TAHUN 2023
MOJOKERTO
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PELAYANAN RUANG ISPA
PUSKESMAS WATES TAHUN 2023
Disusun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusunan buku Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Poli ISPA UPT Puskesmas Wates dapat diselesaikan dengan Baik.
Akhir kata, semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi para petugas
kesehatan di Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Poli
ISPA UPT Puskesmas Wates.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………………………..i
B. TUJUAN ………………………………………………………………………………….2
B. METODE …………………………………………………………….9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta jumlah
kasus TBC baru,dimana 3,2 juta diantaranya adalah penderita pasien
perempuan.Dengan 1,5 juta kasus kematian Karen TBC dimana 480.000 juta kasus
adalah perempuan.Dari kaus TB tersebut ditemukan 1.1 juta (12%) dengan kasus TB
HIV positif dengan tota lkematian320.000 kasus.Dan 480.000 adalah pasien TB
resisten obat (TB RO) dengan jumlah kematian 190.000 orang.Dari 9,6 pennderita
TB baru,diperkiran 1 juta kasus adalah TB anak,(usia dibawah15 tahun) dan
140.000 kasus kematian/pertahun
Jumlah kasus TB DI Indonesia menurut WHO tahun 2015,diperkirakan 1 juta kasus
TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian
pertahun(41% per 100.000 penduduk).Diprkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV
positif(25% per 100.000 penduduk).Angka Notifikasi Kasua (Case Notification
Rate /CNR) dari semua kasus diperkirana 129 per 100.000 penduduk,jumlah
seluruhkaus sebanyak 324.539 diantaranya 314.965 adalah kasus baru,Secara
nasional prevalensi kasus HIV diantara pasien TB diperkiakan sebesar 6,2 %.Jumlah
kasus TB RO diperkirakan.
Serta dilihat dari peningkatan dan penyebaran kasus COVID 19 yang hampir
menjangkau hampir selueruh wilayah propinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan
atau jumlah kematian emningkat dan berdampak pada segala aspek yaitu
politik,ekonomi,sosisal,budaya,pertahanan,keamanan serta kesejahteraan
masyarajkata Indonesia,Keputusan Presiden RI no.11 tahun 2020 tentan Penetapan
Kedaruratan Keshatan Masyarakat Corona Virus Disease 19(covid 19).U
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum adalah menurunkan angka kesakitan ISPA, TBC dan penyakit saluran
perNapasan lainnya melalui peningkatan mutu pelayanan.
2. Tujuan Khusus :
v
Menemukan kasus ISPA,TBC,COVID,dan penaykait saluran pernapasan lainnya
sedini mungkin, memutuskan mata rantai penularan dengan mensosialisasikan
protocol kesehatn,KIE batuk dan PHBS, memperluas jangkauan pelayanan
(berjejaring)
Memberikan pelayanan pengobatan pada psien ISPA,TBC,COVID sehingga dapat
menurunkan angka kematian, meningkatkan kualitas hidup.
Memberikan pelayanan pengobatan pada pasien dengan gangguan saluran
pernapasan
Menemukan dan mengobati kasus - kasus gangguan saluran pernapasan,
Memberikan pengobatan pada pasien dengan gangguan pada saluran pernapasan
Memberikan pelayanan rujukan pada pasien dengan gangguan system pernasana
kronis, guna meningkatkan kualitas hidup dan mencegah penularan kepada orang
lain
Menyelenggaran pelayanan rujukan (menerima maupun merujuk).
C. Sasaran Pedoman
Pedoman Pelayanan di Puskesmas Wates, diperuntukan bagi seluruh unit kerja yang
terkait dengan pelayanan ISPA secara Komprehensif di Puskesmas Wates yaitu :
Unit Poli Umum
Unit Poli LANSIA
Unit Poli Gizi
Unit Kesling
Polii ISPA Puskesmas Wates kota Mojokerto buka selama 6 hari, hari senin-
sabtu dari jam 08.00 sampai jam 11.30 WIB. Masyarakat yang dapat menggunakan
fasilitas ini adalah semua warga kota Mojokerto, peserta JKN dan pasien umum, dengan
membawa persayaratan sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah kota Mojokerto.
melakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah pelayanan yang bersifat preventif
promotif dan kuratif di dalam gedung dan kegiatan diluar gedung seperti pemeriksaan
pada posyandu lansia ,skrining di posyandu Balita skrining kesehatan dan kegiatan luar
gedung lainnya
vi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Sumber daya manusia dokter , perawat, bidan , analis , dan farmasi di Poli ISPA
dibagi tugas dan tanggung jawab sebagai berikut .
A. DENAH RUANG
Keterangan :
1. Meja pelayanan dan koseling
2. Kursi pegawai
3. Kursi pasien
4. Meja dan timbangan bayi
5. Wastafel
B. STANDAR FASILITAS
2 Stetoskop 1 Baru
3 termometer 1 Baru
4 oxymetri 1 Baru
5 meubelair 1 Baru
BAB IV
ix
RUANG LINGKUP PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Pelayanan poli ISPA di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, Kegiatan Upaya
Pengobatan di dalam dan diluar Puskesmas. Kegiatan tersebut harus didukung oleh
sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.
