Anda di halaman 1dari 27

Yth.

1. Para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi


2. Para Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Para Kepala/Direktur Rumah Sakit
4. Para Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Para Pimpinan Klinik
6. Para Pimpinan Balai Kesehatan
di seluruh Indonesia

SURAT EDARAN
NOMOR HK.02.01/MENKES/660/2020

TENTANG
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM MELAKUKAN
PENCATATAN DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. Tuberkulosis sampai
dengan saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi dan menimbulkan dampak besar
terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan. Dalam rangka penanggulangan Tuberkulosis khususnya untuk
penemuan dan pengobatan kasus Tuberkulosis, sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis, setiap fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan terhadap setiap kejadian penyakit Tuberkulosis. Namun demikian,
berdasarkan hasil inventory study yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan bersama dengan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2016-2017
menunjukkan bahwa kasus penyakit Tuberkulosis yang belum dilaporkan (under-
reporting) di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 41% kasus dan khusus di
rumah sakit adalah 62% kasus. Sementara berdasarkan laporan rutin program
Tuberkulosis pada tahun 2019, jumlah kasus yang ditemukan dan diobati sebanyak
568.987 kasus (67% dari estimasi insiden Tuberkulosis tahun 2019).
Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan dan kerja sama
pemerintah daerah dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencatatan
dan pelaporan terhadap setiap kejadian penyakit Tuberkulosis agar upaya
penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia dapat dilakasanakan secara efektif, efisien
dan berkesinambungan.
-2-

Mengingat ketentuan :
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 122).

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini disampaikan kepada seluruh Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, sebagai berikut:
1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, tempat praktik mandiri dokter,
klinik, balai kesehatan, dan rumah sakit) wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan semua kasus Tuberkulosis yang ditemukan dan diobati di fasilitas
pelayanan kesehatan masing-masing.
2. Pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis menggunakan Sistem Informasi
Tuberkulosis (SITB) berbasis online http://www.sitb.id/sitb/app, atau melalui
integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) dengan SITT/SITB bagi rumah
sakit. Petunjuk teknis integrasi SIMRS dengan SITB sebagaimana terlampir.
3. Nomor Induk Kependudukan (NIK) merupakan variabel yang wajib diisi di SITB
dan menjadi kode unik pasien, mulai dari awal ditemukan kasus Tuberkulosis
hingga hasil pengobatan pasien. NIK ini akan menjadi jembatan untuk integrasi
dengan sistem informasi kesehatan lainnya.
-3-

4. Hasil pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis menjadi bahan pertimbangan


dalam pelaksanaaan pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK).
5. Dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi dan kepatuhan pelaksananaan
pencatatan dan pelaporan semua kasus Tuberkulosis di wilayahnya masing-
masing.

Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan sebagaimana


mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 September 2020

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO

Tembusan:
1. Menteri Dalam Negeri.
2. Gubernur di seluruh Indonesia.
3. Bupati/Wali kota di seluruh Indonesia.
4. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).
5. Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES).
6. Ketua Perhimpunan Klinin dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Indonesia (PKFI).
7. Ketua Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN).
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN ..................................................................................................................................4
B. KETENTUAN UMUM ...........................................................................................................................4
C. PIHAK YANG TERLIBAT .....................................................................................................................5
D. MODEL PELAPORAN DATA TB .........................................................................................................6
E. KETENTUAN PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TUBERKULOSIS ..............................................6
F. ALUR PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TUBERKULOSIS ...........................................................7
G. CONTOH FORMAT JSON PENGIRIMAN DATA TB ...........................................................................8
H. DAFTAR KODE ..................................................................................................................................10
1. Keterangan Isian 23 Variabel yang Dikirimkan ke SITB .............................................................10
2. Daftar Kode ICD 10 ....................................................................................................................14
I. PERAN PROVINSI, KAB/KOTA, DAN FASYANKES DALAM PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS
TUBERKULOSIS ...............................................................................................................................16
1. Dinkes Provinsi ...........................................................................................................................16
2. Dinkes Kab/Kota .........................................................................................................................16
3. Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit) ............................................................................................17
J. MONITORING KELENGKAPAN DAN VALIDASI DATA PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TBC
OLEH RS............................................................................................................................................18
1. Tampungan Data SIMRS ...........................................................................................................18
2. Laporan SIMRS ..........................................................................................................................19
3. Notifikasi SIMRS .........................................................................................................................20
4. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Petugas RS Dalam Monitoring Data Penyisiran Elektronik Kasus
TB dari SIMRS-SITB ..................................................................................................................20

3
PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis Penyisiran Pasien Tuberkulosis secara Elektronik Melalui Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIMRS) ini merupakan pemyempurnaan dari Petunjuk Teknis Integrasi Data
TB Tahun 2020. Penyempurnaan konten juknis dibuat berdasarkan evaluasi pelaksanaan
integrasi SIMRS dan SITB yang telah berjalan. Dengan adanya penyempurnaan juknis ini
diharapkan dapat meningkatkan penemuan kasus melalui penyisiran elektronik dari SIMRS
ke SITB serta meningkatkan kualitas dan kelengkapan data yang dikirimkan.

KETENTUAN UMUM
Penyisiran elektronik kasus Tuberkulosis dari SIMRS ke SITB bertujuan untuk
meningkatkan pelaporan missing cases (kasus yang hilang) TBC di RS dengan tidak
menggantikan pencatatan dan pelaporan kasus TBC di SITB karena informasi yang
tersedia di SIMRS tidak selengkap informasi yang dicatat di SITB. Selain itu, pencatatan
kasus di SITB yang berkaitan dengan pencatatan logistik dan klaim keuangan (jasa
pemeriksaan laboratorium, enabler, dll.) tidak tersedia di SIMRS.
Pasien TBC yang ditemukan di luar poli TBC/poli paru/poli DOTS idealnya perlu dirujuk ke
poli TBC melalui jejaring internal RS dan dicatat di SITB. Apabila jejaring internal RS belum
berjalan dengan baik, pasien TBC di luar poli TBC yang tidak tercatat di SITB akan menjadi
missing cases yang tidak terlaporkan. Oleh karena itu, penyisiran elektronik kasus
Tuberkulosis dilakukan untuk menjaring kasus TBC di RS yang belum dicatat di SITB (lihat
ilustrasi di Bagan 1).

