TUGAS AGAMA
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas mata kuliah Agama
tentang Sewa Rahim dan Donor Sperma Dalam Perspektif berbagai agama .
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan
tugas ini , diantaranya kepada Ibu MUJAMA’AH, M.PdI selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama Islam dan rekan-rekan yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas
ini.
Akhir kata kami berharap semoga Tugas mata kuliah Agama tentang Sewa Rahim dan Donor Sperma Dalam Perspektif berbagai agama ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kediri, 3 Agustus 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah disenyawakan dengan benih lelaki
(sperma) (yang kebiasaannya suami isteri), dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga dilahirkan. Kemudian anak itu diberikan
semula kepada pasangan suami isteri itu untuk memeliharanya dan anak tersebut dikira anak mereka dari sudut undang-undang. Kaedah ini
dikenali dengan sewa rahim karena lazimnya pasangan suami isteri yang ingin memiliki anak ini akan membayar sejumlah wang kepada ibu
tumpang atau syarikat yang menguruskan kerja mencari ibu tumpang (si penyewa rahim) yang sanggup mengandungkan anak percantuman
benih mereka dan dengan syarat ibu tumpang tersebut akan menyerahkan anak tersebut setelah dilahirkan atau pada masa yang dijanjikan.
1 Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih suami(sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Kaedah ini
digunakan dalam keadaan isteri memiliki benih yang baik , tetapi tetapi rahimnya dibuang kerana pembedahan , kecacatan yang teruk,
akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain.
1 Sama dengan bentuk yang pertama, kecuali benih yang telah disenyawakan dibekukandan dimasukkan ke dalam rahim ibu tumpang
selepas kematian pasangan suami isteri itu.
2 Ovum isteri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain.Keadaan ini
apabila suami mandul dan isteri ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih isteri dalam keadaan baik.
3 Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku
apabila isteri ditimpa penyakit pada ovari dan rahimnyatidak mampu memikul tugas kehamilan, atau isteri telah mencapaitahap putus
haid (menopause).
4 Sperma suami dan ovum isteri disenyawakan , kemudian dimasukkan ke dalam rahim isteri yang lain dari suami yang sama. Dalam
keadaan ini isteri yang lain sanggup mengandungkan anak suaminya dari isteri yang tidak boleh hamil.
3
Hal yang selalu diulangi di dalam Islam adalah adanya anak selalu dilandasi melalui proses perkawinan yang sah antara suami isteri
yang tercakup di dalamnya rukun dan segala syarat.Maka di dalam proses sewa rahim tersebut jelaslah bahwa antara pemilik sperma dan
pemilik rahim tidak memiliki hubungan perkawinan yang jelas. Dalil syariat telah menetapkan bahwa seorang anak hanya akan lahir dari
perkawinan yang sah dan keturunan baik lelaki dan perempuan adalah merupakan rahmat dari sebuah perkawinan.(surat Ra'du 38 dan surat
Nahlu 72)
b) Adanya ikatan syari’(nikah) antara hak melakukan pembuahan di dalam rahim seseorang dan hak melakukan jima'( menggauli)
dengan pemilik rahim.
Di dalam fiqih Islam terdapat Qaidah, " Siapa saja yang berhak melakukan jima' dengan seorang perempuan maka perempuan
berhak hamil dari hasil hubungan tersebut. Maka jelaslah bahwa barang siapa yang tidak berhak untuk melakukan hubungan intim dengan
seorang perempuan maka perempuan tidak berhak menjadikan dirinya hamil. Dan hak menggauli hanya ada pada suami isteri.