B. METODE
Metode yang dilakukan dalam pelayanan di poli ispa adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan
dan penyakit pasien. dalam istilah kedokteran wawancara ini disebut anamnesis.
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara cara, yaitu:
a. Autoanamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena pasien
dianggap mampu menjawab
b. Alloanamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan
wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang
pasien. Alloanamnesa dilakukan karena :
1) Pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan
pendapat terhadap apa yang dirasakan)
2) Pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu
3) Pasien tidak dapat berkomunikasi
x
4) Pasien dalam keadaan gangguan jiwa
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien, pemeriksaan fisik meliputi:
a. Inspeksi, yaitupemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien scara rinci dan sistematis
b. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
terlihat tidak normal
c. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonensinya dan
meneliti resistensinya
d. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses isiologi atau patologis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskop.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap. Tujuan pemeriksaan ini adalah:
a. Terapeutik, yaitu untuk pengobatan tertentu
b. Diagnostik, yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis tertentu
4. Tindakan medis
Tidakan medis adalah suatu intervensi medis yang dilakukan pada seseorang
berdasar atas indikasi medis tertentu yang dapat mengakibatkan integritas jaringan
atau organ tertentu. Tindakan medis hanya dapat dilakukan apabila telah dilakukan
informed consent, yaitu persetujuan atau penolakan pasien yang bersangkutan
terhadap tindakan medis yang akan diterimanya setelah memperoleh informasi
lengkap tentang tindakan tersebut. Tindakan tersebut dapat berupa:
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Alur Pelayanan Poli ISPA : Alur Poli ISPA terlampir
2. Kegiatan pra dan pasca pelayanan
Kegiatan pra pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas yang telah
ditentukan sesuai jadwal untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan pada
saat pelayanan pasien di poli harmoni sehingga kegiaan pelayanan pasien di poli
harmoni dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan pra pelayanan poli harmoni anatara lain:
a. Memastikan ruangan dalam keadaan bersih dan rapi
b. Memastikan exhaust menyala
c. Menyiapkan alat-alat kedokteran yang digunakan untuk pelayanan, seperti :
Tensimeter, stetoskop, senter, timbangan injak,oxymetri,termometer
d. Menyiapkan bahan habis pakai
e. Mengecek ketersediaan reagen utntuk tes mantoux
f. Menyiapkan kelengkapan administrasi seperti : blangko rujukan, blangko
resep, langko laborat..
xi
Kegiatan pasca pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas yang telah
ditentukan sesuai jadwal untuk merapikan dan menyimpan segala sesuatu yang telah
selesai dipergunakan dalam pelayanan pasien di poli ispa setelah pelayanan selesai.
Kegiatan pasca pelayanan ini antara lain:
xiii
5. Konseling medik umum/penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan individu adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Pemberian
konseling atau penyuluhan ini dilakukan secara perlisan oleh dokter atau perawat
pada saat selesai pemerian terapi ataupun pada saat pengkajian awal klinis baik
dengan atau tidak menggunakan media penyuluhan seperti: Leaflet, lembar balik
ataupun media lain. Adapun langkah-langkah penyuluhan kesehatan ini adaah
seagai erikut:
a. Menentukan diagnosa/ diagnosa keperawatan, terapi atau tindakan
b. Memerikan informasi kepada keluarga atau pasien mengenai:
1. penyakit yang diderita pasien
2. Penggunaan oat secara aman dan fektif untuk semua oat yang
dikonsumsi pasien
3. Makanan yang dianjurkan dan yang dilarang untuk dikonsumsi
4. Aspek etika dalam pengobatan
5. PHBS
c. Menggunakan cara diskusi atau demonstrasi
d. Menggunakan alat antu jika diperlukan
e. Mencatat konseling dalam buku rekam medis pasien
xiv
Poli ISPA menerima rujukan dari poli lain, seperti poli umum, poli gigi, kia/kb
atau poli gizi. Rujukan yang dilaksanakan di Puskesmas bisa merupakan rujukan
vertikal ke tingkat lebih rendah atau ke tingkat lebih tinggi maupun horizontal
antar fasilitas kesehatan yang sama pada wilayah yang berbeda. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 pasal 3
tentang sistim rujukan pelayanan kesehatan perorangan, maka:
1. Pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis,
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
Penyebab rujukan, antara lain karena ketidak mampuan Puskesmas dalam
melakukan pemeriksaan spesimen/penunjang medik, keterbatasan pengetahuan,
membutuhkan konsultasi tenaga ahli/spesialis dan lain-lain. Pasien rujukan harus
disertai dengan informasi alasan rujukan.
Ketentuan rujukan:
1. Puskesmas mempunyai alur rujukan, prosedur merujuk pasien, prosedur
menerima rujukan, prosedur menerima balasan rujukan. Prosedur rujukan ini
dibuat dengan mengacu pada Buku Pedoman Sistem Rujukan Berbasis
Indikasi Medis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013.
