Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAKSANA PELAYANAN RUANG ISPA

TAHUN 2023

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK


DAN KB
KOTA MOJOKERTO
UPT PUSKESMAS WATES
Jalan Lawu Raya No 1B Wates Telp ( 0352 ) 330144

MOJOKERTO

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PELAYANAN RUANG ISPA
PUSKESMAS WATES TAHUN 2023

Disusun Oleh :

Hayantin Yuraidha, Amd. Kep


NIP. 19820606 201403 2 001

PENANGGUNGJAWAB UKP Mojokerto, 4 Januari 2023


PUSKESMAS WATES KOORDINATOR RUANG ISPA

dr. Sheila Hayantin Yuraidha, Amd. Kep


NIP.19901104 20193 2 011
NIP. 19820606 201403 2 001

Kepala UPT. Puskesmas Wates


Kota Mojokerto

dr. Mar’atus Sholikhah


NIP. 19890104 201403 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusunan buku Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Poli ISPA UPT Puskesmas Wates dapat diselesaikan dengan Baik.

Puskesmas sebagai unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kota yang


bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah
kerja, mempunyai posisi yang strategis dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat sehingga masyarakat dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal.

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Poli ISPA ini merupakan acuan


bagi petugas kesehatan di Puskesmas dalam melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan kesehatan perorangan di Puskesmas.

Kami menyadari bahwa Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Poli ISPA ini


belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu masukan dan saran
sangat kami harapkan untuk kesempurnaannya di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi para petugas
kesehatan di Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Poli
ISPA UPT Puskesmas Wates.

Mojokerto, 4 Januari 2023


Kepala UPT Puskesmas Wates

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………………..i

LEMBAR PENGESAHAN …………..………………………………………………………ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………..1

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………1

B. TUJUAN ………………………………………………………………………………….2

C. SASARAN PEDOMAN ………………………………………………………………..3

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN ……………………………………………………….3

E. BATASAN OPRASIONAL ……………………………………………………………3

BAB II STANDART KETENAGAAN …………………………………………………………4

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA …………………………………………4

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN ……………………………………………………5

C. JADWAL KEGIATAN ……………………………………………………………..5

BAB III STANDART FASILITAS …………………………………………………………6

A. DENAH RUANG ………………………………………………………………………6

B. STANDART FASILITAS ………………………………………………………………..7

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN …………………………………………………….8

A. LINGKUP KEGIATAN ……………………………………………………..8

B. METODE …………………………………………………………….9

C. LANGKAH KEGIATAN …………………………………………………………….10

BAB V LOGISTIK ………………………………………………………………….16

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN ………………………………………….19

BAB VII KESELAMATAN KERJA …………………………………………………………21

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU …………………………………………………………23

BAB IX PENUTUP …………………………………………………………………….27

REKAMAN HISTORY PERUBAHAN ………………………………………………………28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta jumlah
kasus TBC baru,dimana 3,2 juta diantaranya adalah penderita pasien
perempuan.Dengan 1,5 juta kasus kematian Karen TBC dimana 480.000 juta kasus
adalah perempuan.Dari kaus TB tersebut ditemukan 1.1 juta (12%) dengan kasus TB
HIV positif dengan tota lkematian320.000 kasus.Dan 480.000 adalah pasien TB
resisten obat (TB RO) dengan jumlah kematian 190.000 orang.Dari 9,6 pennderita
TB baru,diperkiran 1 juta kasus adalah TB anak,(usia dibawah15 tahun) dan
140.000 kasus kematian/pertahun
Jumlah kasus TB DI Indonesia menurut WHO tahun 2015,diperkirakan 1 juta kasus
TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian
pertahun(41% per 100.000 penduduk).Diprkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV
positif(25% per 100.000 penduduk).Angka Notifikasi Kasua (Case Notification
Rate /CNR) dari semua kasus diperkirana 129 per 100.000 penduduk,jumlah
seluruhkaus sebanyak 324.539 diantaranya 314.965 adalah kasus baru,Secara
nasional prevalensi kasus HIV diantara pasien TB diperkiakan sebesar 6,2 %.Jumlah
kasus TB RO diperkirakan.
Serta dilihat dari peningkatan dan penyebaran kasus COVID 19 yang hampir
menjangkau hampir selueruh wilayah propinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan
atau jumlah kematian emningkat dan berdampak pada segala aspek yaitu
politik,ekonomi,sosisal,budaya,pertahanan,keamanan serta kesejahteraan
masyarajkata Indonesia,Keputusan Presiden RI no.11 tahun 2020 tentan Penetapan
Kedaruratan Keshatan Masyarakat Corona Virus Disease 19(covid 19).U

