SURAT EDARAN
NOMOR HK.02.01/MENKES/660/2020
TENTANG
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM MELAKUKAN
PENCATATAN DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS
Mengingat ketentuan :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 122).
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini disampaikan kepada seluruh Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, sebagai berikut:
1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, tempat praktik mandiri dokter,
klinik, balai kesehatan, dan rumah sakit) wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan semua kasus Tuberkulosis yang ditemukan dan diobati di fasilitas
pelayanan kesehatan masing-masing.
2. Pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis menggunakan Sistem Informasi
Tuberkulosis (SITB) berbasis online http://www.sitb.id/sitb/app, atau melalui
integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) dengan SITT/SITB bagi rumah
sakit. Petunjuk teknis integrasi SIMRS dengan SITB sebagaimana terlampir.
3. Nomor Induk Kependudukan (NIK) merupakan variabel yang wajib diisi di SITB
dan menjadi kode unik pasien, mulai dari awal ditemukan kasus Tuberkulosis
hingga hasil pengobatan pasien. NIK ini akan menjadi jembatan untuk integrasi
dengan sistem informasi kesehatan lainnya.
-3-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 September 2020
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Tembusan:
1. Menteri Dalam Negeri.
2. Gubernur di seluruh Indonesia.
3. Bupati/Wali kota di seluruh Indonesia.
4. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).
5. Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES).
6. Ketua Perhimpunan Klinin dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Indonesia (PKFI).
7. Ketua Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN).
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ..................................................................................................................................4
B. KETENTUAN UMUM ...........................................................................................................................4
C. PIHAK YANG TERLIBAT .....................................................................................................................5
D. MODEL PELAPORAN DATA TB .........................................................................................................6
E. KETENTUAN PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TUBERKULOSIS ..............................................6
F. ALUR PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TUBERKULOSIS ...........................................................7
G. CONTOH FORMAT JSON PENGIRIMAN DATA TB ...........................................................................8
H. DAFTAR KODE ..................................................................................................................................10
1. Keterangan Isian 23 Variabel yang Dikirimkan ke SITB .............................................................10
2. Daftar Kode ICD 10 ....................................................................................................................14
I. PERAN PROVINSI, KAB/KOTA, DAN FASYANKES DALAM PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS
TUBERKULOSIS ...............................................................................................................................16
1. Dinkes Provinsi ...........................................................................................................................16
2. Dinkes Kab/Kota .........................................................................................................................16
3. Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit) ............................................................................................17
J. MONITORING KELENGKAPAN DAN VALIDASI DATA PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TBC
OLEH RS............................................................................................................................................18
1. Tampungan Data SIMRS ...........................................................................................................18
2. Laporan SIMRS ..........................................................................................................................19
3. Notifikasi SIMRS .........................................................................................................................20
4. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Petugas RS Dalam Monitoring Data Penyisiran Elektronik Kasus
TB dari SIMRS-SITB ..................................................................................................................20
3
PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis Penyisiran Pasien Tuberkulosis secara Elektronik Melalui Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIMRS) ini merupakan pemyempurnaan dari Petunjuk Teknis Integrasi Data
TB Tahun 2020. Penyempurnaan konten juknis dibuat berdasarkan evaluasi pelaksanaan
integrasi SIMRS dan SITB yang telah berjalan. Dengan adanya penyempurnaan juknis ini
diharapkan dapat meningkatkan penemuan kasus melalui penyisiran elektronik dari SIMRS
ke SITB serta meningkatkan kualitas dan kelengkapan data yang dikirimkan.
KETENTUAN UMUM
Penyisiran elektronik kasus Tuberkulosis dari SIMRS ke SITB bertujuan untuk
meningkatkan pelaporan missing cases (kasus yang hilang) TBC di RS dengan tidak
menggantikan pencatatan dan pelaporan kasus TBC di SITB karena informasi yang
tersedia di SIMRS tidak selengkap informasi yang dicatat di SITB. Selain itu, pencatatan
kasus di SITB yang berkaitan dengan pencatatan logistik dan klaim keuangan (jasa
pemeriksaan laboratorium, enabler, dll.) tidak tersedia di SIMRS.
