Anda di halaman 1dari 68

PEDOMAN PELAYANAN HIV/ AIDS

RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA

RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA


JL. RAYA BROSOT, BANGERAN, BUMIREJO,
LENDAH, KULON PROGO
YOGYAKARTA
2022
YAYASAN PURA RAHARJA
RSU PURA RAHARJA MEDIKA
JL. RAYA BROSOT BANGERAN BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
Solusi Smart & Tepat Untuk Sehat
Telp. +62877 3816 7116, email : rspuraraharjamedika@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA
NOMOR : 607/ RSPR/ SK.PROGNAS /I/ 2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN HIV/ AIDS
RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA


Menimbang : a. bahwa rumah sakit merupakan unit usaha yang padat modal, padat
karya dan padat tenaga yang harus dikelola sedemikian rupa
agar efektif, efisien dan memberikan hasil sebagaimana yang
diharapkan;
b. bahwa agar rumah sakit dikelola sedemikian rupa sehingga
efektif, efisien dan memberikan hasil sebagaimana diharapkan,
perlu dibentuk struktur organisasi untuk mengelola Rumah
Sakit Umum Pura Raharja Medika;
c. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi
keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Pura Raharja
Medika maka perlu dibentuk Pedoman Pelayanan HIV/ AIDS
untuk keberhasilan pengobatan HIV di Rumah Sakit Umum
Pura Raharja Medika;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 29, Tahun
2004, Tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara, Tahun
2004, Nomer 116, Tambahan Lembaran Negara

ii
Nomer 4431);
2. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 36, tahun 2009,
tentang Kesehatan (Lembaran Negara, Tahun 2009, Nomer
144, Tambahan Lembaran Negara, Tahun 2009, Nomer 5063);
3. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 44, tahun 2009,
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia,
Tahun 2009, Nomer 153, dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Nomer 5072);
4. Peraturan Pemerintah, Nomer 32, Tahun 1996, Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara, Tahun 1996, Nomer 49,
Tambahan Lembaran Negara, Nomer 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer
1691, Tahun 2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 21
Tahun 2013, tentang Penanggulangan HIV dan AIDS;
7. Keputusan Menteri Kesehatan, Nomer 1333/ Menkes/ SK/ XII/
1999, tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer
1507/ MENKES/ SK/ X/ 2005, Tentang Pedoman Pelayanan
Konseling dan Testing HIV/ AIDS secara sukarela (Voluntary
Counselling And Testing).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURA

RAHARJA MEDIKA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN HIV/


AIDS.
KESATU : Mengesahkan dan memberlakukan Pedoman Pelayanan HIV/ AIDS
Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika.
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

iii
Ditetapkan di : Kulon Progo
Pada tanggal : 02 Januari 2022

DIREKTUR
RSU PURA RAHARJA MEDIKA,

dr. Rita Ivana Ariyani, MMR


NIP.0290110

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWt. karena atas rahmat-Nya, maka Pedoman
Pelayanan HIV/ AIDS ini dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Pura Raharja Medika.
Pedoman Pelyanan HIV/ AIDS ini disusun sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika dan sebagai acuan pelayanan di
unit kerja minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan maka diperlukan suatu pedoman yang dapat
dijadikan acuan bagi unit kerja yang bersangkutan dan semua Sumber Daya Manusia (pemberi
layanan) yang terkait dalam melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit Umum Pura Raharja.
Pedoman pelayanan HIV/ AIDS disusun dan dibuat dengan mengacu kepada standar
pembuatan pedoman yang telah ditetapkan oleh manajemen Rumah Sakit Umum Pura Raharja
Medika.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal
yang tidak sesuai lagi dengan kondisi Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim yang dengan
segala upaya telah berhasil menyusun Pedoman Pelayanan HIV/ AIDS yang merupakan hasil kerja
sama yang baik semua pihak yang telah terlibat di dalamnya.

Kulon Progo,02 Januari 2022


Tim Penyusun
Tim HIV - RSPR

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... v


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
BAB III STANDAR FASILITAS .......................................................................................................... 8
BAB V LOGISTIK .............................................................................................................................. 13
BAB VI KESELAMATAN PASIEN .................................................................................................. 14
BAB VII KESELAMATAN KERJA .................................................................................................. 15
sBAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................................................... 17
BAB IX PENUTUP ............................................................................................................................. 18

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia, sebagai rumah sakit umum,
Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika harus siap untuk melayanai klien yang terinfeksi HIV,
mulai dari konseling, tes HIV dan pengobatan ARV. Kebanyakan dari mereka yang tertular HIV
tidak mengetahui akan status HIV mereka, apakah sudah terinfeksi atau belum.
Melihat tingginya prevalensi temuan kasus HIV/ AIDS, maka masalah HIV/ AIDS saat ini
bukan hanya masalah kesehatan dari penyakit menular semata, tetapi sudah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang luas. Oleh karena itu, penaganan tidak hanya dari segi medis tetapi
juga psikososial dengan berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk
mengetahui status seseorang terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dantesting HIV/ AIDS
sukarela. Mengetahui status HIV lebih memungkinkan pemanfaatkan layanan - layanan terkait
dengan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan sehingga konseling dan testing HIV/
AIDS secara sukarela merupakan pintu masuk semua layanan tersebut diatas.
Perubahan perilaku seseorang dari beresiko menjadi kurang beresiko terhadap
kemungkinan tertular HIV memerlukan bantuan perubahan emosional dan pengetahuan dalam
suatu proses yang mendorong nurani dan logika. Proses mendorong ini sangat unik dan
membutuhkan pendekatan individual. Konseling merupakan salah satu pendekatan yang perlu
dikembangkan untuk mengelola kejiwaan dan proses menggunakan pikiran secara mandiri.
Layanan konseling dan testing HIV/ AIDS sukarela di Rumah Sakit Umum Pura Raharja
Medika harus berlandaskan pada pedoman layanan HIV/ AIDS, agar mutu layanan dapat
dipertanggungjawabkan.

B. TUJUAN
Pedoman ini bertujuan sebagai bentuk komitmen Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika
dalam Pedoman Penatalaksanaan Pelayanaan Pencegahan HIV/ AIDS.

C. RUANG LINGKUP
Pada dasarnya tugas Tim HIV adalah pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan.

1
D. BATASAN OPERASIONAL
Kegiatan pelayanan HIV merupakan kerjasama seluruh tenaga medis dan non medis di Rumah
Sakit Pura Raharja.

E. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh
seseorang.
2. Anti Retroviral Therapy (ART) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan replikasi
virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/ AIDS. Obat diberikan kepada ODHA yang
memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga dalam rangka Prevention of Mother
To Child Transmission (PMTCT).
3. Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS.
4. Integrasi adalah pendekatan pelayanan yang membuat petugas kesehatan menangani klien
secara utuh, menilai kedatangan klien berkunjung ke fasilitas kesehatan atas dasar
kebutuhan klien, dan disalurkan kepada layanan yang dibutuhkannya ke fasilitas rujukan
jika diperlukan.
5. Klien adalah seseorang yang mencari atau mendapatkan pelayanan konseling dan testing
HIV/ AIDS.
6. Konselor adalah pemberi pelayanan konseling yang telah dilatih ketrampilan konseling
HIV dan dinyatakan mampu.
7. Konseling pasangan adalah konseling yang dilakukan terhadap pasangan seksual atau
calon pasangan seksual dari klien.
8. Konseling pasca tes adalah diskusi antara konselor dengan klien, bertujuan menyampaikan
hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi dengan hasil tes. Materi edukasi adalah
menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental emosional klien, membuat
rencana menyertakan orang lain yang bermakna dalam kehidupan klien, menjawab respon
emosional yang tiba-tiba mencuat, menyusun rencana tentang kehidupan yang mesti
dijalani dengan menurunkan perilaku beresiko dan perawatan, membuat perencanaan
dukungan.
9. Konseling pra tes adalah diskusi antara klien dan konselor, bertujuan menyiapkan klien
untuk testing HIV/ AIDS. Isi diskusi adalah klarifikasi pengetahuan klien tentang HIV/
AID, menyampaikan prosedur tes dan pengelolaan diri setelah menerima hasil tes,
menyiapkan klien menghadapi hari depan, membantu klien memutuskan akan tes atau
2
tidak,mempersiapkan imformed consent, dan konseling seks yang aman.
10. Orang yang hidup dengan HIV/ AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah
terinfeksi virus HIV/ AIDS.
11. Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan
keluarganya. Termasuk didalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi, dan
pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosio-ekonomi dan perawatan di rumah.
12. Periode jendela adalah suatu periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai badan
orang tersebut membentuk antibodi melawan HIV yang cukup untuk dapat dideteksi
dengan pemeriksan rutin tes HIV.
13. Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang untuk
mendapatkan layanan.
14. Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh
orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sabar untuk
melaksanakan prosedur (tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas
spesimen yang berasal dari dirinya. Jika termasuk persetujuan memberikan informasi
tentang dirinya untuk suatu keperluan penelitian.
15. Prevention of Mother-To-Child Transmission (PMTCT) adalah pencegahan penularan
HIV dari ibu kepada anak yang akan atau sedang atau sudah dilahirkannya. Layanan
PMTCT bertujuan mencegah penularan HIV dari ibu kepada anak.
16. Sistem rujukan adalah pengaturan dari institusi pemberi layanan yang memungkinkan
petugasnya mengirimkan klien, sampel darah atau informasi, memberi petunjuk kepada
institusi lainnya atas dasar kebutuhan klien untuk mendaptkan layanan yang lebih
memadai.Pengiriman ini senantiasa dilakukan dengan surat pengantar, bergantung pada
jenis layanan yang dibutuhkan. Pengaturannya didasarkan atas peraturan yang berlaku,
atau persetujuan para pemberi layanan dan disertai umpan balik dari proses atau hasil
layanan.
17. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi oleh bakteri tuberkulosa. TB seringkali
merupakan infeksi yang menumpang pada mereka yang telahterinfeksi virus HIV.
18. Konseling dan Testing (Conselling and Testing) adalah konseling dan testing HIV/ AIDS
sukarela, suatu prosedur diskusi pembelajaran antara konselor dan klien untuk memahami
HIV/ AIDS beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri, pasangan dan keluarga
serta orang disekitarnya. Tujuan utamanya adalah perubahan perilaku ke arah perilaku
lebihsehat dan lebih aman.

3
F. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 29, Tahun 2004, Tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara, Tahun 2004, Nomer116, Tambahan Lembaran Negara, Nomer 4431);
2. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 36, tahun 2009, tentang Kesehatan (Lembaran
Negara, Tahun 2009, Nomer 144, Tambahan Lembaran Negara, Tahun 2009 Nomer 5063);
3. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 44, tahun 2009, tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia, Tahun 2009, Nomer 153 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Nomer 5072);
4. Peraturan Pemerintah, Nomer 32, Tahun 1996, Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara, Tahun 1996, Nomer 49, Tambahan Lembaran Negara, Nomer 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 1691, Tahun 2011, tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 21, Tahun 2013, tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS;
7. Keputusan Menteri Kesehatan, Nomer 1333/ Menkes/ SK/ XII/ 1999, tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 1507/ MENKES/ SK/ X/ 2005,
Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS secara sukarela (Voluntary
Counselling And Testing ).

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi ketenagaan
1. Kepala klinik VCT
2. Sekretaris/ administrasi
3. Koordinator Pelayanan Medis
4. Koordinator Pelayanan Non Medis
5. Konselor VCT
6. Petugas Penanganan Kasus
7. Petugas Laboratorium

B. Distribusi Ketenagaan
1. Satu konselor VCT yang terlatih sesuai standar WHO
2. Satu petugas Manajemen Kasus
3. Seorang petugas laborat yang bertugas mengambil darah
4. Seorang relawan

C. Uraian Jabatan
1. Tujuan Jabatan
Melakukan koordinasi pengelolaan pelayanan HIV/ AIDS di rumah sakit.
2. Tanggung Jawab
Merencanakan dan menyusun kebijakan tentang HIV/ AIDS sesuai dengan kebijakan
Rumah Sakit Umum Puraraharja Medika.
3. Tugas dan Wewenang
Tugas Tim HIV/ AIDS di rumah sakit adalah menjamin terselenggaranya pelayanan HIV/
AIDS.
a. Perencanaan terhadap semua kebutuhan bagi terselenggaranya pelayanan HIV/ AIDS
di rumah sakit meliputi :
1) Tenaga terlatih
2) Anggaran
3) Peralatan
4) Pencatatan dan pelaporan

5
b. Pelaksanaan
Tim HIV/ AIDS rumah sakit mengadakan rapat rutin untuk membicarakan semua hal
temuan terkait pelaksanaan pelayanan terhadap pasien HIV/ AIDS dirumah sakit.
Kegiatan pelayanan HIV/ AIDS meliputi :
1) Promosi kesehatan
2) Pencegahan penularan HIV
3) Pemeriksaan diagnosis HIV
4) Pengobatan,perawatan dan dukungan
5) Rehabilitasi

D. Peraturan Jaga
Peraturan jaga di Rumah Sakit Pura Raharja Medika terbagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang dan
malam. Untuk shift jaga tim HIV/ AIDS disesuaikan dengan shift masing-masing tenaga medis.
1. Pagi jam 07.30 - 14.00
2. Siang jam 14.00 - 20.00
3. Malam jam 20.00 - 07.30

E. Uraian Tugas
1. Ketua Tim HIV/ AIDS
a. Tugas pokoknya adalah menyusun program kerja Tim HIV/ AIDS.
b. Menyusun organisasi Tim HIV.
c. Mengumpulkan laporan bulanan dan melakukan pelaporan rutin.
2. Pelaksana Laboratorium
a. Tugas pokoknya adalah menggambil darah klien untuk dikirim ke laboratorium, karena
layanan tes tidak tersedia di fasilitas maka tes dapat dilakukan di laboratorium rujukan.
Metode tes HIV yang digunakan sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan Laboratorium HIV
Kementerian Kesehatan.
b. Melaksanakan pencatatan/ mendokumentasikan pasien yang diperiksa HIV.
c. Merekapitulasi dan melaporkan hasil pencatatan ke Ketua Tim HIV/ AIDS.
3. Konselor VCT
a. Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien, pendokumentasian dan pencatatan klien
dan menyimpanya agar terjaga kerahasiannya.