Kondisi ini memerlukan penanganan secara komprehensif dan terstruktur di


berbagai aspek secara terkoordinasi dari semua pihak yang terkait termasuk di lini dasar
yaitu pelayan di puskesmas. Pelayanan tersebut yang meliputi ; Konseling dan dan
pemeriksaan awal untuk penegakan diagnose,pengobatan pada kasus kasus Ispa
ringan,pemeriksaan TCM untuk penegakan diagnose TB,pemeriksaan SWAB pcr untuk
penegakan diagnose pada kasus COVID 1,pmeriksaan BTA untuk evaluasi pasien
TBC,menerima dan mengadakna rujukan pada kasus – kasus berat.
Dalam rangka pelayanan upaya kesehatan perorangan selama masa pandemi
maka pelayana medik dilaksanakan sesuai dengan standrat prosedur operasional
pelayanan yang berlaku dengan menerapkan prinsip triase(skrining pada setiap pasien
yang berkunjung ),PPI dan physical distancing (mengubah posisi temat duduk pasien baik
pada saat menunggu maupun saat menerima pelayanan?jarakdengan petugas diperlebar)

B. Tujuan Pedoman

1. Tujuan Umum adalah menurunkan angka kesakitan ISPA, TBC dan penyakit saluran
perNapasan lainnya melalui peningkatan mutu pelayanan.
2. Tujuan Khusus :

v
 Menemukan kasus ISPA,TBC,COVID,dan penaykait saluran pernapasan lainnya
sedini mungkin, memutuskan mata rantai penularan dengan mensosialisasikan
protocol kesehatn,KIE batuk dan PHBS, memperluas jangkauan pelayanan
(berjejaring)
 Memberikan pelayanan pengobatan pada psien ISPA,TBC,COVID sehingga dapat
menurunkan angka kematian, meningkatkan kualitas hidup.
 Memberikan pelayanan pengobatan pada pasien dengan gangguan saluran
pernapasan
 Menemukan dan mengobati kasus - kasus gangguan saluran pernapasan,
 Memberikan pengobatan pada pasien dengan gangguan pada saluran pernapasan
 Memberikan pelayanan rujukan pada pasien dengan gangguan system pernasana
kronis, guna meningkatkan kualitas hidup dan mencegah penularan kepada orang
lain
 Menyelenggaran pelayanan rujukan (menerima maupun merujuk).

C. Sasaran Pedoman
Pedoman Pelayanan di Puskesmas Wates, diperuntukan bagi seluruh unit kerja yang
terkait dengan pelayanan ISPA secara Komprehensif di Puskesmas Wates yaitu :
 Unit Poli Umum
 Unit Poli LANSIA
 Unit Poli Gizi
 Unit Kesling

D. Ruang Lingkup Pedoman

Memberikan pelayanan ISPA secara Komprehensif di wilayah kerja Puskesmas


Wates dan sekitarnya maupun yang dari wilayah lainnya di luar wilayah kerja Puskesmas
Wates.
E. BATASAN OPERASIONAL

Polii ISPA Puskesmas Wates kota Mojokerto buka selama 6 hari, hari senin-
sabtu dari jam 08.00 sampai jam 11.30 WIB. Masyarakat yang dapat menggunakan
fasilitas ini adalah semua warga kota Mojokerto, peserta JKN dan pasien umum, dengan
membawa persayaratan sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah kota Mojokerto.
melakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah pelayanan yang bersifat preventif
promotif dan kuratif di dalam gedung dan kegiatan diluar gedung seperti pemeriksaan
pada posyandu lansia ,skrining di posyandu Balita skrining kesehatan dan kegiatan luar
gedung lainnya

vi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.


- Dokter : 3 orang
- Perawat : 10 orang
- Laboratorium : 1 orang
- Farmasi : 1 orang

Kualifikasi Sumber Daya Manusia


 Ketua Poli ISPA
Ketua /KONSULEN Poli ISPA Puskesmas Wates adalah semua dokter yang
mengikuti kelas dokter bersertifikat Pelatihan TBC maupun COVID
 Petugas adalah Perawat yang mengikuti Kelas Perawat Bidan pelatihan dan
bersertifikat tbc serta pelatihan COVID
 Petugas Laboratorium adalah analis yang mengikuti Kelas Laboratorium
pelatihan dan bersertifikat
 Petugas Farmasi, apoteker atau asisten apotiker yang mengikuti Kelas Farmasi
pelatihan dan bersertifikat

2. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Sumber daya manusia dokter , perawat, bidan , analis , dan farmasi di Poli ISPA
dibagi tugas dan tanggung jawab sebagai berikut .

