tusukan atau Luka
c. Tempat perlukaan atau paparan.
3. Indikasi Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan
a. Tertusuk/ luka superficial yang merusak kulit oleh jarum yang telah terpapar sumber
dengan HIV + asimtomatik . Membran mukosa terpapar oleh darah terinfeksi HIV
dalam jumlah banyak dari sumber HIV + asimtomatik ( tergantung banyak tidaknya
volume dan tetesan ).
b. Membran mukosa terpapar darah yang terinfeksi HIV + dalam jumlah sedikit, dari
sumber dengan HIV + simptomatik.
c. Terpapar dengan orang HIV + asimtomatik lewat tusukan yang dalam dengan jarum
berlubang yang berukuran besar.
d. Luka tusukan Jarum dengan darah yang terlihat di permukaan jarum.
e. Luka tusukan jarum yang telah digunakan untuk mengambil darah arteri atau vena
pasien.
f. Luka tusuk dari jenis jarum apapun yang telah di gunakan pada sumber dengan HIV
+ yang simptomatik.
g. Membran mukosa yang tepapar oleh darah yang terinfeksi HIV dalam jumlah yang
banyak dari sumber HIV + yang simptomatik.
h. Tusukan jarum dengan tipe jarum apapun dan bebagai derajat paparan dari sumber
dengan status HIV tidak diketahui tetapi memiliki faktor resiko HIV.
i. Tusukan jarum dengan tipe jarum apapun dan bebagai derajat paparan dari sumber
yang tidak diketahui status HIV dan tidak diketahui faktor resikonya, namun
dianggap sebagai sumber HIV +.
j. Membran mukosa yang terpapar darah dalam jumlah berapapun dari sumber yang
tidak diketahui status HIV tetapi memiliki faktor resiko HIV.
k. Membran Mukosa yang terpapar dalam dalam jumlah berapapun dari sumber yang
tidak diketahui status HIV nya, namun sumber tersebut dianggap sebagai sumber
HIV +.
1
4. Penatalaksanaan Pasca Pajanan.
1) Keputusan Pemberian ARV harus segera diambil dan ARV diberikan < 4 jam
setelah paparan.
2) Penanganluka
3) Beri Informed Consent
4) Lakukan test HIV
5) Pemberian ARV profilaksis
6) Penanganan tempat paparan/luka : Segera!!
7) Luka tusuk : bilas air mengalir dan sabun /antiseptik
8) Pajanan mukosa mulut : ludahkan dan kumur
9) Pajanan mukosa mata :Irigasi dengan air/garam fisiologis
10) Pajanan mukosa hidung : Hembuskan keluar dan bersihkan dengan air
11) Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan
12) Disinfeksi Luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu :
13) Betadine (povidone iodine 2.5 %) selama 5 menit.
14) Alkohol 70 % selama 3 menit .

Catatan :

a. Chlorhexidine cetrimide bekerja melawan HIV tetapi bukan HBV.

b. Pelaporan terjadinya paparan. Rincian waktu, tempat,

paparan dan konseling serta manajemen pasca paparan.

c. Evaluasi dan risiko transmisi.

d. Konseling berupa risiko transmisi, penceganan transmisi

sekunder, tidak boleh hamil dsb.

e. Pertimbangan pemakaian terapi profilaksis pasca paparan.

f. Pemantauan (follow up).

5. Pemantauan

Tes Antibodi dilakukan pada minggu ke-6 , minggu ke -12 dan bulan ke 6.

Dapat diperpanjang sampai bulan ke 12.

6. Aspek Manajemen.

a. Merupakan bagian medico legal.

b. Perlu dilakukan pencatatan dan evaluasi.

c. Evaluasi meliputi :

1) Kesalahan sistem.

1
2) Tidak ada pelatihan.

3) Tidak ada SOP tidak tersedia alat pelindung diri.

4) Ratio pekerja dan pasien yg tidak seimbang.

5) Kesalahan manusia.