Bagaimana jika perempuan tempat tumpangan pembuahan adalah isteri kedua dari seorang laki laki ? Jika suami memiliki dua
orang isteri lalu dia menggauli isteri pertama kemudian hasil pencampuran ovum dan sperma dengan isteri pertama diletakkan pada isteri
kedua maka dalam keadaan ini hal tersebut tetap dilarang dan dihukum haram karena akan menimbulkan pertentangan antara isteri pertama
dan kedua sedangkan pertentangan itu dilarang di dalam Islam ( Surat Al-Anfal ayat 46) Jika kedua isteri telah bersepakat? Kesepakatan ini
nantinya akan membawa penyesalan di dalm diri kedua isteri tersebut dan ini juga memisahkan antara anak dan isteri padahal hal itu
sangatlah terlarang.
c) Tidak sah rahim itu menjadi barang jual beli.
Di dalam Islam terdapat hal hal yang dibenarkan oleh syariat untuk dijadikan barang jual beli, namun ada juga yang tidak boleh
diperjual belikan diantaranya adalah isteri. Seorang isteri tidak boleh diperjual belikan dan termasuk di dalamnya rahim isteri. Karena kita
hanya dapat memamfaatkan isteri itu bagi diri kita saja dan tidak boleh menjadikan manfaat yang dibawa isteri itu terhadap orang lain.
Seperti menjual isteri atau menjual rahimnya saja.
Maka tidak bolehnya disewa rahim bagi yang bukan suami adalah agar nasab seseorang tetap terjaga karena memerhatikan nasab
merupakan salah satu asas dari kehiupan bersyariat. Adanya proses sewa rahim yang demikian itu menunjuki kepada makna zina, bukan
zina hakikat tetapi zina secara maknawi dan pelaku zina dalam model sewa rahim ini tidak diberlakukan hukuman had karena zina hakikat
itu hanya dianggap zina jika bertemu dua kelamin yang berbeda.
d) Syariat Islam mengharamkan segala hal yang membawa kepada persilisihan diantara manusia
Islam selalu melarang adanya perselisihan diantara manusia, maka sewa rahim itu akan membawa manusia berselisih dan tidak
jelas nasabnya seperti perselisihan antara dua orang perempuan yang mana yang menjadi ibu si anak dan juga pertentangan di dalm
warisan.
e) Syariat melarang percampuran nasab.
Dengan sebab penyewaan rahim itu maka nasab anak akan tercampur dan susah untuk menelitinya apalagi jika sekiranya
perempuan yang disewa rahimnya memiliki suami maka akan terjadi perselisihan anak dari hasil sewa rahim yang terlahir atau anak dari
suami sebenarnya.
Seperti dikisahkan cerita menarik yang terjadi di Jerman , seorang perempuan yang tidak bisa hamil bersepakat dengan perempuan
lainnya untuk melakukan kehamilan terhadap hasil hubungannnya dengan suaminya, kemudian perempuan yang disewa rahim tadi hamil
dan melahirkan dengan membayar 27 mark jerman. Kemudian setelah lama maka diteliti rupanya anak yang lahir adalah anak dari hasil
hubungan perempuan yang disewa rahimnya dengan suaminya, bukan anak dari suami isteri yang membayar tadi.
f) Penyewaan rahim akan mengakibatkan terlantarnya anak dan menyebabkan orang tua melepaskan tanggung jawab.
Dengan adanya proses penyewaan rahim maka antara orang tua saling melepaskan tanggung jawab dan akan menjadikan anak
tersebut kehilangan pelindung dan pendidik. Maka hal ini sangat dilarang oleh agama juga undang undang negara melarang seorang orang
tua melepaskan tanggung jawabnya karena anak adalah amanah dan akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah Swt. Lalu kepada siapa
sang anak di beri nasab ? Jika perempuan yang disewa rahimnya tidak memilki suami maka anak tadi dinasab langsung kepada suami dari
perempuan pemilik ovum. Namun jika perempuan yang disewa rahimnya memilki suami maka kembali harus diteliti melalui test DNA
lelaki mana yang berhak menjadi ayahnya, apakah pemilik sperma dari suami perempuan pertama atau lelaki isteri perempuan yang disewa
rahimnya.