6
b. Memberikan informasi HIV/ AIDS yang relevan dan akurat, sehingga klien merasa
berdaya untuk membuat pilihan melakukan testing atau tidak.
c. Pembaruan data dan pengetahuan HIV/ AIDS.
d. Menjaga bahwa informasi yang disampaikan klien kepadanya adalah bersifat pribadi dan
rahasia.
e. Melaksanakan konseling.
f. Membuat jejaring VCT.
g. Melaksakan pelaporan hasil kegiatan konseling VCT.
4. Pelaksana Laboratorium
a. Mengambil sampel darah klien sesuai SPO.
b. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
c. Menjaga kerahasiaan hasil testing HIV.
d. Melakukan pencatatan, menjaga kerahasiaan dan merujuk kelaboratorium rujukan.
e. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan HIV.
5. Koordinator bangsal
a. Mengisi kelengkapan pengisian formulir identitas klien.
b. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam mengambil sampel darah.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas Ruang VCT


1. Sarana
a. Papan nama/ petunjuk
b. Ruang tunggu
c. Jam layanan
d. Ruang konseling
e. Ruang pengambilan darah
f. Ruang petugas kesehatan dan non kesehatan
g. Ruang laboratorium

2. Prasarana
a. Aliran listrik
b. Air
c. Sumber telefon
d. Pembuangan limbah padat dan cair

B. Contoh Denah Pelayanan VCT

Ruang Ruang Ruang Toile


R.Tungg Konselin Labora Staff t
u g t VCT R.Tungg
Konselin u
Ruang Hasil
Penerima Testin
a Ruang
m Tungg
a u
k
s
e
u
l
k
u
a
r

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. KONSELING DAN TESTING HIV/ AIDS SUKARELA (VCT)


1. Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis,
informasi dan pengetahuan HIV/ AIDS, pencegahan penularan HIV, mempromosikan
perubahan prilaku yang bertanggung jawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan
berbagai masalah terkait dengan HIV/ AIDS.
2. Peran konseling dan testing sukarela (VCT)

VCT

Merupakan pintu masuk penting untuk pencegahan dan perawatan HIV

Penerimaan sero-
status,coping &
perawatan diri
Memfasilitasi
Perencanaan masa depan perubahan
perilaku
Perawatan anak yatim piatu

Pewarisan
Voluntary
Counselling
Normalisasi Testing Memfasilitasiint
HIV/ AIDS ervensi MCTC

Menejemen dini
infeksi oportunistik &
Rujukan dukungan IMS ; introduksi ARV
sosial dan sebaya

Terapi pencegahan &


perawatan reproduksi

Konseling dan testing sukarela yang dikenal dengan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh
layanan kesehatan HIV/ AIDS berkelanjutan.
a. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat klien mencari
pertolongan medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik
kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini termasuk konseling,
dukungan, akses untuk terapi suporttif, terapi infeksi oportunistik, dan ART.

9
b. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensiefektif
dimana memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih, menggali danmemahami
diri akan risiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV/ AIDS, mempelajari status
dirinya, dan mengerti tanggungjawab untuk menurunkan perilaku berisiko danmemecahkan
penyebaran infeksi kepada orang lain guna mempertahankan dan meningkatkan perilaku
sehat.
c. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien
memahami berbagai keuntungan, konsekuensi dan risiko.
3. Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela (VCT)
a. Sukarela dalam melaksakan testing HIV
pemeriksaan HIV hanya dilakukan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan dan tanpa
tekanan.
b. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas.
Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien.
c. Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif.
Konselor mendukung klien kembali mengambil hasil testing dan mengikuti pertemuan
konseling pascatesting untuk mengurangi perilaku berisiko. Dalam VCT dibicarakan juga
respon perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing
positif.
d. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT.
WHO dalam Departemen Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan
untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling
pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor lainnya yang disetujui oleh klien.
4. Model Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela (VCT)
a. Mobile VCT (Penjangkauan dan Konseling)
Layanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela model penjangkauan dan keliling
(mobile VCT) dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung
mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko
tertular HIV/ AIDS di wilayah tertentu. Layanan ini diawali dengan survey tentang layanan
kesehatan dan layanan dukungan di daerah setempat.
b. Status VCT (Klinik VCT tetap)
Pusat Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela terintregasi dalam sarana kesehatan
lainnya, artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada.

10
Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya harus memiliki kemampuan memenuhi
kebutuhan masyarakat akan Konseling dan Testing HIV/ AIDS, layanan pencegahan,
perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan HIV/ AIDS.
5. Sasaran Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela (VCT)
Masyarakat yang membutuhkan pemahaman diri akan status HIV agar dapat mencegah dirinya
dari penularan infeksi penyakit yang lain dan penularan kepada orang lain masyarakat yang
datang ke pelayanan VCT disebut dengan klien. Sebutan klien dan bukan pasien merupakan
pemberdayaan dimana klien akan berperan aktif didalam proses konseling. Tanggung jawab
klien dalam konseling adalah bersama mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan informasi
akurat dan lengkaptentang HIV/ AIDS, perilaku berisiko, testing HIV dan pertimbangan yang
terkait dengan hasil negatif atau positif.
6. Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika hanya melakukan Testing HIV pada pasien yang
mempunyai tanda dan gejala HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera
setelah klien memahami berbagai keuntungan, konsekuensi dan risiko.
7. Konseling Pasca Testing akan dilakukan oleh konselor dari Puskesmas Galur 1 karena Rumah
Sakit Umum Pura Raharja Medika belum ada konselor VCT,kemudian pasien diarahkan untuk
pengobatan ARV ke RSUD.

B. Tahapan pelayanan VCT


1. Konseling pra testing
2. Informed Concent
3. Testing HIV dalamVCT
4. Konseling Pasca Testing
5. Pelayanan Dukungan Berkelanjutan

C. VCT di dalam Pengembangan Pelayanan Klinik TB


TB merupakan infeksi oportunistik pada ODHA, diperkirakan sekitar 50-75% ODHA di
Indonesia menderita TB dalam hidupnya.
Dampak TB pada HIV :
1. Infeksi TB dengan HIV mempercepat kondisi buruk pada diri seseorang dan menurukan
angka harapan hidup dengan infeksi HIV.
2. TB penyebab kematian 1 dari 3 orang AIDS di dunia.

