Anda di halaman 1dari 30

PPRA DALAM STANDAR AKREDITASI

RUMAH SAKIT KEMENTERIAN


KESEHATAN (STARKES) :
Kolaborasi Interprofesional
Berbasis Patient Centered Care
Sri Hartini
PP PDS PATKLIN
CURRICULLUM VITAE
IDENTITAS
NamA : Dr. dr Sri Hartini SpPK (K), MARS
Kantor : Instalasi Lab Terpadu, RS Kanker Dharmais/ Pusat Kanker Nasional, Jkt
Email : sri.harijanto@gmail.com
PENDIDIKAN
2015 : Doctor Biomedik, FK UGM , Jogyakarta
2008 : Spesialis Patologi Klinik Konsultan Onkologi Kolegium Pat Klinik,Jkt
1999 : Magister Administrasi RS, FKM-UI , Jakarta
1985 : Spesialis Patologi Klinik FK – UI , Jakarta
1973 : Dokter Umum, FK UGM , Jogyakarta
PEKERJAAN
2019 – sekarang : Ketua II PP PDS Patklin
2019 - sekarang : Asesor Internal RS Kanker Dharmais, Jakarta
2016 - sekarang : Surveior Komite Akreditasi Laboratorium , Kemkes
2010 – sekarang : Anggota Konsil Komite Akreditasi Nasional, BSN, Jkt
2011 - 2020 : Konsultan Molecullar Diagnostic Lab, Siloam Hosp Group, Jkt
2008 – sekarang : Surveior KARS, Jkt
2008 – sekarang : Dosen S2 Biomedik Kekhususan Onkologi FK-UI
2005 – 2008 : Direktur Umum Op[erosional RS Kanker Dharmais , Jakarta
2002 - 2005 : Direktur Penunjang Medis, RS Kanker Dharmais
2001 – 2002 : Ka. Instalasi Patologi Klinik, RD Kanker Dharmais, Jakarta
1993 – sekarang : Staf Medik Fungsional Patologi Klinik,RS Kanker Dharmais, Jkt
POKOK BAHASAN
• Standar Akreditasi RS Kemkes (STARKES) :
• Perbandingan dengan SNARS 1.1
• Bab, Standar & EP PPRA

• Komite/ Tim PPRA RS : Pembentukan/


Organisasi, Tugas & Fungsi
• TIM PGA : Pembentukan,Organisasi, Tugas &
Fungsi

• Patient-Centered Care : Prinsip, Paradigma,


PCC dlm Starkes Asuhan Pasien Terintegrasi
• Kolaborasi : Konsep, Komponen dan Nilai- nilai
Dasar
STARKES SNARS 1.1
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
1. Sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
2. Menetapan formularium obat mengacu pada peraturan UU Program Nasional
3. Menerapkan regulasi penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP
3.1. pengelolaan obat/ produk yg memerlukan penanganan 1. Penurunan Angka Kematian Ibu dan bayi
khusus serta peningkatan Kesehatan ibu dan bayi
3.2. pengelolaan obat/BMHP emergensi yang disimpan di luar
Instalasi Farmasi 2. Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
3.3. regulasi recall dan pemusnahan sediaa farmasi, BMHP dan
implant 3. Penurunan angka kesakitan tuberkulosa
4. Menerapkan regulasi rekonsiliasi obat. 4. Pengendalian Resistensi Antibiotik
4.1. menerapkan regulasi peresepan/permintaan obat &
BMHP/ instruksi pengobatan sesuai peraturan UU. 5. Pelayanan Geriatri
5. Menerapkan regulasi dispensing sediaan farma & BMHP
sesuai standar profesi dan peraturan UU
5.1. menerapkan regulasi pengkajian resep dan telaah obat
sesuai peraturan / UU
6. Menerapkan regulasi pemberian obat sesuai UU.
6.1. menerapkan regulasi penggunaan obat yang dibawa dari 2 STD
Luar RS / mandiri
7. Menerapkan pemantauan terapi obat secara kolaboratif 10 EP
7.1. menerapkan proses pelaporan serta tindak lanjut terhadap
kesalahan obat & berupaya menurunkan kejadiannya
8. Menyelenggarakan program pengendalian resistansi
antimikroba (PPRA) sesuai peraturan UU
2 STD
8.1. menerapkan penggunaan antimikroba secara bijak 7 EP
berdasarkan prinsip penatagunaan antimikroba (PGA).
STARKES STARKES
PKPO 8. Menyelenggarakan program pengendalian PROGNAS STANDAR 4
resistansi antimikroba (PPRA) sesuai peraturan UU : • Tersedia regulasi pengendalian resistensi AB di RS
meliputi:
• Membentuk komite/tim yang bertanggungjawab 1. Pengendalian resistensi.
langsung kepada pimpinan rumah sakit, penyediaan 2. Panduan penggunaan AB untuk terapi dan profilaksis.
fasilitas, sarana, SDM dan dukungan finansial 3. Organisasi pelaksana, Tim/ Komite PPRA terdiri dari tenaga
kesehatan yang kompeten dari unsur:
• Menyusun program kerja PPRA meliputi:
o Staf Medis ; Staf Keperawatan ; Staf Instalasi Farmasi,
o a) Peningkatan pemahaman dan kesadaran o Staf Laboratorium yang melaksanakan pelayanan
penggunaan antimikroba bijak bagi seluruh tenaga mikrobiologi klinik, KFT & PPI
kesehatan dan staf di rumah sakit, serta pasien dan • EP 4.
1. Ada regulasi dan program PRA.(R).
keluarga, melalui pelatihan dan edukasi. 2. Ada bukti pimpinan RS terlibat dalam menyusun program. .
o b) Optimalisasi penggunaan antimikroba secara bijak 3. Ada bukti dukungan anggaran operasional, kesekretariatan,
melalui penerapan penatagunaan antimikroba (PGA). SARPRAS untuk menunjang kegiatan tugas organisasi PPRA.
o c) Surveilans penggunaan antimikroba secara kuantitatif 4. Ada bukti pelaksanaan pengendalian penggunaan AB terapi dan
profilaksis pembedahan pada seluruh proses asuhan pasien. .
dan kualitatif. 5. Direktur melaporkan kegiatan PPRA secara berkala kepada
o d) Surveilans resistansi antimikroba dengan indikator KPRA.
mikroba MDRO(Multi Drug Resistance Organism). • Ep 4.1
1. Ada Program Kerja
o e) Peningkatan mutu penanganan tatalaksana infeksi,
2. Ada bukti kegiatan organisasi ( Pelaksanaan Progr Kerja)
melalui pelaksanaan forum kajian kasus infeksi 3. Ada penetapan indikator mutu
terintegrasi (FORKKIT). 4. Ada monev PPRA yang mengacu pada indikator PRA .
• Laporan kepada Dir RS & Kemkes secara berkala 5. Ada bukti pelaporan kegiatan PPRA secara berkala
Pengendalian Antibiotik di RS
PMK PPRA no 8/2015 PMK PPRA NOMOR 8 Thn 2015
Pasal 6 Indikator Mutu Pasal 11

