Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TUGAS AGAMA

SEWA RAHIM dan DONOR SPERMA DALAM PERSPEKTIF BERBAGAI


AGAMA

DISUSUN OLEH :

VICTORIA ADELINA KHOIRUNISA (P17321183038)

IRMANIA AZZAH (P17321183039)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEDIRI TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas mata kuliah Agama
tentang Sewa Rahim dan Donor Sperma Dalam Perspektif berbagai agama .
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan
tugas ini , diantaranya kepada Ibu MUJAMA’AH, M.PdI selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama Islam dan rekan-rekan yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas
ini.
Akhir kata kami berharap semoga Tugas mata kuliah Agama tentang Sewa Rahim dan Donor Sperma Dalam Perspektif berbagai agama ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    
                                                               Kediri, 3 Agustus 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………….. i


DAFTAR ISI i
……………………………………….. i
i
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …….....………….…………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ……….………….…………………… 1
1.3. Tujuan Penulisann ……….………….…………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian sewa Rahim …………………..……….. 3
2.2. Macam Macam Sewa Rahim …………………..……….. 3
2.3. Sebab dan Tujuan Sewa Rahim …………………..……….. 4
2.4. Sewa Rahim Dalam Perspektif Berbagai Agama .………… 4
2.5. Penegertian Donor Sperma …………………..……….. 9
2.6. Alasan Etis Melakukan Donor Sperma …………… 9
2.7. Donor Sperma Dalam Perspektif Berbagai Agama …….… 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………..………..…………………… 1
4
DAFTAR PUSTAKA …………………..………..…………………… 1
5

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di zaman yang serba modern ini semua teknologi dan ilmu pengetahuan semakin
berkembang khususnya berdampak pada bidang kesehatan semisal donor sperma dan sewa Rahim.
Donor sperma yaitu pemberi atau penerima sperma oleh laki-laki untuk digunakan secara langsung atau disimpan di bank
sperma.Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu di bekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair
untuk mempertahankan fertilitas sperma.Dalam bahasa medis bisa disebut juga Cryiobanking.Donasi sperma atau sumbangan
sperma adalah pemberian (atau "donasi") sel sperma (disebut sperma donor) oleh seorang laki-laki (disebut donor sperma), yang pada
dasarnya dilakukan dengan tujuan melakukan inseminasi pada seorang perempuan yang bukan pasangannya.
Sewa Rahim adalah menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah disenyawakan
dengan benih lelaki (sperma) (yang kebiasaannya suami isteri), dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga dilahirkan.
Kemudian anak itu diberikan semula kepada pasangan suami isteri itu untuk memeliharanya
Kita tinggal di Indonesia yang memiliki berbagai hukum yang mengatur bebrbagai aspek kehidupan khususnya mengenai donor
sperma dan sewa Rahim begitu pula dengan agama.Setiap agama memiliki pandangan atau perspektif masing masing mengenai sewa
Rahim dan donor sperma tidak hanya agama islam, agama lain yang di akui di Indonesia seperti Kristen, Hindu maupun Budha.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian sewa Rahim?
Apa pengertian donor sperma?
Bagaimana pandangan berbagai agama terhadap sewa rahim?
Bagaimana pandangan berbagai agama terhadap donor sperma?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui pengertian sewa rahim
2. Mengetahui sewa rahim dalam perspektif berbagai agama
3. Mengetahui pengertian donor sperma
4. Mengetahui donor sperma dalam perspektif berbagai agama

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SEWA RAHIM

Menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah disenyawakan dengan benih lelaki
(sperma) (yang kebiasaannya suami isteri), dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga dilahirkan. Kemudian anak itu diberikan
semula kepada pasangan suami isteri itu untuk memeliharanya dan anak tersebut dikira anak mereka dari sudut undang-undang. Kaedah ini
dikenali dengan sewa rahim karena lazimnya pasangan suami isteri yang ingin memiliki anak ini akan membayar sejumlah wang kepada ibu
tumpang atau syarikat yang menguruskan kerja mencari ibu tumpang (si penyewa rahim) yang sanggup mengandungkan anak percantuman
benih mereka dan dengan syarat ibu tumpang tersebut akan menyerahkan anak tersebut setelah dilahirkan atau pada masa yang dijanjikan.