4
sama, maka kejadian ini mirip dengan apa yang terjadi pada Abraham, Sarah dan Hagar dalam Kejadian 16 yang pada akhirnya
menimbulkan pertentangan dan masalah.
5. Bentuk yang terkahir adalah bila ovum dan sperma dari suami isteri yang sah disenyawakan dan ditanam pada isteri yang lain, dalam artian
terjadi praktik poligami. Hal ini dijelaskan dalam Markus 10:11-12 yang berbunyi “Lalu katanya kepada mereka: “Barangsiapa menceraikan
isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si ister menceraikan suaminya dan kawin
dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah”
Dalam penjelasan diatas jelaslah betapa Allah menghendaki kekudusan dalam pernikahan karena Ia dari kesatuan suami isteri yang Ia
inginkan ialah keturunan ilahi, sehingga kesetiaan menjadi faktor penentu yang sangat diperlukan dalam hubungan suami isteri (Maleakhi 2:
15-16)
5
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa (emergency), dan keadaan darurat/terpaksa itu
membolehkan melakukkan hal-hal yang terlarang.
Diantara fuqaha yang memperbolehkan/menghalalkan inseminasi buatan yang bibitnya berasal dari suami-isteri ialah Syaikh
Mahmud Saltut, Syaikh Yusuf al-Qardhawy, Ahmad al-Ribashy, dan Zakaria Ahmad al-Barry.Secara organisasi, yang menghalalkan
inseminasi buatan jenis ini Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara`a Depertemen Kesehatan RI, Mejelis Ulama` DKI Jakarta, dan
lembaga Islam OKI yang berpusat di Jeddah.
Selain kasus di atas (sperma dari suami ditanam pada rahim isteri) demi kehati-hatian maka ulama mengharamkannya. Contoh
sperma dari orang lain ditanam pada rahim isteri. Diantara yang mengharamkan adalah Lembaga fiqih Islam OKI, Majelis Ulama DKI
Jakarta, Mahmud Syaltut, Yusuf al-Qardhawy, al-Ribashy dan zakaria ahmad al-Barry dengan pertimbangan dikhawatirkan adanya
percampuran nasab dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Hal ini sesuai dengan keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang masalah
bayi tabung atau inseminasi buatan.
Dengan demikian hukum pendirian bank sperma bisa mubah jika bertujuan untuk memfasilitasi suami isteri yang ingin
menyimpan sperma suaminya di bank tersebut, sehingga jika suatu saat nanti terjadi hal yang dapat menghalangi kesuburan, isteri masih
bias hamil dengan cara inseminasi yang halal. Adapun jika tujuan pendirian bank sperma adalah untuk mendonorkan sperma kepada wanita
yang bukan isterinya maka pendirian bank sperma adalah haram, karena hal yang mendukung terhadap terjadinya haram maka hukumnya
haram.
2. Pandangan Agama Kristen
Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengancam keras pembuahan buatan bayi tabung, ibu titipan dan seleksi jenis kelamin
anak.Karena dipandang tidak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Hal ini karena beberapa alasan :
a. melibatkan aborsi
b. tidak mempertimbangkan harkat sang bayi sebagai manusia
c. masturbasi (pengambilan sperma) selalu dianggap sebagai perbuatan dosa
d. dilakukan diluar suami istri yang normal
e. menghilangkan hak sang anak untuk dikandung secara normal melalui hubungan perkawinan suami istri
3. Pandangan Agama Budha
Dalam pandangan Agama Buddha, perkawinan adalah suatu pilihan dan bukan kewajiban.Artinya, seseorang dalam menjalani
kehidupan ini boleh memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri.Hidup sendiri dapat menjadi pertapa di vihara
--sebagai Bhikkhu, samanera, anagarini, silacarini-- ataupun tinggal di rumah sebagai anggota masyarakat biasa.
