Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Agama
Disusun oleh :
Kelompok V IAT – 4A
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam atas berkah dan inayah-
Nya kepada kita semua sehingga masih bisa menikmati kehidupan ini, termasuk
kami yang baru saja menyelesaikan makalah “Aliran-Aliran dalam Konsep
Ketuhanan” ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam kami sampaikan kepada panutan alam yakni, Nabi
Muhammad Saw. yang mewariskan pedoman hidup kepada umatnya, yakni Al-
Quran dan Sunnah. Berkat perjuangan beliau lah kita bisa menikmati iman kepada
Allah Swt.
Makalah ini dibuat sebagai tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Agama
pada prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin. Penulis ucapkan
terimakasih kepada bapak Dr. Ahmad Saepudin, S.Ud., M.Ud selaku dosen
pengampu mata kuliah ini, serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penulisan makalah ini.
Selaku penyusun, kami sadar dalam penyusunan makalah ini pasti terdapat
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar penulis bisa memperbaikinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Batasan Masalah........................................................................................1
1.3. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.4. Tujuan........................................................................................................2
1.5. Metode Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. TEISME........................................................................................................3
B. DEISME........................................................................................................6
C. PANTEISME................................................................................................9
D. PANENTEISME.........................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
A. KESIMPULAN...........................................................................................15
B. SARAN.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
4. Bagaimana deskripsi tentang aliran Panenteisme?
1.4. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui konsepsi ketuhanan dari aliran Teisme.
2. Untuk mengetahui konsepsi ketuhanan dari aliran Deisme.
3. Untuk memahami tentang perkembangan konsepsi aliran Panteisme.
4. Untuk memahami tentang perkembangan konsepsi aliran Panenteisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEISME
1
Amsal Bakhtiar. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia. ( Depok: PT RAJA
GRAFINDO, 2017), hlm. 81.
2
Harun Nasution. Filsafat Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). Hlm. 42.
3
alira Teisme meyakini bahwa Tuhan menciptakan alam dan memeliharanya,
sementara sebagian yang lain yakin bahwa alam harus memiliki permulaan
yang berbeda. Perbedaan yang cukup menonjol dalam aliran Teisme ini
adalah antara agama Yahudi dan Islam di satu pihak dengan Kristen Ortodoks
di pihak yang lain. Dalam kepercayaan Yahudi dan Islam bahwa Tuhan itu
Maha Esa, sedangkan dalam Kristen Ortodoks meyakini konsep Trinitas,
bahwa Tuhan itu satu tapi dalam tiga pribadi yang berbeda.
Dalam agama Islam dasar dari keyakinannya adalah bahwa Tuhan itu
Maha Esa, sekaligus transenden dan juga imanen yang dijelaskan dalam
beberapa ayat Alquran. Dalam agama Islam pula kejelasan tentang Tuhan
adalah Esa, sekaligus transenden dan imanen terdiskripsi dalam beberapa
ayat Alquran, antara lain Qul Huwa Allah Ahad. Artinya “katakanlah
wahai Muhammad, Dia (Allah) adalah satu”. (QS. 112 : 1). Transendensi
Tuhan terdeskripsi dalam surat Al-A’raf ayat 54, yang artinya
“sesunggunya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas “Arsy”.
Imanensi Tuhan terdeskripsi dalam surat Qaf ayat 16, yang artinya, “dan
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari pada
uratlehernya”. Adapun ayat yang sekaligus menunjukkan bahwa Tuhan
disamping transenden dan imanen adalah surat Yunus ayat 3, yang artinya,
“sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam kemudian
bersemayam di atas “Arsy” untuk mengatur semua urusan”.3
3
Amsal Bakhtiar. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia. ( Depok: PT RAJA
GRAFINDO, 2017), hlm. 82.
4
Salah seorang tokoh Muslim yang menjelaskan mengenai Teisme ini
yaitu Al-Ghazali. Menurutnya, Allah adalah zat yang Maha Esa dan yang
menciptakan alam serta senantiasa memeliharanya. Dalam penciptaan
alam, Allah menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada yang kemudian
ada. Untuk itulah, menurut Al-Ghazali mukjizat adalah suatu peristiwa
yang wajar, karena Allah sangat mudah untuk mengubah suatu hukum
alam yang menurut manusia tidak bisa berubah.
4
Ibid,.. hlm. 84.
