Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KINERJA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TBC


BULAN JANUARI TAHUN 2022

UPTD PUSKESMAS SUKAMULYA


TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunya
Laporan Kinerja Program P2 TBC UPTD Puskesmas Sukamulya Bulan Januari
Tahun 2022.
Laporan Kinerja Program Bulanan ini kami susun sebagai pertanggungjawaban
penyelenggaraan program dan kegiatan penanggulangan Tuberkulosis selama bulan
Januari Tahun 2022 yang di selenggarakan di UPTD Puskesmas Sukamulya.
Harapan kami semoga Laporan ini bisa menjadi bahan Penyusunan Kebijakan serta
Perbaikan Kinerja bagi program P2 TBC UPTD Puskesmas Sukamulya pada Bulan
dan Tahun berikutnya, dengan harapan dapat meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan P2TBC secara komprehensif dan paripurna kepada pasien/masyarakat
dengan lebih terprogram dan terinci sesuai target yang diharapkan.
Akhir kata kami menyadari bahwa Laporan Kinerja Bulanan Program P2 TBC
yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukan untuk
kegiatan dan pelayanan program P2 TBC yang lebih baik lagi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukamulya sangat kami harapkan.

Ciamis, Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
A. Latar belakang................................................................................................ 3
B. Tujuan............................................................................................................ 3
BAB II ANALISA DATA............................................................................................ 4
A. Cakupan Program Tahun 2021...................................................................... 4
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 4
C. Prioritas Masalah............................................................................................ 5
D. Diagram Fishbone.......................................................................................... 6
E. Pemecahan Masalah .................................................................................... 8
F. Rencana Tindak Lanjut (POA)....................................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263);
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);

4
g. Peraturan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1113);
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1755);
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 122);
k. Peraturan Bupati Ciamis Nomor 78 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi
Daerah Penanggulangan Tuberkulosi di Kabupaten Ciamis Tahun 2021 –
2024;
l. Peraturan Bupati Ciamis Nomor 40 Tahun 2021 Tentang Strategi
Pelacakan dan Penanggulangan Menyeluruh Untuk Temukan Obati
Sampai Sembuh Tuberkulosis (SILACAK GALUH TOSS TB) di Kabupaten
Ciamis;
m. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
HK.02.02/III.1/936/2021 Tentang Perubahan Alur Diagnosis dan
Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia

2. Gambaran Umum Singkat


Tuberkulosis (TBC) masih merupakan ancaman kesehatan
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan WHO Global TBC Repor t2020, kasus
TBC di Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan sejumlah 845.000 kasus
dengan insiden 312 per 100.000 penduduk yang kemudian membawa
Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar kedua di dunia
setelah India.
Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB di
5
Indonesia Sebagaimana Tercantum dalam Permenkes Nomor 67 Tahun 2016
Tentang Penanggulangan Tuberkulosis antara lain:
1. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan karena
masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil kebijakan,
dan pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana prasarana.
2. Belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum
menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan
ISTC seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat
yang tidak baku, tidak dilakukan pemantauan pengobatan, tidak dilakukan
pencatatan dan pelaporan yang baku.
3. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam
penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.
4. Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di
Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta daerah risiko
tinggi seperti daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi
permukiman padat seperti pondok pesantren, asrama, barak dan
lapas/rutan.
5. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar baik dalam
penemuan kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan pengobatan,
pencatatan dan pelaporan.
6. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa berpengaruh terhadap risiko
terjadinya TB secara signifikan seperti HIV, gizi buruk, diabetes mellitus,
merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh.
7. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat (TB-RO) yang akan
meningkatkan pembiayaan program TB.
8. Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya tingkat
pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang
dan pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko
masyarakat terjangkit TB.

6
Untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030, perlu adanya strategi
percepatan penemuan dan pengobatan yang mencakup perluasan akses dan
penyediaan layanan yang bermutu dan terstandar. Perubahan besar dalam
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC telah direkomendasikan oleh
WHO tahun 2020 dalam buku WHO operational handbook on tuberculosis –
Module 3 : rapid diagnostics for tuberculosis. Pada buku tersebut terdapat
perubahan paradigma dalam penegakan diagnosis TBC dan TBC RO yang
harus dilakukan lebih dini, lebih akurat untuk semua jenis, tipe penyakit TBC
serta deteksi yang cepat untuk mengetahui resistansi obat TBC. Strategi
Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi terkini di bidang kesehatan. Direktorat Jendral Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit telah melakukan kajian rekomendasi yang
dikeluarkan oleh WHO tersebut dan akan menerapkannya dalam tatalaksana
TBC di Indonesia termasuk sudah diterapkan di UPTD Puskesmas
Sukamulya.
Penyelenggaraan Program Pencegahan dan Pengendalian
Tuberkulosis di UPTD Puskesmas Sukamulya Tahun 2022 disusun dengan
mempertimbangkan Amanat dari Pemerintah Pusat Melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten Ciamis, Analisa Kebutuhan Masyarakat serta Analisa Data
Capaian Kinerja Program Baik pada Indikator utama Maupun Indikator
Operasional Program P2 TBC.