Indikator mutu Program Pengendalian


(1) Setiap rumah sakit harus Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit
melaksanakan Program Pengendalian meliputi:
Resistensi Antimikroba secara a.perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik;
optimal. b.perbaikan kualitas penggunaan antibiotik;
c.perbaikan pola kepekaan antibiotik dan
(2) Pelaksanaan PPRA dilakukan melalui:
penurunan pola resistensi antimikroba;
a. pembentukan tim pelaksana PPRA d.penurunan angka kejadian infeksi di rumah
b. penyusunan kebijakan dan panduan sakit yang disebabkan oleh mikroba
penggunaan antibiotik; multiresisten; dan
c. melaksanakan penggunaan antibiotik e.peningkatan mutu penanganan kasus infeksi
secara bijak; dan secara multidisiplin, melalui forum kajian
d. melaksanakan prinsip PPI kasus infeksi terintegrasi.
Kegiatan strategis dan sistematis, yang terpadu dan
terorganisasi di rumah sakit, untuk tujuan
mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara
bijak, baik kuantitas maupun kualitasnya,
diharapkan dapat menurunkan tekanan selektif
terhadap mikroba, sehingga dapat mengendalikan
resistensi antimikroba

TUJUAN
1. Meningkatkan kesembuhan ps
2. Mencegah dan mengendalikan
AMR
3. Meningkatkan kualitas
penggunaan antimikroba
4. Menurunkan angka kejadian
HAIs
5. Menurunkan ALOS dan Cost
PENATAGUNAAN
ANTIMIKROBA

Panduan Penatagunaan Antimikroba (PGA)


ini sebagai buku acuan dalam menerapkan
penatagunaan antimikroba di rumah sakit
yang berguna bagi para klinisi, terutama dokter
yang merawat pasien infeksi, agar keputusan
penetapan antimikroba dapat optimal dan bijak.
Diharapkan peresepan antimikroba kategori
misuse dan overuse dapat berkurang secara
bertahap, serta pasien mendapat
antimikroba yang sesuai dengan indikasi
dan regimen dosis yang benar.
Kebijakan di Rumah Saklit : Membentuk TIM PGA

Kedudukan dan tanggung jawab


Tim PGA di dalam struktur KPRA

Tugas :
• Membantu tim pelayanan di RS
menerapkan penggunaan
antimikroba secara bijak.
• Mendampingi DPJP menetapkan
diagnosis penyakit infeksi,
memilih jenis antimikroba, dosis,
rute, saat, dan lama pemberian.