Pasien TBC yang ditemukan di luar poli TBC/poli paru/poli DOTS idealnya perlu dirujuk ke
poli TBC melalui jejaring internal RS dan dicatat di SITB. Apabila jejaring internal RS belum
berjalan dengan baik, pasien TBC di luar poli TBC yang tidak tercatat di SITB akan menjadi
missing cases yang tidak terlaporkan. Oleh karena itu, penyisiran elektronik kasus
Tuberkulosis dilakukan untuk menjaring kasus TBC di RS yang belum dicatat di SITB (lihat
ilustrasi di Bagan 1).
Terdapat beberapa hal dan ketentuan yang perlu diketahui terkait penyisiran elektronik
kasus Tuberkulosis, yaitu:
1. Penyisiran elektronik kasus TBC melalui SIMRS merupakan upaya meningkatkan
penemuan kasus TBC yang belum dicatat dan dilaporkan di SITB atau mengurangi
4
under-reporting kasus TBC di rumah sakit. SITB tetap menjadi aplikasi utama untuk
pencatatan dan pelaporan kasus TBC.
a. Data pasien TBC yang didapatkan dari penyisiran elektronik melalui SIMRS akan
masuk ke dalam modul integrasi SIMRS di SITB. Data pasien TBC hasil penyisiran
elektronik yang lengkap dan valid dari modul tersebut akan masuk dalam laporan
program TBC. Petugas tidak perlu menginput ulang data pasien TBC dari penyisiran
elektronik ke modul terduga TBC di SITB.
2. Data pasien TBC dari SIMRS yang perlu dilakukan penyisiran elektronik adalah data
pasien TBC yang tidak terlaporkan ke SITB (missing cases) dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Pasien TBC dengan kode ICD-10 : A15-A19
b. Pasien TBC yang sudah memulai pengobatan TBC / diberikan obat TBC (baik obat
program maupun lepasan) di faskes terkait (bukan terduga/suspek TBC).
3. Seluruh RS wajib melaporkan kasus TBC ke SITB melalui input kasus ke SITB secara
langsung oleh petugas Poli DOTS. Sedangkan penyisiran kasus elektronik dari SIMRS
ke SITB wajib dilakukan RS jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Sudah melaporkan kasus TBC di SITB tetapi kasus yang dilaporkan belum dari
seluruh poli (termasuk rawat inap dan IGD)
b. SIMRS sudah komprehensif (sudah terhubung mulai dari bagian pendaftaran,
seluruh poli, laboratorium, farmasi, radiologi, hasil pengobatan pasien)
c. Sudah menggunakan sistem pengkodean ICD-10 dalam pencatatan pasien di RS
5
MODEL PELAPORAN DATA TB
1. Data TBC yang dikirimkan berdasarkan kode ICD 10 (sesuai kode ICD 10 dalam
INACBG) berdasarkan List Kode ICD 10 untuk Pasien TBC
2. Format pengiriman data TBC dari SIMRS sesuai dengan list variabel wajib
penyisiran elektronik kasus Tuberkulosis yang sudah ditentukan pada Tabel 2.
3. Data TBC tersebut dikirimkan ke server pusat secara realtime (setiap hari)
dengan metode POST data (metode pengiriman data secara IT) yaitu Rumah Sakit
mengirimkan data ke server SITB sesuai dengan kasus yang ada di RS melalui
web service Yankes menggunakan username dan password yang diberikan.