11
D. Rujukan
Rujukan merupakan proses ketika petugas kesehatan atau pekerja masyarakat melakukan
penilaian bahwa klien mereka memerlukan pelayanan tambahan lainnya. Rujukan merupakan
alat penting guna memastikan terpenuhinya pelayanan berkelanjutan yang dibutuhkan klien
untuk mengatasi keluhan fisik, psikologik dan sosial.
Sistem rujukan dan alur rujukan klien dibagi empat yaitu :
1. Rujukan klien dalam lingkungan sarana kesehatan
2. Rujukan antar sarana kesehatan
3. Rujukan klien dari sarana kesehatan ke sarana kesehatan lainnya
4. Rujukan klien dari sarana kesehatan lainnya kesarana kesehatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan rujukan :
1. Dilakukan ke institusi, klinik, dan rumah sakit.
2. Konselor menanamkan pemahaman kepada klien alasan, keperluan dan lokasi layanan
rujukan.
3. Pengiriman surat rujukan dari dan ke pelayanan yang dibutuhkan klien, dilakukan oleh
penanggung jawab pelayanan VCT dengan surat pengantar rujukan yang memuat identitas
klien yang diperlukan dan tujuan rujukan.

12
BAB V
LOGISTIK

1. Sarana
a. Papan nama/ petunjuk
b. Ruang tunggu
c. Jam layanan
d. Ruang konseling
e. Ruang pengambilan darah
f. Ruang petugas kesehatan dan non kesehatan
g. Ruang laboratorium

2. Prasarana
a. Aliran listrik
b. Air
c. Sumber telefon
d. Pembuangan limbah padat dan cair

3. Formulir Konseling dan Teting


a. Formulir sumpah kerahasiaan
b. Formulir Kunjungan Klien VCT
c. Register Harian Klien VCT
d. Formulir Persetujuan klien untuk Testing HIV
e. Formulir VCT harian dokter/ konselor
f. Formulir Rangkuman VCT Bulanan
g. Formulir VCT Pra Testing HIV
h. Formulir konseling Pasca Testing HIV
i. Formulir dokumen VCT Klien
j. Formulir Rujukan untuk Klien
k. Formulir tanda terima untuk pelayanan VCT
l. Formulir permintaan untuk Pemeriksaan HIV di laboratorium
m. Laporan Hariaan/ bulanan Tes VCT antibodi

13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien yang
lebih aman meliputi asismen resiko, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (Prevention ofMother to Child


Transmission, PMTCM)
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama kehamilan, persalinan atau melalui
pemberian ASI. Terdapat kemungkinan 25-30% seorang anak tertular dari ibunya yang HIV
positif, namun penularan ini dapat dicegah dengan cara :
1. Terapi kombinasi obat yang tidak mahal dan berjangka pendek
2. Proses kelahiran yang aman
3. Dukungan dan konseling kepatuhan berobat yang tepat
4. Cara memberimakan bayi yang benar
Elemen program PMTCM
1. Pencegahan primer infeksi HIV, terutama diantara perempuan adalah melalui edukasi,
konseling dan testing cara pemberian makanan untuk bayi.
2. Pencegahan kehamilan yang tidak dikehendaki melalui layan kesehatan reproduksi, keluarga
berencana kepada semua perempuan termasuk perempuan dengan HIV/ AIDS.
3. Profilaksi dengan ART, praktek melahirkan yang aman, konseling pemberian makanan bayi,
dukungan bagi perempuan dengan HIV hanya dapat dikenali ketika mereka telah hamil dan
melakukan ANC.
4. Layanan dukungan dan perawatan untuk perempuan dengan HIV yang masuk dalam program
juga untuk anak dan keluarganya.

14
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Petugas kesehatan mempunyai resiko tinggi tertular HIV karena bidang pekerjaannya dalam
hal merawat dan melakukan pengobatan.
Tahapan manajemen pajanan okupasional :
A. Pertolongan pertama terjadi sebelum konseling atau testing ketika petugas kesehatan tiba-tiba
mendapatkan luka yang berikatan dengan pajanan. Hal ini dapat ditolong dengan, misal mencuci
dengan air dingin dan sabun mandi atau dalam larutan cairan hipoklorid.
B. Penilaian resiko pajanan, berfokuslah pada analisis rinci tentang kejadian pajanan (luka dalam,
jenis dan jumlah cairan tubuh, dan lain-lain). Pasien yang diduga sebagai sumber disarankan untuk
melakukan tes secepatnya setelah mengalami kecelakaan pajanan, dokter atau petugas kesehatan
lainnya mengevaluasi infeksi berkaitan dengan hal dibawah ini :
1. Keparahan pajanan
2. Kedalaman luka
3. Lamanya pajanan
4. Jenis instrumen atau jarum (bor atau jarum sutura)
5. Status serologi pasien
6. Stadium penyakit (simtomatik/ asimtomatik, tinggi/ rendah viral load atau jumlah CD4) dari
pasien yang diduga terinfeksi
7. ZDV atau resisten terhadap ARV dari pasien terinfeksi, yang sedang dalam terapi Anti-
Retroviral

Jenis pajanan Simtomatik dan atau Asimtomatik dan atau


tingginya viral loard rendahnya viral load

Banyak Disarankan PEP Disarankan PEP

Sedang Disarankan PEP Dimungkinkan

Sedikit Dimungkinkan Dimungkinkan (dikonseling


tentang opsinya)

15
C. Testing pasien yang diduga sumber pajanan hanya terjadi bila pasien sedang dalam akses
konseling pra testing dan konseling pasca testing. Jika pasien sedang dalam terapi untukkondisi
non HIV, carilah terapi apa yang sedang diberikan kepada pasien, terapi spesifikmenunjukkan
infeksinya.
D. PEP diresepkan sesudah melakukan informed consent dari petugas kesehatan. Termasuk
didalamnya umpan balik penilaian resiko pajanan, keuntungan dan masalah yang berkaitan
dengan meminum obat serta penggalian dari hambatan yang mungkin timbul pada saat kepatuhan
berobat diperlukan, dilakukan manajemen strategi guna mengatasi kesulitannya.

16
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Salah satu prinsip yang menggaris bawahi implementasi layanan VCT adalah layanan
berkualitas, guna memastikan klien mendapatkan layanan tepat dan menarik orang untuk
menggunakan layanan. Tujuan pengukuran dari jaminan kualitas adalah menilai kinerja petugas,
kepuasaan pelanggan atau klien, dan menilai ketepatan protokol konseling dan testing yang
kesemuanya bertujuan tersedianya layanan yang terjamin kualitas dan mutu.