2.2 MACAM MACAM SURROGATE MOTHER(SEWA RAHIM)

1 Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih suami(sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Kaedah ini
digunakan dalam keadaan isteri memiliki benih yang baik , tetapi tetapi rahimnya dibuang kerana pembedahan , kecacatan yang teruk,
akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain.
1 Sama dengan bentuk yang pertama, kecuali benih yang telah disenyawakan  dibekukandan dimasukkan ke dalam rahim ibu tumpang
selepas kematian pasangan suami isteri itu.
2 Ovum isteri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain.Keadaan ini
apabila suami mandul dan isteri ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih isteri dalam keadaan baik.
3 Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku
apabila isteri ditimpa penyakit pada ovari dan rahimnyatidak mampu memikul tugas kehamilan, atau isteri telah mencapaitahap putus
haid (menopause).
4 Sperma suami dan ovum isteri disenyawakan , kemudian dimasukkan ke dalam rahim isteri yang lain dari suami yang sama. Dalam
keadaan ini isteri yang lain sanggup mengandungkan anak suaminya dari isteri yang tidak boleh hamil.

2.3 SEBAB dan TUJUAN SEWA RAHIM


1 Seseorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung secara biasa kerana ditimpa penyakit atau kecacatan yang
menghalangnya dari mengandung dan melahirkan anak.
2. Rahim wanita tersebut dibuang kerana pembedahan Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul bebanan
kehamilan, melahirkan dan menyusukan anak dan ingin menjaga kecantikan tubuh badannya dengan mengelakkan dari terkesan akibat
kehamilan
3Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (menopause) Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan
rahimnya kepada orang lain.

2.4 SEWA RAHIM DALAM PRESPEKTIF BERBAGAI AGAMA


1. Pandangan Agama Islam
Dalam Islam,hukum penyewaan rahim adalah HARAM, hal ini berlandaskan berdasarkan dalil-dalil dibawah ini:
a)  Tidak adanya hubungan perkawinan  antara pemilik sperma dengan pemilik rahim