N NAMA NIP PENDIDIKA JURUSAN STAT PENE


o N TERAKHIR US MPATA
N
1 dr. Rischa Intan Ayu 1992010420190 S1 KEDOKTE PNS INDUK
32013 RAN
Dr.Sheila 1988051120190 S1 KEDOKTE PNS INDUK
32010 RAN
2 Hayantin 1982060620140 D III KEPERA PNS INDUK
Yuraidha,Amd.Kep 32001 WATAN
3 Filsa Aji Prakoso, 19880610 D III KEPERA PNS INDUK
Amd.Kep 201403 1 002 WATAN
4 Iluh 19891114 D III KEBIDAN PNS INDUK
Wuwuh.A.A.Md.Kep 201503 2 005 AN
5 IndahWati,A.Md.Kep 1989081720220 D III KEPERA PNS INDUK
32002 WATAN
6 Ulina M.Br. Sinambela, 1989060620220 DIII KEPERA PNS INDUK
Amd.Kep 32002 WATAN
7 Hirastianti Artania 1990011920150 DIII KEPERA PNS INDUK
32001 WATAN
7 Yani Susanti 19850204 DIII ANALIS PNS INDUK
200903 2 002
8 Luluk Aryanti,Amd.Far DIII ASISTEN PNS INDUK
APOTEKE
R
C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal Pelayanan Poli ISPA di Puskesmas WATES adalah: Senin – Sabtu :08.00 – 11.30
Jumat 08.00 – 10.30
BAB III
vii
STANDAR FASILITAS
Gedung Poli ISPA yang terletak di lantai 1 Puskesmas Wates,di depan parkir motor
pegawai,dalam satu ruang melayani conseling , testing , dan pengobatan.
Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis sehingga dapat tercapai tujuan dan fungsi
pelayanan Poli ISPA yang optimal bagi pasien dengan Kriteria :
1. Tersedianya ruangan yang representative /memadai untuk menyelenggarakan
pelayananISPA Komprehensif baik ruangan konseling, ruangan administrasi,
ruangan logistic dan ruangan pertemuan.
2. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk menyelenggarakan
pelayanan konseling
3. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk administrasi klen dan
penyimpanan fasilitas pendukung seperti rekam medik dan ATK
4. Tersedianya ruangan yang representative/memadai untuk penyimpanan stok APD
sementara
5. Tersedianya tempat pertemuan untuk menyelenggarakan konseling dukungan
keluarga klien termasuk kegiatan penyuluhan gizi apabila ada klien yang dipandang
perlu untuk diberikan konseling tentang kebutuhan nutrisinya,itu semua kita lakukan
atas peretujuan klien

A. DENAH RUANG

Di bawah ini adalah denah ruang Poli Harmoni

Keterangan :
1. Meja pelayanan dan koseling
2. Kursi pegawai
3. Kursi pasien
4. Meja dan timbangan bayi
5. Wastafel

B. STANDAR FASILITAS

1. Luas ruangan poli ISOA : 4 m2


2. Fungsi dan persyaratan ruangan: pemeriksaan pasien umum dan tidak gawat
3. Kriteria ruangan :
a. Terdapat EXHAUST
b. Mempunyai cross ventilation ( ventilasi cukup dan terbuka)
c. Mempunya fasilitas dengan air mengalir untuk cuci tangan

4. Peralatan Poli ispa


viii
Berikut adalah standar fasilitas Poli Harmoni yang ada di Puskesmas WATES

NO Ruang dan Nama Barang Jumlah (unit) Kondisi Keterangan

1 Tensi Meter 1 Baru

2 Stetoskop 1 Baru

3 termometer 1 Baru

4 oxymetri 1 Baru

5 meubelair 1 Baru

BAB IV

ix
RUANG LINGKUP PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Pelayanan poli ISPA di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, Kegiatan Upaya
Pengobatan di dalam dan diluar Puskesmas. Kegiatan tersebut harus didukung oleh
sumber daya manusia dan sarana dan prasarana.