4. Data yang dikirimkan menggunakan format JSON
5. Menambahkan informasi variabel yang dibutuhkan ataupun untuk proses validasi
yang dikirim pada HTTP Header, antara lain: Request Header
6. Header yang harus disertakan untuk mengakses web service :
Nama Header Nilai Header Keterangan
Kode yang dikeluarkan oleh Kementerian
X-rs-id {xxxxxx}
Kesehatan
{Password Yang Diberikan Untuk
X-pass Plain Password
Mengakses Web service}
6
S S S
I I I
3. Periode pengiriman data dari Server Ditjen Yankes ke server aplikasi SITB adalah
setiap hari (realtime).
4. Format data yang dikirim dalam bentuk JSON sesuai contoh format JSON
pengiriman data TB, dengan catatan variable id_tb_03":"" = dikosongkan
5. Apabila data sukses dikirimkan, server aplikasi SITB akan memberikan respon
7
• BUDI = 4 digit nama pasien
• 20180320 = 8 digit tanggal lahir
• 28 = urutan data
7. Update data dikirimkan dengan menyertakan data id_tb_03, apabila data id_tb_03
kosong akan menambah data baru
8. Pengisian id_tb_03 secara otomatis terisi sebelum melaporkan data kiriman yang
kedua untuk menghindari duplikasi data pasien yang sama
9. Apabila update data sukses dikirimkan, maka server akan memberikan respon
{"status":"update sukses"}
10. Data yang telah dikirimkan melalui proses penyisiran kasus TBC secara elektronik akan
ada kemungkinan belum lengkap. Hal tersebut dapat disebabkan oleh:
• Data belum dientry oleh petugas SIMRS
• Data yang dibutuhkan belum tersedia (contoh: hasil akhir pengobatan)
• Data yang dibutuhkan belum diketahui
Data yang belum lengkap (belum memenuhi 23 variabel wajib) dapat dilengkapi oleh
petugas poli DOTS melalui SITB atau dengan mengirimkan update data melalui SIMRS
oleh petugas SIMRS.
CATATAN :
a) Petugas IT dapat melakukan testing dengan mengirim data dummy ke web service
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sirsservice/sitbtraining/sitb/senddata dengan field
“kd_pasien” diisi dengan “TESTING” .
b) Petugas IT dapat melihat data testing yang sudah dikirimkan pada poin (a) dengan login
ke SITB training http://training.sitb.id/newtraining/api/simrsdata/awal menggunakan
akun petugas TBC RS.
1. Data TB Baru
{
"id_tb_03": "",
"kd_pasien": "BUDIMAN
Syamaun",
"nik":"3265890345783902",
"jenis_kelamin": "L",
"alamat_lengkap": "Blang
Krueng", "id_propinsi_faskes":
"32",
"kd_kabupaten_faskes": "3273",
"id_propinsi_pasien": "32",
"kd_kabupaten_pasien": "3273",
"kd_fasyankes":
"3273173", "kode_icd_x":
"A15.1", "tipe_diagnosis":
8
"1",
"klasifikasi_lokasi_anatomi": "1",
"klasifikasi_riwayat_pengobatan": "1",
"tanggal_mulai_pengobatan": "20200101",
"paduan_oat": " Rifampicin ",
"sebelum_pengobatan_hasil_mikroskopis": "Positif",
"sebelum_pengobatan_hasil_tes_cepat": "Tidak
dilakukan", "sebelum_pengobatan_hasil_biakan":
"Tidak dilakukan", "hasil_mikroskopis_bulan_2":
"Negatif", "hasil_mikroskopis_bulan_3": "",
"hasil_mikroskopis_bulan_5": "",
"akhir_pengobatan_hasil_mikroskopis": "",
"tanggal_hasil_akhir_pengobatan": "20201201",
"hasil_akhir_pengobatan": "",
"tgl_lahir":
"20180320",
"foto_toraks":
"negatif"
}
2. Update Atau Edit Data TB
{
"id_tb_03": "3171012/BUDI/20180320/28",
"kd_pasien": "BUDIMAN Syamaun",
"nik":”3265890345783902”,
"jenis_kelamin": "L",
"alamat_lengkap": "Blang