3
Hal yang selalu diulangi di dalam Islam adalah adanya anak selalu dilandasi melalui proses perkawinan yang sah antara suami isteri
yang   tercakup di dalamnya rukun dan segala syarat.Maka di dalam proses sewa rahim tersebut jelaslah bahwa antara pemilik sperma dan
pemilik rahim tidak memiliki hubungan perkawinan yang jelas. Dalil syariat telah menetapkan bahwa seorang anak hanya akan lahir dari
perkawinan yang sah dan keturunan baik lelaki dan perempuan adalah merupakan rahmat dari sebuah perkawinan.(surat Ra'du 38 dan surat
Nahlu 72)
b)         Adanya ikatan syari’(nikah) antara hak melakukan pembuahan di dalam rahim seseorang dan hak melakukan jima'( menggauli)
dengan pemilik rahim.
Di dalam fiqih Islam terdapat Qaidah, " Siapa saja yang berhak melakukan jima' dengan seorang perempuan maka perempuan
berhak hamil dari hasil hubungan tersebut. Maka jelaslah bahwa barang siapa yang tidak berhak untuk melakukan hubungan intim dengan
seorang perempuan maka perempuan tidak berhak menjadikan dirinya hamil. Dan hak menggauli hanya ada pada suami isteri.
Bagaimana jika perempuan tempat tumpangan pembuahan adalah isteri kedua dari seorang laki laki ? Jika suami memiliki dua
orang isteri lalu dia menggauli isteri pertama kemudian hasil pencampuran ovum dan sperma dengan isteri pertama diletakkan pada isteri
kedua maka dalam keadaan ini hal tersebut tetap dilarang dan dihukum haram karena akan menimbulkan pertentangan antara isteri pertama
dan kedua sedangkan pertentangan itu dilarang di dalam Islam ( Surat Al-Anfal ayat 46) Jika kedua isteri telah bersepakat? Kesepakatan ini
nantinya akan membawa penyesalan di dalm diri kedua isteri tersebut dan ini juga memisahkan antara anak dan isteri  padahal hal itu
sangatlah terlarang.
c)         Tidak sah rahim itu menjadi barang jual beli.
Di dalam Islam terdapat hal hal yang dibenarkan oleh syariat untuk dijadikan barang jual beli, namun ada juga yang tidak boleh
diperjual belikan diantaranya adalah isteri. Seorang isteri tidak boleh diperjual belikan dan termasuk di dalamnya rahim isteri. Karena kita
hanya dapat memamfaatkan isteri itu bagi diri kita saja dan tidak boleh menjadikan manfaat yang dibawa isteri itu terhadap orang lain.
Seperti menjual isteri atau menjual rahimnya saja.
Maka tidak bolehnya disewa rahim bagi yang bukan suami adalah agar nasab seseorang tetap terjaga karena memerhatikan nasab
merupakan salah satu asas dari kehiupan bersyariat. Adanya proses sewa rahim yang demikian itu menunjuki kepada makna zina, bukan
zina hakikat tetapi zina secara maknawi dan pelaku zina dalam model sewa rahim ini tidak diberlakukan hukuman had karena zina hakikat
itu hanya dianggap zina jika bertemu dua kelamin yang berbeda.
d)         Syariat Islam  mengharamkan segala hal yang membawa kepada persilisihan diantara manusia
Islam selalu melarang adanya perselisihan diantara manusia, maka sewa rahim itu akan membawa manusia berselisih dan tidak
jelas nasabnya seperti perselisihan antara dua orang perempuan yang mana yang menjadi ibu si anak  dan juga pertentangan di dalm
warisan.
e)         Syariat melarang percampuran nasab.
Dengan sebab penyewaan rahim itu maka nasab anak akan tercampur dan susah untuk menelitinya apalagi jika sekiranya
perempuan yang disewa rahimnya memiliki suami maka akan terjadi perselisihan anak dari hasil sewa rahim yang terlahir atau anak dari
suami sebenarnya.
Seperti dikisahkan cerita menarik yang terjadi di Jerman , seorang perempuan yang tidak bisa hamil bersepakat dengan perempuan
lainnya untuk melakukan kehamilan terhadap hasil hubungannnya dengan suaminya, kemudian perempuan yang disewa rahim tadi hamil
dan melahirkan dengan membayar 27 mark jerman. Kemudian setelah lama maka diteliti rupanya anak yang lahir adalah anak dari hasil
hubungan  perempuan yang disewa rahimnya dengan suaminya, bukan anak dari suami isteri yang membayar tadi.
f)          Penyewaan rahim akan mengakibatkan terlantarnya anak dan menyebabkan orang tua melepaskan tanggung jawab.
Dengan adanya proses penyewaan rahim maka antara orang tua saling melepaskan tanggung jawab dan akan menjadikan anak
tersebut kehilangan pelindung dan pendidik. Maka hal ini sangat dilarang oleh agama juga undang undang negara melarang seorang orang
tua melepaskan tanggung jawabnya karena anak adalah amanah dan akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah Swt. Lalu kepada siapa
sang anak di beri nasab ? Jika perempuan yang disewa rahimnya tidak memilki suami maka anak tadi dinasab langsung kepada suami dari
perempuan pemilik ovum. Namun jika perempuan yang disewa rahimnya memilki suami maka kembali harus diteliti melalui test DNA
lelaki mana yang berhak menjadi ayahnya, apakah pemilik sperma dari suami perempuan pertama atau lelaki isteri perempuan yang disewa
rahimnya.