 Kegiatan Upaya Pengobatan di dalam dan diluar Puskesmas


Upaya Kegiatan di dalam Gedung Kegiatan di luar Gedung
Pengob 1. Melakukan anamnesa sesuai 1. Penyuluhan tentang penyakit
atan keluhan pasien 2. Deteksi dini pada keluarga dan
2. Melakukan pencatatan rekam masyarakat
medik pasien 3.Pelacaknkasus baru disekitar rumah
3. Konseling, dan pemeriksaan pasien
untuk kelhan saluran pernapasan
4. Pengobatan maslah saluran
pernapasan di Puskesmas sesuai
pedoman
5. Penyuluhan tentang penyakit dan
pola hidup sehat
6. Menerima rujukan dari dalam atau
luar wilayah Puskesmas
7. Melakukan rujukan kasus
spesialistik
8. Menerbitkan surat keterangan
hasil pemeriksaan tes
TCM,mantox tes,dan swab
antigen

B. METODE

Metode yang dilakukan dalam pelayanan di poli ispa adalah sebagai berikut:

1. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan
dan penyakit pasien. dalam istilah kedokteran wawancara ini disebut anamnesis.
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara cara, yaitu:
a. Autoanamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena pasien
dianggap mampu menjawab
b. Alloanamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan
wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang
pasien. Alloanamnesa dilakukan karena :
1) Pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat mengemukakan
pendapat terhadap apa yang dirasakan)
2) Pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu
3) Pasien tidak dapat berkomunikasi
x
4) Pasien dalam keadaan gangguan jiwa
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien, pemeriksaan fisik meliputi:
a. Inspeksi, yaitupemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien scara rinci dan sistematis
b. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
terlihat tidak normal
c. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonensinya dan
meneliti resistensinya
d. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses isiologi atau patologis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskop.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi
tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap. Tujuan pemeriksaan ini adalah:
a. Terapeutik, yaitu untuk pengobatan tertentu
b. Diagnostik, yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis tertentu
4. Tindakan medis
Tidakan medis adalah suatu intervensi medis yang dilakukan pada seseorang
berdasar atas indikasi medis tertentu yang dapat mengakibatkan integritas jaringan
atau organ tertentu. Tindakan medis hanya dapat dilakukan apabila telah dilakukan
informed consent, yaitu persetujuan atau penolakan pasien yang bersangkutan
terhadap tindakan medis yang akan diterimanya setelah memperoleh informasi
lengkap tentang tindakan tersebut. Tindakan tersebut dapat berupa:

a. Tindakan terapetik yang bertujuan untuk pengobatan


b. Tindakan diagnostik yang bertujuan untuk menegakkan atau menetapkan
diagnosis

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Alur Pelayanan Poli ISPA : Alur Poli ISPA terlampir
2. Kegiatan pra dan pasca pelayanan
Kegiatan pra pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas yang telah
ditentukan sesuai jadwal untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan pada
saat pelayanan pasien di poli harmoni sehingga kegiaan pelayanan pasien di poli
harmoni dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan pra pelayanan poli harmoni anatara lain:
a. Memastikan ruangan dalam keadaan bersih dan rapi
b. Memastikan exhaust menyala
c. Menyiapkan alat-alat kedokteran yang digunakan untuk pelayanan, seperti :
Tensimeter, stetoskop, senter, timbangan injak,oxymetri,termometer
d. Menyiapkan bahan habis pakai
e. Mengecek ketersediaan reagen utntuk tes mantoux
f. Menyiapkan kelengkapan administrasi seperti : blangko rujukan, blangko
resep, langko laborat..
xi
Kegiatan pasca pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas yang telah
ditentukan sesuai jadwal untuk merapikan dan menyimpan segala sesuatu yang telah
selesai dipergunakan dalam pelayanan pasien di poli ispa setelah pelayanan selesai.
Kegiatan pasca pelayanan ini antara lain:

a. Membersihkan ruangan sehingga dalam keadaan bersih dan rapi


b. Petugas mendiskusikan permasalahan yang ada
c. Membereskan alat: Tensimeter, stetoskop, senter, timangan injak
d. Membereskan dan mengecek ketersediaan bahan habis pakai, segera
menhubungi petugas jika ada yang habis
e. Membereskan kelengkapan administrasi
3. Pengkajian awal klinis pasien
Pengkajian awal klinis pasien adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menggali dan mengumpulkan informasi awal terhadap pasien yang datang ke Poli ispa
atau rujukan internal dari Poli Lainnya. Kajian awal klinis ini dilakukan oleh perawat
maupun dokter. Adapun langkah-langkah pelaksanaan kajian awal klinis pasien rujukan
internal dari poli lain adalah seagai berikut :

a. Menyapa dan mempersilahkan pasien duduk.