17
BAB IX
PENUTUP

VCT merupakan pintu gerbang ke semua akses layanan HIV dan AIDS yang diperlukan.
Layanan VCT merupakan salah satu kegiatan utama dalam pengendalian HIV dan AIDS. Tujuan
utama VCT untuk memberikan informasi edukasi dan dukungan tentang HIV dan mengubah
perilaku berisiko tertular HIV yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat, baik terpadu di layanan kesehatan ataupun secara mandiri di masyarakat.

18
PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM HIV/ AIDS RUMAH SAKIT UMUM
PURA RAHARJA MEDIKA

RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA


JL. RAYA BROSOT BANGERAN BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
YOGYAKARTA
Email : rspuraraharjamedika@gmail.com
Telp. 0877 3816 7116
2022
YAYASAN PURA RAHARJA
RSU PURA RAHARJA MEDIKA
JL. RAYA BROSOT BANGERAN BUMIREJO LENDAH KULON PROGO
Solusi Smart & Tepat Untuk Sehat
Telp. +62877 3816 7116, email : rspuraraharjamedika@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA
NOMOR : 608/ RSPR / SK.PROGNAS / I / 2022
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM HIV / AIDS
RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA


Menimbang : a. bahwa rumah sakit merupakan unit usaha yang padat modal, padat karya
dan padat tenaga yang harus dikelola sedemikian rupa agar efektif,
efisien dan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan;
b. bahwa agar rumah sakit dikelola sedemikian rupa sehingga efektif,
efisien dan memberikan hasil sebagaimana diharapkan, perlu dibentuk
struktur organisasi untuk mengelola Rumah Sakit Umum Pura Raharja
Medika;
c. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi
keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika, maka
perlu dibentuk Pedoman Pelayanan HIV/ AIDS untuk keberhasilan
pengobatan HIV di Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b
dan c, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Pura Raharja Medika.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 29, Tahun 2004, Tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara, Tahun 2004, Nomer 116,
Tambahan Lembaran Negara, Nomer 4431);
2. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 36, tahun 2009, tentang

ii
Kesehatan (Lembaran Negara, Tahun 2009, Nomer 144, Tambahan
Lembaran Negara, Tahun 2009, Nomer 5063);
3. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 44, tahun 2009, tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 2009,
Nomer 153, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia,
Nomer 5072);
4. Peraturan Pemerintah, Nomer 32, Tahun 1996, Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara, Tahun 1996, Nomer 49, Tambahan
Lembaran Negara, Nomer 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 1691, Tahun
2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 21, Tahun
2013, tentang Penanggulangan HIV dan AIDS;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 1333/ Menkes/ SK/ XII/ 1999,
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
8. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 1507/
MENKES/ SK/ X/ 2005, Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan
Testing HIV/ AIDS secara sukarela (Voluntary Counselling And
Testing).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA
MEDIKA TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM HIV/
AIDS.
KESATU : Mengesahkan dan memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Tim HIV/
AIDS Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika, nama-nama tersebut ada
pada lampiran ini.
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

iii
Ditetapkan di: Kulon Progo
Pada tanggal: 02 Januri 2022

DIREKTUR
RSU PURA RAHARJA MEDIKA,

dr. Rita Ivana Ariyani, MMR


NIP.0290110

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWt. karena atas rahmat-Nya maka Pedoman
Pengorganisasian Tim HIV/ AIDS ini dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan Pelayanan di
Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika.
Pedoman Pengorganisasian Tim HIV/ AIDS ini disusun sebagai upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika dan sebagai acuan
pelayanan di unit kerja minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan maka diperlukan suatu pedoman yang dapat
dijadikan acuan bagi unit kerja yang bersangkutan dan semua Sumber Daya Manusia (pemberi
layanan) yang terkait dalam melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit Umum Pura Raharja.
Pedoman pengorganisasian Tim HIV/ AIDS disusun dan dibuat dengan mengacu kepada
standar pembuatan pedoman yang telah ditetapkan oleh manajemen Rumah Sakit Umum Pura
Raharja Medika.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal
yang tidak sesuai lagi dengan kondisi Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim yang
dengan segala upaya telah berhasil menyusun Pedoman Pengorganisasian Tim HIV/ AIDS yang
merupakan hasil kerja sama yang baik semua pihak yang telah teribat di dalamnya.

Kulon Progo,02 Januari 2022


Tim Penyusun
Tim HIV - RSPR

v
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................ 1

Surat Keputusan Direktur....................................................................................................2

Kata Pengantar. .................................................................................................................. 5

Daftar Isi. ........................................................................................................................... 6

BAB I Pendahuluan............................................................................................................ 7

BAB II Gambaran Umum Rumah Sakit. .......................................................................... 11

BAB III Visi,Misi dan Tujuan. ......................................................................................... 13

BAB IV Struktur Organisai RS ........................................................................................ 14

BAB V Struktur Organisasi Tim HIV...............................................................................15

BAB VI Uraian Jabatan. ................................................................................................... 16

BAB VII Tata Hubungan Kerja ........................................................................................ 17

BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil ....................................................... 18

BAB IX Kegiatan Orientasi .............................................................................................. 20

BAB X Pertemuan/ Rapat. ................................................................................................. 21

BAB XI Pelaporan. ........................................................................................................... 22

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia, sebagai rumah sakit
umum, Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika harus siap untuk melayanai klien yang
terinfeksi HIV, mulai dari konseling, tes HIV dan pengobatan ARV. Kebanyakan dari mereka
yang tertular HIV tidak mengetahui akan status HIV mereka, apakah sudah terinfeksi atau
belum.
Melihat tingginya prevalensi temuan kasus HIV/ AIDS, maka masalah HIV/ AIDS saat
ini bukan hanya masalah kesehatan dari penyakit menular semata, tetapi sudah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang luas. Oleh karena itu, penaganan tidak hanya dari segi
medis tetapi juga psikososial dengan berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya tersebuta adalah deteksi
dini untuk mengetahui status seseorang terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dan
testing HIV/ AIDS sukarela. Mengetahui status HIV lebih memungkinkan pemanfaatkan
layanan - layanan terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan sehingga
konseling dan testing HIV/ AIDS secara sukarela merupakan pintu masuk semua layanan
tersebut diatas.
Perubahan perilaku seseorang dari beresiko menjadi kurang beresiko terhadap
kemungkinan tertular HIV memerlukan bantuan perubahan emosional dan pengetahuan dalam
suatu proses yang mendorong nurani dan logika. Proses mendorong ini sangat unik dan
membutuhkan pendekatan individual. Konseling merupakan salah satu pendekatan yang perlu
dikembangkan untuk mengelola kejiwaan dan proses menggunakan pikiran secara mandiri.
Layanan konseling dan testing HIV/ AIDS sukarela di Rumah Sakit Umum Pura Raharja
Medika harus berlandaskan pada pedoman layanan HIV/ AIDS, agar mutu layanan dapat
dipertanggungjawabkan.