2. Pandangan Agama Kristen


Sebagaimana isu lain mengenai prokreasi manusia, surrogate mothertentunya menyita perhatian dari sisi keagamaan. Dari sudut
pandang Kristiani, analisa moral dari teknologi reproduksi buatan ini harus mendapatka perhatian serius terutama erkait dengan tujuan
aktifitas seksual dan keutuhan pernikahan. Terlebih lagi dalam posisi ini generasi manusia ditempatkan dalam level yang seolah-olah sejajar
dengan dengan perkawinan hewan, apalagi teknik yang digunakan pada prosedur kerjanya sangat mirip. 
Pada tahun 1949 Paus Paus Pius XII dari gereja Katolik Roma adalah tokoh agama pertama yang menanggapi secara serius
masalah reproduksi buatan yang dilakukan pada manusia. Beliau berkata, “the natural law and the divine law are such that the procreation
of new life may only be the fruit of marriage”, yang artinya hukum alamiah dari prokreasi manusia (penghamilan) hanya boleh dilakuakan
melalui perkawinan/ persetubuhan yang wajar.”
Bila kita menilik dari segi prosedur pelaksanaan praktik surrogate mother  maka ada proses onani dan masturbasi, yang artinya
ada pembuangan sperma yang secara sengaja yang bila kita lihat dalam Kejadian 38:10. Pada konteks pasal tersebut cara yang dilakukan
untuk mendapatkan keturunan bagi Er, Onan melakukan persetubuhan yang wajar, namun ia membuang maninya sehingga matilah Onan
karena hal tersebut dipandang jahat oleh Allah.
Ditambah lagi dengan berbagai bentuk dan alasan pasangan untuk melakukansurrogate mother  yang membuat perbuatan ini
dipandang keji oleh Allah. Berikut ulasan dari berbagai bentuk penyewaan rahim disertai dengan respons iman kristiani.
1.      Jika sprema dan ovum berasal dari pasangan suami isteri namun mengunakn rahim wanita lain dengan alasan kecacatan atau ketiadaan
rahim sang isteri karena berbagai faktor. Dalam bentuk penyewaan ini, wanita yang rahimnya disewa telah seolah-olah menjual rahimnya.Di
samping itu, pernikahan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus adalah pernikahan dengan satu partner.Dalam kasus ini, ada pihak ketiga yang
tidak terlibat dalam hubungan pernikahan, ini merusak kekudusan pernikahan.
2.      Benih yang telah disenyawakan ditumpangkan ke wanita lain karena orang tua benih meninggal. Ini berkitan dengan pandangan dasar dalam
teknologi reproduksi buatan dengan persenyawaan yang tidak alamiah/ denganbantuan manusia dan terjadi diluar rahim wanita, yang
menjadikannya bukan perkawinan/ persetubuhan yang tidak wajar.
3.      Kecacatan laki-laki atau sperma laki-laki yang membuat ovum wanita harus dibuahi oleh sperma lain dan kemudian dititipkan ke rahim
wanita lain. Keadaan ini lebih parah lagi, karena selain cara persenyawaan yang tidak wajar juga ada piahk ketiga dan keempat, yaitu pihak
pendonor sperma dan pihak pendonor sewa rahim. Kerumitan ini telah menghancurkan kekudusan pernikahan dengan pemaksaan kehendak.
4.      Sperma sang suami disenyawakan dengan ovum wanita lain dan ditanam di rahim wanita lain. Dalam hal ini kerunyaman terjadi bila ada
dua wanita pendonor, yaitu pendonor rahim dan pendonor ovum.Tidak dapat terlihat keterlibatan langsung pada isteri yang sah. Adopsi anak
merupakan usaha yang lebih sederhana dan mulia disbandingkan cara ini. Atau jika wanita pendonor ovum dan rahim adalah wanita yang

4
sama, maka kejadian ini mirip dengan apa yang terjadi pada Abraham, Sarah dan Hagar dalam Kejadian 16 yang pada akhirnya
menimbulkan pertentangan dan masalah.
5.      Bentuk yang terkahir adalah bila ovum dan sperma dari suami isteri yang sah disenyawakan dan ditanam pada isteri yang lain, dalam artian
terjadi praktik poligami. Hal ini dijelaskan dalam Markus 10:11-12 yang berbunyi “Lalu katanya kepada mereka: “Barangsiapa menceraikan
isterinya lalu kawin dengan wanita lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si ister menceraikan suaminya dan kawin
dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah”
Dalam penjelasan diatas jelaslah betapa Allah menghendaki kekudusan dalam pernikahan karena Ia dari kesatuan suami isteri yang Ia
inginkan ialah keturunan ilahi, sehingga kesetiaan menjadi faktor penentu yang sangat diperlukan dalam hubungan suami isteri (Maleakhi 2:
15-16)

3. Pandangan Agama Hindu


Dalam program penyewaan rahim dengan prosedur-prosedur yang benar maupun rahim sebagai fungsi ekonomis sangatlah tidak
etis,karena agama dengan tegas menegaskan bahwa penciptaan manusia adalah hak dan kedaulatan Tuhan meskipun dengan ilmu
pengetahuan yang berkembang saat ini, manusia dapat menciptakan ciptaan yang baru tetapi, integritas sebagai manusia harus dihormati,
artinya manusia harus menghormati dirinya sendiri sebagai ciptaan Tuhan yang paling luhur berdasarkan prinsip seorang agamawan, semua
hal yang bisa dilakukan, tidak selalu patut dilakukan. Sesuatu hal yang dianggap baik belum tentu benar untuk diterapkan dalam kehidupan
manusia.