b. Mencocokkan identitas pada pasien, buku rekam medik dan papir.
c. Mengembalikan buku rekam medis ke bagian pendaftaran jika tidak cocok
d. Menanyakan keperluan atau keluhan utama pasien
e. Menanyakan keluhan tambahan
f. Menanyakan riwayat penyakit terdahulu
g. Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
h. Menanyakan lamanya sakit
i. Menanyakan riwayat pengoatan pasien yang sudah didapat.
j. Menanyakan reaksi obat tersebut apakah setelah minum obat ada perbaikan
atau tidak.
k. Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
l. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan TTV dan pengkajian data
fokus terhadap keluhan pasien.itahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
m. Memberitahu kepada pasien hasil pemeriksaan
n. Memberitahu kepada pasien jika memerlukan pemeriksaan laborat atau
penunjang
o. Menuliskan rujukan internal juka diperlukan
p. pemeriksaan laboratorium bila perlu.
q. mancatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik ke dalam buku rekam
medis pasien
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kajian awal klinis pasien datang langsung ke
poli harmoni adalah seagai berikut :

a. Menyapa dan mempersilahkan pasien duduk.


b. Mencocokkan identitas pada pasien, buku rekam medik dan papir.
c. Mendaftarkan pasien ke bagian pendaftaran
xii
d. Mengembalikan buku rekam medis ke bagian pendaftaran jika tidak cocok
e. Menanyakan keperluan atau keluhan utama pasien
f. Menanyakan keluhan tambahan
g. Menanyakan riwayat penyakit terdahulu
h. Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga
i. Menanyakan lamanya sakit
j. Menanyakan riwayat pengoatan pasien yang sudah didapat.
k. Menanyakan reaksi obat tersebut apakah setelah minum obat ada
perbaikan atau tidak.
l. Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
m. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan TTV dan pengkajian
data fokus terhadap keluhan pasien.itahukan hasil pemeriksaan kepada
pasien
n. Memberitahu kepada pasien hasil pemeriksaan
o. Memberitahu kepada pasien jika memerlukan pemeriksaan laborat atau
penunjang
p. Menuliskan rujukan internal juka diperlukan
q. pemeriksaan laboratorium bila perlu.
r. mancatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik ke dalam buku rekam
medis pasien
4. Pelayanan medik dasar
Pelayanan medik dasar adalah adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, atau pengendalian penyakit agar kualitas penderita
dapat terjaga seoptimal mungkin. Pelayanan medik dasar ini dilakukan oleh dokter
umum atau oleh sesorang perawat dengan pelimpahan wewenang sesuai dengan
standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh kepala puskesmas
Wates. Pendelegasian kewenangan ini tetap mengikuti ketentuan yang berlaku.
Supervisi yang dilakukan oleh dokter. Pelimpahan wewenang dilakukan dalam
kondisi :
a. Dokter yang melakukan pemeriksaan dan pengobatan tidak ada di tempat
karena tugas kedinasan lain atau berhalangan hadir atau izin
b. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat
ditangani oleh dokter yang ada atau ada kejadian Luar Biasa (KLB)
Adapun langkah-langkah pelayanan medik dasar adalah sebagai berikut:
a. Menentukan diagnosa penyakit pasien
b. Menjelaksan diagnosa tersebut kepada pasien
c. Memerikan terapi /pengoatan kepada pasien secara rasional
d. Menjelaskan terapi yang dierikan
e. Menuliskan resep
f. Mencatat pada buku rekam medis pasien

xiii
5. Konseling medik umum/penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan individu adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Pemberian
konseling atau penyuluhan ini dilakukan secara perlisan oleh dokter atau perawat
pada saat selesai pemerian terapi ataupun pada saat pengkajian awal klinis baik
dengan atau tidak menggunakan media penyuluhan seperti: Leaflet, lembar balik
ataupun media lain. Adapun langkah-langkah penyuluhan kesehatan ini adaah
seagai erikut:
a. Menentukan diagnosa/ diagnosa keperawatan, terapi atau tindakan
b. Memerikan informasi kepada keluarga atau pasien mengenai:
1. penyakit yang diderita pasien
2. Penggunaan oat secara aman dan fektif untuk semua oat yang
dikonsumsi pasien
3. Makanan yang dianjurkan dan yang dilarang untuk dikonsumsi
4. Aspek etika dalam pengobatan
5. PHBS
c. Menggunakan cara diskusi atau demonstrasi
d. Menggunakan alat antu jika diperlukan
e. Mencatat konseling dalam buku rekam medis pasien