2. Tersedia informasi mengenai fasilitas rujukan lain, ada kerjasama
Puskesmas dengan sarana kesehatan lain untuk menjamin kelangsungan
pelayanan klinis (rujukan klinis, rujukan diagnostik dan rujukan konsultatif).
3. Persyaratan rujukan pasien: pasien distabilkan terlebih dahulu sesuai dengan
kemampuan Puskesmas, sebelum dirujuk ke pelayanan yang mempunyai
kemampuan lebih tinggi.
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan atau dokter
gigi pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan, permasalahan kesehatan
pasien dan pertimbangan geografis.
5. Setiap pemberi pelayanan kaesehatan berkewajiban merujuk pasien bila
keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali
pasien tidak dapat ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya atau
geografis dan tidak mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.
Kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu:
BAB V LOGISTIK
xvi
a. Daftar obat –obatan dan bahann habis pakai (BHP) Poli ISPA
Obat - obatan dan bahan habis pakai yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada
poli ispa adalah:
1. FDC KATEGORI 1
2. FDC KATEGORI II
3. FDCANAK
4. REAGEN MANTOUX
5. Spuit tuberculin
6. Masker
7. Pot dahak
8. Handscon
9. Masker
10. Spuit 3 cc
11. Kapas alkohol
b. Perencanaan
Perencanaan logistik obat dilakukan setiap tahun dengan bekerjasama dengan
bagian obat puskesmas Wates, tujuan dari perencanaan obat ini antara lain : untuk
menghindari kekosongan obat atau BHP, menghindari pengumpulan obat dan BHP,
menentukan anggaran, tersedia jumlah dan jenis obat sesuai anggaran, mewujudkan
pelayanan yang tepat mutu dan tepa waktu kepada masyarakat.
Kegiatan perencanaan ini antara lain :
1. Pemilihan jenis obat dengan mempertimbangkan:
- standar pengobat, berdasarkan pola penyakit atau kasus
- karakteristik pengunjung ( umur, jenis kelamin dll)
- penerimaan, pengelompokan
Penerimaan obat maupun BHP dilakukan setiap bulan dengan mengunakan form
LPLO, Petugas penerima memeriksa kesesuaiam obat dan BHP yang diterima dengan
usulan/permintaan. Pengeluaran /penggunaan obat dan BHP dicatat dalam kartu
stok/kartu kendali
Pengecekan terhadap Obat dan BHP dilakukan setiap awal dan akhir pelayanan
guna memastikan ketersediaan obat dan BHP di poli harmoni puskesmas Wates
2 Stetoskop 1 Baru
3 termometer 1 Baru
4 oxymetri 1 Baru
7 microtoa 1 Baru
8 Meubelair 3 Baru
b. Perencanaan
Perencanaan alat kesehatan di poli ispa dilakukan satu tahun sekali,
perencanaan ini dilakukan dengan cara menyeseuaikan dengan standar alat kesehatan
yang harus ada di bagian PDP (Perawatan,Dukungan, dan Pengobatan) di Puskesmas
atau RS. Perencanaan alat kesehatan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan bagian
aset puskesmas Wates
c. Penerimaan
Penerimaaan alat kesehatan baru dari bagian aset kepada koordinator poli ispa,
disertai dengan bukti tanda terima. Alat kesehatan yang telah diterima dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan poli ispa
A. Pengertian
xviii
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Assesmen risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
xix
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Puskesmas
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan
adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam
kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat
hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini poli umum dan perlindungan terhadap puskesmas. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
xx
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
BAB VIII
xxi
PENGENDALIAN MUTU
Indikator Mutu Pelayanan Poli harmoni Wates mengacu pada Pedoman Indikator
Mutu Puskesmas Wates yaitu:
Standar 100%
Penanggung
PJ Poli ispa
Jawab
xxii
Indikator mutu ini di monitor setiap bulan dengan melihat checlist isian indikator mutu
maupun melihat secara langsung pelaksanaan indikator mutu. checklist diisi setiap hari oleh
petugas yang telah ditunjuk sesuai jadwal. Hasil capaian indicator mutu ini kemudian di
laporkan ke ketua tim mutu UKP setiap bulan untuk di analisa dan evaluasi setiap 3 bulan
sekali.
xxiii
BAB IX
PENUTUP
Demikian telah disusun suatu Pedoman Pelayanan poli ispa, yang dapat
dipakai sebagai acuan di dalam pelayanan rawat jalan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan secara keseluruhan di Puskesmas Wates. Pedoman ini akan mengalami
perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu sehingga diperlukan
suatu evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan
adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan secara khusus di poli
harmoni dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan pada setiap pasien.
1. D Diagram alir
Keluhan non
Pasien respiratori
keluh
datang
Keluhan Poli
respirator lain
i
Poli ispa
diagn rujukan
osa
Tindakan
resep pengobatan
apotik Px pulang
BAB VII
xxiv
PENUTUP
xxv
NNo Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai
diberlakukan
Pengendalian Mutu Penggantian indikator mutu Januari 2022
(bab 8)
Standart Ketenagaan Pergantian petugas dokter dan Mei 2022
petuga labooratorium
Pengendalian Mutu Penggantian indikator mutu November 2023
(bab 8)
xxvi