Bagan 1. Gambaran Konsep Penyisiran Elektronik Kasus Tuberkulosis

Terdapat beberapa hal dan ketentuan yang perlu diketahui terkait penyisiran elektronik
kasus Tuberkulosis, yaitu:
1. Penyisiran elektronik kasus TBC melalui SIMRS merupakan upaya meningkatkan
penemuan kasus TBC yang belum dicatat dan dilaporkan di SITB atau mengurangi

4
under-reporting kasus TBC di rumah sakit. SITB tetap menjadi aplikasi utama untuk
pencatatan dan pelaporan kasus TBC.
a. Data pasien TBC yang didapatkan dari penyisiran elektronik melalui SIMRS akan
masuk ke dalam modul integrasi SIMRS di SITB. Data pasien TBC hasil penyisiran
elektronik yang lengkap dan valid dari modul tersebut akan masuk dalam laporan
program TBC. Petugas tidak perlu menginput ulang data pasien TBC dari penyisiran
elektronik ke modul terduga TBC di SITB.
2. Data pasien TBC dari SIMRS yang perlu dilakukan penyisiran elektronik adalah data
pasien TBC yang tidak terlaporkan ke SITB (missing cases) dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Pasien TBC dengan kode ICD-10 : A15-A19
b. Pasien TBC yang sudah memulai pengobatan TBC / diberikan obat TBC (baik obat
program maupun lepasan) di faskes terkait (bukan terduga/suspek TBC).
3. Seluruh RS wajib melaporkan kasus TBC ke SITB melalui input kasus ke SITB secara
langsung oleh petugas Poli DOTS. Sedangkan penyisiran kasus elektronik dari SIMRS
ke SITB wajib dilakukan RS jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Sudah melaporkan kasus TBC di SITB tetapi kasus yang dilaporkan belum dari
seluruh poli (termasuk rawat inap dan IGD)
b. SIMRS sudah komprehensif (sudah terhubung mulai dari bagian pendaftaran,
seluruh poli, laboratorium, farmasi, radiologi, hasil pengobatan pasien)
c. Sudah menggunakan sistem pengkodean ICD-10 dalam pencatatan pasien di RS

PIHAK YANG TERLIBAT


1. Substansi Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
2. Pengelola Program dan Technical Officer Provinsi
3. Pengelola Program dan Technical Officer Kabupaten/Kota
4. Petugas IT, Petugas SIMRS / Rekam Medis, dan Petugas Pelayanan TBC di rumah
sakit

5
MODEL PELAPORAN DATA TB

Secara garis besar, terdapat 2 prosedur/alur proses dalam mengirimkan data


tuberkulosis (TBC) dari Rumah Sakit ke Kemenkes, yaitu :
1. Menggunakan SITB
Data tuberkulosis (TBC) dikirimkan ke Kemenkes menggunakan SITB dengan
cara RS melakukan entry data ke dalam aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB). Petunjuk teknis aplikasi SITB dapat diakses melalui tautan
http://sitb.id/sitb/manual/
2. Penyisiran Pasien Tuberkulosis secara Elektronik melalui Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS)
Data tuberkulosis (TBC) dari SIMRS dikirimkan menggunakan API ke software
SITB secara elektronik. Proses penyisiran pasien TBC secara elektronik ini
bertujuan untuk meningkatkan pelaporan missing cases TBC di RS dan tidak
menggantikan pencatatan dan pelaporan kasus TBC di SITB. Penyisiran
elektronik kasus TBC dari SIMRS-SITB dilakukan sesuai dengan alur dan format
data yang telah ditentukan melalui web service.

KETENTUAN PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TUBERKULOSIS

1. Data TBC yang dikirimkan berdasarkan kode ICD 10 (sesuai kode ICD 10 dalam
INACBG) berdasarkan List Kode ICD 10 untuk Pasien TBC
2. Format pengiriman data TBC dari SIMRS sesuai dengan list variabel wajib
penyisiran elektronik kasus Tuberkulosis yang sudah ditentukan pada Tabel 2.
3. Data TBC tersebut dikirimkan ke server pusat secara realtime (setiap hari)
dengan metode POST data (metode pengiriman data secara IT) yaitu Rumah Sakit
mengirimkan data ke server SITB sesuai dengan kasus yang ada di RS melalui
web service Yankes menggunakan username dan password yang diberikan.
4. Data yang dikirimkan menggunakan format JSON
5. Menambahkan informasi variabel yang dibutuhkan ataupun untuk proses validasi
yang dikirim pada HTTP Header, antara lain: Request Header
6. Header yang harus disertakan untuk mengakses web service :
Nama Header Nilai Header Keterangan
Kode yang dikeluarkan oleh Kementerian
X-rs-id {xxxxxx}
Kesehatan
{Password Yang Diberikan Untuk
X-pass Plain Password
Mengakses Web service}

X-Timestamp UTC (TimeStamp) Format tanggal dan waktu

application/JSON atau application/x-www- Content Type Pola Kirim Data ke WebService


Content-Type
form-urlencoded Jika Menggunakan Method POST

6
S S S
I I I

ALUR PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS TUBERKULOSIS

1. RS mengirimkan data TB ke server Ditjen Pelayanan Kesehatan melalui web


service http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sirsservice/sitb/sitb/senddata
2. Server Ditjen Pelayanan Kesehatan mengirimkan langsung ke server aplikasi
SITB melalui web service http://www.sitb.id/sitb/api/simrs

3. Periode pengiriman data dari Server Ditjen Yankes ke server aplikasi SITB adalah
setiap hari (realtime).
4. Format data yang dikirim dalam bentuk JSON sesuai contoh format JSON
pengiriman data TB, dengan catatan variable id_tb_03":"" = dikosongkan
5. Apabila data sukses dikirimkan, server aplikasi SITB akan memberikan respon

{"status":"sukses","id_tb_03":"3171012/BUDI/20180320/28"} yang kemudian


dijadikan sebagai alternative kunci dan NIK akan menjadi primary key.