B. Tujuan
Pedoman ini bertujuan sebagai bentuk komitmen Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika
dalam Pedoman Penatalaksanaan Pelayanaan Pencegahan HIV/ AIDS.

C. Ruang Lingkup
Pada dasarnya tugas Tim HIV adalah pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan.

2
D. Batasan Operasional
Kegiatan pelayanan HIV merupakan kerjasama seluruh tenaga medis dan non medis di Rumah
Sakit Pura Raharja.

E. Pengertian-Pengertian
1. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh
seseorang.
2. Anti Retroviral Therapy (ART) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan replikasi
virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat diberikan kepada ODHA yang
memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga dalam rangka Prevention of Mother
To Child Transmission (PMTCT).
3. Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS.
4. Integrasi adalah pendekatan pelayanan yang membuat petugas kesehatan menangani klien
secara utuh, menilai kedatangan klien berkunjung ke fasilitas kesehatan atas dasar
kebutuhan klien, dan disalurkan kepada layanan yang dibutuhkannya ke fasilitas rujukan
jika diperlukan.
5. Klien adalah seseorang yang mencari atau mendapatkan pelayanan konseling dan testing
HIV/ AIDS.
6. Konselor adalah pemberi pelayanan konseling yang telah dilatih ketrampilan konseling HIV
dan dinyatakan mampu.
7. Konseling pasangan adalah konseling yang dilakukan terhadap pasangan seksual atau calon
pasangan seksual dari klien.
8. Konseling pasca tes adalah diskusi antara konselor dengan klien, bertujuan menyampaikan
hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi dengan hasil tes. Materi edukasi adalah
menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental emosional klien, membuat
rencana menyertakan orang lain yang bermakna dalam kehidupan klien, menjawab respon
emosional yang tiba-tiba mencuat, menyusun rencana tentang kehidupan yang mesti dijalani
dengan menurunkan perilaku beresiko dan perawatan, membuat perencanaan dukungan.
9. Konseling pra tes adalah diskusi antara klien dan konselor, bertujuan menyiapkan klien
untuk testing HIV/ AIDS. Isi diskusi adalah klarifikasi pengetahuan klien tentang HIV/ AID,
menyampaikan prosedur tes dan pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan

3
klien menghadapi hari depan, membantu klien memutuskan akan tes atau tidak,
mempersiapkan imformed consent, dan konseling seks yang aman.
10.Orang yang hidup dengan HIV/ AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah terinfeksi
virus HIV/ AIDS.
11.Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan
keluarganya. Termasuk didalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi, dan
pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosio-ekonomi dan perawatan di rumah.
12. Periode jendela adalah suatu periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai badan
orang tersebut membentuk antibodi melawan HIV yang cukup untuk dapat dideteksi dengan
pemeriksan rutin tes HIV.
13. Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang untuk
mendapatkan layanan.
14. Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh
orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sabar untuk
melaksanakan prosedur (tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas
spesimen yang berasal dari dirinya. Jika termasuk persetujuan memberikan informasi
tentang dirinya untuk suatu keperluan penelitian.
15. Prevention of Mother-To-Child Transmission (PMTCT) adalah pencegahan penularan HIV
dari ibu kepada anak yang akan atau sedang atau sudah dilahirkannya. Layanan PMTCT
bertujuan mencegah penularan HIV dari ibu kepada anak.
16. Sistem rujukan adalah pengaturan dari institusi pemberi layanan yang memungkinkan
petugasnya mengirimkan klien, sampel darah atau informasi, memberi petunjuk kepada
institusi lainnya atas dasar kebutuhan klien untuk mendaptkan layanan yang lebih memadai.
Pengiriman ini senantiasa dilakukan dengan surat pengantar, bergantung pada jenis layanan
yang dibutuhkan. Pengaturannya didasarkan atas peraturan yang berlaku, atau persetujuan
para pemberi layanan dan disertai umpan balik dari proses atau hasil layanan.
17. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi oleh bakteri tuberkulosa. TB seringkali
merupakan infeksi yang menumpang pada mereka yang telahterinfeksi virus HIV.
18. Konseling dan Testing (Conselling and Testing) adalah konseling dan testing HIV/ AIDS
sukarela, suatu prosedur diskusi pembelajaran antara konselor dan klien untuk memahami
HIV/ AIDS beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri, pasangan dan keluarga serta
orang disekitarnya. Tujuan utamanya adalah perubahan perilaku ke arah perilaku lebih
sehat dan lebih aman.

4
F. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 29, Tahun 2004, Tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara, Tahun 2004, Nomer116, Tambahan Lembaran Negara, Nomer 4431);
2. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 36, tahun 2009, tentang Kesehatan
(Lembaran Negara, Tahun 2009, Nomer 144, Tambahan Lembaran Negara, Tahun 2009,
Nomer 5063);
3. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 44, tahun 2009, tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 2009, Nomer 153 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia, Nomer 5072);
4. Peraturan Pemerintah, Nomer 32, Tahun 1996, Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara, Tahun 1996, Nomer 49, Tambahan Lembaran Negara, Nomer 3637);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 1691, Tahun 2011, tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 21, Tahun 2013, tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS;
7. Keputusan Menteri Kesehatan, Nomer 1333/ Menkes/ SK/ XII/ 1999, tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
8. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia, Nomer 1507/ MENKES/ SK/ X/ 2005,
Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS secara sukarela
(Voluntary Counselling And Testing).

5
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah Rumah Sakit Umum tipe D dengan 38 TT. Sesuai
dengan status dan kelas Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika maka tipe kelas D ini akan
menjadi jejaring antara pelayanan medik dasar atau pratama dan menjadi perpanjangan dari rumah
sakit tipe atasnya. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan sistem
rujukan berjenjang, maka Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika menyediakan layanan :
1. Unit Gawat Darurat
2. Poliklinik Umum
3. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
4. Poliklinik Spesialis Bedah
5. Poliklinik Spesialis Syaraf
6. Poliklinik Gigi
7. Poliklinik Gizi
8. Unit Kebidanan atau
9. Rawat Inap
10. Laboratorium
11. Kamar Operasi
12. High Care Unit (HCU)
Oleh karena itu, melihat dan menyesuaikan jenis dan jumlah layanan kami Rumah Sakit
Pura Raharja Medika menyediakan ruang-ruang sebagai berikut ;
1. RuangPerawatan
a. Kelas 3 (Cempaka) : 15 ruang
b. Kelas 2 (Wijaya) : 8 ruang
c. Kelas 1 (Kusuma ) : 9 ruang
d. Unit Stroke : 4 ruang
e. Unit Kebidanan : 2 TT
f. HCU/ IMC : 2 TT
2. 9 Ruang Poliklinik
3. 1 Ruang IGD : 6 TT
4. 1 Ruang Tindakan
5. 1 Ruang Bedah

6
6. 1 Ruangan Apotek, 1 Ruang Unit Gizi
7. 1 Ruang Dokter Jaga
8. 1 Ruang Radiologi
9. 1 Ruang Fisioterapi
10. 1 Ruang Terapi TMS
11. 1 Ruang USG
12. 1 Mushola
13. Gudang
14. TPS
15. Ruang Parkir
16. Publik Area
17. 5 Ruang Nurse Station
18. 1 Ruang Rekam Medis
19. 1 Ruang Administrasi dan pendaftaran
20. 1 Ruang Jenazah
21. 1 Ruang Oksigen
22. Ruang Cuci dan Jemur
23. 1 Ruang Gengset
24. 1 Ruang Menyusui
25. 1 Ruang Bayi
26. 1 Ruang VK
27. 3 Kamar Mandi Umum

7
BAB III
VISI, MISI, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

A. VISI
Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat.

B. MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu terbaik.
2. Berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen.
3. Menjaga komitmen, kepuasan karyawan, dan kesejahteraan setiap pegawai.
4. Mengedepankan efisiensi dalam bidang keuangan dan berusaha meningkatkan pendapatan.