6. Deteksi dini penyakit


Deteksi dini penyakit adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengungkapkan adanya kemungkinan mengidap suatu mpenyakit tertentu.
Deteksi dini ini dilakukan dengan menggali faktor risiko pasien tertentu untuk
mengetahui adanya kemungkinan untuk menderita penyakit tertentu, Deteksi
dini dapat dilakukan dengan hanya wawancara kepada pasien atau keluarga
ataupun dengan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan penemuan
suatu penyait tertentu.
7. Menerima dan melakukan rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh Puskesmas terbatas, sehingga dalam memberikan pelayanan
kesehatan secara paripurna Puskesmas melakukan rujukan secara rasional
(tepat indikasi, tepat waktu dan tepat sasaran).

xiv
Poli ISPA menerima rujukan dari poli lain, seperti poli umum, poli gigi, kia/kb
atau poli gizi. Rujukan yang dilaksanakan di Puskesmas bisa merupakan rujukan
vertikal ke tingkat lebih rendah atau ke tingkat lebih tinggi maupun horizontal
antar fasilitas kesehatan yang sama pada wilayah yang berbeda. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 pasal 3
tentang sistim rujukan pelayanan kesehatan perorangan, maka:
1. Pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis,
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
Penyebab rujukan, antara lain karena ketidak mampuan Puskesmas dalam
melakukan pemeriksaan spesimen/penunjang medik, keterbatasan pengetahuan,
membutuhkan konsultasi tenaga ahli/spesialis dan lain-lain. Pasien rujukan harus
disertai dengan informasi alasan rujukan.
Ketentuan rujukan:
1. Puskesmas mempunyai alur rujukan, prosedur merujuk pasien, prosedur
menerima rujukan, prosedur menerima balasan rujukan. Prosedur rujukan ini
dibuat dengan mengacu pada Buku Pedoman Sistem Rujukan Berbasis
Indikasi Medis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013.
2. Tersedia informasi mengenai fasilitas rujukan lain, ada kerjasama
Puskesmas dengan sarana kesehatan lain untuk menjamin kelangsungan
pelayanan klinis (rujukan klinis, rujukan diagnostik dan rujukan konsultatif).
3. Persyaratan rujukan pasien: pasien distabilkan terlebih dahulu sesuai dengan
kemampuan Puskesmas, sebelum dirujuk ke pelayanan yang mempunyai
kemampuan lebih tinggi.
4. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan atau dokter
gigi pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan, permasalahan kesehatan
pasien dan pertimbangan geografis.
5. Setiap pemberi pelayanan kaesehatan berkewajiban merujuk pasien bila
keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali
pasien tidak dapat ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya atau
geografis dan tidak mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.
Kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu:

a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dipastikan tidak mampu diatasi.


b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak
mampu diatasi.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksa harus disertai dengan kehadiran pasien.
xv
Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

BAB V LOGISTIK

1.1 Obat-obatan emergency dan bahan habis pakai (BHP)

xvi
a. Daftar obat –obatan dan bahann habis pakai (BHP) Poli ISPA
Obat - obatan dan bahan habis pakai yang harus tersedia dalam jumlah cukup pada
poli ispa adalah:
1. FDC KATEGORI 1
2. FDC KATEGORI II
3. FDCANAK
4. REAGEN MANTOUX
5. Spuit tuberculin
6. Masker
7. Pot dahak
8. Handscon
9. Masker
10. Spuit 3 cc
11. Kapas alkohol
b. Perencanaan
Perencanaan logistik obat dilakukan setiap tahun dengan bekerjasama dengan
bagian obat puskesmas Wates, tujuan dari perencanaan obat ini antara lain : untuk
menghindari kekosongan obat atau BHP, menghindari pengumpulan obat dan BHP,
menentukan anggaran, tersedia jumlah dan jenis obat sesuai anggaran, mewujudkan
pelayanan yang tepat mutu dan tepa waktu kepada masyarakat.
Kegiatan perencanaan ini antara lain :
1. Pemilihan jenis obat dengan mempertimbangkan:
- standar pengobat, berdasarkan pola penyakit atau kasus
- karakteristik pengunjung ( umur, jenis kelamin dll)

2. perhitungan, yitu perkiraan kebutuhan dengan rencana pengadaan. Kegiatan


perhitungan dapat dilakukan dengan mengetahui data tentang :