B. Tujuan
1. Umum
Menyelenggarakan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tuberkulosis sesuai standar secara komprehensif, bermutu dan berkualitas di
seluruh wilayah kerja UPTD Puskesmas SUkamulya Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tuberkulosis yang bermutu,
berkualitas dan sesuai standar kepada masyarakat di Wilayah Kerja
7
UPTD Puskesmas Sukamulya Pada Tahun 2022;
b. Meningkatkan Cakupan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
pada indikator terduga tuberkulosis mendapatkan pelayanan sesuai
standar di UPTD Puskesmas Sukamulya Tahun 2022;
c. Meningkatkan Cakupan Indikator Utama dan Indikator Operasional
Program P2 Tuberkulosis UPTD Puskesmas Sukamulya Tahun 2022.

8
BAB II
ANALISA SITUASI

A. Indikator dan Target


1. Target Indikator SPM Bidang Kesehatan
TARGET
NO INDIKATOR Tahun 2022 JANUARI
Absolut % Absolut %
1. Terduga TBC Mendapatkan Pelayanan Sesuai 100% 8,5%
Standar

2. Target Indikator Utama


TARGET

No Indikator Tahun 2022 Januari 2022

Absolut % Absolut %

Cakupan pengobatan semua kasus TB (case


1 95% 8%
detection rate/CDR) yang diobati

Angka notifikasi semua kasus TB yang diobati


2 (case nitificationrate/ CNR) per 100000 203 17
penduduk

Angka keberhasilan pengobatan pasienTB


3 90% 90%
semua kasus

4 Cakupan penemuan kasus TB resisten obat 95% 8%

Angka keberhasilan pengobatan pasien TB


5 80% 80%
resistan obat

Persentase pasien TB yang mengetahui status


6 85% 85%
HIV

9
3. Target Indikator Operasional
TARGET

No Indikator Tahun 2022 Januari 2022

Absolut % Absolut %

1 Jumlah semua kasus TB yang ditemukan 100% 8,5%


dan diobati
2 Persentase kasus pengobatan ulang TB 100% 100%
yang diperiksa uji
kepekaan obat dengan tes cepat molukuler
atau metode konvensional
3 Persentase kasus TB resistan obat yang 100% 100%
memulai pengobatan
lini kedua
4 Persentase pasien TB-HIV yang 100% 100%
mendapatkan ARV selama pengobatan TB
5 Cakupan penemuan kasus TB anak 95% 8%
6 Cakupan anak < 5tahun yang mendapat 60% 60%
pengobatan pencegahan INH
7 Persentase kasus TB yang ditemukan dan 20% 20%
dirujuk oleh masyarakat atau organisasi
kemasyarakatan

B. Kegiatan
1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
ISI SESUAI RPK BULAN JANUARI PROGRAM TBC
2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
URAIKAN HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN SESUAI RPK
3. Evaluasai Kegiatan
URAIKAN HASIL EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SESUAI RPK

C. Data Cakupan program


1. Indikator SPM Bidang Kesehatan Bulan Januari 2022
NO INDIKATOR CAPAIAN

10
ABSOLUT %
1. Terduga TBC Mendapatkan Pelayanan Sesuai Standar

2. Capaian Indikator Utama Program TBC Bulan Januari 2022


CAPAIAN
No Indikator
ABSOLUT %

1 Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection


rate/CDR) yang diobati

2 Angka notifikasi semua kasus TB yang diobati (case


nitificationrate/ CNR) per 100000 penduduk

3 Angka keberhasilan pengobatan pasienTB semua


kasus

4 Cakupan penemuan kasus TB resisten obat

5 Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan


obat

6 Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV

3. Capaian Indikator Operasional Program TBC Bulan Januari 2022


CAPAIAN
No Indikator
ABSOLUT %
1 Jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati
2 Persentase kasus pengobatan ulang TB yang
diperiksa uji
kepekaan obat dengan tes cepat molukuler atau
metode konvensional
3 Persentase kasus TB resistan obat yang memulai
pengobatan
lini kedua
4 Persentase pasien TB-HIV yang mendapatkan ARV