C. TUJUAN RUMAH SAKIT


Tujuan didirikannya Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah:
1. Mewujudkan masyarakat kecamatan Lendah khususnya dan umat pada umumnya yang sehat
jasmani dan rohani, sehingga mereka mampu melaksanakan pekerjaan secara optimal.
2. Melaksanakan salah satu tujuan Yayasan Pura Raharja yaitu amar makruf nahimunkar
didalam seluruh segi kehidupan kemasyarakatan, khususnya dibidang kesehatan.
3. Membantu program-program pemerintah daerah di dalam melaksanakan pembangunan
disegala bidang kehidupan, termasuk didalamnya pembangunan di bidang kesehatan.

8
BAB III
Visi, Misi, Falsafah, Nilai, dan Tujuan RS

A. Visi Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika


Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat.

B. Misi Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika


a. Memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu terbaik
b. Berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen
c. Menjaga komitmen, kepuasan karyawan, dan kesejahteraan setiap pegawai
d. Mengedepankan efisiensi dalam bidang keuangan dan berusaha meningkatkan pendapatan

C. Tujuan Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika


Tujuan didirikannya Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika adalah:
1. Mewujudkan masyarakat kecamatan Lendah khususnya dan umat pada umumnya yang sehat
jasmani dan rohani, sehingga mereka mampu melaksanakan pekerjaan secara optimal.
2. Melaksanakan salah satu tujuan yayasan pura raharja yaitu amar makruf nahimunkar
didalam seluruh segi kehidupan kemasyarakatan, khususnya dibidang kesehatan
3. Membantu program-program pemerintah daerah di dalam melaksanakan pembangunan
disegala bidang kehidupan, termasuk didalamnya pembangunan di bidang kesehatan.

D. Moto
Solusi Smart & Tepat Untuk Sehat

9
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT UMUM PURA RAHARJA MEDIKA
Jl. Raya Brosot, Bangeran, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo

KETUA YAYASAN

DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR
TIM:
KOMITE : SPI
1. PPI 6. GERIATRI
1. MEDIS 2. TFT 7. PPRA
2. KEPERAWATAN 3. K3RS 8. HIV
3. ETIK DAN HUKUM 4. PKRS 9. TB

KABID PELAYANAN MEDIS DAN KABID UMUM DAN KEUANGAN


PENUNJANG MEDIS

KANIT UGD KANIT FARMASI KANIT RUMAH TANGGA & IPSRS


KASUBNIT IPSRS

KANIT RAWAT JALAN KANIT LABORATORIUM


KANIT KEUANGAN KASUBNIT CLEANING SERVICE

KANIT RAWAT INAP KANIT RADIOLOGI KASUBNIT LAUNDRY


KANIT HUMAS DAN PEMASARAN

KANIT OK DAN CSSD KASUBNIT DRIVER


KANIT GIZI

KANIT SDM DAN DIKLAT


KANIT KEBIDANAN KANIT SIMRM

KELOMPOK STAFF MEDIS


BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM HIV/ AIDS

Direktur

dr. Rita Ivana Ariani, MMR

Ketua Tim HIV/ AIDS

Satiti Roh Lestari, AMK

Petugas Laboratorium Apotiker RM


Risky Nopitasari,A.Md.Farm Rizka Fista Kirma
Adestriya Permata

15
BAB VI
URAIAN JABATAN

A. Tujuan Jabatan
Melakukan koordinasi pengelolaan pelayanan HIV/ AIDS di rumah sakit.

B. Tanggung Jawab
Merencanakan dan menyusun kebijakan tentang HIV/ AIDS sesuai dengan kebijakan Rumah
Sakit Umum Pura Raharja Medika.

C. Tugas dan Wewenang


Tugas Tim HIV/ AIDS di rumah sakit adalah menjamin terselenggaranya pelayanan HIV/ AIDS
1. Perencanaan terhadap semua kebutuhan bagi terselenggaranya pelayanan HIV/AIDS di
rumah sakit meliputi :
a. Tenaga terlatih
b. Anggaran
c. Peralatan
d. Pencatatan dan pelaporan
2. Pelaksanaan
Tim HIV/ AIDS rumah sakit mengadakan rapat rutin untuk membicarakan semua hal
temuan terkait pelaksanaan pelayanan terhadap pasien HIV/ AIDS dirumah sakit. Kegiatan
pelayanan HIV/ AIDS meliputi :
a. Promosi kesehatan
b. Pencegahan penularan HIV
c. Pemeriksaan diagnosis HIV
d. Pengobatan, perawatan dan dukungan
e. Rehabilitasi

16
BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja Tim HIV bersifat garis komunikasi, koordinasi dan informasi dalam
pelaksanaan kegiatannya dan dilakukan melalui pertemuan atau surat dinas. Hubungan kerja di Tim
HIV terbagi menjadi 2 yaitu : Hubungan Intern dan Hubungan Extern.
A. Hubungan Intern
1. Logistik Umum
Kebutuhan alat tulis kantor di Tim HIV, diperoleh dari logistik umum dengan prosedur
permintaan sesuai SOP.
2. Bagian Farmasi
Kebutuhan anggaran untuk keperluan Tim HIV.
3. Unit Rawat Inap
Membantu melaksanakan pelayanan VCT di rawat inap.
4. Dokter
Bekerjasama dalam pemeriksaan pasien untuk menegakkan diagnosis HIV.
5. Laboratorium
Melakukan pengambilan sampel darah sesuai dengan SPO, melakukan pencatan dan
pelaporan.

B. Hubungan Ekstern

1. Konselor VCT
Karena Rumah Sakit Umum Pura Raharja belum memiliki tenaga yang terlatih sesuai
setandar dalam pelayanan HIV maka bekerjasama dengan fasyankes lain dalam pelayanan
konselor VCT.

2. Petugas Penanganan Kasus


Petugas Penanganan Kasus berasal dari tenaga non kesehatan yang telah mengikuti
pelatihan manajemen kasus.