6. Data id_tb_03 (contoh : 3171012/BUDI/20180320/28) diberikan secara otomatis


dari server aplikasi SITB dengan format sebagai berikut:
• 3171012 = 7 digit kode fasyankes

7
• BUDI = 4 digit nama pasien
• 20180320 = 8 digit tanggal lahir
• 28 = urutan data
7. Update data dikirimkan dengan menyertakan data id_tb_03, apabila data id_tb_03
kosong akan menambah data baru
8. Pengisian id_tb_03 secara otomatis terisi sebelum melaporkan data kiriman yang
kedua untuk menghindari duplikasi data pasien yang sama
9. Apabila update data sukses dikirimkan, maka server akan memberikan respon
{"status":"update sukses"}
10. Data yang telah dikirimkan melalui proses penyisiran kasus TBC secara elektronik akan
ada kemungkinan belum lengkap. Hal tersebut dapat disebabkan oleh:
• Data belum dientry oleh petugas SIMRS
• Data yang dibutuhkan belum tersedia (contoh: hasil akhir pengobatan)
• Data yang dibutuhkan belum diketahui
Data yang belum lengkap (belum memenuhi 23 variabel wajib) dapat dilengkapi oleh
petugas poli DOTS melalui SITB atau dengan mengirimkan update data melalui SIMRS
oleh petugas SIMRS.

CATATAN :
a) Petugas IT dapat melakukan testing dengan mengirim data dummy ke web service
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sirsservice/sitbtraining/sitb/senddata dengan field
“kd_pasien” diisi dengan “TESTING” .
b) Petugas IT dapat melihat data testing yang sudah dikirimkan pada poin (a) dengan login
ke SITB training http://training.sitb.id/newtraining/api/simrsdata/awal menggunakan
akun petugas TBC RS.

CONTOH FORMAT JSON PENGIRIMAN DATA TB

1. Data TB Baru
{
"id_tb_03": "",
"kd_pasien": "BUDIMAN
Syamaun",
"nik":"3265890345783902",
"jenis_kelamin": "L",
"alamat_lengkap": "Blang
Krueng", "id_propinsi_faskes":
"32",
"kd_kabupaten_faskes": "3273",
"id_propinsi_pasien": "32",
"kd_kabupaten_pasien": "3273",
"kd_fasyankes":
"3273173", "kode_icd_x":
"A15.1", "tipe_diagnosis":
8
"1",
"klasifikasi_lokasi_anatomi": "1",
"klasifikasi_riwayat_pengobatan": "1",
"tanggal_mulai_pengobatan": "20200101",
"paduan_oat": " Rifampicin ",
"sebelum_pengobatan_hasil_mikroskopis": "Positif",
"sebelum_pengobatan_hasil_tes_cepat": "Tidak
dilakukan", "sebelum_pengobatan_hasil_biakan":
"Tidak dilakukan", "hasil_mikroskopis_bulan_2":
"Negatif", "hasil_mikroskopis_bulan_3": "",
"hasil_mikroskopis_bulan_5": "",
"akhir_pengobatan_hasil_mikroskopis": "",
"tanggal_hasil_akhir_pengobatan": "20201201",
"hasil_akhir_pengobatan": "",
"tgl_lahir":
"20180320",
"foto_toraks":
"negatif"
}
2. Update Atau Edit Data TB
{
"id_tb_03": "3171012/BUDI/20180320/28",
"kd_pasien": "BUDIMAN Syamaun",
"nik":”3265890345783902”,
"jenis_kelamin": "L",
"alamat_lengkap": "Blang
Krueng", "id_propinsi_faskes":
"32",
"kd_kabupaten_faskes": "3273",
"id_propinsi_pasien": "32",
"kd_kabupaten_pasien": "3273",
"kd_fasyankes":
"3273173", "kode_icd_x":
"A15.1", "tipe_diagnosis":
"1",
"klasifikasi_lokasi_anatomi": "1",
"klasifikasi_riwayat_pengobatan": "1",
"tanggal_mulai_pengobatan": "20200101",
"paduan_oat": " Rifampicin ",
"sebelum_pengobatan_hasil_mikroskopis": "Positif",
"sebelum_pengobatan_hasil_tes_cepat": "Tidak
dilakukan", "sebelum_pengobatan_hasil_biakan":
"Tidak dilakukan", "hasil_mikroskopis_bulan_2":
"Negatif", "hasil_mikroskopis_bulan_3": "",
"hasil_mikroskopis_bulan_5":””,
"akhir_pengobatan_hasil_mikroskopis": "",
"tanggal_hasil_akhir_pengobatan": "20201201",
"hasil_akhir_pengobatan": "",
"tgl_lahir":
"20180320",
"foto_toraks":
"negatif"
}

9
DAFTAR KODE

1. Keterangan Isian 23 Variabel yang Dikirimkan ke SITB

SIMRS yang sudah memiliki 23 variabel di bawah ini maka dapat melakukan
pengiriman data penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS ke SITB. Sebelum
23 variabel di bawah ini dikirimkan ke SITB, variabel nama pasien, jenis kelamin,
kode ICD, tanggal mulai pengobatan, tanggal lahir, dan hasil lab sebelum
pengobatan (jika kasus TBC paru terkonfirmasi bakteriologis) harus terisi
terlebih dahulu, jika tidak terisi maka tidak akan masuk ke SITB dan akan muncul
notifikasi untuk dilengkapi di SIMRS.

Tabel 1. Daftar 23 Variabel Wajib untuk Penyisiran Elektronik Kasus TBC dari
SIMRS ke SITB
Keterangan
NO VARIABLE DATA KETERANGAN
ISIAN
kod_faskes/4digit_nama_pasien/tanggal_lahir/urutan
1 Wajib pada
id_tb_03 data dikeluarkan oleh SITB sebagai feedback
saat update
ketika data berhasil dikirimkan data

Wajib pada saat update data. Kosongkan id_tb_03


saat kirim data baru

kd_pasien input nama pasien


2
3 Nik NIK
4 jenis_kelamin L/P
5 alamat_lengkap Alamat tempat tinggal pasien
6 id_propinsi_faskes Id Propinsi *Faskes
kd_kabupaten_faskes Kd Kabupaten *Faskes
7
Id_propinsi_pasien Id Propinsi*pasien
8 Provinsi domisili pasien
Kd_kabupaten_pasien Kd Kabupaten*pasien
9 Kab/kota domisili pasien
kd_fasyankes Kode rumah sakit
10
kode ICD diagnosa penyakit pasien TB
kode_icd_x
(sesuai List Kode ICD X untuk Pasien TB)
Pilihan: (hanya input nomor) ,Di ambil dari
validasi kode_icd_x
11 tipe_diagnosis
1. Terkonfirmasi bakteriologis
2. Terdiagnosis klinis
Pilihan: (hanya input nomor), Di ambil dari
klasifikasi_lokasi_anatomi validasi kode_icd_x
1. Paru
2. Ekstraparu
Pilih salah satu: (hanya input nomor)
1. Baru
2. Kambuh
3. Diobati setelah gagal kategori 1
12 klasifikasi_riwayat_pengobatan 4. Diobati setelah gagal kategori 2
5. Diobati setelah putus berobat
6. Diobati setelah gagal pengobatan lini 2
7. Pernah diobati tidak diketahui hasilnya
8. Tidak diketahui
9. Lain-lain

tanggal mulai pengobatan TB (yyyymmdd)


13 tanggal_mulai_pengobatan
pasien yang pasti diobati dengan obat TB

10
14 paduan_oat Obat yang diberikan kepada pasien TBC.

Data paduan obat yang dikirim ke SITB dapat berupa


paduan OAT atau paduan obat lainnya yang tercatat
di SIMRS/rekam medis. Pengkategorian OAT dapat
dilihat pada Tabel 2 (Daftar Paduan Obat
Tuberkulosis)
15 hasil pemeriksaan mikroskopis untuk diagnosis Poin 15 diisi
sebelum_pengobatan_hasil_mikroskopis (awal), pilihan isian: salah satu
sesuai
Neg/1-9/1+/2+/3+/Tidak Dilakukan pemeriksaan
diagnosis di
hasil pemeriksaan tes cepat untuk diagnosis (awal), RS
sebelum_pengobatan_hasil_tes_cepat pilihan:
Neg/Rif Sen/Rif Res/Rif Indet/INVALID/ERROR/NO
RESULT/Tidak Dilakukan

hasil pemeriksaan biakan untuk diagnosis


sebelum_pengobatan_hasil_biakan (awal), pilihan:
Negatif/1-9 BTA/1+/2+/3+/4+/NTM/Kontaminasi/
TidakDilakukan

16 hasil_mikroskopis_bulan_2 hasil pemeriksaan mikroskopis bulan


kedua, Neg/1-9/1+/2+/3+/Tidak Dilakukan
(hasil followuppengobatan bulan ke 2)
hasil_mikroskopis_bulan_3 hasil pemeriksaan mikroskopis bulan ketiga,
17 Neg/1-9/1+/2+/3+/Tidak Dilakukan (hasil
follow up pengobatan bulan ke 3)
hasil_mikroskopis_bulan_5 hasil pemeriksaan mikroskopis bulan
18 kelima, Neg/1-9/1+/2+/3+/Tidak Dilakukan
(hasil follow up pengobatan bulan ke 5)
hasil pemeriksaan mikroskopis akhir pengobatan
19 akhir_pengobatan_hasil_mikroskopis (bulan ke 6-9), pilihan: Neg/1-
9/1+/2+/3+/Tidak Dilakukan (hasil follow up
pengobatan bulan ke 6)
tanggal_hasil_akhir_pengobatan tanggal hasil akhir pengobatan/berhenti
20 berobat/selesai pengobatan
hasil akhir pengobatan TB, pilihan:
21 hasil_akhir_pengobatan 1. Sembuh
2. Pengobatan lengkap
3. Putus berobat
4. Meninggal
5. Gagal
6. Tidak dievaluasi/pindah
22 tgl_lahir Tanggal lahir pasien (yyyymmdd)

23 foto_toraks hasil pemeriksaan rontgen paru, pilihan:


positif/negatif/tidak dilakukan

catatan : “positif” jika menunjukkan


gambaran TBC paru

11
Tabel 2. Daftar Paduan Obat Tuberkulosis

TB Sensitif Obat TB Resistan Obat


Paduan Standar
Kategori 1 Paduan Jangka Pendek Panduan Jangka Panjang
1. Tahap intensif : 1. 5 Km Mfx(h) Eto Cfz Z 1. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz-Cs-
Isoniazid, Rifampicin, H(h) E/ 5Mfx(h) Cfz Z E VitB6 / 14 Lfx-Cfz-Cs-
Pyranizanimid, dan
2. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz- VitB6
Etambutol
2. Tahap lanjutan : Isoniazid H(Hdose)-Z-E/5 Lfx-Cfz- 2. 6 Bdq-Lfx-Cfz-Cs-E -
dan Z-E VitB6/ 14 Lfx-Cfz-Cs-E-
Rifampicin
3. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz- VitB6

Kategori 2 H(Hdose)-Z-E/5 Lfx-Cfz- 3. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz-E /