11
selama pengobatan TB
5 Cakupan penemuan kasus TB anak
6 Cakupan anak < 5tahun yang mendapat pengobatan
pencegahan INH
7 Persentase kasus TB yang ditemukan dan dirujuk
oleh masyarakat atau organisasi kemasyarakatan

D. Identifikasi Masalah
1. Belum Semua Kasus TB baru dilaksanakan Investigasi Kontak baik terhadap
Kontak Serumah Maupun kontak erat;
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat khususnya kontak serumah maupun
kontak erat yang memiliki tanda gejala mengarah kepada kasus TB untuk
memeriksakan dahaknya ke Puskesmas;
3. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terkait penyakit tuberculosis;
4. Masih belum optimalnya peran PMO dalam sebagai bagian dari implementasi
strategi DOTS
5. Masih adanya Under reporting Kasus TB yang diakibatkan dari Belum
optimalnya kegiatan Public Privat Mix;

E. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah digunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth) dilihat dari tersedianya waktu (mendesak atau tidaknya
masalah), dampak masalah terhadap produktivitas kerja, masalah berkembang
sehingga sulit/tidak bisa dicegah.

No Masalah Urgency Seriousness Growth Jml Ranking


1.Belum Semua Kasus TB baru 4 5 5 13 I
dilaksanakan Investigasi Kontak
baik terhadap Kontak Serumah
Maupun kontak erat;
2.Masih rendahnya kesadaran 4 4 3 11 II
masyarakat khususnya kontak

12
serumah maupun kontak erat
yang memiliki tanda gejala
mengarah kepada kasus TB
untuk memeriksakan dahaknya
ke Puskesmas;
3.Masih rendahnya pengetahuan 3 3 2 8 III
masyarakat terkait penyakit
tuberculosis
4.Masih belum optimalnya peran PMO 2 3 2 7 IV
dalam sebagai bagian dari
implementasi strategi DOTS

Keterangan :
:Sangat Besar 4 : Besar 3:CukupBesar
: Kecil 1 : Sangat Kecil

13
F. Diagram Fishbone

METHOD MATERIAL MAN

SDM Kesehatan
Saran prasarana tes HIV terbatas
Kurangnya peran dan pengobatan ODHA
lintas sektor masih sulit terjangkau Kesadaran masyarakat
masih kurang

Kurangnya penyuluhan Saran prasarana


Informasi Dasar HIV penyuluhan terbatas Pengetahuan masyarakat
masih kurang Cakupan orang
berisiko terinfeksi HIV
mendapatkan
pemeriksaan HIV
sesuai standar belum
mencapai target
Tempat pemeriksaan
Kurangnya dukungan HIV terbatas Tempat rujukan ARV
dana dari desa belum terjangkau dengan
mudah
Tingkat sosial ekonomi
masyarakat rendah
Akses yangcukup jauh
dan sulit

MONEY ENVIRONMENT

14
Uraian Penyebab Masalah :
1. SDM kesehatan terbatas, terutama petugas laboratorium.
2. Kesadaran masyarakat masih kurang.
3. Pengetahuan masyarakat masih kurang.
4. Dst.

15
G. Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah Pemecahan Masalah
Manusia
(Man)

Material
(Material)

Metode
(Method)

Lingkungan
(Environment)

Dana
(Money)

16
Berkaiatan dengan penyebab masalah yang terjadi, maka rencana
perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyebab masalah adalah :
1. Pelacakan Kontak Serumah
2. OJT dan Peningkatan Pengetahuan PMO
3. Dst.

17
H. RencanaTindak Lanjut( Plan Of Action)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu Pelaksana
1.

2.

3.

18
I. RUMUSAN/USULAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) BULAN FEBRUARI 2022
Berupa Lampiran Rpk Februari Sesuai Format Resmi Rpk

19
BAB III
PENUTUP

Dengan telah disusunnya Laporan Kinerja Bulanan Program P2 TBC ini


diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan, penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) maupun
penyusunan Rencana pelaksanan Kegiatan Program P2TBC pada bulan
berikutnya. Penyusunan Laporan Kinerja Bulanan Program P2 TBC ini tentunya
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami
harapkan demi perbaikan program.

Penanggungjawab Penyusun,
UKM Essensial dan Perkesmas Programmer P2 TBC

______________________________ ____________________________
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas .............

______________________________

20

Anda mungkin juga menyukai