17
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONAL

A. Kualifikasi ketenagaan
1. Kepala klinik VCT
2. Sekretaris/ administrasi
3. Koordinator Pelayanan Medis
4. Koordinator Pelayanan Non Medis
5. Konselor VCT
6. Petugas Penanganan Kasus
7. Petugas Laboratorium

B. Distribusi Ketenagaan
1. Satu konselor VCT yang terlatih sesuai standar WHO
2. Satu petugas Manajemen Kasus
3. Seorang petugas laborat yang bertugas mengambil darah
4. Seorang relawan

C. Peraturan Jaga
Peraturan jaga di Rumah Sakit Pura Raharja Medika terbagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang
dan malam. Untuk shift jaga tim HIV/ AIDS disesuaikan dengan shift masing-masing tenaga
medis.
1. Pagi jam 07.30 - 14.00
2. Siang jam 14.00 - 20.00
3. Malam jam 20.00 - 07.30

D. Uraian Tugas
1. Ketua Tim HIV/ AIDS
a. Tugas pokoknya adalah menyusun program kerja Tim HIV/ AIDS.
b. Menyusun organisasi Tim HIV.
c. Mengumpulkan laporan bulanan dan melakukan pelaporan rutin.

18
2. Pelaksana Laboratorium
a. Tugas pokoknya adalah menggambil darah klien untuk dikirim ke laboratorium, karena
layanan tes tidak tersedia di fasilitas maka tes dapat dilakukan di laboratorium rujukan.
Metode tes HIV yang digunakan sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan Laboratorium HIV
Kementerian Kesehatan.
b. Melaksanakan pencatatan/ mendokumentasikan pasienyang diperiksa HIV.
c. Merekapitulasi dan melaporkan hasil pencatatan ke Ketua Tim HIV/ AIDS.
3. Konselor VCT
a. Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien, pendokumentasian dan pencatatan klien
dan menyimpanya agar terjaga kerahasiannya.
b. Memberikan informasi HIV/ AIDS yang relevan dan akurat, sehingga klien merasa
berdaya untuk membuat pilihan melakukan testing atau tidak.
c. Pembaruan data dan pengetahuan HIV/ AIDS.
d. Menjaga bahwa informasi yang disampaikan klien kepadanya adalah bersifat pribadi dan
rahasia.
e. Melaksanakan konseling.
f. Membuat jejaring VCT.
g. Melaksakan pelaporan hasil kegiatan konseling VCT.
4. Koordinator bangsal
a. Mengisi kelengkapan pengisian formulir identitas klien
b. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam mengambil sampel darah
5. Petugas Penanganan Kasus
a. Bertanggung jawab untuk penggalian kebutuhan klien,terkait dengan kebutuhan
psikologis,sosial,dan mengkoordinasi pelayanan komprehensif.
b. Mengadakan kunjungan ke rumahklien sesuai dengan kebutuhan.
c. Melakukan rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh klien.
d. Menyiapkan klien dan keluarga dengan informasi HIV/ AIDS dan dukungan dengan
tepat dan sesuai.

19
20
BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

Tujuan orientasi adalah untuk membantu pegawai agar mengenali secara baik dan mampu
beradaptasi dengan suatu situasi atau dengan lingkungan suatu organisasi/ Tim HIV.
Orientasi harus mampu membantu pegawai baru untuk memahamidan bersedia melaksanakan
perilaku sosial yang mewarnai kehidupan organisasi/ Tim HIVsehari-hari.
Orientasi juga mampu membantu pegawai baru untuk mengetahui berbagai aspek pekerjaan/
jabatannya, agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif, efisien dan produktif.
Kegiatan orientasi di Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika meliputi orientasi umum dan
orientasi khusus pegawai meliputi :
A. Orientasi umum tentang rumah sakit dengan materi :
1. Visi dan misi rumah sakit
2. Penetahuaanpelayanan rumah sakit
3. Program keselamatan pasien
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi serta program mutu rumah sakit
B. Orientasi khussus sesuai dengan unit kerjanya masing-masing meliputi :
1. Kebijakan dan prosedur
2. Peralatan
3. Stuktur organisasi
4. Pola kerja dan yang lainnya yang terkait dengan unit kerja tersebut

21
BAB X

PERTEMUAN atau RAPAT

A. Kegiatan Rapat Tim HIV


Pertemuan dilakukan dan dilakukan oleh Tim HIV dan dipimpin oleh Koordinator Tim
HIV diikuti oleh seluruh anggota Tim HIV. Pertemuan berkala yang diadakan ada dua macam
yaitu :
1. Rapat Rutin
Rapat rutin terjadwal merupakan rapat yang dilakukan oleh Koordinator Tim HIV setiap
satu bulan sekali minggu pertama dengan jadwal agenda rapat yang telah ditentukaan oleh
Koordinator Tim HIV.
Rapat secara rutin diselenggarakan di Kantor Timur, yaitu pada :
Waktu : -
Jam :-
Peseta : Koordinator Tim HIV dan Anggota
Tempat : Kantor Timur
Materi : Pembuatan Pedoman
Pembuatan Program Kerja
Pembuatan SK
Pembuatan SPO
Kelengkapan Rapat :
Undangan, daftar hadir, notulen laporan/ rekomendasi/ usulan kepada atasan (terlampir)
2. Rapat Insidentil
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh
koordinator Tim HIV untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di Tim HIV
dikarenakan adanya permasalahan yang perlu segera dibahas.

22
BAB XI
PELAPORAN

Sebagai klien layanan Konseling dan Testing HIV laporan statistik mengikuti sistem
pencatatan dan pelaporan khusus yang berpegang pada prinsip kerahasiaan klien. Dokumen klien
disimpan di tempat terkunci dan hanya bisa diakses oleh petugas yang berwenang dan diarsipkan
sesuai dengan prinsip catatan medik pasien di sarana kesehatan.
Pelaporan VCT di sarana kesehatan dilaporkan menurut sistem pencatatan dan pelaporan
sesuai standar baku untuk pencatatan medik. Data jumlah klien yang melaksanakan konseling,
testing, yang hasilnya negatif, positif, inderminan atau diskordan, senantiasa dianalisa setiap tahun,
guna perbaikan kinerjanya.

23
BAB XII
PENUTUP

Buku Pedoman Pengorganisasi Tim HIV Rumah Sakit di Rumah Sakit Pura Raharja
Medika bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan pelayanan HIV yang tepat bagi pasien sesuai tuntutan masyarakat. Untuk itu
pedoman ini betul-betul dijadikan acuan bagi pelayanan HIV di Rumah Sakit Pura Raharja Medika.

Materi-materi lain yang perlu dan dianggap dapat menjadi acuan dan belum terdapat dalam
pedoman ini dapat diajukan melalui hirarki dan ketentuan yang berlaku untuk dimasukkan dalam
tambahan buku pedoman ini.

24

Anda mungkin juga menyukai