6) Kesalahan dalam penggunaan dan pemilihan alat kerja.

7) Rekomendasi kepada management RS perlu diberikan setelah

evaluasi dilakukan

1
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Salah satu prinsip yang menggaris bawahi implementasi layanan


PDP adalah layanan berkualitas, guna memastikan klien mendapatkan
layanan tepat dan menarik orang untuk menggunakan layanan. Tujuan
pengukuran dari jaminan kualitas adalah menilai kinerja petugas, kepuasan
pelanggan atau klien, dan menilai ketepatan protocol konseling dan testing
yang kesemuanya bertujuan tersedianya layanan yang terjamin kualitas dan
mutu.
1. Konseling dalam PDP
Pelayanan konseling dimulai dengan suasana bersahabat yang dilayani
oleh konselor terlatih. Perangkat untuk menilai kualitas layanan termasuk
mengevaluasi kinerja seluruh staff PDP, penilaian kualitas konseling
dengan menghadirkan supervisor yang menyamar sebagai klien,
melakukan pertemuan berkala dengan para konselor, mengikuti
perkembangan konseling dan HIV AIDS, kotak saran, penilaian oleh
petugas jasa, mengukur seberapa jauh konselor mengikuti aturan
Protokol.
2. Syarat minimal layanan PDP.
Penilaian internal atau eksternal dapat menggunakan daftar
sederhana apakah pelayanan PDP memenuhi persyaratan standar
minimal yang ditentukan Departemen Kesehatan dan WHO.

1
BAB IX
PENUTUP

1. Sarana dan Prasarana


Klinik PDP merupakan pintu utama pelayanan HIV AIDS dalam
pemenuhan sarana dan prasarana masih membutuhkan dukungan dari
semua pihak.
2. Perangkat Lunak
Tim pencegahan penyakit TB dan HIV AIDS sudah terbentuk, namun
dalam melaksanakan kegiatannya masih mengalami banyak kendala.
3. Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia dan ketrampilan klinik tentang pelayanan
HIV AIDS sudah dilakukan pelatihan oleh dinas kesehatan provinsi secara
berkala.
4. Sistim Informasi dan Jejaring
Rumah Sakit Islam Banjarnegara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
Banjarnegara,serta dibantu oleh Yayasan Sehat Peduli Kasih (PEKA).
Pedoman penatalaksanaan ini merupakan acuan yang dilaksanakan bersama dengan
harapan semua program dapat berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
Demikian Pedoman Penatalaksanaan pasien HIV/AIDS ini kami susun.

1
BAB X
DOKUMENTASI

Dokumentasi TIPK dan KTS melalui pencatatan di rekam medik berupa:


1. Formulir informed consent/lembar persetujuan TIPK dan KTS
2. Formulir permintaan laboratorim
3. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium
4. Formulir konseling paska test
5. Formulir Ikhtisar Perawatan Pasien

Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 30 Mei 2022
Direktur

dr. Agus Ujianto,M.Si,Med,Sp.B

1
19
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang km. 8 Banjarnegara
Telp. Pely (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Web. rsibanjarnegara.com, Email :

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA


Nomor : 1063 / Per / RSIB / IV / 2022
TENTANG
PELAYANAN HIV/AIDS RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa untuk peningkatan pelayanan pada pasien dengan HIV/AIDS perlu
disusun dengan pengelolaan yang optimal;
b. bahwa pengelolaan HIV/AIDS diharuskan adanya kebijakan rumah sakit dan
dukungan penuh dari managemen yang termasuk dalam Program Nasional;
c. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara;

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;


2. Undang-Undang Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
HIV dan AIDS
4. Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor GK / Menkes / 001 / 1 / 2013, tentang
Layanan Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari
Ibu ke Anak (PPIA).
5. Surat Keputusan Disnaker DMPTSP Nomor : 445/01/ tahun 2021 tentang
Perpanjangan Izin Operasional Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
6. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
002/SK/YRSIBA/I/2019 tentang Pengangkatan dr. Agus Ujianto, Ms. Si, Med,
Sp. B sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
7. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
021/SK/YRSIB/III/2022 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Islam Banjarnegara
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
TENTANG PELAYANAN HIV/AIDS RUMAH SAKIT ISLAM
BANJARNEGARA;
Pertama : Mancabut Surat Keputusan Direktur 351/ Per /RSIB/III/2019 tentang HIV Rumah
Sakit Islam Banjarnegara
Kedua : Mengesahkan Peraturan Direktur tentang Pelayanan HIV/ AIDS Rumah Sakit
Islam Banjarnegara;
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya surat keputusan ini dibebankan
kepada anggaran belanja Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Keempat : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilalakukan perbaikan
kembali sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 01 April 2022
Direktur,

dr. Agus Ujianto, M. Si, Med, Sp. B


Tembusan Yth.:
1. Seluruh Kepala Bidang/Bagian
2. Arsip
Lampiran I : Peraturan Direktur RSI Banjarnegara
No : 1063/Per/RSIB/IV/2022
Tanggal : 01 April 2022

KEBIJAKAN PELAYANAN HIV/AIDS


RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Rumah Sakit Islam Banjarnegara memberikan pelayanan pada pasien terduga/suspek
HIV/AIDS,
2. Rumah Sakit Islam Banjarnegara melaksanakan tindakan preventif untuk mencegah
penularan infeksi termasuk HIV,
3. Rumah Sakit Islam Banjarnegara melakukan pengelolaan pasien dengan HIV/AIDS.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Pelayanan Pasien Terduga/Suspek HIV/ AIDS
a. Rumah Sakit Islam Banjarnegara melaksanakan konseling dan test HIV dengan stategi
Tes HIV Atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan Dan Konseling (TIPK).
b. TIPK dilakukan oleh petugas kesehatan mulai perawat, bidan, dokter umum dan dokter
spesialis.
c. TIPK dilakukan di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, dan Instalasi Rawat
Inap.
d. TIPK dianjurkan sebagi standar pelayanan bagi :
1) Setiap orang dewasa, remaja atau anak anak yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan dengan tanda gejala, atau kondisi medis yang mengidentifikasikan atau
patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit
Tuberkulosis (TB) dan Infeksi Menular Seksual ( IMS )
2) Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin.
3) Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan infeksi HIV
4) Anak - anak dengan pertumbuhan sub optimal atau mal nutrisi di wilayah epidemik
luas yang tidak menunjukkan respon baik dengan pengobatan nutrisi yang adekuat.
2. Rumah Sakit Islam Banjarnegara melaksanakan tindakan preventif untuk mencegah
penularan infeksi termasuk HIV, meliputi:
a. Kewaspadaan umum ( Universal Precaution)
b. Kepatuhan terhadap program pencegahan infeksi sesuai standar
c. Penggunaan darah yang aman dari HIV/AIDS
d. Komunikasi dan edukasi kepada pasien
e. Rumah Sakit Islam Banjarnegara melakukan pengelolaan pasien dengan HIV/AIDS,
meliputi :
1) Konselor memberikan konseling (KIE) kepada pasien dengan HIV/AIDS,
2) Konselor memberikan dukungan terhadap pasien dengan HIV/AIDS,
3) Konselor melakukan kolaborasi medik dengan Dokter Penanggungjawab Pelayanan
(DPJP),
4) DPJP memberikan therapi pengobatan dan gejala yang muncul (infeksi opportunistik)
pasien,
5) Konselor melakukan pengawasan kepatuhan (adherens) pasien dalam pengobatan
HIV/AIDS,
6) Konselor melakukan pencatatan dan pelaporan dalam Sistem Informasi HIV/AIDS
(SIHA).

Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 01 April 2022
Direktur,

dr. Agus Ujianto, M.Si,Med,Sp.B

Anda mungkin juga menyukai