Sesungguhnya dalam agama Budha, hidup berumah tangga ataupun tidak adalah sama saja. Masalah terpenting di sini adalah
kualitas kehidupannya. Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka hendaknya ia konsekuen dan setia dengan pilihannya,
melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Orang yang demikian ini sesungguhnya adalah seperti
seorang pertapa tetapi hidup dalam rumah tangga.Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang Buddha. Dengan demikian, donor sperma
tidak diperbolehkan dalam agama budha
4. Pandangan Agama Katolik
Menurut agama katolik hubungan suami istri harus mempunyai tujuan union (persatuan suami istri) dan procreatin (terbuka
untuk kemungkinan lahirnya anak). Maka, donor sperma baik yang heterolog (melibatkan pihak ke tiga) maupan yang homolog
(antara hubungan suami istri itu sendiri) tidak sesuai dengan ajaran iman katolik, karena dalam prosesnya meniadakan proses
union (persatuan suami istri).
5. Pandangan Agama Hindu
Dipandang tidak sesuai dengan tata kehidupan agama Hindu karena tidak melalui samsakara dan menyulitkan dalam hukum
kemasyarakatan.
samskara itu merupakan upacara keagamaan yang bertujuan untuk menyucikan badan dan menjadikannya sempurna, agar layak
memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam keadaan diri yang bersih atau suci itulah diharapkan Sang Hyang Widhi Wasa
berkenan memberikan anugerah bahkan meragasukma pada diri manusia. Hal ini digambarkan dalam sebuah kitab Arjuna
Wiwaha yang berbunyi :
“Sasi wimbha haneng gatha mesi banyu, ndan asing suci nirmala mesi wulan, iwa mangkana rakwa kiteng kadadin, ring
angmbeki yoga kiteng sakala”.
Artinya :
Bagaikan bayangan bulan pada tempayan yang berisi air, hanya pada air yang bersih dan tenang itulah bayangan bulan itu
tampak. Demikianlah pula Dia akan menampakkan diri (meragasukma) pada orang yang berjiwa bersih dan suci. Tujuan
pelaksanaan samskara itu sangat mulia, yaitu mencapai tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha yang terdiri dari Dharma,
Artha, Kama, dan Moksa atau dengan istilah lain “moksartham jagadhita ya ca iti dharma” yaitu tercapainya kesejahteraan hidup
serta kebahagiaan yang hakiki dan sejati.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Semua aspek kehidupan diatur dalam hukum.Begitu pula dengan perkembangan zaman khususnya yang berdampak pada bidang
kesehatan yakni donor sperma dan sewa Rahim.Dalam masyarakat sewa Rahim dan donor sperma masih dipandang buruk atau masih tidak
diperbolehkan karena tidak sesuai dengan hukum kehidupan khususnya di Indonesia. Selain dalam hukum, setiap agama juga memiliki
pandangan bahwa sewa Rahim dan donor sperma bahwa haram dan tidak diperbolehkan termasuk agama islam
Daftar Pustaka
http://semuailmiah.blogspot.com/2011/12/inseminasi-dalam-perspektif-agama_19.html?m=1
http://kerandamimpi.blogspot.com/2012/04/makalah-penyewaan-rahim.html
http://dakwahkesehataniu.blogspot.com/2016/02/hukum-sewa-rahim-dalam-agama-islam.html
http://syhrl17.blogspot.com/2016/10/makalah-mengenai-sewa-rahim-dalam-islam.html
http://dejavant.blogspot.com/2013/11/makalah-pandangan-agama-terhadap.html
http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-pandangan-agama-terhadap-bayi.html
https://consisteria.blogspot.com/2016/08/hukum-sosial-islam-pada-kasus-donor.html
http://chandrayuliasman.blogspot.com/2013/06/fiqh-kontemporer-inseminasi-kloning.html
http://nursearigunawan-ayuavitha.blogspot.com/2014/12/pandangan-agama-hindu-kristen-protestan.html
http://anggalaksanaputra.blogspot.com/2016/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
6
http://nakkitanakkami.blogspot.com/2015/07/surrogate-mother-ibu-pengganti-sewa_25.html