5
Begitupun kebalikannya, ketika sesuatu itu tidak dibutuhkan maka
semakin jarang dan susah untuk didapatkan.5
B. DEISME
Alam dalam paham DeIsme bagaikan jam. Setelah diciptakan, alam tidak
butuh lagi kepada Tuhan dan berjalan menurut mekanisme yang telah diatur
oleh Tuhan. Kerana alam berjalan sesuai dengan mekanisme tertentu yang
tidak berubah ubah,maka dalam diesme tidak terdapat paham mukjizat iaitu
kejadian yang bertentangan dengan hukum alam. Begitu juga wahyu dan doa
dalam diesme tidak diperlukan lagi.Tuhan telah memberikan akal kepada
manusia, sehingga dia mampu mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk,
mana yang bener dan mana yng salah. Jadi, menurut deisme manusia akalnya
mampu mengurus kehidupan dunia.7
5
Ibid,.. hlm. 85.
6
httpsandabertanyaateismenjawab.wordpress.com20130811apa-itu-panteisme-apa-itu deisme.h
tml/diakses pada/01/05/2020/20:37.
7
Amsal Bakhtiar. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia. ( Depok: PT RAJA
GRAFINDO, 2017), hlm. 89.
6
memperhatikan dan mengintervensi alam. Alam berjalan sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan.
b. Tuhan diibaratkan sebagai tukang jam yang sangat ahli. Setelah jam itu
selesai maka tidak lagi membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan
sesuai dengan mekanisme yang tersusun dengan rapi. Apabila alam ini
mengalami kerusakan, alam tidak membutuhkan Tuhan untuk
memperbaikinya karena alam sudah mempunyai mekanisme sendiri untuk
menjaga keseimbangan.
c. Tidak menerima mu’jizat, wahyu dan do’a. Karena alam ini berjalan
sesuai mekanisme tertentu yang tidak berubah-ubah dan mekanisme
tersebut dibuat bersamaan dengan penciptaan alam maka tidak menerima
mu’jizat yang bertentangan dengan hukum alam. Begitu pula do’a dan
wahyu tidak lagi dibutuhkan karena semua yang terjadi di alam sudah
diatur.
d. Manusia cukup dengan akal dalam mengurus kehidupan. Dengan akal,
manusia bisa mengetahui yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang
salah.
7
4. Tuhan mengatur alam dan mengharapkan manusia mematuhi hukum
moral yang berasal dari alam. Kelompok ini juga meyakini adanya
kehidupan setelah mati.8
Dari uraian diatas dapat kita lihat beberapa aspek positif yang terkandung
dalam kelompok Deisme diantaranya:
Deisme adalah suatu ajaran atau paham rasional yang percaya bahwa
Allah ada dandapat dilihat melalui kerumitan dan hukum-hukum alam. Akan
tetapi, Allah tidak turut sertadalam perkembangan alam dan kehidupan
manusia yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip alam yang dibuatnya.
Secara sederhana, Allah adalah pencipta alam pada taraf tingkat
kerumitannya, tetapi Allah hanya menanamkan prinsip-prinsip kerja dalam
8
Ibid,.. hlm. 90.
8
alam. Menurut faham Deisme Tuhan berada jauh di luar alam (transenden),
yaitu tidak berada dalam alam(immanen).Tuhan menciptakan alam dan
sesudah menciptakannya, Ia sudah tidak memperhatikannya lagi. Alam
berjalan dengan peraturan-peraturan yang sesempurna-sempurnanya. Dan
karena demikian, Tuhan tak perlu lagi mencampuri urusan alam, termasuk
juga urusan manusia.
C. PANTEISME
Panteisme terdiri atas tiga kata, yaitu pan, berarti seluruh, teo, berarti
Tuhan, dan isme, berarti paham. Jadi Pantheism atau Panteisme adalah
paham bahwa seluruhnya adalah Tuhan.9 Panteisme berpendapat bahwa
seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Benda-benda
yang dapat ditangkap oleh panca indra adalah bagian dari Tuhan. Manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda mati adalah bagian dari Tuhan.
Tuhan dalan Panteisme adalah imanen dan ini sangat bertolak belakang
dengan Tuhan dalam Deisme.
Karena seluruh kosmos ini satu, maka Tuhan dalam Panteisme juga satu.
Hanya saja, Tuhan dalam Panteisme mempunyai penampakan-penampakan at
au cara berada Tuhan di alam. Tuhan dalam Panteisme disamping Esa juga M
aha Besar, dan tidak berubah. Alam indrawi yang kelihatan berubah adalah il
usi atau khayal belaka karena selalu berubah. Adapun wujud yang hakiki han
ya satu, yakni Tuhan.
Dalam Islam paham ini dikenal dengan nama wahdat al-wujud (kesatuan
wujud) yang dikemukakan oleh Ibn al-‘Arabi. Namun antara paham wahdat
al-wujud dan panteisme disamping memiliki persamaan keduanya juga
memiliki perbedaan. Dalam Panteisme alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah
alam, sedangkan dalam wahdat al-wujud alam bukan Tuhan, tetapi bagian
dari Tuhan. Karena itu dalam aliran wahdat al-wujud alam dan Tuhan tidak
identik, sedangkan dalam panteisme identik.10
9
Ibid,.. hlm. 93.
10
http://istiqlalart.wordpress.com/2012/01/26/aliran-aliran-dalam-filsafat/diakses
9
Seorang tokoh Panteisme abad ke-3 yang bernama Plotinus mengatakan,
alam mengalir dari Tuhan dan berasal dari-Nya. Tuhan tidak terbagi-bagi dan
tidak mengandung arti banyak. Sedangkan filosof modern yakni Benedict de
Spinoza berpendapat, bahwa baginya jagat raya tidak ada yang rahasia karena
akal manusia mencakup segala sesuatu, termasuk Tuhan. Bahkan Tuhan
menjadi objek pemikiran akal yang terpenting.11 Ferkiss seorang tokoh
panteisme modern dalam gagasannya telah memberikan nuansa baru terhadap
panteisme, sehingga dapat dijuluki sebagai pelopor neopanteisme. Gagasan
barunya itu terletak pada penerapan konsep panteisme dalam menghadapi
ancaman kerusakan alam, menurutnya manusia yang merusak alam sama
dengan merusak Tuhan, karena alam identik dengan Tuhan.
pada/01/05/2020/09:39
11
Ibid,..
10
3. Panteisme menegaskan bahwa seseorang tidak mampu memberi batasan
terhadap Tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas.12
Kritik terhadap Panteisme berasal dari para tokoh agama dan kritikan
tersebut dikarenakan Panteisme tidak memperhatikan moral dan mukjizat.
Yang mana mukjizat bagi panteisme mustahil terjadi karena semua adalah
Tuhan dan Tuhan adalah semua. Kalau mukjizat diartikan sebagai peristiwa
yang menyalahi hukum alam, maka hal itu tidak berlaku bagi Panteisme
sebab Tuhan identik dengan alam. Sedangkan dalam agama Islam, Kristen,
dan Yahudi kedudukan moral sangat penting sebab moral itulah yang
menentukan nasib manusia di akhirat nanti. Tanpa ada kejelasan antara baik
dan buruk, maka akhirat tidak ada artinya. Dan kalau akhirat tidak berarti
tentu tujuan hidup orang-orang beragama sama dengan kaum materialistis.
D. PANENTEISME
12
Amsal Bakhtiar. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia. ( Depok: PT RAJA
GRAFINDO, 2017), hlm. 98.
13
Ibid,.. hlm. 98-99.
11
bekerja sama dengan alam, tergantung pada alam, berubah, menuju
kesempurnaan, bipolar (kutub potensial dan kutub aktual).14
Panenteisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti semua dalam Tuhan
atau semua ada dalam Tuhan, maksudnya suatu kepercayaan yang
menyatakan bahwa Tuhan ada dan meresapi setiap bagian dari alam.
Panenteisme berbeda dari pantesime yang percaya bahwa Tuhan merupakan
sinonim dengan materi alam semesta. Singkatnya, panteisme menyatakan
Tuhan adalah semua, sementara panenteisme menyatakan semua ada dalam
Tuhan. Panenteisme mengklaim bahwa Tuhan lebih besar dari alam semesta
dan beberapa versi menyatakan bahwa alam semesta ada di dalam Tuhan.15
Menurut Panenteisme Tuhan memiliki dua kutub. Dalam hal ini bisa kita
analogikan dengan Tubuh manusia sebagai alam (kutub pertama) dan akal
sebagai sesuatu yang diluar alam (kutub kedua). Pernyataan ini sebagaimana
yang yang diungkapkan oleh para pemikir modern yang mengatakan bahwa
daya akal tergantung pada otak, begitupula Panenteisme yang meyakini
bahwa Tuhan bergantung pada alam dan alampun bergantung pada Tuhan.
a. Bipolar terbagi menjadi dua yang pertama adalah Kutub potensi (abadi)
transenden. Kutub potensi adalah segala yang jauh dari alam yakni sesuatu
yang masih belum ditampakkan oleh Tuhan dan berada di luar alam. Jadi
segala sesutau yang berada di luar alam adalah potensi Tuhan dan tidak
berubah.
b. Kutub aktual (tidak abadi) imanen. Adalah bagian kutub kedua yakni
semua yang telah ditampakkan Tuhan meliputi segala yang ada di alam.
Jadi Kutub ini bersifat berubah dan tidak abadi.
14
Ibid,.. hlm. 100.
15
Bagus, Loren. Kamus Filsafat, edisi I. Jakarta: Gramedia, 1996, hlm 770.
16
John W. Cooper, Panenteisme: The Other God of the Philosophers (Baker Academic, 2006), hlm.
18.
12
c. Semua dalam Tuhan. Berbeda dengan Panteisme yang meyakini semuanya
adalah Tuhan.
d. Mengatur materi yang sudah ada.
e. Perubahan adalah untuk mencapai kesempurnaan.
f. Saling ketergantungan antara Tuhan dengan alam sehingga terjadi
kerjasama.
g. Tuhan adalah dzat yang terbatas.
Berikut adalah hal-hal positif yang bisa kita ambil dari pemikiran
Panenteisme diantaranya adalah :
Walaupun memilki aspek positif namun mereka juga tidak lepas dari
pada kritikan-kritikan diantaranya adalah17:
Ide tentang satu Tuhan sekaligus terbatas adalah suatu pikiran rancu yang
tidak bisa diterima akal sehat. Di dalamnya terdapat kontradiksi
sebagaimana berlari dan diam dalam waktu yang bersamaan.
Tuhan dalam konsep ini adalah berubah. Jika demikian bagaimana bisa
sesuatu yang berubah dapat diyakini kebenarannya. Karena tidak
seorangpun yang bisa mengetahui yang cantik tanpa adanya yang jelek.
Begitu pula dalam hal ini, bagaimana mereka meyakini bahwa Tuhan
17
Amsal Bakhtiar. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia. ( Depok: PT RAJA
GRAFINDO, 2017), hlm. 103.
13
berubah tanpa adanya konsep yang tidak berubah yang keberadaannya
haruslah mendahului perubahan tersebut.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah manusia muncul konsepsi-
konsepsi tentang Tuhan antara lain:
1. Paham Teisme; adalah kepercayaan kepada Tuhan yang bersifat personal
dan transenden, dan berpartisipasi secara imanen dalam menciptakan dunia
dari ketiadaan melalui aktus pencipta-Nya yang bebas.
2. Paham Deisme; yaitu paham yang meyakini bahwa Tuhan jauh berada
diluar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, Tuhan
tidak lagi memperhatikan alam tersebut. Alam telah dilengkapi dengan
peraturan-peraturan berupa hukum-hukum alam yang tetap dan tidak
berubah, sehingga secara mekanik akan berjalan dengan sendirinya.
3. Paham Panteisme; adalah suatu paham bahwa Tuhan berada dalam segala
sesuatu dan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan.
4. Paham Penenteisme; adalah suatu paham yang menyatakan bahwa segala
sesuatu ada di dalam Tuhan.
Dari empat paham tersebut tidak ada yang benar-benar memuaskan para
agamawan dan filosof. Namun demikian konsepsi-konsepsi ketuhanan di atas
telah memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif terhadap pemikiran
keagamaan. Akan tetapi tidak lepas dari kelemahan dan kritik. Ketidak
puasan para agamawan dan filosof di atas adalah wajar karena hal itu
permainan semantik dan kategori-kategori akal. Selain hal tersebut, ruang
metafisika terbuka untuk mengadakan spekulasi sebanyak mungkin dan
sedalam-dalamnya. Menurut agamawan, penjelasan yang sangat memuaskan
tentang Tuhan bukan berasal dari akal, tetapi dari wahyu. Wahyulah yang
mendatangkan kejelasan tentang Tuhan. Akal sekedar sebagai alat bantu
untuk menginterpretasikan wahyu tersebut, bukan sebagai sumber utama.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan
datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, A. (2017). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusi
a. Depok: PT RAJA GRAFINDO.
Nasution, H. (1979). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
httpsandabertanyaateismenjawab.wordpress.com20130811apa-itu-panteisme-apa-i
tu deisme.html/diakses
Loren. B. (1996). Kamus Filsafat, edisi I. Jakarta: Gramedia.
http://istiqlalart.wordpress.com/2012/01/26/aliran-aliran-dalam-filsafat/diakses
W.Cooper, J. (2006). Panenteisme: The Other God of the Philosophers. Baker Ac
ademic.
16