- stok awal dan sisa stok

- penerimaan, pengelompokan

- pemakai, rata-rata perbulan

c. Penerimaan dan pengeluaran

Penerimaan obat maupun BHP dilakukan setiap bulan dengan mengunakan form
LPLO, Petugas penerima memeriksa kesesuaiam obat dan BHP yang diterima dengan
usulan/permintaan. Pengeluaran /penggunaan obat dan BHP dicatat dalam kartu
stok/kartu kendali

d. Pengecekan terhadap Obat dan BHP

Pengecekan terhadap Obat dan BHP dilakukan setiap awal dan akhir pelayanan
guna memastikan ketersediaan obat dan BHP di poli harmoni puskesmas Wates

a. Pencatatan dan pelaporan :


setiap penggunaan obat dan BHP harus dicatat dalam kartu kendali ataupun
dalam buku monitoring obat dan BHP.
1.2 Alat Kesehatan
a. Daftar alat Medis dan Non Medis Poliispa
xvii
NO Ruang dan Nama Barang Jumlah (unit) Kondisi Keterangan

1 Tensi Meter 1 Baru

2 Stetoskop 1 Baru

3 termometer 1 Baru

4 oxymetri 1 Baru

5 Timbangan anak 1 Baru

6 Timbangan injak 1 Baru

7 microtoa 1 Baru

8 Meubelair 3 Baru

b. Perencanaan
Perencanaan alat kesehatan di poli ispa dilakukan satu tahun sekali,
perencanaan ini dilakukan dengan cara menyeseuaikan dengan standar alat kesehatan
yang harus ada di bagian PDP (Perawatan,Dukungan, dan Pengobatan) di Puskesmas
atau RS. Perencanaan alat kesehatan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan bagian
aset puskesmas Wates

c. Penerimaan
Penerimaaan alat kesehatan baru dari bagian aset kepada koordinator poli ispa,
disertai dengan bukti tanda terima. Alat kesehatan yang telah diterima dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan poli ispa

d. Monitoring fungsi alat kesehatan


Monitoring fungsi alat kesehatan dilakukan oleh bagan aset setiap .... bulan sekali, dengan
menggunakan formulir monitoring. Sebelum waktu monitoring, jika petugas menemukan ada alat
kesehatan yang mengalami kerusakan maka dicatat dan dilaporkan kepada bagian aset untuk
dilakukan tindak lanjut.

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

A. Pengertian

xviii
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Assesmen risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:

1. Kesalahan akiat melaksanaka suatu tindakan


2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan

Tujuan keselamatan pasien (patient safety) adalah sebagai berikut:

1. Tercipta budaya keselamatan pasien di Puskesmas Wates


2. Meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
C. Kegiatan Keselamatan Pasien
1. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan setelah selesai kegiatan pelayanan oleh masing-masing poli,
petugas yang melakukan sterilisasi diharuskan mengisi checklist sterilisasi yang telah
disediakan. Kegiatan sterilisasi ini akan dinilai setiap kali ada kegiatan penyeterilan
alat dan dilakukan evaluasi setiap 3 bulan sekali oleh Tim Mutu Puskesmas Wates
2. Mencuci Tangan
Petugas Poli ispa harus mencuci tangan ketika akan melakukan pelayanan medis dan
ketika akan melakukan tindakan medis. Kegiatan mencuci tangan ini akan dinilai oleh
Tim Mutu setiap 3 bulan sekali ataupun Tim Audit setiap 6 bulan pada saat
monitoring mutu pelayanan Poli ispa
3. Penggunaan APD(Alat Pelindung Diri)
Petugas yang melakukan pemeriksaan diharuskan menggunakan masker Jika
sedang sakit, serta diharuskan menggunakan penutup Kepala pada saat melakukan
tindakan medis dengan tujuan agar mencegah penularan atau penyebaran infeksi ke
pasien atau keluarga pasien.
4. Mencatat, melaporkan, mengevaluasi dan menindaklanjuti adanya kejadian tidak di
inginkan (KTD)
KTD yang terjadi di Poli Ispa dicatat di buku putih atau Form KTD Poli ispa, kemudian
akan di rekap pada saat rapat Kajian Tim Mutu untuk dilaporkan kepada Kepala
Puskesmas guna mendapatkan Pemecahan masalah untuk segera ditindak lanjuti.

BAB VII KESELAMATAN KERJA

xix
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Puskesmas
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan
adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam
kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat
hidup layak sesuai dengan martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini poli umum dan perlindungan terhadap puskesmas. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:

a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja


b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan
kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.

Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan Puskesmas Wates


dilakukan dengan cara:

a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan


mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut

xx
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan Puskesmas Wates adalah


sebagi berikut :

a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,


petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk kewaspadaan
Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau
udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak
langsung dengan pasien.

BAB VIII

xxi
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka saat


ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Pengendalian mutu di instalasi rawat jalan harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari
pasien sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di poli ispa pada
khususnya dan pelayanan kesehatan di Puskesmas Wates pada umumnya.

Pengendalian mutu di pelayanan Poli ispa dilakukan dengan melakukan :

A. Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut Indikator Mutu klinis.

Indikator Mutu Pelayanan Poli harmoni Wates mengacu pada Pedoman Indikator
Mutu Puskesmas Wates yaitu:

1. Kepatuhan petugas dalam melakukan SOP rekam medis

Kepatuhan petugas dalam melakukan SOP rekam medis


Judul

Dimensi Mutu Keselamatan dan kesinambungan pelayanan\


Tergambarnya tangung jawab pemberi layanan dalam
Tujuan
kelengkapan informasi pengisian rekam medis
Petugas mengisi rekam media pasien dengan lengkap sesuai
SOP rekam medis yang telah di sepakati di puskesmas
Wates.Rekam medis yang lengkap adalah Rekam medik yang
telah diisi lengkap oleh pemberi layanan setelah selesai
Definisi pelayanan rawat jalan meliputi identitas pasien, tanggal
Operasional pelayanan, anamnesa dan pemeriksaan fisik penunjang,
diagnosa dan kode diagnosa, terapi, tindak lanjut, serta
identitas petugas pemberi layanan dan tanda tangan(bagi
dokter) serta meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, evaluasi, tanda tangan.
Frekuensi
Pengumpulan 1 bulan sekali
Data
Periode
6 bulan sekali
Analisa
Jumlah rekam medis yang terisis sesuai SOP dalam waktu
Numerator
sebulan
Denumerator Jumlah seluruh RM di ruang ISPA

Sumber Data Rekap rm ruang ISPA

Standar 100%
Penanggung
PJ Poli ispa
Jawab

xxii
Indikator mutu ini di monitor setiap bulan dengan melihat checlist isian indikator mutu
maupun melihat secara langsung pelaksanaan indikator mutu. checklist diisi setiap hari oleh
petugas yang telah ditunjuk sesuai jadwal. Hasil capaian indicator mutu ini kemudian di
laporkan ke ketua tim mutu UKP setiap bulan untuk di analisa dan evaluasi setiap 3 bulan
sekali.

B. Kegiatan Audit Internal di pelayanan Poli ispa


Kegiatan Audit internal dilakukan oleh tim audit setiap 6 bulan sekali untuk
memonitoring pelayanan di Poli harmoni, Mulai dari Pla, Do, Act, controling dengan
menggunakan form penilaian yang ada. Pelaksanaan audit dilakukan mengikuti jadwal yang
ada. Hasil penilaian audit, direkap dan dikaji oleh tim audit untuk kemudian dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas Wates dan akan disampaikan pada saat rapat bersama pegawai,
untuk kemudian ditindak lanjuti.

xxiii
BAB IX

PENUTUP

Demikian telah disusun suatu Pedoman Pelayanan poli ispa, yang dapat
dipakai sebagai acuan di dalam pelayanan rawat jalan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan secara keseluruhan di Puskesmas Wates. Pedoman ini akan mengalami
perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu sehingga diperlukan
suatu evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan
adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan secara khusus di poli
harmoni dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan pada setiap pasien.

TATA LAKSANA PELAYANAN


Untuk mendapatkan pelayanan Poli ispa di Puskesmas Wates ada alur layanan
yang harus di lewati yaitu :

A. ALUR PELAYANAN ISPA

1. D Diagram alir
Keluhan non
Pasien respiratori
keluh
datang

Keluhan Poli
respirator lain
i

Poli ispa

diagn rujukan
osa

Tindakan
resep pengobatan

apotik Px pulang

BAB VII
xxiv
PENUTUP

Standar Pelayanan Poli ISPA di Puskesmas Wates ditetapkan sebagai acuan


pelaksanaan Pelayanan Poli ISPA di Puskesmas. Untuk keberhasilan pelaksanaan Standar
Pelayanan Poli ISPA di Puskesmas ini diperlukan komitmen dan kerja sama semua pemangku
kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Poli ISPA di Puskesmas semakin
optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

REKAMAN HISTORIS PERUBAHAN

xxv
NNo Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai
diberlakukan
Pengendalian Mutu Penggantian indikator mutu Januari 2022
(bab 8)
Standart Ketenagaan Pergantian petugas dokter dan Mei 2022
petuga labooratorium
Pengendalian Mutu Penggantian indikator mutu November 2023
(bab 8)

xxvi

Anda mungkin juga menyukai