4. Pandagan Agama Budha


Dalam pandangan Agama Budha, perkawinan adalah suatu pilihan dan bukan kewajiban.Artinya, seseorang dalam menjalani
kehidupan ini boleh memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri. Sesungguhnya dalam agama Budha, hidup berumah tangga
ataupun tidak adalah sama saja. Masalah terpenting di sini adalah kualitas kehidupannya. Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka
hendaknya ia konsekuen dan setia dengan pilihannya,melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Orang yang
demikian ini sesungguhnya adalah seperti seorang pertapa tetapi hidup dalam rumah tangga.Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang
Budha.Dengan demikian, sewa rahim tidak diperbolehkan dalam agama budha.

2.5 PENGERTIAN DONOR SPERMA


Donor sperma yaitu pemberi  ataupenerimasperma oleh laki-laki untuk digunakan secara langsung atau disimpan di bank sperma. Bank
sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu di bekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk
mempertahankan fertilitas sperma.Dalam bahasa medis bisa disebut juga Cryiobanking.
Donasi sperma atau sumbangan sperma adalah pemberian (atau "donasi") sel sperma (disebut sperma donor) oleh seorang laki-laki
(disebut donor sperma), yang pada dasarnya dilakukan dengan tujuan melakukan inseminasi pada seorang perempuan yang bukan
pasangannya.
Secara sederhana inseminasi(buatan) adalah proses penempatan sperma dalam organ reproduksi wanita dengan tujuan untuk
mendapatkan kehamilan. Ini harus dilakukan pada masa paling subur wanita yakni 24-48 jam sebelum terjadi ovulasi
2.6 ALASAN ETIS MELAKUKAN DONOR SPERMA
1)   Seseorang akan menjalani beberapa pengobatan terus menerus yang dapat mengurangi produksi dan kualitas sperma
2)   Seesorang memiliki kondisi medis yang dapat mempengaruhi kemampuan orang tersebut untuk ejakulasi. Misal : sklerosis multiple,
diabetes
3)  Seseorang yang menjalani perawatan penyakit kanker yang mungkin akan mengurangi atau merusak produksi dan kualitas sperma. Misal
: kemoterapi, radiasi
4)  Seseorang akan memasuki daerah kerja yang berbahaya yang memungkinan orang tersebut terpapar racun reproduktif
5)   Seseorang akan menjalani beberapa prosedur yang dapat mempengaruhi kondisi testis, prostat, atau kemampuan ejakulasinya. Misal :
operasi usus besar, pembedahan nodul limpa, operasi prostat.
6)      Seseorang akan menjalani vasektomi

2.7 DONOR SPERMA DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF AGAMA


1. Pandangan Agama Islam
Bank sperma merupakan tempat penyimpanan sperma yang diambil dari pendonor, yang perlu dinyatakan untuk
menentukan hukum tentang bank sperma adalah, tahap pertama cara pengambilan atau mengeluarkan sperma dari si pendonor,
yaitu dengan cara masturbasi (onani).
Persoalan dalam hukum Islam adalah bagaimana hukum onani tersebut dalam kaitan dengan pelaksanaan
pengumpulan sperma di bank sperma dan inseminasi buatan ?. Secara umum islam memandang melakukan onani merupakan
tergolong perbuatan yang tidak etis. Mengenai masalah hukum onani fuqaha berbeda pendapat.Ada yang mengharamkan secara
mutlak dan ada yang mengharamkan pada suatu hal-hal tertentu, ada yang mewajibkan juga pada hal-hal tertentu, dan ada pula
yang menghukumi makruh.Sayyid Sabiq mengatakan bahwa Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi haram.Alasan
yang dikemukakan adalah bahwa Allah SWT memerintahkan menjaga kemaluan dalam segala keadaan kecuali kepada isteri dan
budak yang dimilikinya. Sebagaimana dalam surat 23 [al-Mu'minun] ayat 5-7
Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani hukumnya haram.Ibnu hazim berpendapat bahwa onani hukumnya
makruh, tidak berdosa tetapi tidak etis.Diantara yang memakruhkan onani itu juga Ibnu Umar dan Atha` bertolak belakang dengan pendapat
Ibnu Abbas, hasan dan sebagian besar Tabi`in menghukumi Mubah.Al-Hasan justru mengatakan bahwa orang-orang Islam dahulu
melakukan onani pada masa peperangan. Mujahid juga mengatakan bahwa orang islam dahulu memberikan toleransi kepada para
pemudanya melakukan onani. Hukumnya adalah mubah, baik buat laki-laki maupun perempuan.
Ali Ahmad Al-Jurjawy dalam kitabnya Hikmat Al-Tasyri` Wa Falsafatuhu.Telah menjelaskan kemadharatan onani
mengharamkan perbuatan ini, kecuali kalau karena kuatnya syahwat dan tidak sampai menimbulkan zina. Agaknya Yusuf Al-Qardhawy
juga sependapat dengan Hanabilah mengenai hal ini, Al-Imam Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Muhammad Al-Husainy juga mengemukakan
kebolehan onani yang dilakukan oleh isteri atau ammahnya karena itu memang tempat kesenangannya:
Seorang laki-laki dibolehkan mencari kenikmatan melalui tangan isteri atau hamba sahayanya karena di sanalah (salah satu) dari tempat
kesenangannya.
Tahap kedua setelah bank sperma berhasil mengumpulkan sperma dari beberapa pendonor maka bank sperma akan menjualnya
kepada pembeli dengan harga tergantung kualitas spermanya, setelah itu agar pembeli sperma dapat mempunyai anak maka harus melalui
proses yang dinamakan inseminasi buatan yang telah dijelaskan di atas. Hukum dan pendapat inseminasi buatan menurut pendapat ulama`
apabila sperma dari suami sendiri dan ovum dari istri sendiri kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, asal keadaan kondisi
suami isteri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan
alami, suami isteri tidak berhasil memperoleh anak, maka hukumnya boleh. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqh:

5
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa (emergency), dan keadaan darurat/terpaksa itu
membolehkan melakukkan hal-hal yang terlarang.
Diantara fuqaha yang memperbolehkan/menghalalkan inseminasi buatan yang bibitnya berasal dari suami-isteri ialah Syaikh
Mahmud Saltut, Syaikh Yusuf al-Qardhawy, Ahmad al-Ribashy, dan Zakaria Ahmad al-Barry.Secara organisasi, yang menghalalkan
inseminasi buatan jenis ini Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara`a Depertemen Kesehatan RI, Mejelis Ulama` DKI Jakarta, dan
lembaga Islam OKI yang berpusat di Jeddah.
Selain kasus di atas (sperma dari suami ditanam pada rahim isteri) demi kehati-hatian maka ulama mengharamkannya. Contoh
sperma dari orang lain ditanam pada rahim isteri. Diantara yang mengharamkan adalah Lembaga fiqih Islam OKI, Majelis Ulama DKI
Jakarta, Mahmud Syaltut, Yusuf al-Qardhawy, al-Ribashy dan zakaria ahmad al-Barry dengan pertimbangan dikhawatirkan adanya
percampuran nasab dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Hal ini sesuai dengan keputusan Majelis Ulama Indonesia tentang masalah
bayi tabung atau inseminasi buatan.
Dengan demikian hukum pendirian bank sperma bisa mubah jika bertujuan untuk memfasilitasi suami isteri yang ingin
menyimpan sperma suaminya di bank tersebut, sehingga jika suatu saat nanti terjadi hal yang dapat menghalangi kesuburan, isteri masih
bias hamil dengan cara inseminasi yang halal. Adapun jika tujuan pendirian bank sperma adalah untuk mendonorkan sperma kepada wanita
yang bukan isterinya maka pendirian bank sperma adalah haram, karena hal yang mendukung terhadap terjadinya haram maka hukumnya
haram.
2. Pandangan Agama Kristen
Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengancam keras pembuahan buatan bayi tabung, ibu titipan dan seleksi jenis kelamin
anak.Karena dipandang tidak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Hal ini karena beberapa alasan :
a. melibatkan aborsi
b. tidak mempertimbangkan harkat sang bayi sebagai manusia
c. masturbasi (pengambilan sperma) selalu dianggap sebagai perbuatan dosa
d. dilakukan diluar suami istri yang normal
e. menghilangkan hak sang anak untuk dikandung secara normal melalui hubungan perkawinan suami istri
3. Pandangan Agama Budha
Dalam pandangan Agama Buddha, perkawinan adalah suatu pilihan dan bukan kewajiban.Artinya, seseorang dalam menjalani
kehidupan ini boleh memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri.Hidup sendiri dapat menjadi pertapa di vihara
--sebagai Bhikkhu, samanera, anagarini, silacarini-- ataupun tinggal di rumah sebagai anggota masyarakat biasa.
Sesungguhnya dalam agama Budha, hidup berumah tangga ataupun tidak adalah sama saja. Masalah terpenting di sini adalah
kualitas kehidupannya. Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka hendaknya ia konsekuen dan setia dengan pilihannya,
melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Orang yang demikian ini sesungguhnya adalah seperti
seorang pertapa tetapi hidup dalam rumah tangga.Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang Buddha. Dengan demikian, donor sperma
tidak diperbolehkan dalam agama budha
4. Pandangan Agama Katolik