Krueng", "id_propinsi_faskes":
"32",
"kd_kabupaten_faskes": "3273",
"id_propinsi_pasien": "32",
"kd_kabupaten_pasien": "3273",
"kd_fasyankes":
"3273173", "kode_icd_x":
"A15.1", "tipe_diagnosis":
"1",
"klasifikasi_lokasi_anatomi": "1",
"klasifikasi_riwayat_pengobatan": "1",
"tanggal_mulai_pengobatan": "20200101",
"paduan_oat": " Rifampicin ",
"sebelum_pengobatan_hasil_mikroskopis": "Positif",
"sebelum_pengobatan_hasil_tes_cepat": "Tidak
dilakukan", "sebelum_pengobatan_hasil_biakan":
"Tidak dilakukan", "hasil_mikroskopis_bulan_2":
"Negatif", "hasil_mikroskopis_bulan_3": "",
"hasil_mikroskopis_bulan_5":””,
"akhir_pengobatan_hasil_mikroskopis": "",
"tanggal_hasil_akhir_pengobatan": "20201201",
"hasil_akhir_pengobatan": "",
"tgl_lahir":
"20180320",
"foto_toraks":
"negatif"
}
9
DAFTAR KODE
SIMRS yang sudah memiliki 23 variabel di bawah ini maka dapat melakukan
pengiriman data penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS ke SITB. Sebelum
23 variabel di bawah ini dikirimkan ke SITB, variabel nama pasien, jenis kelamin,
kode ICD, tanggal mulai pengobatan, tanggal lahir, dan hasil lab sebelum
pengobatan (jika kasus TBC paru terkonfirmasi bakteriologis) harus terisi
terlebih dahulu, jika tidak terisi maka tidak akan masuk ke SITB dan akan muncul
notifikasi untuk dilengkapi di SIMRS.
Tabel 1. Daftar 23 Variabel Wajib untuk Penyisiran Elektronik Kasus TBC dari
SIMRS ke SITB
Keterangan
NO VARIABLE DATA KETERANGAN
ISIAN
kod_faskes/4digit_nama_pasien/tanggal_lahir/urutan
1 Wajib pada
id_tb_03 data dikeluarkan oleh SITB sebagai feedback
saat update
ketika data berhasil dikirimkan data
10
14 paduan_oat Obat yang diberikan kepada pasien TBC.
11
Tabel 2. Daftar Paduan Obat Tuberkulosis
12
15. 6 Dlm-Lzd-Cfz-Cs-E /
14 Lzd-Clz-Cs-E-Vit B6
(Paduan Anak Lama 17)
16. 6 Dlm-Lfx-Lzd-Clz-Cs /
14 Lfx-Lzd-Clz-Cs -
VitB6 (Paduan Anak
Lama 18)
17. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Eto /
12 Lfx-Cfz-Cs-Eto
(Paduan Anak Terbaru)
18. 6 Lzd-Cfz-Cs-Eto / 12
Cfz-Cs-Eto (Paduan
Anak Terbaru)
19. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Dlm /
12 Lfx-Cfz-Cs (Paduan
Anak Terbaru)
20. 6 Lzd-Cfz-Cs-Dlm-Eto/
12 Cfz-Cs-Eto (Paduan
Anak Terbaru)
21. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz-Cs /
12 Lfx-Cfz-Cs (Paduan
Anak Terbaru)
22. 6 Bdq-Lzd-Cfz-Cs- PAS
/ 12 Cfz-Cs-PAS
(Paduan Anak Terbaru)
13
2. Daftar Kode ICD 10
Terdiagnosis
4 A15.2 Tuberculosis of lung, confirmed histologically Paru
Klinis
Terdiagnosis
13 A16.0 TBC Klinis Paru
Klinis
14
Tuberculosis of intrathoracic lymph nodes,
Terdiagnosis
16 A16.3 w ithout mention of bacteriological or Ekstraparu
Klinis
histological confirmation
Terdiagnosis
22 A17+ Tuberculosis of nervous system Ekstraparu Klinis
Terdiagnosis
23 A17.0+ Meningitis Tuberkulosis Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
24 A17.1+ Meningeal tuberculoma (G07*) Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
25 A17.8+ Other tuberculosis of nervous system Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
27 A18 Tuberkulosis organ lainnya Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
28 A18.0+ Tuberculosis of bones and joints Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
29 A18.1+ Tuberculosis of genitourinary system Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
30 A18.2 Tuberculous peripheral lymphadenopathy Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
32 A18.4 Tuberculosis of skin and subcutaneous tissue Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
33 A18.5+ Tuberculosis of eye Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
34 A18.6+ Tuberculosis of ear Ekstraparu
Klinis
15
KODE LOKASI TIPE
NO PENYAKIT
PENYAKIT ANATOMI DIAGNOSIS
Terdiagnosis
35 A18.7+ Tuberculosis of adrenal glands (E35.1*) Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
36 A18.8+ Tuberculosis of other specified organs Ekstraparu
Klinis
37
A19 Tuberkulosis miliaris Ekstraparu Terdiagnosis
Klinis
Terdiagnosis
39 A19.1 Acute miliary tuberculosis of multiple sites Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
40 A19.2 Acute miliary tuberculosis, unspecified Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
41 A19.8 Other miliary tuberculosis Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
42 A19.9 Miliary tuberculosis, unspecified Ekstraparu
Klinis
2. Dinkes Kab/Kota
2. Laporan SIMRS
Submenu ini digunakan untuk melihat laporan data individu dan data agregat dari data
hasil penyisiran elektronik SIMRS-SITB yang sudah masuk ke SITB. Data dapat difilter
berdasarkan :
a. Jenis laporan (TB03 SIMRS dan TB07 SIMRS)
b. Periode (bulan mulai pengobatan pasien)
c. Sumber data (Data Awal, Data Pasien TB, Data Valid Pasien TB)
19
3. Notifikasi SIMRS
Submenu ini digunakan untuk memantau kelengkapan data pasien TBC dari penyisiran
elektronik SIMRS-SITB dengan menampilkan jumlah data yang belum lengkap dan
petugas TBC RS dapat langsung melengkapi data melalui menu nofitikasi tersebut.
Terdapat empat jenis notifikasi SIMRS, yaitu:
a. Pasien paru bakteriologis belum ada hasil lab untuk follow up pemeriksaan dan
akhir pengobatan
b. Pasien belum ada paduan OAT
c. Pasien dengan status perlu dikonfirmasi
d. Pasien belum ada hasil akhir pengobatan
4. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Petugas RS Dalam Monitoring Data Penyisiran Elektronik
Kasus TB dari SIMRS-SITB
a. Petugas poli TBC mengecek kesesuaian format pengisian variabel dengan format
variabel pada Tabel 2. Jika terdapat ketidaksesuaian maka perlu berkoordinasi
dengan petugas rekam medis dan petugas IT RS untuk diperbaiki.
b. Petugas poli TBC mengecek kesesuaian data pasien TB dengan ketentuan
tatalaksana program TBC. Jika terdapat ketidaksesuaian maka perlu berkoordinasi
dengan petugas rekam medis dan petugas IT RS untuk diperbaiki.
c. Petugas poli TBC melakukan validasi data SIMRS pada submenu “Data Pasien TB”
yang status datanya “Belum Dikonfirmasi” dengan cara sebagai berikut:
• Klik “Integrasi Aplikasi” pada menu utama di halaman SITB → klik ‘”SIMRS”
20
• Pilih submenu “Data Pasien TB”
21
• Akan muncul tampilan data pasien yang berasal dari SIMRS dan data pasien
yang sebelumnya sudah diinput di SITB (lihat tabel) seperti contoh di bawah
ini:
Jika data kasus TBC dari penyisiran elektronik SIMRS sudah pernah diinput di
SITB, pilih “Duplikasi” pada field “Status Data”. Sebaliknya, jika belum pernah
diinput di SITB maka pilih “Tidak Duplikasi”. Data dengan status “Tidak Duplikasi”
perlu dimonitor dan dilengkapi sampai dengan hasil akhir pengobatan.
d. Petugas poli TBC dapat menghapus data di tampungan SIMRS. Data yang sudah
dihapus tersebut akan berubah statusnya menjadi “Dihapus” serta tidak akan
masuk ke dalam laporan TB03 SIMRS maupun TB07 SIMRS.
• Data yang telah dihapus akan tetap berada di tampungan “Data Awal” dengan
status “Dihapus
22
• Data yang sudah dihapus dapat diaktifkan kembali denan klik tombol
e. Petugas poli TBC/DOTS memantau dan melengkapi data pasien TBC sampai
dengan hasil akhir pengobatan.
• Data dari penyisiran elektronik yang dikirim dari SIMRS ke SITB perlu dipantau
dan dilengkapi sampai dengan hasil akhir pengobatan pasien TBC. Data dapat
dilengkapi dengan meng-update dan dikirim dari SIMRS (apabila form data di
SIMRS tersedia) atau dapat diisi oleh petugas TBC pada modul integrasi
SIMRS di SITB.
• Hasil akhir pengobatan pasien TBC adalah status hasil akhir pasien setelah
meminum obat TBC minimal 6 bulan sesuai dengan program TB (cek kembali
definisi operasional masing-masing hasil akhir pengobatan).
• Jika hasil akhir pengobatan pasien ini tidak ada di SIMRS atau tidak bisa
ditambahkan di SIMRS dan dikirim otomatis dari SIMRS ke SITB, maka
petugas poli DOTS dapat melengkapi hasil akhir pengobatan pasien TBC dari
data SIMRS di SITB (Modul SIMRS).
• Jika pasien TBC pindah atau melanjutkan pengobatan di faskes lain sebelum
selesai pengobatan, dapat dipilih hasil akhir pengobatan pasien “Tidak
dievaluasi/pindah”.
• Jika pasien TBC dirujuk ke faskes lain (tidak memulai pengobatan TBC di RS),
petugas TBC berkoordinasi dengan Dinkes Kab/Kota agar dapat dipastikan
pasien tersebut datang dan diobati di faskes rujukan
• Cara melengkapi data penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS di SITB:
i. Untuk melengkapi data kasus TBC dari penyisiran elektronik SIMRS,
buka tampungan “Data Pasien TB”, kemudian klik tombol pensil biru
pada pasien yang status datanya “Tidak Duplikasi” . Tombol pensil biru
hanya akan muncul pada data pasien yang statusnya “Tidak Duplikasi”,
oleh karena itu petugas perlu memvalidasi data pasien yang statusnya
“Belum Dikonfirmasi” untuk dapat melanjutkan pelengkapan data jika
23
pasien tersebut tidak duplikasi dengan data SITB.
ii. Setelah tombol pensil biru diklik, akan muncul data-data pasien TBC yang
perlu dilengkapi (karena data kiriman dari SIMRS belum lengkap).
iii. Data yang sudah dilengkapi/diisi di SITB tidak dapat diubah kembali.
Petugas perlu memastikan data yang diinput di SITB sudah benar dan
valid. Jika data sudah diisi sampai hasil akhir pengobatan, field yang
masih bisa diubah hanya “Kategori Paduan OAT”.
iv. Data yang sudah dilengkapi sampai dengan hasil akhir pengobatan akan
masuk ke dalam tampungan data yang terakhir yaitu “Data Valid Pasien
TBC”.
24
Bagian Program dan Informasi
Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950
Telepon : (021) 5201590 ext 1303, Faximile : (021) 5261813
Surat Elektronik : infomonev.yankes@gmail.com
25