1. Tahap intensif : Rifampicin, Z-E (Paduan Anak Lama 14 Lfx-Cfz-E
Isoniazid, Pyrazinamid, 16) 4. 6 Bdq-Mfx-Lzd-Cfz-E /
Etambutol, dan Streptomicin
2. Tahap lanjutan : Rifampicin, 4. 6 Bdq-Lfx-Eto-E-Z-Hh- 14 Mfx-Cfz-E
Isoniazid, dan Etambutol Cfz/ 5 Lfx)-Cfz-Z-E (STR 5. 6 Bdq-Lzd-Cfz-Cs-E-
Non Inj) no lama 19 VitB6 / 14 Lzd-Cfz-Cs-E
Kategori Anak (untuk usia <15
5. 6 Bdq-Mfx-Eto-E-Z-Hh- -VitB6
tahun)
1. Tahap Intensif : (Rifampicin, Cfz/ 5-Mfx-Cfz-Z-E (STR 6. 6 Bdq-Lzd-Cfz-Cs-Eto /
Isoniazid, dan Pyrazinamid) Non Inj) no lama 20 14 Lzd-Cfz-Cs-Eto- Vit
atau (Rifampicin, Isoniazid,
6. 5 Lfx-Lzd-Cfz-Cs / 5 Lfx- B6
Pyrazinamid, Etambutol, dan
Streptomicin) Cfz-Cs (Paduan Anak 7. 6 Dlm-Lfx-Lzd-Clz-Cs /
2. Tahap lanjutan : Rifampicin terbaru) 14 Lfx-Lzd-Clz-Cs -
dan Isoniazid 7. 6 Lzd-Cfz-Cs-Eto / 5 Cfz- VitB6
Cs-Eto (Paduan Anak 8. 20 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Eto -
Lepasan
1. Bentuk OAT selain KDT Terbaru) VitB6
dan Kombipak 8. 5 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Dlm / 5 9. 20 Mfx-Lzd-Cfz-Cs-E -
Lfx-Cfz-Cs (Paduan VitB6
Anak Terbaru) 10. 20 Mfx-Lzd-Cfz-Cs-Z -
9. 5 Lzd-Cfz-Cs-Dlm-Eto/5 VitB6
Cfz-Cs-Eto (Paduan 11. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Amk-
Anak Terbaru) VitB6 / 14 Lfx-Lzd-Clz-
10. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz-Cs / 5 Cs-VitB6
Lfx-Cfz- Cs (Paduan 12. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-S-
Anak Terbaru) VitB6 / 14 Lfx-Lzd-Clz-
11. 6 Bdq-Lzd-Cfz-Cs-PAS / Cs-VitB6
5 Cfz-Cs-PAS (Paduan 13. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Eto-PAS /
Anak Terbaru) 14 Lfx-Lzd-Clz-Eto
14. 6 Dlm-Lzd-Cfz-Cs-E /
14 Lzd-Clz-Cs-E-Vit B6

12
15. 6 Dlm-Lzd-Cfz-Cs-E /
14 Lzd-Clz-Cs-E-Vit B6
(Paduan Anak Lama 17)
16. 6 Dlm-Lfx-Lzd-Clz-Cs /
14 Lfx-Lzd-Clz-Cs -
VitB6 (Paduan Anak
Lama 18)
17. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Eto /
12 Lfx-Cfz-Cs-Eto
(Paduan Anak Terbaru)
18. 6 Lzd-Cfz-Cs-Eto / 12
Cfz-Cs-Eto (Paduan
Anak Terbaru)
19. 6 Lfx-Lzd-Cfz-Cs-Dlm /
12 Lfx-Cfz-Cs (Paduan
Anak Terbaru)
20. 6 Lzd-Cfz-Cs-Dlm-Eto/
12 Cfz-Cs-Eto (Paduan
Anak Terbaru)
21. 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz-Cs /
12 Lfx-Cfz-Cs (Paduan
Anak Terbaru)
22. 6 Bdq-Lzd-Cfz-Cs- PAS
/ 12 Cfz-Cs-PAS
(Paduan Anak Terbaru)

Paduan Tidak Standar


Jika paduan obat tidak sesuai Jika paduan obat TB RO tidak sesuai jenis dan dosis
jenis dan dosis berdasarkan PMK berdasarkan Petunjuk Teknis Penatalaksanaan TB RO di
No. 67 Tahun 2016 Indonesia tahun 2020.

13
2. Daftar Kode ICD 10

Tabel 3. Daftar Kode ICD 10 untuk Pasien TB

KODE LOKASI TIPE


NO PENYAKIT
PENYAKIT ANATOMI DIAGNOSIS
Respiratory tuberculosis, bacteriologically and
1 A15
histological

Tuberculosis of lung, confirmed by sputum Terkonfirmasi


2 A15.0 Paru
microscopy with or without culture bakteriologis

Tuberculosis of lung, confirmed by culture Terkonfirmasi


3 A15.1 Paru
only bakteriologis

Terdiagnosis
4 A15.2 Tuberculosis of lung, confirmed histologically Paru
Klinis

Tuberculosis of lung, confirmed by Terdiagnosis


5 A15.3 Paru
unspecified means Klinis

Tuberculosis of intrathoracic lymph nodes, Terkonfirmasi


6 A15.4 Ekstraparu
confirmed bacteriologically andhistologically bakteriologis

Tuberculosis of larynx, trachea and bronchus, Terkonfirmasi


7 A15.5 Ekstraparu
confirmed bacteriologically and histologically bakteriologis

Tuberculous pleurisy, confirmed Terkonfirmasi


8 A15.6 Ekstraparu
bacteriologically and histologically bakteriologis

Primary respiratory tuberculosis, confirmed Terkonfirmasi


9 A15.7 Paru
bacteriologically and histologically bakteriologis

Other respiratory tuberculosis, confirmed Terkonfirmasi


10 A15.8 Ekstraparu
bacteriologically and histologically bakteriologis

Respiratory tuberculosis unspecified, Terkonfirmasi


11 A15.9 Ekstraparu
confirmed bacteriologically and histologically bakteriologis

Respiratory tuberculosis, not confirmed


12 A16
bacteriologically or histologically

Terdiagnosis
13 A16.0 TBC Klinis Paru
Klinis

Tuberculosis of lung, bacteriological and Terdiagnosis


14 A16.1 Paru
histological examination not done Klinis

Tuberculosis of lung, without mention of Terdiagnosis


15 A16.2 Paru
bacteriological or histological confirmation Klinis

14
Tuberculosis of intrathoracic lymph nodes,
Terdiagnosis
16 A16.3 w ithout mention of bacteriological or Ekstraparu
Klinis
histological confirmation

Tuberculosis of larynx, trachea and bronchus,


Terdiagnosis
17 A16.4 w ithout mention of bacteriological or Ekstraparu
Klinis
histological confirmation

Tuberculous pleurisy, without mention of Terdiagnosis


18 A16.5 Ekstraparu
bacteriological or histological confirmation Klinis

Primary respiratory tuberculosis w ithout


Terdiagnosis
19 A16.7 mention of bacteriological or histological Paru
Klinis
confirmation

Other respiratory tuberculosis, without


Terdiagnosis
20 A16.8 mention of bacteriological or histological Ekstraparu
Klinis
confirmation

Respiratory tuberculosis unspecified, without


Terdiagnosis
21 A16.9 mention of bacteriological or histological Ekstraparu
Klinis
Confirmation

Terdiagnosis
22 A17+ Tuberculosis of nervous system Ekstraparu Klinis
Terdiagnosis
23 A17.0+ Meningitis Tuberkulosis Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
24 A17.1+ Meningeal tuberculoma (G07*) Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
25 A17.8+ Other tuberculosis of nervous system Ekstraparu
Klinis

Tuberculosis of nervous system, unspecified Terdiagnosis


26 A17.9+ Ekstraparu
(G99.8*) Klinis

Terdiagnosis
27 A18 Tuberkulosis organ lainnya Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
28 A18.0+ Tuberculosis of bones and joints Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
29 A18.1+ Tuberculosis of genitourinary system Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
30 A18.2 Tuberculous peripheral lymphadenopathy Ekstraparu
Klinis

Tuberculosis of intestines, peritoneum and Terdiagnosis


31 A18.3 Ekstraparu
mesenteric glands Klinis

Terdiagnosis
32 A18.4 Tuberculosis of skin and subcutaneous tissue Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
33 A18.5+ Tuberculosis of eye Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
34 A18.6+ Tuberculosis of ear Ekstraparu
Klinis

15
KODE LOKASI TIPE
NO PENYAKIT
PENYAKIT ANATOMI DIAGNOSIS
Terdiagnosis
35 A18.7+ Tuberculosis of adrenal glands (E35.1*) Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
36 A18.8+ Tuberculosis of other specified organs Ekstraparu
Klinis
37
A19 Tuberkulosis miliaris Ekstraparu Terdiagnosis
Klinis

Acute miliary tuberculosis of a single specified Terdiagnosis


38 A19.0 Ekstraparu
site Klinis

Terdiagnosis
39 A19.1 Acute miliary tuberculosis of multiple sites Ekstraparu
Klinis

Terdiagnosis
40 A19.2 Acute miliary tuberculosis, unspecified Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
41 A19.8 Other miliary tuberculosis Ekstraparu
Klinis
Terdiagnosis
42 A19.9 Miliary tuberculosis, unspecified Ekstraparu
Klinis

7. List Kode Faskes :


1) Kode RS sumber aplikasi RS Online (http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline)

PERAN PROVINSI, KAB/KOTA, DAN FASKES DALAM PENYISIRAN ELEKTRONIK KASUS


TUBERKULOSIS
1. Dinkes Provinsi

a. Membuat rencana ekspansi penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS-SITB di


tingkat provinsi
b. Berkoordinasi dengan Dinkes Kab/Kota terkait rencana penyisiran elektronik kasus
TBC dari SIMRS-SITB di rumah sakit, dan menentukan rumah sakit yang wajib
untuk dilakukan penyisiran elektronik (lihat kriteria RS di halaman 5)
c. Mensosialisasikan Juknis Penyisiran Pasien TBC secara Elektronik Melalui SIMRS
ke seluruh Dinkes Kab/Kota
d. Memonitor progress penyisiran elektronik kasus TBC di tingkat kab/kota
e. Memberikan umpan balik ke rumah sakit melalui Dinkes Kab/Kota terkait data
penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS yang sudah masuk ke SITB

2. Dinkes Kab/Kota

a. Membuat rencana ekspansi penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS-SITB di


tingkat kab/kota
b. Berkoordinasi dengan rumah sakit dalam mengidentifikasi missing cases TBC untuk
menentukan rumah sakit yang wajib melakukan penyisiran elektronik kasus TBC
melalui SIMRS ke SITB (lihat kriteria RS di halaman 5)
c. Mendampingi rumah sakit dalam persiapan dan proses penyisiran elektronik kasus
TBC
16
d. Memantau progress rumah sakit yang melakukan penyisiran elektronik kasus TBC
dari SIMRS ke SITB dan memonitor data yang dikirimkan ke SITB (kelengkapan
dan validitasnya).
e. Memberikan umpan balik ke rumah sakit terkait data penyisiran elektronik kasus
TBC yang sudah masuk ke SITB

3. Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit)


a. Melakukan koordinasi antara petugas Poli Paru/DOTS, IT, rekam medis, dan
perawat di luar Poli Paru terkait :
• Evaluasi pencatatan dan pelaporan TBC di internal RS terkait pasien TBC dari
poli lain / rawat inap / IGD ke poli DOTS dan bagaimana pelaporannya ke SITB.
• Mapping variabel / data pasien yang diperlukan dalam penyisiran elektronik
kasus TBC melalui SIMRS ke SITB.
• Menyamakan pemahaman antara petugas Poli Paru/DOTS dengan petugas IT
terkait variabel yang akan dikirimkan sesuai dengan definisi operasional
program TBC.
• Petugas Poli DOTS RS atau Petugas Rekam Medis memastikan data SIMRS
yang akan dikirim ke SITB sudah lengkap dan benar pasien TB.
• Petugas IT menyiapkan variabel-variabel yang ada di SIMRS untuk dikirimkan
ke SITB sesuai dengan Juknis dan mengirimkan data pasien TBC dari SIMRS
mulai tahun 2021 ke SITB secara real time
o IT RS perlu menambahkan 23 variabel wajib (sesuai yang ada di Tabel 2)
di dalam masing-masing SIMRS.
o IT RS mengirimkan data 23 variabel yang akan dikirimkan ke SITB sesuai
dengan Juknis.
o IT RS tidak mengirimkan data pasien baru yang sama lebih dari satu kali,
kecuali untuk meng-update data pasien.
o Petugas IT dapat melakukan testing dengan mengirim data dummy ke
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sirsservice/sitbtraining/sitb/senddata
dengan field “kd_pasien” diisi dengan “TESTING” . (lihat penjelasan pada
poin E)
• Petugas rekam medis memastikan kode ICD A15-A19 adalah pasien TBC dan
berobat di RS tersebut
• Petugas Poli DOTS memvalidasi duplikasi antara data penyisiran elektronik
kasus TBC melalui SIMRS yang masuk ke SITB dengan data yang diinput ke
SITB (lihat cara validasi data di poin I.4.)
• Petugas Poli DOTS RS dan petugas SIMRS RS melengkapi data pasien TB
sampai dengan hasil akhir pengobatan pasien di SITB pada modul SIMRS.
17
MONITORING KELENGKAPAN DAN VALIDASI DATA PENYISIRAN ELEKTRONIK
KASUS TBC OLEH RS
Data penyisiran elektronik kasus TBC yang dikirim dari SIMRS ke SITB akan masuk ke
dalam Modul Integrasi SIMRS di SITB. Di dalam Modul Integrasi SIMRS terdapat tiga bagian
utama, yaitu tampungan data SIMRS, laporan SIMRS, dan notifikasi SIMRS. Ketiga fitur
tersebut perlu dipahami dan diketahui oleh petugas layanan TBC di RS untuk memonitor
data pasien TBC penyisiran elektronik.
1. Tampungan Data SIMRS
a. Data Awal
Submenu ini menampung seluruh data pasien yang masuk dari SIMRS. Data
penyisiran elektronik dari SIMRS yang masuk ke tampungan Data Awal merupakan
data yang variabel nama pasien, jenis kelamin, kode ICD, tanggal mulai
pengobatan, tanggal lahir, dan hasil lab sebelum pengobatan (jika kasus TBC
paru terkonfirmasi bakteriologis) sudah terisi (sesuai yang telah dijelaskan pada
poin G. 1.). Apabila variabel tersebut tidak lengkap maka data dari SIMRS tidak
dapat masuk ke SITB.
b. Data Pasien TB
Submenu ini menampung data pasien dari SIMRS dengan variabel nama, jenis
kelamin, kode ICD, hasil lab sebelum pengobatan (pada pasien paru terkonfirmasi
bakteriologis) atau paduan OAT (atau paduan obat TBC lainnya) sudah terisi. Pada
submenu ini terdapat proses validasi duplikasi secara otomatis di SITB sehingga
terdapat status data pasien sebagai berikut :
• Duplikasi
Merupakan data pasien dari SIMRS yang teridentifikasi duplikasi secara
otomatis dengan data yang sudah pernah diinput oleh petugas TBC di SITB
berdasarkan kesamaan nomor induk kependudukan (NIK). Data pasien
dengan status “duplikasi” tidak akan masuk dalam laporan program TB.
• Tidak duplikasi
Merupakan data pasien dari SIMRS yang teridentifikasi tidak duplikasi secara
otomatis dengan data yang sudah pernah diinput oleh petugas TBC di SITB.
Data yang tidak duplikasi inilah yang menjadi tambahan penemuan kasus TBC
dari kegiatan penyisiran elektronik kasus TBC.
• Belum dikonfirmasi
Merupakan data pasien dari SIMRS yang tidak memiliki NIK, teridentifikasi
memiliki identitas yang sama (nama, jenis kelamin, tanggal lahir) dengan data
yang sudah pernah diinput oleh petugas TBC di SITB sehingga perlu divalidasi
kembali oleh petugas TBC (lihat penjelasan langkah validasi di poin I.4.) untuk
memastikan apakah data dari SIMRS tersebut benar-benar sudah pernah
18
diinput di SITB. Apabila sudah pernah diinput di SITB, petugas harus memilih
hasil validasi “Duplikasi”, sedangkan jika data SIMRS tersebut belum tercatat
di SITB maka dipilih “Tidak Duplikasi”.

c. Data Valid Pasien TB


Data dari tampungan Data Pasien TB akan masuk ke tampungan Data Valid Pasien
TB apabila status datanya “Tidak Duplikasi” dan memenuhi salah satu kondisi
berikut:
• Untuk kasus dengan tipe diagnosis “Terkonfirmasi Bakteriologis” dan
klasifikasi lokasi anatomi “Paru”
Ketika variabel tanggal mulai pengobatan, paduan OAT, hasil lab sebelum
pengobatan (mikroskopis/tcm/biakan) terisi selain tidak dilakukan, mikroskopis
bulan 2, mikroskopis bulan 3, mikroskopis bulan 5, mikroskopis akhir
pengobatan, tanggal hasil akhir pengobatan, dan hasil akhir pengobatan sudah
terisi
• Untuk kasus dengan tipe diagnosis “Terdiagnosis Klinis” dan klasifikasi
lokasi anatomi “Paru”
Ketika variabel tanggal mulai pengobatan, paduan OAT, foto toraks, tanggal
hasil akhir pengobatan, dan hasil akhir pengobatan sudah terisi
• Untuk kasus dengan klasifikasi lokasi anatomi “Ekstraparu”
Ketika variabel tanggal mulai pengobatan, paduan OAT, tanggal hasil akhir
pengobatan, dan hasil akhir pengobatan sudah terisi

2. Laporan SIMRS

Submenu ini digunakan untuk melihat laporan data individu dan data agregat dari data
hasil penyisiran elektronik SIMRS-SITB yang sudah masuk ke SITB. Data dapat difilter
berdasarkan :
a. Jenis laporan (TB03 SIMRS dan TB07 SIMRS)
b. Periode (bulan mulai pengobatan pasien)
c. Sumber data (Data Awal, Data Pasien TB, Data Valid Pasien TB)

19
3. Notifikasi SIMRS

Submenu ini digunakan untuk memantau kelengkapan data pasien TBC dari penyisiran
elektronik SIMRS-SITB dengan menampilkan jumlah data yang belum lengkap dan
petugas TBC RS dapat langsung melengkapi data melalui menu nofitikasi tersebut.
Terdapat empat jenis notifikasi SIMRS, yaitu:
a. Pasien paru bakteriologis belum ada hasil lab untuk follow up pemeriksaan dan
akhir pengobatan
b. Pasien belum ada paduan OAT
c. Pasien dengan status perlu dikonfirmasi
d. Pasien belum ada hasil akhir pengobatan

4. Hal-Hal yang Perlu Dilakukan Petugas RS Dalam Monitoring Data Penyisiran Elektronik
Kasus TB dari SIMRS-SITB

a. Petugas poli TBC mengecek kesesuaian format pengisian variabel dengan format
variabel pada Tabel 2. Jika terdapat ketidaksesuaian maka perlu berkoordinasi
dengan petugas rekam medis dan petugas IT RS untuk diperbaiki.
b. Petugas poli TBC mengecek kesesuaian data pasien TB dengan ketentuan
tatalaksana program TBC. Jika terdapat ketidaksesuaian maka perlu berkoordinasi
dengan petugas rekam medis dan petugas IT RS untuk diperbaiki.
c. Petugas poli TBC melakukan validasi data SIMRS pada submenu “Data Pasien TB”
yang status datanya “Belum Dikonfirmasi” dengan cara sebagai berikut:
• Klik “Integrasi Aplikasi” pada menu utama di halaman SITB → klik ‘”SIMRS”

20
• Pilih submenu “Data Pasien TB”

• Untuk menyortir data-data pasien TB yang statusnya “Belum Dikonfirmasi”,


pada filter “Status Data” pilih “Belum Dikonfirmasi” . Data pasien yang perlu
divalidasi oleh petugas akan muncul seperti tampilan di bawah ini:

• Kemudian klik tombol validasi yang bergambar pensil berwarna kuning

21
• Akan muncul tampilan data pasien yang berasal dari SIMRS dan data pasien
yang sebelumnya sudah diinput di SITB (lihat tabel) seperti contoh di bawah
ini:

Jika data kasus TBC dari penyisiran elektronik SIMRS sudah pernah diinput di
SITB, pilih “Duplikasi” pada field “Status Data”. Sebaliknya, jika belum pernah
diinput di SITB maka pilih “Tidak Duplikasi”. Data dengan status “Tidak Duplikasi”
perlu dimonitor dan dilengkapi sampai dengan hasil akhir pengobatan.

d. Petugas poli TBC dapat menghapus data di tampungan SIMRS. Data yang sudah
dihapus tersebut akan berubah statusnya menjadi “Dihapus” serta tidak akan
masuk ke dalam laporan TB03 SIMRS maupun TB07 SIMRS.

• Untuk menghapus data, klik tombol

• Data yang telah dihapus akan tetap berada di tampungan “Data Awal” dengan
status “Dihapus

22
• Data yang sudah dihapus dapat diaktifkan kembali denan klik tombol

e. Petugas poli TBC/DOTS memantau dan melengkapi data pasien TBC sampai
dengan hasil akhir pengobatan.
• Data dari penyisiran elektronik yang dikirim dari SIMRS ke SITB perlu dipantau
dan dilengkapi sampai dengan hasil akhir pengobatan pasien TBC. Data dapat
dilengkapi dengan meng-update dan dikirim dari SIMRS (apabila form data di
SIMRS tersedia) atau dapat diisi oleh petugas TBC pada modul integrasi
SIMRS di SITB.
• Hasil akhir pengobatan pasien TBC adalah status hasil akhir pasien setelah
meminum obat TBC minimal 6 bulan sesuai dengan program TB (cek kembali
definisi operasional masing-masing hasil akhir pengobatan).
• Jika hasil akhir pengobatan pasien ini tidak ada di SIMRS atau tidak bisa
ditambahkan di SIMRS dan dikirim otomatis dari SIMRS ke SITB, maka
petugas poli DOTS dapat melengkapi hasil akhir pengobatan pasien TBC dari
data SIMRS di SITB (Modul SIMRS).
• Jika pasien TBC pindah atau melanjutkan pengobatan di faskes lain sebelum
selesai pengobatan, dapat dipilih hasil akhir pengobatan pasien “Tidak
dievaluasi/pindah”.
• Jika pasien TBC dirujuk ke faskes lain (tidak memulai pengobatan TBC di RS),
petugas TBC berkoordinasi dengan Dinkes Kab/Kota agar dapat dipastikan
pasien tersebut datang dan diobati di faskes rujukan
• Cara melengkapi data penyisiran elektronik kasus TBC dari SIMRS di SITB:
i. Untuk melengkapi data kasus TBC dari penyisiran elektronik SIMRS,
buka tampungan “Data Pasien TB”, kemudian klik tombol pensil biru
pada pasien yang status datanya “Tidak Duplikasi” . Tombol pensil biru
hanya akan muncul pada data pasien yang statusnya “Tidak Duplikasi”,
oleh karena itu petugas perlu memvalidasi data pasien yang statusnya
“Belum Dikonfirmasi” untuk dapat melanjutkan pelengkapan data jika

23
pasien tersebut tidak duplikasi dengan data SITB.

ii. Setelah tombol pensil biru diklik, akan muncul data-data pasien TBC yang
perlu dilengkapi (karena data kiriman dari SIMRS belum lengkap).

iii. Data yang sudah dilengkapi/diisi di SITB tidak dapat diubah kembali.
Petugas perlu memastikan data yang diinput di SITB sudah benar dan
valid. Jika data sudah diisi sampai hasil akhir pengobatan, field yang
masih bisa diubah hanya “Kategori Paduan OAT”.
iv. Data yang sudah dilengkapi sampai dengan hasil akhir pengobatan akan
masuk ke dalam tampungan data yang terakhir yaitu “Data Valid Pasien
TBC”.

24
Bagian Program dan Informasi
Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. H. R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950
Telepon : (021) 5201590 ext 1303, Faximile : (021) 5261813
Surat Elektronik : infomonev.yankes@gmail.com

25

Anda mungkin juga menyukai