Menurut agama katolik hubungan suami istri harus mempunyai tujuan union (persatuan suami istri) dan procreatin (terbuka
untuk kemungkinan lahirnya anak). Maka, donor sperma baik yang heterolog (melibatkan pihak ke tiga) maupan yang homolog
(antara hubungan suami istri itu sendiri) tidak sesuai dengan ajaran iman katolik, karena dalam prosesnya meniadakan proses
union (persatuan suami istri).
5. Pandangan Agama Hindu
Dipandang tidak sesuai dengan tata kehidupan agama Hindu karena tidak melalui samsakara dan menyulitkan dalam hukum
kemasyarakatan.
samskara itu merupakan upacara keagamaan yang bertujuan untuk menyucikan badan dan menjadikannya sempurna, agar layak
memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam keadaan diri yang bersih atau suci itulah diharapkan Sang Hyang Widhi Wasa
berkenan memberikan anugerah bahkan meragasukma pada diri manusia. Hal ini digambarkan dalam sebuah kitab Arjuna
Wiwaha yang berbunyi :
“Sasi wimbha haneng gatha mesi banyu, ndan asing suci nirmala mesi wulan, iwa mangkana rakwa kiteng kadadin, ring
angmbeki yoga kiteng sakala”.
Artinya :
Bagaikan bayangan bulan pada tempayan yang berisi air, hanya pada air yang bersih dan tenang itulah bayangan bulan itu
tampak. Demikianlah pula Dia akan menampakkan diri (meragasukma) pada orang yang berjiwa bersih dan suci.  Tujuan
pelaksanaan samskara itu sangat mulia, yaitu mencapai tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha yang terdiri dari Dharma,
Artha, Kama, dan Moksa atau dengan istilah lain “moksartham jagadhita ya ca iti dharma” yaitu tercapainya kesejahteraan hidup
serta kebahagiaan yang hakiki dan sejati.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Semua aspek kehidupan diatur dalam hukum.Begitu pula dengan perkembangan zaman khususnya yang berdampak pada bidang
kesehatan yakni donor sperma dan sewa Rahim.Dalam masyarakat sewa Rahim dan donor sperma masih dipandang buruk atau masih tidak
diperbolehkan karena tidak sesuai dengan hukum kehidupan khususnya di Indonesia. Selain dalam hukum, setiap agama juga memiliki
pandangan bahwa sewa Rahim dan donor sperma bahwa haram dan tidak diperbolehkan termasuk agama islam
Daftar Pustaka

http://semuailmiah.blogspot.com/2011/12/inseminasi-dalam-perspektif-agama_19.html?m=1
http://kerandamimpi.blogspot.com/2012/04/makalah-penyewaan-rahim.html
http://dakwahkesehataniu.blogspot.com/2016/02/hukum-sewa-rahim-dalam-agama-islam.html
http://syhrl17.blogspot.com/2016/10/makalah-mengenai-sewa-rahim-dalam-islam.html
http://dejavant.blogspot.com/2013/11/makalah-pandangan-agama-terhadap.html
http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-pandangan-agama-terhadap-bayi.html
https://consisteria.blogspot.com/2016/08/hukum-sosial-islam-pada-kasus-donor.html
http://chandrayuliasman.blogspot.com/2013/06/fiqh-kontemporer-inseminasi-kloning.html
http://nursearigunawan-ayuavitha.blogspot.com/2014/12/pandangan-agama-hindu-kristen-protestan.html
http://anggalaksanaputra.blogspot.com/2016/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

6
http://nakkitanakkami.blogspot.com/2015/07/surrogate-mother-ibu-pengganti-sewa_25.html

Anda mungkin juga menyukai