Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Bayi Tabung

• Dari kata ‘bayi’ & ‘tabung’,bayi tabung berarti bayi dari hasil
pembuahan di tabung.
• Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya (dari pertemuan
antara sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah
tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium.
• Dikenal dengan sebutan In Vitro Festilisation.
• Dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada th 1977.
Cara Pembuahan Melalui Bayi Tabung
PELUANG DAN RESIKO BAYI TABUNG
• Terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan terjadinya
penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa keluhan, seperti
rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera makan.
• Saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko terjadinya perdarahan,
infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih, usus, dan pembuluh
darah.
• Risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan banyaknya
embrio yang dipindahkan ke dalam rahim.
• Risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan.
• Risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik, dan
stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan yang terjadi selama
mengikuti bayi tabung.
Hukum Bayi Tabung menurut Islam
1. Islam membenarkan bayi tabung buatan apabila dilakukan
antara sel sperma dan ovum suami istri yang sah.
2. Islam mengharamkan kalau inseminasi buatan itu dilakukan
dengan bantuan donor sperma dan atau ovum, maka
hukumnya sama dengan zina (prostitusi).
3. Jika inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari
suami istri yang sah tetapi embrionya ditransfer ke rahim
wanita lain (ibu titipan) diperbolehkan islam.
Pendapat Para Ulama
1. Menurut MUI
- Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami
isteri yang sah hukumnya mubah (boleh)
- Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim
isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri
pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah.
- Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-
zari’ah
- Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain
pasangan suami isteri yang sah hukumnya haram
2. Menurut Nahdlatul Ulama (NU)
- Apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim
wanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah,
maka bayi tabung hukumnya haram.
- Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri,
tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka
hukumnya juga haram.
- Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke
dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi
mubah (boleh).
3. Menurut Ulama Saudi Arabia
Kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung.
Karena praktek tersebut akan menyebabkan terbukanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan
terjamahnya rahim.
4. Menurut Majelis Mujamma’ Fiqih Islami
• Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
• Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil
dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
• Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut.
• Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
• Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
5. Syaikh Nashiruddin Al-Albani
Syaikh Nashiruddin Al-Albani sebagai tokoh ahli sunnah wal jamaah
berpendapat lain, beliau berpendapat sebagai berikut : “Tidak boleh, karena
proses pengambilan mani (sel telur wanita) tersebut berkonsekuensi minimalnya
sang dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita
lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat,
sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

6. Menurut Ulama di Malaysia


- Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara
“terhormat” adalah sah di sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari
bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah tidak sah.
- Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak
menerima harta pesaka dari keluarga yang berhak.
- Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang
tidak bertentangan dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
Dalil tentang Program Bayi Tabung
1. Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Insyirah: 5-6 dan Q.S. As-
Syuura:50
2. Hadits Nabi Saw
“tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah
dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman
orang lain (istri orang lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan
dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).
Kesimpulan..
1) Bayi tabung/Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum
dari suami istri sendiri dan tidak di transfer embrionya ke dalam
rahim wanita lain (ibu titipan)diperbolehkan Islam, jika keadaan
kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya
(ada hajat, jadi bukan untuk kelinci percobaan atau main-main).
Dan status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam.
2) Bayi tabung Inseminasi buatan dengan sperma dan/atau ovum
donor diharamkan (dilarang keras) Islam. Hukumnya sama dengan
zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini / bayi
tabung ini statusnya sama dengan anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah.

Anda mungkin juga menyukai