PMK no 28 th 2021 ttg Pedoman Penggunan Antibiotik


Kebijakan pengendalian antibiotik di rumah sakit

Mengacu kepada kebijakan WHO AWARe

Access WATCH RESERVE


Memiliki efek dampak Memiliki efek dampak Memiliki efek dampak
lingkungan yang kecil lingkungan yang lingkungan yang berat bila
bila sampai menimbulkan moderat/sedang sampai sampai menimbulkan
bakteri resisten berat bila sampai timbulkan bakteri resisten obat
Penggunaannya sesuai bakteri resisten obat Penggunaannya sesuai
Penggunaannya sesuai dengan PPK atau PPAB
dengan PPK atau PPAB
dengan PPK atau PPAB dan dan biakan mikrobiologi &
/Panduan Penggunaan uji kepekaan antimikroba
Antibiotik biakan mikrobio logi & uji
Sebaiknya tersedia di kepekaan antimikroba Sebaiknya tersedia secara
Sebaiknya tersedia sebgn di selektif di RS tipe A yang
semua fasilitas kesehatan merupakan RS rujukan
RS tipe B & C
PGA
Kebijakan terkait PGA di RS
PENATAGUNAAN ANTIBIOTIK (PGA)
Penatagunaan antibiotik (Antibiotic stewardship) :
upaya peningkatan outcome pasien secara terkoordinasi untuk perbaikan kualitas penggunaan
antibiotik, meliputi indikasi, penentuan jenis, dosis, interval, rute, eskalasi atau de-eskalasi serta durasi
atau ketepatan penghentian penggunaan antibiotik

Farmasi
s klinik

ketua tim KOLABORASI


(spesialis INTERPROFE
dr.
dengan SIONAL
dr. spesialis
kompetens mikrobiol BERBASIS
spesiali i infeksi PCC
s ogi
farmak klinik/pat
ologi ologi
klinik klinik
bidang
infeksi
What is Patient-Centered
Care?
Patient-centered care is the practice of
caring for patients (and their families) in
ways that are meaningful and valuable to
the individual patient. It includes listening
to, informing and involving patients in their
care. The IOM (Institute of Medicine)
defines patient-centered care as:
“Providing care that is respectful of, and
responsive to, individual patient
preferences, needs and values, and
ensuring that patient values guide all
clinical decisions.”
Institute of Medicine. “Crossing the Quality Chasm:
A New Health System for the 21st Century”
Pelayanan kesehatan berfokus pada
pasien (patient cantered care/PCC)
Ka Tim
Merupakan paradigma baru pelayanan
kesehatan yang diharapkan dapat
meringankan ‘beban’ pasien saat Farmasi
harus menggunakan fasilitas DPJP
Pasien Klinik
kesehatan. Pasien menjadi pusat
semua upaya kesehatan, sehingga / kel
pasien harus terinformasi dengan
cukup dan benar, dan bersama
dengan dokter serta pemberi asuhan Lab Lay
lainnya membuat keputusan- Pharma
Mikroklinik cologist
keputusan penting dalam proses
penyembuhan.
KOLABORASI

KONSEP
• Secara terminologies, istilah “kolaborasi” memiliki pengertian
• kerja sama secara intensif dari dari dua orang/lembaga atau lebih untuk
• saling memahami dan menyadari perlunya kerja sama sebagai upaya
atau
• strategi bersama dalam menghadapi sesuatu yang penting, menghadapi dan
memecahkan permasalahan bersama.
• sebagai tindakan koordinasi konstruktif
• menghasilkan suatu bentuk kesepakatan keputusan bersama untuk
penanggulangan masalah secara bersama-sama.
Bentuk kolaborasi

Kolaborasi
Team interprofessional :
Collaboration • Sp Peny
Type of Infeksi TIM
Community • Farmasi Klinik
collaboration PPRA/P
Collaboration • Farmakologist
• DPJP GA
Network • Lay Lab
collaboration Mikrobiologi
Klinik dll
Komponen Dasar Membentuk Kolaborasi

1. Collaborative 2. Vision, Mission,


Structure Strategy 5. Collaborative
4. Collaborative
Leadership
3. Collaborative
Culture Team Process
TAKE HOME MESSAGES
• KEPERCAYAAN
Anggota Tim
• KERJA-SAMA
PPRA/PGA
• SINERGI
Interdependence –Trust-Trustworthy

1. Sadar akan REALITA KE-SALING-BERGANTUNGAN. Keharusan untuk


bekerja sama. Mendahulukan kebersamaan.
2. Menunjukkan mentalitas dan sikap MENANG-MENANG.
3. Memiliki ketrampilan berKOMUNIKASI yang efektif – Mendengarkan
terlebih dahulu dan mendengarkan dengan perasaan dan empati .
4. Menghargai perbedaan untuk menghasilkan KOLABORASI efektif dan
menghasilkan SINERGI optimal.
TAKE HOME MESSAGES

Menerapkan Faktor penunjang :

• Sosialisasikan nilai2 kemitraan :


 Saling percaya & menghargai ; “no blame culture”
 Memahami & menerima kelebihan/ kekurangan masing2
 Miliki citra diri positif ; “feed back adalah hadiah”
 Kematangan kepribadian
 Mengakui anggota tim sebagai teman kerja bukan bawahan
• Kegiatan non formal ciptakan kebersamaan
KPRA – RS
DSPK

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai