Anda di halaman 1dari 17

Book Summary

Aqidah Islam:Pola Hidup Manusia Beriman

Cover Depan

Data Buku
Judul

Akidah Islam: pola hidup manusia


beriman

Pengarang

As-Sayyid Sabiq

Penerbit

Pustaka Nasional, 1991

ISBN

997177304X, 9789971773045

Tebal

522 halaman

Cetakan

Xiv

Tempat trbt

Jawa Barat

Tentang Penulis Buku


Sayyid Sabiq lahir di di Istanha, Distrik al-Bagur, Propinsi al-Munufiah, Mesir, tahun 1915.
Ulama kontemporer Mesir yang memiliki reputasi internasional di bidang fikih dan dakwah
Islam, terutama melalui karyanya yang monumental, Fikih as-Sunnah (Fikih Berdasarkan Sunah
Nabi).
Nama lengkapnya adalah Sayyid Sabiq Muhammad at-Tihamiy. Lahir dari pasangan keluarga
terhormat, Sabiq Muhammad at-Tihamiy dan Husna Ali Azeb di desa Istanha (sekitar 60 km di
utara Cairo). Mesir. At-Tihamiy adalah gelar keluarga yang menunjukkan daerah asal leluhurnya,
Tihamah (dataran rendah Semenanjung Arabia bagian barat). Silsilahnya berhubungan dengan
khalifah ketiga, Utsman bin Affan (576-656). Mayoritas warga desa Istanha, termasuk keluarga
Sayyid Sabiq sendiri, menganut Mazhab Syafi'i.
Sesuai dengan tradisi keluarga Islam di Mesir pada masa itu, Sayyid Sabiq menerima pendidikan
pertamanya pada kuttab (tempat belajar pertama tajwid, tulis, baca, dan hafal al-Quran). Pada
usia antara 10 dan 11 tahun, ia telah menghafal al-Quran dengan baik, Setelah itu, ia langsung
memasuki perguruan al-Azhar di Cairo dan di sinilah ia menyelesaikan seluruh pendidikan
formalnya mulai dari tingkat dasar sampai tingkat takhassus (kejuruan). Pada tingkat akhir ini ia
memperoleh asy-Syahadah al-'Alimyyah (1947), ijazah tertinggi di Universitas al-Azhar ketika
itu, kurang lebih sama dengan ijazah doktor.
Meskipun datang dari keluarga penganut Mazhab Syafi'i, Sayyid Sabiq mengambil Mazhab
Hanafi di Universitas al-Azhar. Para mahasiswa Mesir ketika itu cenderung memilih mazhab ini
karena beasiswanya lebih besar dan peluang untuk menjadi pegawai pun lebih terbuka lebar. Ini

merupakan pengaruh Kerajaan Turki Usmani (Ottoman), penganut Mazhab Hanafi,


yang deFacto menguasai Mesir hingga tahun 1914. Namun demikian, Sayyid Sabiq mempunyai
kecenderungan suka membaca dan menelaah mazhab-mazhab lain.
Di antara guru-guru Sayyid Sabiq adalah Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh Tahir ad-Dinari,
keduanya dikenal sebagai ulama besar di al-Azhar ketika itu. Ia juga belajar kepada Syekh
Mahmud Khattab, pendiri al-Jam'iyyah asy-Syar'iyyah li al-'Amilin fi al-Kitab wa as-Sunnah
(Perhimpunan Syariat bagi Pengamal al-Quran dan Sunah Nabi). Al-Jam'iyyah ini bertujuan
mengajak umat kembali mengamalkan al-Quran dan sunah Nabi saw tanpa terikat pada mazhab
tertentu.
Sejak usia muda, Sayyid Sabiq dipercayakan untuk mengemban berbagai tugas dan jabatan, baik
dalam bidang administrasi maupun akademi. Ia pernah bertugas sebagai guru pada Departemen
Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Pada tahun 1955 ia menjadi direktur Lembaga Santunan Mesir
di Mekah selama 2 tahun. Lembaga ini berfungsi menyalurkan santunan para dermawan Mesir
untuk honorarium imam dan guru-guru Masjidilharam, pengadaan kiswah Ka'bah, dan bantuan
kepada fakir-miskin serta berbagai bentuk bantuan sosial lainnya. la juga pernah menduduki
berbagai jabatan pada Kementerian Wakaf Mesir. Di Unversitas al-Azhar Cairo ia pernah
menjadi anggota dewan dosen.
Sayyid Sabiq mendapat tugas di Universitas Jam'iah Umm al-Qura, Mekah. Pada mulanya, ia
menjadi dewan dosen, kemudian diangkat sebagai ketua Jurusan Peradilan Fakultas Syariat
(1397-1400 H) dan direktur Pascasarjana Syariat (1400-1408 H).
Sesudah itu, Sayyid Sabiq kembali menjadi anggota dewan dosen Fakultas Usuluddin dan,
mengajar di tingkat pascasarjana. Sejak muda ia juga aktif berdakwah melalui ceramah di
masjid-masjid pengajian khusus, radio, dan tulisan di media massa. Ceramahnya di radio dan
tulisannya di media massa dapat dibaca dan dikaji.
Sayyid Sabiq tetap bergabung dengan al-Jam'iyyah asy-Sy-ar'iyyah li al-'Amilin fi al-Kitab wa
as-Sunnah. Pada organisasi ini ia mendapat tugas untuk menyampaikan khotbah Jumat dan
mengisi pengajian-pengajiannya. la juga pernah dipercayakan oleh Hasan al-Banna (1906-1949),
pendiri Ikhwanul Muslimin (suatu organisasi gerakan Islam di Mesir) untuk mengajarkan fikih
Islam kepada anggotanya. Bahkan, karena menyinggung persoalan politik dalam dakwahnya, ia
sempat dipenjarakan bersama sejumlah ulama Mesir di masa pemerintahan Raja Farouk (19361952) pada tahun 1949 dan dibebaskan 3 tahun kemudian.

Di desa Istanha, Sayyid Sabiq mendirikan sebuah pesantren yang megah. Guru-gurunya diangkat
dan digaji oleh Universitas al-Azhar. Karena jasanya dalam mendirikan pesantren ini dan
sekaligus penghargaan baginya sebagai putra desa, al-Jam'iyyah asy-Syar'iyyah li al-'Amilin fi
al-Kitab wa as-Sunnah, pengelola pesantren, menamakan pesantren Ma'had as-Sayyid Sabiq alAzhari (Pesantren Sayyid Sabiq Ulama al-Azhar).
Sayyid Sabiq menulis sejumlah buku yang sebagiannya beredar di dunia Islam, termasuk di
Indonesia, antara lain: Al-Yahud fi al-Qur'an (Yahudi dalam Al-Quran), 'Anasir al-Quwwah fi allslam (Unsur-Unsur Dinamika dalam Islam), Al-'Aqa'id at-Islamiyyah (Akidah Islam), ArRiddah (Kemurtadan), As-Salah wa at-Taharah wa al-Wudu' (Salat, Bersuci, dan Berwudu),dll
Sebagian dari buku-buku ini telah diterjemahkan ke bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia.
Namun, yang paling populer di antaranya adalah Fikih as-Sunnah. Buku ini telah dicetak ulang
oleh berbagai percetakan di Mesir, Arab Saudi, dan Libanon. Buku ini juga sudah diterjemahkan
ke berbagai bahasa dunia, seperti Inggris, Perancis, Urdu, Turki, Swawahili, dan Indonesia.
Sayyid Sabiq seorang ulama moderat, menolak paham yang menyatakan tertutupnya pintu
ijtihad. Dalam menetapkan hukum, ia senantiasa merujuk langsung pada al-Quran dan sunnah
Nabi saw, tanpa terikat pada mazhab tertentu, sehingga tidak jarang ia mengemukakan pendapat
para ulama yang disertakan dengan dalilnya tanpa melakukan tarjih (menguatkan salah satu dan
dua dalil).
Referensi Makalah

BAB I PENDAHULUAN
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahualaihi wa sallam, dan
intinya adalah iman dan amal.Iman dan amal, atau aqidah dan syariah kedua-duanya berkaitan satu sama
lainnya seperti keterkaitan antara buah dan pohonnya.Iman mencerminkan aqidah dan pokok-pokok yang
menjadi landasan syariat Islam. Dan dari dasar-dasar ini keluarlah cabang-cabangnya. Amal
mencerminkan syariah dancabang-cabang yang dianggap sebagai tindak lanjut dari iman dan aqidah.
Pengertian Keimanan Atau Aqidah itu tersusun atas 6 perkara yaitu
1.

Marifat kepada Alloh

2.

Marifat kepada alam yang ada dibalik alam semesta ini atau alam yang tidak dapat dilihat.

3.
Marifat kepada Kitab-kitab Allah yang diturunkan untuk menentukan rambu-rambu kebenaran dan
kebathilan.
4.
Marrifat kepada para nabi dan rasul Allah yang telah dipilih untuk menjadi pembimbing dan
pemimpin makhluk menuju kepada yang hak.
5.

Marifat kepada hari akhir dan hal-hal yang ada didalamnya.

6.

Marifat terhadap qadar (takdir).

Kesatuan Aqidah : Aqidah merupakan kesatuan yang tidak akan berubah-ubah karena pergantian zaman
atau tempat, tidak pula berganti-ganti karena perbedaan golongan atau masyarakat. Alloh berfirman
dalam syuarat As Syura ayat 13.
Aqidah : merupakan ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh padanya itu ia akan hidup dalam
keadaan yang baik dan menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya akan matilah semangat
kerohanian manusia. Aqidah bagaikan cahaya yang apabila seseorang buta dari padanya maka pasti orang
tersebut akan tersesat dalam liku-liku kehidupan, bahka tidak musthil orang tsb akan terjerumus dalam
lembah kesesatan yang amat dalam. Alloh berfirman dalam syurat As al-Anam ayat 122.

BAB 2
MARIFAT KEPADA ALLOH
Marifat Kepada Alloh adalah seluhur-luhur dan semulia marifat, sebab Marifat Kepada Alloh
itulah yang merupakan asas atau fundamental yang diatasnya didirikanlah segala kehidupan kerohanian.
Ada dua cara atau sarana untuk melakukan marifatullah yaitu :
1. Menggunakan akal pikiran untuk memikirkan dan memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan
oleh Allah. Marifatullah dapat dilakukan dengan bertafakur. Sesungguhnya tiap organ tubuh mempunyai
tugas, sedangkan tugas akal adalah merenungkan, memperhatikan dan memikirkan. Jika potensi ini tidak
difungsikan maka hilanglah kerja akal dan tidak berfungsi pula tugasnya. Islam menghendaki agar akal
bangkit melepaskan diri dari belenggunya dan bangun dari tidurnya.
Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. (Yunus : 101)
Tidak memfungsikan akal dapat menurunkan derajat manusia ke tingkatan yang lebih rendah dari derajat
binatang. Taqlid (mengikuti orang lain tanpa mengetahui alasan dan tujuannya) menjadi penghalang bagi
kemerdekaan akal dan pengekang akal untuk berpikir. Oleh karena itu Allah memuji orang-orang yang
bersikap objektif terhadap berbagai fakta dan dapat membedakan antara yang satu dengan yang lain,
sesudah diteliti, diperiksa, dan dicermati lalu mereka mengambil yang terbaik dan meninggalkan yang
lain. Allah mencela orang-orang yang bertaqlid yang tidak mau berpikir kecuali mengikuti pikiran orang
lain. Ketika Islam mengajak manusia untuk berpikir, sesungguhnya apa yang dikehendakinya adalah
berpikir dalam batas kemampuandan jangkauan akal.
Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan jangalah kamu memikirkan tentang dzat Allah, sebab kamu
tidak akan dapat memikirkan kadar kedudukan-Nya(sebagai mana mestinya). (Diriwayatkan oleh Abu
Nuaim dalam alHilyh secara marfu kepada Nabi dengansanad yang lemahtetapi maknanya shahih).

2. Dengan Mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.


Sarana lain yang dipergunakan Islam untuk mengenalkan manusia kepada Allah dengan menjelaskan
nama-nama Allah yang baik (al-Asma al-Husna) dan sifat-sifat-Nya yang luhur. Katakanlah: serulah
Allah dan serulah Ar-Rahmaan. Dengan nama yang mana saja yang kamu seru, Dia mempunyai AlAsmaul-Husna (nama-nama yang terbaik) (Al-Israa : 110)
Dan bagi Allah-lah nama-nama yang terbaik, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
Asmaul-Husna itu. (Al-Araaf : 180)
BAB 3
DZAT KETUHANAN
Kemustahilan untuk Menemukan Dzat Ketuhanan
Sesungguhnya hakikat Dzat Tuhan tidak dapat diketahui oleh akal manusia. Sebab Dzat tuhan memang
tidak dapat dijangkau oleh akal, dan sesungguhnya meskipun akal manusia itu cerdas dan kemampuan
untuk mengetahui sesuatu telah mencapai puncaknya namun ia sangat terbatas dalam suatu batas tertentu
dan sangat lemah untuk mengetahui hakikat berbagai hal atau benda yang bahkan dapat dilihatnya dalam
sehari-hari. Sebagai contoh bahwa manusia sampai saat inipun belum dapat mengetahui secara benar
tentang hakikat jiwa itu sendiri padahal jiwa itu melekat pada diri manusia itu sendiri. Manusiapun tidak
dapat mengiraikan hakikat cahaya atau sinar padahal, padahal cahaya atau sinar itu adalah benda yang
amat jelsa dan terang sekali. Dan masih banyak contoh lainnya.
Sesungguhnya Dzat Alloh masih jauh lebih besar dari apa yang dapat dicapai oleh akal ataupun yang
dapat diliputi oleh pemikiran-pemikiran. Firman Alloh SWT dalm quran surat Al_Anam ayat 103 Alloh
tidak akan dapat dicapai oleh penglihatan-penglihatan dan Dia dapat mencapai penglihatan-penglihatan
itu dan Dia adalah Maha Halus dan Waspada.
Kelemahan Memarifati Hakikat Benda-Benda Tidaklah Membuktikan Ketiadaan Benda-Benda
itu
Tebatasnya akal pikiran dan kelemahannya atau tidak dapatnya mencapai hakikat benda-benda itu
tidak dapt digunakan bukti bahwa benda-benda itu tidak ada. Jadi kalau akal pikiran tidak dapat dari pada
jiwa, tidak berarti bahwa jiea itu tidak ada. Begitu juga akal pikiran tidak dapat menjelaskan hakikat
cahaya, tidak berarti bahwa cahaya itu tidak ada, jelas sekali bahwa cahayaitu ada dan merta keseluruh
alam.
Demikian pula halnya dengan Dzat ketuhanan (Illahiyah), jikaa manusia belum mencapai
hakikaatnya, maka tidaklah ini berarti bahwa Dzat ketuhanan (Illahiyah) itu tidak ada, tetapai Dzat
Ketuhanan (Illahiyah) itu ada dengan sekokoh-kokoh penetapan sebagai sesuatu yang wajib ada.
Alam Semesta Adalah Bukti Adanya Sang Maha Pencipta
Semua yang ada di Lingkungan alam semsta ini dapat digunakan sebagai bukti tentang wujudnya
(adanya) Tuhan, bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat
membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya. Hal in dijelaskan dalam
Q.S AT_Thur ayat 35-36, Q.S Al-Fushshilat ayat 37.

Fitrah Sebagai Bukti Adanya Alloh


Alam semesta serta segala sesuatu yang ada di dalamnya yang tersusun rapi dan kokoh bukan
hanya itu saja yang dapat dijadikan bukti akan adanya Tuhan yang menciptakan Langit dan Bumi ini,
tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu yaitu berupa perasaan-perasaan yang
tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Alloh SWT. Perasaan ini merpakan
pembawaaan sejak manusia dilahirkan dan oleh sebab itu disebut sebgai fitrah. Hal in dijelaskan dalam
Q.S Yunus ayat 12.
Perasaan sejatinya tertanam di dalam jiwa setiap manusia. Dan di dalam perasaan itu pula setiap
manusia akan meyakini adanya Tuhan yang Maha Suci. Namun kadang-kadang perasaan ini tertutup dan
tenggelam oleh suatu hal dan tidak akan bangkit kembari dari kelalaiannya kecuali jika ada pemicu yang
menyadarkannya semisal kecacatan, penyakit yang dideritanya, bahaya yang mengepung dirinya, ataupun
ketika ada ancaman-ancama suatu hal.
Pengokohan Ketuhanan
Pengalaman spiritual juga menjadi bukti akan eksistensi sang Pencipta yang Maha Kuasa. Diantara buktibukti adanya Tuhan adalah bahwa orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah lebih tinggi
ilmunya, lebih banyak adabnya, lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya,
lebih besar kepeduliannya terhadap kepentingan orang lain dan lebih banyak manfaatnya untuk umat
manusia. Hal apa yang menyebabkan kecenderungan tersebut. Perhatikan dengan orang yang tidak
beriman. Mereka sangat pekat kebodohannya, keras wataknya, kotor jiwanya, gelap hatinya, rusak
akhlaknya dan menjadi seperti binatang dalam berbagai tuntutan maupun kebutuhan-kebutuhannya. Di
balik itu semua pasti terdapat suatu rahasia, dan perlu diyakini bahwa orang yang beriman selalu
mendapat dukungan dari Allah.
Tidak ada satu buktipun yang mengingkari tentang adanya eksistensi Allah. Karena memang sebenarnya
akal yang mau berfikir keras tidak akan menerima ketiadaan dari Allah. Meskipun ilmu pengetahuan
sudah mencapai puncaknya, namun hal tersebut tidaklah dapat dijadikan dasar untuk mengingkari Allah.
Bahkan seorang ilmuwan yang sejati akan menjadi seorang yang paling kuat imannya kepada Allah.

BAB VI
SIFAT-SIFAT ALLOH TAALA
Allah SWT yang menciptakan alam semesta ini selain memiliki asmaul husna (nama-nam yang baik)
juga memiliki sifat-sifat yang luhur yang merupakan penetapan dari kesempurnaan KetuhananNya serta
keagungan IllahiyahNya. Sifat-sifat yang menjadi milik Alloh SWT. Itu diantaranya ada yang disebut
dengan sifat Salbiah dan diantaranya lagi disebut dengan sifat tsubutiah.
Sifat-sifat Salbiah
Yang termasuk golongan sifat Salbiah yaitu :
-

Alloh SWT bersifat Awwal dan Akhir

Allah adalah dzat yang maha dahulu, artinya bahwa tiada permulaan bagi wujud-Nya dab bahwa wujud
Allah tanpa didahului dengan tahap tiada. Allah adalah dzat yang Maha Akhir. Artinya bahwa Allah itu

dzatnya tiada akhir, kekal tanpa batas, dan tanpa berkesudahan. Dia itu Azali (Maha dahulu) dan abadi,
tidak didahului oleh siapapun.
Dialah yang Awwal dan yang Akhir, yang Dhahir dan yang Bathin dan Dia mengetahui segala
sesuatu.(Al-Hadiid : 3)
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah(Al-Qashash :88).
-

Alloh SWT tidak Serupa dengan Sesuatu

Allah yang Maha Suci tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dia tidak sama dengan
apapun. Segala sesuatu yang terlintas dibenak anda maka Dia tidaklah seperti itu.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Asy-Syuura : 11)
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah, sedangkan Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa.
Manusia diciptakan dalam keadaan memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan Allah Maha Kaya dan
Maha Terpuji. Manusia beranak dan diperanakkan, sedangkan Allah tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Manusia pelupa, sedangkan Allah tidak pernah keliru dan tidak pula lupa. Manusia serba
berkekurangan sedangkan Allah Maha Sempurna secara mutlak.
-

Alloh SWT adalah Maha Esa

Allah SWT Maha Esa baik dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya. Esa dalam
Dzat, maksudnya adalah bahwa Allah SWT tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong
dan bahwa Alloh SWT tidak ada sekutu bagiNya dalam memerintah dan menguasai kerajaanNya. Maha
Suci Allah, Dialah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan (Az-Zumar : 4). Esa dama sifat-sifat,
maksudnya tidak ada sesuatu atau seorangpun yang sifatnya menyerupai sifat Alloh Taala. Esa AfalNya
maksudNya bahwa tidak seorangpun yang selain Alloh Taala itu yang mempunyai perbuatan
sebagaimana yang dilakukan oleh Alloh. Terkait hal ini dijelaskan dalam Quran Surat al-Ikhlas ayat 1-4,
Al Anbiya ayat 22, al-Mumin ayat 91, all_isra 42-43.
Adapun yang termasuk sifat-sifat Subutiah anatar laian :
-

Quasa (qudrah), maksudnya Alloh SWT tidak lemah sedikitpun untuk mengerjakan sesuatu.

Berkehendak (iradah) yakni Allah menentukan sesuatu yang mungkin ada dengan sebagian apa
yang pantas berlaku untuknya. Allah bebas berkehendak menjadikannya tinggi atau pendek, baik atau
buruk, berilmu atau bodoh, dll.
Mengetahui (ilmu), yakni mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang
ada, baik yang terjadi di masa lampau atau yang sedang terjadi atau yang akan terjadi.
Hidup (hayat), yakni sifat hidup inilah yang membuat pihak yang disifatinya menjadi layak
menerima sifat qudrah, iradah, ilmu, sama, dan bashar. Andaikata Dia tidak hidup maka sifat-sifat
tersebut tidak aka nada pada-Nya.
Berfirman (kalam), yakni tidak dengan huruf dan tidak pula dengan suara. Allah telah
menetapkan sifat ini kepada diri-Nya sendiri.
-

Sama ( mendengar ) dan Bashar ( Melihat)

Allah itu Maha Mendengar, yakni dapat mendengar segala sesuatu sehingga Dia benar-benar, dapat
mendengar langkah-langkah semut hitam yang berjalan di atas batu licin diwaktu malam yang gelap
gulita. Sebagaimana Dia mampu mendegar segala sesuatu, Dia-pun Maha Melihat, yakni melihat segala
sesuatu dengan penglihatan menyeluruh mencakup segala yang ada. Penglihatan Allah tidaklah
menggunakan mata seperti cara melihat makhluknya.
Sifat Dzat dan sifat Afal
Sifat-sifat Allah diantaranya ada yang disebut sifat Dzat, dan ada juga yang disebut sifat-sifat afal
(perbuatan). Sifat Dzat adalah sifat tsubutiyah atau sifat-sifat maani sebagaimana yang diuraikan
sebelumnya. Adapun sifat-sifat afal (perbuatan) adalah seperti mencipta dan memberi rezeki. Alloh yang
membentuk makhluk ini dan juga mengaruniakan rizki pada mereka.
Sifat-sifat Alloh Sebagai Tiang Petunjuk Jalan
Sesungguhnya kita wajib berjalan mengikuti petunuk sifat-sifat Allah itu, menggunakannya sebagai
cahaya penerang jalan, menjadikan sebagai contoh tauladan teritinggi, dan mencapai puncak ketinggian
jiwa dan peningkatan ruhani yang sempurna. Allah Rabbul-Alamin merupakan teladan tertinggi yang
wajib diteladani oleh orang beriman, Allah Maha Pemurah mengaruniakan nikmat pada makhlukmakhluk-Nya, dan menampakkan cinta-Nya kepada mereka, sekalipun mereka tidak mengerjakan suatu
amal yang menyebabkan mereka berhak menerima hal itu. Allah Maha Pengasihmemberikan
balasankepada manusia atas amal perbuatanya. Ini juga merupakan contoh yang sangat tinggi, yang
mengharuskan umat manusia membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan pula. Allah Yang
menguasai hari pembalasan menghitung amal perbuatan manusia, lalu memberikan balasan kepada
orang yang berbuat buruk dengan balasan setimpal, bukan karena senang menyiksa, melainkan dengan
semangat toleransi (bersediamemberi maaf). Sebagaimana seorang pemimpin yang penyayang wajib
bersikap seperti itu terhadap yang dipimpinnya. Keempat sifat-sifat Allah tertinggi yang palinng utama,
serta keteladanan-Nya yng sangat tinggi. Apa saja pelajaran yang dapat diambil dari sifat-sifat ini juga
berlaku untuk sifat-sifat yang lain. Dari keempat sifat Allah ini dapat diambil pelajaran untuk dijadikan
tauladan. Demikian pula halnya dari sifat yang lain. Misalnya sifat cinta dan sayang merupakan cerminan
dari sifat-sifat Allah berikut : 1) Ar-Rauf (Maha Belas Kasihan), 2) Al-Wadud (Maha Mencintai), 3) AtTawwab (Maha Menerima Taubat), 4) Al-Afuw (Maha Memaafkan), 5)Asy-Syakur (Maha Pemberi
Balasan), 6) As-Salaam (Maha Damai), 7)Al-Mumin (Maha Pemberi Rasa Damai), 8)Al-Baar (Maha
Baik Dalam Tindakan Dan Pemberian), 9)Rafiud Darajaat (Maha Meninggikan Derajat), 10)Ar-Razaq
(Maha Pemberi Rezeki), 10) Al-Wahhab (Maha Pemberi Karunia), 11) Al-Wasi (Maha Luas AnugrahNya). Demikian pula halnya dengan sifat-sifat yang mempunyai makna mengetahui yang tercermin
dalam sifat-sifat-Nya sebagai berikut: 1) Al-Alim (Maha Mengetahui), 2) Al-Hakim (Maha Bijaksana),
3)As-Sami (Maha Mendengar), 4) Al-Bashir (Maha Melihat), 5) Asy-Syahid (Maha Menyasikan), 6)ArRaqib (Maha Mengawasi), 7) Al-Bathin (Maha Mengetahui Rahasia).

BAB 5
HAKIKAT KEIMANA DAN BUAHNYA
Iman kepada Allah mencermikan hubungan paling mulai antara manusia dengan Penciptanya. Hal ini
dikarenakan makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia, dan sesuatu yang ada di dalam
diri manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan sesuatu yang ada di dalam hati yang paling
mulia adalah keimanan. Diantara manifestasi iman adalah ahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh

orang yang beriman dari pada apapun juga, dan hal itu tampak dalam ucapan, perbuatan dan perilakunya.
Jika di sana masih ada sesuatu yang lebih dicintainya dari pada Allah dan Rasul-Nya berarti imannanya
tidak murni lagi, dan akidahnya tergoncang. Nabi Muhammad bersabda :
Ada tiga hal; barangsiapa dalam dirinya terdapat tiga hal tersebut maka ia benar-benar telah
mendapatkan manisnya iman, yaitu: 1. Allah dan Rasul-Nyalebih dicintai dari ada selain keduanya. 2. Ia
mencintai seseorang semata-mata karena Allah. 3. Ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia
benci untuk dilempar ke dalam neraka.
Nabi juga bersabda :
Tidaklah beriman salah seorang dari kamu sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tuanya,
anaknya, dirinya sendiri, dan manusia seluruhnya (HR. Bukhari).
Sebagaimana iman tercermin dalam bentuk cinta (kepada Allah dan Rasul-Nya), maka
keimanan juga tercermin di dalam jihad meninggikan kalimat Allah dan berjuang meninggikan bendera
kebenaran, menghentikan kezaliman dan kerusakan di bumi. Pengaruh dan dampak iman akan tampak
dengan jelas dalam rasa takut kepada Allah.
Sesungguhnya yang taku kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.(Fathir :28)
Bila marifat seseorang kepada Allah semakikn sempurna maka sempurna pula rasa takutnya
kepada Allah. Manifestasi keimanan yang paling besar adalah berpegang teguh kepada wahyu Allah.
Iman dapat menumbuhkan hubungan yang beraneka macam. Ia dapat mengikat hubungan antara orangorang beriman dn Allah, dengan ikatan kasih saying dan cinta. Iman juga dapat mempererat hubungan
antar sesame kaum mukminin atas dasar kasih sayang. Apabila manusia telah mengenal Tuhannya melalui
akal dan hati maka marifat ini akan menghasikan buah yang masak baginya dan meninggalkan dampak
yang bagus dalam dirinya. Marifat ini juga akan mengarahkan perilakunya menuju kebaikan dan
kebeneran, keluhuran dan keindahan. Buah keimanan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.
2. Iman dapat membangkitkan keberanian di dalam jiwa dan keinginan untuk terus maju,
menganggap enteng kematiandan menggandrungi mati syahid demi membela kebenaran.
3. Keimananmenetapkan keyakinan bahwa Allah-lah yang Maha Pemberi rezeki, dan bahwasanya
rezeki tidak dapat dipercepat karena kerakusan orang yang rakus, dan tidak pula dapat ditolak
oleh kebencian orang yang benci.
4. Rasa tenang dan tentram.
5. Keimanan dapat meningkatkan kekuatan maknawiyah manusia dan menghubungkan dirinya
dengan contoh taulan tertinggi.
6. Kehidupan yang baik.

BAB 6
KADAR (TAKDIR)

Alloh SWT adalah maha pencipta yang bebas. Dia mengatur segala sesuatu dengan kebijaksanaan
dan kehendakNya sendiri. Alloh berfirman segala sesuatu itu disis Alloh adalah dengan ketentuan
Takdir (Q.surat Ar_Rad ayat 8 ).
Makna yang gamblang dari Takdir yaitu bahwa ALLOH Taala membuat beberapa ketentuan,
peraturan dan undang-undang yang diterapkan, peraturan dan undang-undang yang diterapkan untuk
segala yang sesuatau yan ada, dan segala sesuatu yang ada itu pasti akan berlaku, beredar dan berjalan
tepat dan sesuai dengan apa-apa yang telah dipastikan dalam ketentuan, aturan dan peraturan tsb. Alloh
berfirman dalam Q. Surat Yasiin ayat 37-40.
Kita wajib beriman kepada takdir. Iman kepada takdir merupakan sebagian dari kepercayaan atau
aqidah yang harus ditanamkan dengan sebenar-benarnya didalam hati setiap muslim. Dalam hal takdir
tidak ada pengertian paksaan. Takdir itu sama sekali tidak boleh dianggap sebagai jalan untuk
bertawakkal yang tidak sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan sebab untuk melakukan kemaksiatan,
bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan kepada seseorang hambaNya, tetapi sebaliknya
yaitu bahwa takdir haruslah dianggap sebagai jalan untuk mentahkikkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang
besar dari sekian banyak amal perbuatan yang besar pula.
Adapun hikmah beriman kepada takdir yaitu memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala
sesuatu yang ada dalam alam semesta ini hanya akan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
digarisakan oleh Dzat yang maha tinggi. Oleh sebab itu, jika ia tertimpa musibah ia tidak akan menyesal,
juga ketika tertimpa pertolongan dan keuntungan dia tidak bergembira sehingga lupa daratan.

BAB 7
MALAIKAT
Malaikat adalah suatu golongan makhluk yang ghaib, yang wujud jasmaniahnya tidak dapat
dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan. Yang mengetahui perihal keadaan mereka dan hakikat
yang sebenarnya hanyala Alloh SWT. Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hayawaniah,
terhindar sama sekali dari keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-perbuatan dosa dan salah.
Malaikat diciptakan dari cahaya.
Keutamaan Manusia Melebihi Malaikat.
Manusia dimuliakan oleh Alloh SWT dengan mengaruniakan ilmu pengetahuan yang tidak
diberikan kepada malaikat. Hal ini dijelaskan dalam Q.surat Al-Baqarah ayat 31-34. Sedang keutaan yang
dimiliki oleh Malaikat yaitu dalam hal ketaatannya kepda Alloh juga dalam hal meninggalkan maksiat.
Tabiat Malaikt adalah secara sempurna berbakti kepada Alloh, tunduk dan patuh pada kekuasaan
dan keagunganNya, melaksanakan seua perintahnya dan mereka ikut mengatur hal-ihwal alam emsta ini,
dengan mengikuti kehendak dan iradah Alloh SWT.
Karya Malaikat dalam alam ruh yaitu :
1.
Bertasbih ( memahasucikan ) serta patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Alloh Taala, sebagiaman
firman Alloh dalam surat al-Araf ayat 206 dan Az-Zumar ayat 75.
2.

Mamikul Arasy, sebagiaman firman Alloh dalam surat al-Ghafir ayat 7 dan Al-Haqqah ayat 17.

3.

Memberi salam kepada para ahli surga, sebagiaman firman Alloh dalam surat aR-Rad ayat 23-24.

4.
Menyiksa para ahli neraka, sebagiaman firman Alloh dalam surat at-Tahrim ayat 6 dan al-Muddatsir
ayat 27-31.
Karya Malaikat dalam alam Dunia dan yang berkaitan dengan Manusia
1.
Menggitkan kekuatan ruhani yang ada dalam diri manusia dengan mengilhamkan kebaikna dan
kebenaran.
2.

Malaikat berdoa kepada oarng-orang mukmin.

3.

Malaikat ikut membaca Tamin bersama orang-orang yang sholat.

4.

Malaikat hadir dalam sholat-sholat terutama sholat subuh dan asar.

5.

Malaikat turun diwaktu ada bacaan Al-Quran.

6.

Malaikat hadir dalam Majlis-majlis dzikr.

7.

Malaikat memohon kerahmatan bagi kaum mikminin terutama para ahli ilmu.

8.

Malaikat membawa kabar gembira.

9.

Malaikat mencata segala amal perbuatan.

10. Malaikat memberikan pengokohan kepada kaum mukminin.


11. Malaikat bertugas mencabut nyawa.

BAB 8
JIN
Jin adalah suatu macam makhluk yang termasuk golongan ruh yang berakal yang juga diberi perintah
taklif ( menjalankan syariat agama), sebagaimana halnya bangsa manusia, hanya saja mereka itu tidak
mempunyai bahan-bahan kebendaan sebagaimana yang dipunyai manusia sehingga ia tertutup oleh panca
indra.
Jalan bagi kita untuk mengethui jin itu adalah melalui wahyu. Jin diciptakan oleh Alloh SWT dari api.
Sebagaiman firmanNya dalam surat Al-Hijr ayat 26-27.
Jin digolongkan dalam beberapa golongan berdasarkan tingkat ketaatnya kepada Alloh yaitu ada jin
muslim, kafir dan iblis. Jin merupakan makhluk ghaib tetapi jin tidak dapat mengetahui hal-hal yang
ghaib. Jin kafir dan iblis tersebut masuk dalam golongan syaithan ( Hizbus Syaithan). Diman pemimpin
atau nenek moyang golongan syaithan ( Hizbus Syaithan) itu adalah Iblis. Iblis dan syaithan yang
menyertainya itu semua amal perbuatannya mencerminkan kejahatan, kerusakan serta kebinasaan.
Syaithan mengajak manusia untuk melanggar apa yang sudah digariskan oleh Alloh SWT.

Setiap manusia disertai oleh syaithan yang akan menggaggu dan menggodanya untuk melakukan
kemaksiatan. Semakin sering manusia tersebut melakukan kemaksiatan maka posisi dan kedudukan
syaithan dalam diri orang tersebut semakin kuat, dan begitu sebaliknya. Oleh sebab itu manusia harhus
tetap siap siaga untuk melawan semua bujukan dan rayuan syaithan dengan cara terus menerus
melakukan amal kebaikan.

BAB 9
KITAB-KITAB DARI LANGIT
Alloh SWT menurunkan wahyu kepada para nabi dan Rasulnya dan untuk disampaikan kepada
ummat-ummatnya yang berupa kitab. Adapun kitab-kitab yang tercatat dan dapat kita ketahui yaitu ada 4
kitab diantaranya kitab Taurat diturunkan untuk nabi Musa a.s.,kitab Injil kepada Nabi Isa a.s., kita zabur
kepada nabi Daud a.s. dan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab-kitab tersebut berisi petunjuk
dan cahaya penerang bagi manusia.
Kitab Al-Quran diturunkan kepada nabi terahir yaitu nabi muhammad SAW yang memiliki
beberapa keistimewaan dari kitab-kitab yang lain yaitu Al-Quraan kitab terahir yang menyempurnakan
kitab-kitab sebelumnya dan ajaranya akan tetap berlaku sepanjang masa dan tetapt terjaga keasliannya
oleh Alloh SWT.

BAB 10
RASUL-RASUL
Alloh SWT mewajibkan atas setiap oarng-orang beriman untuk percaya kepada rasul-rasukNya tanpa
membedakan antara yang satu dengan yanglainnya. Apabila seseorang sudah beriman kepada sebagian
rasul dan mengkari sebagian yang lain, maka ia jelas menjadi orang kafir.
Setiap ummat mempunyai rasul, tidak ada satu umat pun dalam suatu masa kecuali semuanya dikirimkan
rasul oleh Alloh SWT, yang bertugas mengajak mereka untuk berbakti kepada Alloh SWT menuju jalan
yang benar sekaligus menjadipemimpin mereka.
Rasul adalah seorang manusia laki-laki dari ummat itu sendiri yang dipilih oleh Alloh untuk menerima
wahyu dan untuk disampaiakan kepada ummatnya. Tugas utam rasul adalah untuk mengajak ummatnya
untuk beribadah kepada alloh SWT dan menegakkan agamaNya.
Ada beberapa rasul yang termasuk dalam golongan rasul ulul azmi yaitu Muhammad SAW, Nuh As,
Ibrahim AS, Musa As, dan Isa AS. Ulul azmi maksudnya teguh sekali hatinya dan segala cita-citanya
dikejar dengan segenap tenaga yang dimilikinya sehingga akhirnya tercapai.
Setiap rasul diberikan mujizat oleh Alloh SWT sebagai salah satu bukti dari kerasulannya. Mujizat
adalah suatu luar biasa yang menyalahi kebiasaan-kebiasaan umat manusia yang diberikan oleh Alloh
kepada para rasulNya. Janis mujizat yang diberikan oleh Alloh SWt kapada tiap rasulNya itu berbedabeda sesuai dengan keadaan kaumnya masing-masing.

BAB 11

MANUSIA TERSUSUN DARI TUBUH DAN ROH


Manusia itu tersusun dari dua macam unsur yaitu tubuh kasar dan ruh halus. Dengan tubuh
kasarnya manusia dapat bergerak dan merasakan segala sesuatu, sedang dengan ruhnya manusia itu dapat
menemukan, mengingat, berfikir, mengetahui,berkehendak, memilih, mencintai, membenci
dansebagainya.
Tubuh kasar manusia itu berasal dari tanah,yang merupakan suatu kepastian yang haruskita akui,
karena telah banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut sedangkan terkait roh, roh merupakan urusan
dan perkara Alloh SWT sendiri yang selainNya tidak ada yang dapat mengetahui hakikat dari roh itu
sendiri. Yang dapat diketahi oleh manusia adalah bahwa roh itu berdiam di dalam tubuh manusia dan
dengan adanya roh tersebut tampaklah gerak kehidupan dari tubuh tersebut dan dapat diketahui pula apa
akibat dari adanya kehidupan tsb. Ada alim ulama islam yang mendefinisikan roh yaitu suatu zat yang
memiliki sifat tesendiri dan berbeda dengan benda-benda lain. Ia adalah jisim ruhaniah (sebangsa nur atau
cahaya ) amat tinggi kedudukannya dan hidup, selai itu ia dapat meninggalkan tubuh kasar dan dapat
menjalar dalam rongga tubuh itu bagaikan mengalirnya air dalam tangkai yang hijau hidup. Roh itu tidak
dipisah-pisah atau dibagi. Roh merupak makhluk yang baru atau hawadist bukan benda yang qodim atau
dahulu.
BAB 12
TANDA-TANDA HARI KIAMAT
Tibanya hari kiamat secara pasti tiak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Alloh SWT, tetapi Alloh
SWT mwmbwrika rambu-rambu kepada manusia yang merupakan tanda-tanda dekatnya kiamat. Tandatanda datangnya hari kiamat itu secara garis besar dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.

Tanda tanda kecil ( alamat sughra)

2.

Tanda-tanda besar (alamt kubra )

Adapun tanda-tanda kecil yaitu sebagai berikut :


1.

Diutusnya nabi akhir zaman yaitu nabi Muhammad SAW

2.
Pemimpin-pemimpin yang ada merupkan keturunan-keturunan wanita-wanita tawanan atau
golongan rendah.
Sedang tanda-tanda kubra yaitu :
1.

Terbitnya Matahai dari arah barat

2.

Keluarnya suatu binatang dari bumi yang dapat bercakap-cakap dengan manusia.

3.

Almahdi

4.

Munculnya Masih Dajjal

5.

Turunnya nabiullah Isa AS.

BAB 13
HARI AKHIR (HARI KIAMAT)

Percaya kepada rukun hari kiamat merupakan salah satu dari rukun iman dan merupakan bagian yang
penting dari beberapa bagian akidah. Dimana hari kiamat merupakan hari dimana hancurnya semua alam
semesta ini beserta isinya,dan bumi akan berubah tidak seperti bumi yang sekarang ini dan selanjutnya
alloh SWT akan menciptakan alam lain yang disebut dengan alam akhirat. Alam dimana semua manusia
dibangkitkan dan dihisab segala amal perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia.
Amal perbuatan yang telah dilakukan manusia selama hidup di dunia akan menetukan kondisi saat
dia dibangkitkan, ada yang dibangkitkan dalam kondisi yang sempurna, kurang sebagian, dan berbagai
jenis kondisi lainnya sesuai dengan kadar amal perbuatannya di dunia.

BAB 14 : HISAB
HISAB ADALAH PUNCAK PENETRAPAN KEADILAN ILAHI
Alloh SWT memiliki semua sifat kesempurnaan diantaranya yaitu Alloh maha Adil dan Bijaksana. Dia
maha adil tidak akan menganiaya atau merugikan seseorangpun dari makhluknya, Dia juga maha
bijaksana tidak akan meletakkan sesuatu itu bukan pada tempatnya. Sebagian dari keadilan dan
kebijaksanaan Alloh SWT itu adalah bahwa Dia tidak akan mempersamakan antara orang yang berbakti
dan taat kepadaNya dengan orang kafir yang durhaka, antara orang mukmin dan orang musyrik,anatar
orang yang baik dan jahat, dst. Hisab ini merupakan pengadilan yang setinggi-tingginya dan seadiladilnya yang akan dialami manusia, tidak ada satupun perbuatan yang pernah dilakukan di dunia kecuali
semuanya akan dihisab, baik itu perbuatan yang baik ataupun buruk, baik kecilatau besar tidak akan ada
yang terlewatkan dan terlupakan. Hasil hisab tersebut akan menentukan nasib manusia apakah akan
tinggal di surga Alloh yang penuh dengan kenikmatan ataukah tinggal di neraka yang penuh dengan
siksaan dan penderitaan. Alloh tidak akan salah dalam memberikan putusannya terhadap makhluknya.

BAB 15
SURGA DAN NERAKA
Balasan yang diberikan oleh Alloh SWT terhadap makhluknya yaitu berupa kenikmatan syurga bagi yang
taat dan siksaaan neraka bagi yang durhaka.
Neraka. Ada beberapa untu neraka yaitu :
1.
Hawiyah : suatu jurang yang sangat dalam dan barangsiapa yang jatuh disitu pasti pasti tidak akan
dapat kembali naik ke atas kecuali dengan izin Alloh. QS. Al Qariah ayat 8-11.
2.
Lazha, api neraka lazha ini memiliki kehebatan yang luar biasa sehingga kulit kepalapun
mengelupas dengan sendirinya dan memiliki daya tarik yang kuat sehingga siapapun yang mendekat akan
langsun di sambar. Qs al Maarij ayat 15-18.
3.

Sair, ini dijelaskan Alloh dalam Qs al-Mulk ayat 5

4.

Saqar, Dijelaskan Alloh dalam Qs. Al Muddatsir ayat 26-30.

5.

Hutamah, Dijelaskan Alloh dalam Qs. Al Humazah ayat 4-9.

Surga atau Jannah merupakan balsan bagi yang taat, yang memilki kenikmatan-kenikmatan yang luar
biasa yang tidak bisa dibayangkan oleh akal manusia. Adpun kenikmatan Surga yang tertinggi di samping
kenikmatan-kanikmatan yang lainnya yaitu
1.

Dapat melihat Alloh SWT. Qs Al-Qiyamah ayat 22-23.

2.

Dapat bermunajat dengan Alloh SWT. Qs Yasin 55-58.

3.

Mendapat keridhaanNya. Qs. At-Taubah 72 dan Ali imran 15.

BAB 16
PENUTUP
Apa yang ditempuh manusia dan apa yang telah dilaksanak olehnya dalam kehidupan di dunia merupakan
suatu pernyataan dari kenyataan aqidah atau kepercayaannya. Jika aqidah yang terpateri dalam jiwanya
itu baik dan benar maka baik dan benar pula jalan yang ditempuhnya serta lurus dalam mengerjakannya,
sebaliknya jika aqidah itu rusak dan salah maka jalan yang ditempuhnya juga rusak, salah dan sesat. Oleh
sebab itu, Aqidah Tauhid dan keimanan adala suatu hal yang mutlak perlu yang sama sekali tidak dapat
ditinggalkan dan diabaikan oleh siapapun, supaya orang itu dapat mencapai kesempurnaan dan dapat
merealisasikan kemanusiaanya itu sendiri.

REFERENSI
Sabiq, Sayid. 2010. Aqidah Islam pola hidup manusia beriman. Bandung : penerbit Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai