38, Surabaya
Telp. (031) 8436200 / 8437200 Fax (031) 8494484
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KENDANGSARI SURABAYA
NOMOR : 393.SK-DIR.RSIA-KS.VI.2022
TENTANG
PANDUAN
PELAYANAN HIV/AIDS
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KENDANGSARI SURABAYA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 06 Juni 2022
RSIA KENDANGSARI SURABAYA
DIREKTUR
PANDUAN
PELAYANAN HIV/AIDS
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KENDANGSARI SURABAYA
BAB I
DEFINISI
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang termasuk
kelompok keluarga retrovirus dan dapat menyebabkan penyakit AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Seseorang yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency
Virus), akan mengalami infeksi seumur hidup. Banyak ODHA tetap asimptomatik (tanpa tanda
dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu panjang dan tidak mengetahui bahwa dirinya
terinfeksi. Meskipun demikian, mereka dapat menulari orang lain.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired artinya
tidak diturunkan tetapi ditularkan dari satu ke orang lainnya; Immune adalah sistem daya tahan
tubuh atau kekebalan tubuh terhadap penyakit; Deficiency artinya tidak cukup atau kurang; dan
Syndrome adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome
adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang mengakibatkan
rusaknya/menurunnya sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit. Apabila HIV ini
masuk ke dalam peredaran darah seseorang, maka HIV tersebut menyerap sel-sel darah putih.
Sel-sel darah putih ini adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi
tubuh dari serangan penyakit. HIV menyebabkan deplesi imunitas sel terutama sel darah putih
dan juga menyebabkan turunnya fungsi sel tersebut.
A. SEJARAH HIV/AIDS
Penyakit ini pertama kali timbul di Afrika, Haiti, dan Amerika Serikat pada tahun
1978. Pada tahun 1979 pertama kali dilaporkan adanya kasus-kasus Sarkoma Kaposi (lesi
yang tumbuh dikulit) dan penyakit penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa, penyakit
ini menyerang orang-orang Afrika yang bermukim di Eropa. Sampai saat ini belum
disadari oleh para ilmuwan bahwa kasus-kasus tersebut adalah AIDS.
Sindrom yang kini telah menyebar ke seluruh dunia ini pertama kali dilaporkan
oleh Gotlieb dan kawan-kawan di Los Angeles pada tahun 1981. Orang yang terinfeksi
virus HIV akan berpotensi sebagai pembawa dan penular virus selama hidupnya
walaupun orang tersebut tidak merasa sakit dan tampak sehat. Dalam tahun yang sama
yaitu pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan adanya kasus Sarkoma Kaposi dan
penyakit infeksi yang jarang terjadi di kalangan homoseksual. Hal ini menimbulkan
dugaan yang kuat bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui hubungan seksual. Pada
tahun 1982 CDC-USA (United State of America), Centers for Disease Control Amerika
Serikat untuk pertama kali membuat defenisi kasus AIDS. Sejak tahun 1982 dilakukan
surveilans terhadap kasus-kasus AIDS.
Pada tahun 1982 –1983 mulai diketahui adanya transmisi di luar jalur hubungan
seksual, yaitu melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bersama oleh
para penyalah gunaan narkotik dan obat-obat terlarang. Pada tahun 1982-1983 juga Luc
Montagnier dari Pasteur Institute, Paris Institute menemukan bahwa penyebab kelainan
ini adalah LAV (Lymphadenopathy Associated Virus).
Pada tahun 1984 diketahui adanya transmisi heteroseksual di Afrika dan pada
tahun yang sama diketahui bahwa HIV menyerang sel limfosit T penolong. Pada tahun
itu juga Gallo dkk dari National Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat
menemukan HTLV III (Human T Cell Lymphotropic Virus Type III) sebagai penyebab
kelainan ini. Pada tahun 1985 ditemukan antigen untuk melakukan tes Elisa, pada tahun
itu juga diketahui bahwa HIV juga menyerang selotak.
Pada tahun 1986 International Committee on Taxonomy of Virus memutuskan
nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti LAV dan HLTV. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau SIDA (Syndrom Imuno Deficiency
Akuisita) adalah sebuah penyakit yang dengan cepat menyebar keseluruhan dunia
(pandemi). Di Indonesia pertama kali mengetahui adanya kasus AIDS pada bulan April
D. KELOMPOK BERISIKO
Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko pada kelompok masyarakat.
Berdasarkan perilaku dan potensi tertular HIV, masyarakat dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Kelompok tertular (infected people) adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV.
Pencegahan tentu saja harus dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV seperti
yang sudah dikemukakan. Ada beberapa cara pencegahan HIV/AIDS, yaitu :
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV terutama terjadi
melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu difokuskan pada
hubungan seksual. Untuk ini perlu dilakukan penyuluhan agar orang berperilaku
seksual yang aman dan bertanggung jawab, yakni : hanya mengadakan hubungan
seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri sendiri), kalau salah seorang pasangan
anda sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan seksual perlu
dipergunakan kondom secara benar, mempertebal iman agar tidak terjerumus ke
dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah.
2. Pencegahan penularan melalui darah dapat berupa : pencegahan dengan cara
memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang dipakai untuk transfusi tidak
tercemar virus HIV, jangan menerima donor darah dari orang yang berisiko tinggi
tertular AIDS, gunakan alat-alat kesehatan seperti jarum suntik, alat cukur, alat tusuk
untuk tindik yang bersih dan suci hama.
3. Pencegahan penularan dari Ibu-Anak (Perinatal). Ibu-ibu yang ternyata mengidap
virus HIV/AIDS disarankan untuk tidak hamil atau mengikuti program Pencegahan
penularan ibu-anak (PPIA)
Selain dari berbagai cara pencegahan yang telah diuraikan diatas, ada beberapa
cara pencegahan lain yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mencegah
A. KONSELING PRETESTING
1. Perkenalan dan arahan;
2. Menciptakan kepercayaan pasien pada dokter, sehingga terjalin hubungan baik dan saling
memahami;
3. Penilaian resiko agar klien mengetahui faktor resiko dan menyiapkan diri untuk pretest;
4. Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi dan risiko penularan ke bayi bila
positif terinfeksi HIV.
B. INFORMED CONSENT
Semua pasien sebelum menjalani tes HIV harus Memberikan Persetujuan di Form
Permintaan Pemeriksaan Laboratorium. Petugas laboratorium sebelum melakukan
pengambilan sampel menjelaskan kembali mengenai pemeriksaan HIV dan indikasi
dilakukannya pemeriksaan tersebut. Persetujuan pasien diminta di dalam form permintaan tes
rapid HIV.
1. Sebelum testing dilakukan harus didahului dengan konseling dan informed consent;
2. Hasil testing diverifikasi oleh dokter patologi klinik;
3. Hasil diberikan dalam amplop tertutup;
4. Dalam laporan pemeriksaan ditulis nomer register;
Panduan Pelayanan HIV/AIDS ini dibuat dan ditetapkan sebagai panduan di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Kendangsari Surabaya dalam memberikan pelayanan. Bilamana ada
perkembangan dan perbaikan terhadap panduan ini maka dapat dilakukan koreksi demi
kemajuan pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari Surabaya.