Anda di halaman 1dari 17

NAMA : IKA NUROHMAH

NIM : RSA1C116009
KELAS : PGMIPA-U

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Kinetika Kimia


Kinetika Kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi lebih
cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih cepat
membusuk bila tidak didinginkan, kulit (bule) lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas
dari pada dalam musim dingin. Ini merupakan 3 contoh yang lajim dari perubahan kimia
yang kompleks dari laju yang beraneka menurut kondisi reaksi. Yang lebih mendasar dari
pada sekedar laju suatu reaksi adalah bagaimana perubahan kimia itu berlangsung.

2.2 Defenisi Laju Reaksi


Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk
dalam suatu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya
konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk .

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi


Sifat alami suatu reaksi. Zat – zat berbeda secara nyata dalam lajunnya mereka
mengalami perubahan kimia. Molekul hydrogen dan fluor bereaksi secara meledak, bahkan
pada temperature kamar, dengan menghasilkan molekul hydrogen fluoride.

Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat dibandingkan yang
lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan
jalanya (mekanisme reaksi) dan factor lain sangat menentukan kecepatan laju reaksi.

Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk


konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya.
Artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia
denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan
reaksi meningkat.

Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan
kenaikan tekanan dimana faktor tekanan ini ekuivalen dengan konsentrasi gas.

Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan berpengaruh
pada kecepatan reaksi. Orde suatu reaksi ialah jumlah semua komponen dari konsentrasi
persamaan laju. Jika laju suatu reaksi kimia berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari hanya satu pereaksi.Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama.
Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi. Maka reaksi itu
disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde teerhadap masing-masing pereaksi
misalnya : dalam persamaan terakhir itu, laju reaksi itu adalah orde pertama dalam A dan
orde pertama dalam B atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga
atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal itu sangat jarang.

SUHU Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan
bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar
dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau
dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara
nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:

k = A . e-E/RT

dimana:

k : tetapan laju reaksi

A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi

E : energi pengaktifan

R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK

T : suhu reaksi (oK)

dengan naiknya suhu, bukan hanya molekul – molekul lebih sering bertabrakan tetapi mereka
juga bertabrakan dengan dampak yang lebih besar karena mereka bergerak lebih cepat. Pada
suhu yang ditinggikan, persentase tabrakan yang mengakibatkan reaksi kimia akan lebih
besar, karena makin banyak molekul yang memiiki kecepatan lebih besar dank arena
memiliki energy yang cukup untuk bereaksi.

KATALISATOR adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis
akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.

Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan


jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang
baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat
berlangsung lebih cepat.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan:
1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen)

2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)

Pembentukan senyawa antara (katalisis homogen). Terdapat banyak contoh reaksi


homogen dalam larutan yang laju reaksinnya ditingkatkan dengan adannya zat katalitik.

Tanpa hadirnya katalis, diperlukan waktu berminggu – minggu untuk menghasilkan


etil asetat dengan rendaman maksimal. Dengan hadirnya katalis asam, rendaman maksimal
dicapai dalam beberapa zat. Sekali lagi, katalis tidak menambah banyaknya etil asetat yang
dapat diperoleh pada kesetimbangan, karena laju reaksi maju dan reaksi balik ditingkatkan
dengan sama banyak.

Adsorpsi. Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat mengikat cukup
banyak kuantitas gas dan cairan pada permukaan mereka berdasarkan adsorpsi. Dalam
beberapa hal naiknya kereaktifan ini dapat disebabkan oleh naiknya konsentrasi molekul
yang teradsorpsi, mereka berjejalan pada permukaan zat padat sedangkan dalam keadaan gas,
mereka terpisah jauh satu sama lain. Dalam hal – hal lain, gaya tarik antar molekul zat padat
dan molekul zat cair atau gas yang teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi
menjadi aktif secara kimia.

Tidak perlunya dalam suatu campuran reaksi yang teradsorpsi dengan kuat dalam
katalis dapat berlaku sebagai penghambat dengan mengurangi luas permukaan yang tersedia.

Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat
pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi.
Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut
dalam pembentukan counter ion.

Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik dan cahaya


merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk
energi ini sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan
terjadinya tumbukan antar molekul.

Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan


sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair
seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan
cepat berjalan.
Kinetika kimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari laju dan mekanisme reaksi
kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara kering; makanan
lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan; kulit bule lebih cepat menjadi gelap dalam
musim panas dari pada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari
perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.

Laju Reaksi adalah : Berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi


hasil reaksi per satuan waktu.

Untuk reaksi : A + 2 B → 3 C + 4 D, laju reaksi dapat diartikan sebagai laju


berkurangnya konsentrasi A dan B atau laju bertambahnya konsentrasi C dan D dalam satuan
waktu.

Perubahan konsentrasi A dan B menjadi produk C dan D dapat dilihat pada grafik di bawah
ini

Ko Gambar 1 : Perubahan Konsentrasi


ns
Pereaksi
en
tra
si Dan hasil reaksi terhadap
waktu

waktu Untuk reaksi : A + 2B → 3C +


4D

Pada reaksi di atas : Laju berkurangnya konsentrasi A tidak sama dengan laju
berkurangnya konsentrasi B, demikian juga laju bertambahnya konsentrasi C tidak sama
dengan laju bertabahnya konsentrasi D.

Dari koefisien reaksi nampak bahwa setiap kebutuhan 1 mol A, maka B yang dibutuhkan
harus 2 mol untuk menghasilkan 3 mol C dan 4 mol D

Jadi B berkurang dengan laju dua kali berkurangnya A atau


Untuk reaksi : A + 2B → 3C +
Laju berkurangnya B = 2 x laju berkurangnya A
4D
jadi untuk reaksi : A + 2 B → 3 C + 4 D dapat dinyatakan : Berlaku :

Laju berkurangnya A :

=½ kali laju berkurangnya B

= 1/3 kali laju bertambahya C


Laju Reaksi = - laju berkurangnya konsentrasi A

1
=- 2 laju berkurangnya konsentrasi B

= + 1 3 laju bertambahnya konsentrasi C

= + 1 4 laju bertambahnya konsentrasi D

atau :

Δ A  Δ  B Δ C Δ D 
VA = - , VB = - 12 , VC = + 13 , VD = + 14
Δt Δt Δt Δt

atau dapat ditulis :

Δ A  1 Δ B 1 Δ C 1 Δ D
2 3 4
Δt Δt Δt Δt

sehingga : V A : VB : VC : VD = 1 : 2 : 3 : 4

Secara Umum untuk Reaksi : p A + q B → r C + s D

Δ A  Δ B Δ C  Δ D 
berlaku : VA = - 1p , VB = 1
q , VC = 1
r , dan VD = 1
s .
Δt Δt Δt Δt

VA : V B : V C : V D = p : q : r : s
Sehingga :

Contoh soal
Seorang siswa melakukan praktikum dengan menambahkan 10 gram
logam Magnesium ke dalam 50 mL larutan HCl 1 M. Setelah 2 menit reaksi
berlangsung siswa menimbang logam magnesium yang tersisa, ternyata
massanya tinggal 7,6 gram.Berapakah laju pengurangan logam
magnesium tersebut ?

Jawab :
Massa Mg yang bereaksi = 10 g – 7,6 g = 2,4 g

mol Mg =
g
Ar Mg  2, 4 g
24  0,1 mol
Satuan laju
reaksi
[Mg] yang bereaksi = mol
L  0,05
0,1
2M
kan.. M /
det ...??
Δt = 2 x 60 det = 120 det

Δ Mg  2M
VMg =   0,0167 Mdet 1
Δt 120 det

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi :


Laju reaksi sangat dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Hasil pengamatan
menunjukkan makin besar konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin besar dan
sebaliknya makin kecil konsentrasi pereaksi makin kecil laju reaksinya.

Dengan demikian dapt disimpulkan bahwa : laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
pereaksi.

Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematika yang disebut Hukum Laju
Reaksi atau Persamaan laju Reaksi.

d A  d B
Menurut persamaan diferensial : -  k A  , dan -  k B
dt dt

sehingga untuk reaksi : pA + qB → rC + sD

berlaku : V = k A  x  B y dimana

k = Tetapan laju reaksi, harga k bersifat khas dan hanya bergantung pada
suhu dan katalis

 A = konsentrasi molar zat A

 B = konsentrasi molar zat B

x = orde (tingkat) reaksi terhadap A


y = orde (tingkat) reaksi terhadap B

( x + y ) = orde reaksi total

Orde (tingkat) reaksi adalah tingkat ketergantungan laju reaksi terhadap perubahan
konsentrasi. Jika x  1 , menunjukkan reaksi orde pertama terhadap zat A, jika x  2 ,
reaksi merupakan reaksi orde ke dua terhadap zat A, dan jika y  2 berarti reaksi adalah
reaksi orde ke dua terhadap zat B dan seterusnya. Orde reaksi dapat berupa bilangan bulat
positif,nol ataupun bilangan pecahan, namun umumnya reaksi kimia selalu memiliki orde
reaksi yang berupa bilangan bulat positif.

Orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi. Jika kebetulan orde reaksi sama
dengan koefisien reaksinya, artinya x  p dan y  q, maka reaksi seperti ini disebut
Reaksi Elementer

Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui data percobaan.

Contoh : Data hasil percobaan reaksi gas Nitrogen oksida dengan gas Hidrogen pada suhu
800oC diperoleh sebagai berikut :

Percobaan  NO H2  Laju reaksi

ke (M) (M) M det-1

1 4 x 10-2 1,5 x 10-2 32 x 10-5

2 4 x 10-2 3,0 x 10-2 64 x 10-5

3 4 x 10-2 6,0 x 10-2 130 x 10-5

4 2 x 10-2 6,0 x 10-2 32 x 10-5

5 1 x 10-2 6,0 x 10-2 7,9 x 10-5

Dari percobaan 1, 2 dan 3, [NO] dibuat tetap sedangkan [H 2] diperbesar sebesar 2 kali dari
semula, ternyata laju reaksi naik dua kali, berarti laju reaksi berbanding lurus dengan [H2]

Jadi pada [NO] tetap, laju reaksi (V) ≈ k [H2]1

Pada percobaan 3, 4 dan 5, konsentrasi H2 dibuat tetap, sedangkan konsentrasi NO


diturunkan/diperkecil sebesar dua kali dari semula, ternyata laju reaksi turun sebesar 4 kali.
Jadi pada [H2] tetap maka laju reaksi berbanding lurus dengan kwadrat [NO]. Jadi laju reaksi
(V) ≈ k [NO]2

Maka untuk reaksi stoikhiometris ; 2 NO + 2 H 2 → N2 + 2 H2O ungkapan persamaan laju


reaksi adalah :

V = k [NO]2 [H2]

k adalah tetapan laju reaksi yang dapat dihitung sebagai berikut :


V = k [NO]2 [H2]

3,2 x 10-5 = k (4 x 10-2)2 (1,5 x 10-2)

3,2 x 10-5 = k 2,4 x 10-6

3,2 x 10 5
k=
24 x 10  6

Pangkat dari kosentrasi pada ungkapan persamaan laju reaksi menunjukkan orde (tingkat)
reaksi. Jadi reaksi tersebut adalah orde 2 terhadap NO dan orde 1 terhadap H2

Jadi orde (tingkat) reaksi total adalah (2 + 1) = 3.

Grafik Orde Reaksi.

Orde Nol.

V Pada reaksi orde nol, perubahan konsentrasi tidak


mempengaruhi laju reaksi. Dengan demikian harga laju
reaksi sama dengan konstanta laju reaksi (k)
A
Persamaan laju reaksi : v = k A0 = k

Orde satu

Pada reaksi orde satu, persamaan laju reaksi adalah


bentuk persamaan linier , sehingga setiap perubahan
konsentrasi satu kali, laju reaksi naik sebesar satu kali dan setiap
A
perubahan konsentrasi dua kali, laju reaksi juga naik
dua kali

Persamaan laju reaksi : v = k A1 = k A

Orde dua
V Pada reaksi orde dua, persamaan laju reaksi merupakan
persamaan kuadrat sehingga setiap perubahan
konsentrasi satu kali, laju reaksi naik satu kali, perubahan
konsentrasi dua kali, laju reaksi akan naik sebesar empat kali dan
A seterusnya.

Persamaan laju reaksi : v = k A2

Orde reaksi -2

Pada reaksi orde negatif dua, persamaan laju reakasi


berbanding terbalik dengan kuadrat konsentrasi
zat
A
1
Persamaan laju reaksi : v = k
 A 2

Orde reaksi ½

Orde reaksi setengah merupakan kebalikan dari reaksi


orde A dua, dimana harga laju reaksi merupakan akar dari
konsentrasi zat

Persamaan laju reaksi : v = k A½

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Reaksi Kimia dapat berlangsung dengan laju yang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada
yang lambat tergantung pada jenis pereaksi, situasi dan kondisi reaksi kimia itu sendiri.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi yaitu :


a. Sifat zat Pereaksi
Pada kondisi yang sama, Besi labih mudah mengalami perkaratan dibanding
Tembaga, Alkohol sangat mudah terbakar sedangkan Air tidak dapat terbakar. Dari uraian di
atas jelas bahwa laju reaksi sangat tergantung pada sifat zat pereaksi.

b. Konsentrasi.
Pada umumnya reaksi berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi lebih besar,
dan sebaliknya reaksi akan lebih lambat jika konsentrasi pereaksi lebih kecil. sebagai contoh
hasil percobaan antara reaksi gas Hidrogen dengan gas Nitrogen monoksida menurut
persamaan reaksi :

2H2(g) + 2NO → 2H2O(g) + N2(g), diperoleh data sebagai berikut :

Konsentrasi awal ( mol/L ) Laju reaksi awal gas N2


Eksperimen yang dihasilkan dalam
NO H2
M/dtk

1 6 x 10-3 1 x 10-3 3,19 x 10-3

2 6 x 10-3 2 x 10-3 6,36 x 10-3

3 6 x 10-3 3 x 10-3 9,56 x 10-3

4 1 x 10-3 6 x 10-3 0,48 x 10-3

5 2 x 10-3 6 x 10-3 1,92 x 10-3

6 3 x 10-3 6 x 10-3 4,30 x 10-3

Berdasarka data hasil eksperimen di atas dapat dilihat bahwa laju reaksi bertambah
dengan pertambahan konsentrasi gas Hidrogen pada konsentrasi gas NO yang tetap,
demikian juga pada konsentrasi gas H2 yang tetap, laju reaksi bertambah pada setiap
pertambahan konsentrasi gas NO.

c. Temperatur
Pengaruh temperatur sangat besar terhadap laju reaksi. Umumnya setiap kenaikan
temperatur 100C akan menyebabkan laju reaksi bertambah besar 2 atau 3 kali. Kenaikan
temperatur 1000C menyebabkan laju reaksi bertambah sebesar 210 kali, namun keadaan
bukan merupakan aturan baku, pengaruh kuantitatif dari perubahan temperatur terhadap laju
reaksi hanya dapat diketahui melalui eksperimen.

Sebagai contoh, Gula akan lebih mudah larut dalam air panas tetapi agak sukar larut
dalam air yang dingin.
Arrhenius menyatakan ketergantungan konstanta laju reraksi terhadap suhu dengan suatu
persamaan yang dikenal sebagai persamaan Arrhenius yaitu :

k = A e  Ea/RT , persamaan ini dapat diubah dengan mengalikan logaritma natural (ln) di
kedua sisi, sehingga diperoleh :

Ea
ln k = ln A-
RT

d. Luas permukaan.
Reaksi dalam sistim heterogen dapat terjadi pada bidang permukaan zat-zat yang
bereaksi. Oleh karena itu semakin halus zat-zat yang bereaksi ( semakin luas bidang
permukaannya ), akan semakin cepat reaksinya. Sebagai contoh, dalam jumlah yang sama
garam halus akan lebih cepat larut dalam air bila dibandingkan dengan garam kasar yang
dilarutkan dalam air yang sama

e. Katalis.
Katalis adalah zat yang dapat mengubah laju reaksi tanpa mengalami perubahan secara
kimiawi di akhir reaksi. Katalis yang mempercepat laju reaksi disebut katalis positif atau
lebuh umum disebut Katalis, sedangkan katalis yang memperlambat laju reaksi disebut
katalis negatif atau lebih umum disebut Inhibitor. Katalis dapat dibedakan atas katalis
Anorganik dan Katalis Organik yang disebut Biokatalis atau Enzim.beberapa contoh katalis
dan kegunaannya :

Jenis
Katalis Kegunaan
Katalis

Katalis V2O5 Pada pembuatan asam sulfat melalui proses kontak


Anorganik
MnO2 Pembuatan Oksigen dari reaksi pirolisis Kalium
klorat
Platunum (Pt)
Pembuatan Asam Nitrat pada proses Ostwald
Nikel (Ni)
Pembuatan margarin dari minyak (proses
Besi (Fe) Hidrogenasi)
Platinum (Pt) dan Pembuatan Ammoniak pada proses Haber-Bosch
Rhodium (Rh)
Katalitik konverter pada kendaraan bermotor untuk
Gel Alumina mengurangi kadar gas buangan seperti CO dan NO
silika
Pada kilang minyak untuk perengkahan (cracking)
Tripsin Pada pencernaan awal makanan bayi
Katalis
Renin Penggumpalan susu pada pembuatan keju
Organik
Enzim dari ragi Pada industri makanan dan industri minuman bir

TEORI TUMBUKAN
Pada fase gas atau cair, molekul-molekul zat pada mediumnya akan bergerak bebas.
Bila kita campurkan dua jenis zat yang berbeda ( misalnya zat A 2 dan B2 ), maka akibat
gerakan molekul-molekul zat A2 dan B2 yang bebas suatu saat akan menimbulkan tumbukan
dan tumbukan ini akan mengakibatkan putusnya ikatan-ikatan pada molekul A2 dan B2, dan
kemudian terbentuk kembali ikatan yang baru.

Jadi reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan antar molekul-molekul pereaksi,
namun tidak semua tumbukan dapat menghasilkan reaksi, hanya tumbukan yang efektif
dapat menghasilkan reaksi.

Agar tumbukan efektif maka molekul-molekul pereaksi harus memenuhi syarat yaitu :

1. Posisi ( orientasi ) molekul-molekul yang bertumbukan

Untuk reaksi elementer : 2 NOCl(g) → 2 NO(g) + Cl2(g)

Diperoleh harga tetapan laju reaksi hasil pengukuran sebesar 0,16 kali tetapan laju
reaksi hasil perhitungan. ini membuktikan bahwa tidak semua tumbukan menghasilkan
reaksi, meskipun molekulnya memiliki energi yang cukup. Orientasi molekul-molekul
yang bertumbukan sangat berperan dalam menentukan apakah setiap tumbukan dapat
menghasilkan reaksi atau tidak. Agar molekul Cl 2 dapat terpisah maka dua molekul NOCl
harus saling mendekat sedemikian rupa sehingga atom klorin dari kedua molekul NOCl
berdekatan. Dengan demikian frekuensi tumbukan harus memperhitungkan faktor
sterik P ( dalam hal ini 0,16 ) sebab hanya tumbukan yang terjadi dengan orientasi
yang benar yang akan menghasilkan reaksi.

+ → Tidak ada reaksi

+

Perhitungan tetapan laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dapat diperluas ke reaksi
bimolekuler dari dua unsur A dan B. Perbandingan tetapan laju reaksi hasil perhitungan
dan yang diperkirakan menghasilkan nilai-nilai seperti dalam tabel di bawah ini.

Semakin besar dan semakin rumit molekul yang bertumbukan makin kecil faktor sterik P,
sebab semakin sedikit fraksi tumbukan efektif yang menghasilkan reaksi

Tabel faktor sterik (ruang) untuk reaksi fasa gas

Reaksi Faktor sterik P

2 NOCl → NO + Cl2 0,16

2 NO2 → 2 NO + O2 5,0 x 10-2

2 ClO → Cl2 + O2 2,5 x 10-3

H2 + C2H4 → C2H6 1,7 x 10-6

2. Molekul-molekul yang bertumbukan ( pereaksi ) harus memiliki energi yang


cukup.

Molekul-molekul pereaksi mengalami gaya tolak dari awan-awan elektron molekul


pereaksi yang lain, sehingga untuk mengimbangi gaya tolak ini masing-masing molekul
harus memiliki energi yang cukup agar dapat menembus awan elektron molekul tersebut.

Energi minimum yang diperlukan molekul untuk melakukan tumbukan efektif disebut
Energi Aktifasi (Ea). Bila suatu reaksi tidak berlangsung pada suhu tertentu, berarti
tumbukan yang terjadi belum efektif, dengan menaikkan suhu maka energi kinetik partikel-
partikel pereaksi akan bertambah sehingga tumbukan akan menjadi efektif. Setiap molekul-
molekul mempunyai energi kinetik yang berbeda, pada suhu yang lebih tinggi fraksi molekul
yang mencapai energi minimum tertentu akan bertambah, akibatnya reaksi akan lebih cepat
berlangsung.

T1 T2
Energi Kinetik

Pada suhu yang lebih tinggi distribusi


energi melebar . Energi kinetik mole-
kul rata-rata meningkat dan lebih
banyak molekulyang memiliki energi
lebih besare dari energi aktivasi

Rata-rata

Energi Kinetik
Energi minimum untuk

Tumbukan Efektif

Harga energi aktivasi sangat erat hubungannya dengan tetapan jenis reaksi (k), makin
besar energi aktivasi, makin kecil tetapan jenis reaksi (k) berarti semakin sukar reaksi
berlangsung

Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang bagaimana
suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi antara dua jenis
molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per satuan waktu antara kedua
jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan
konsentrasi A dan konsentrasi B.

Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah tumbukan
yang terjadi.

TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN, ANTARA


LAIN :

- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang harus dilewati

(disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat menghasilkan reaksi. Reaksi
hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih besar atau sama dengan energi
pengaktifan (Ea).

- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak sama
jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur ruangnya.

Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh teori keadaan transisi atau teori laju reaksi absolut.
Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh molekul-
molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk). Keadaan tersebut
dinama- kan keadaan transisi.

Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut:

A + B → T* --> C + D

dimana:

- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi


- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi
SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI
KURVA BERIKUT :

Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal
sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul pereaksi
harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (Ea) agar dapat mencapai
keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).

Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan oleh
molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.

MEKANISME REAKSI DAN HUKUM LAJU


Persamaan reaksi setara tidak dapat dijadikan sebagai informasi tentang bagaimana
reaksi sesungguhnya terjadi. Dalam banyak hal persamaan rekais ini menyatakan jumlah dari
sederetan reaksi sederhana yang sering disebut tahapan reaksi, karena reaksi-reaksi sederhana
tersebut mempresentasikan jalannya reaksi keseluruhan pada tingkat molekul.

Urutan tahapan-tahapan reaksi yang mengarah pada pembentukan hasil reaksi disebut
mekanisme reaksi.sebagai contoh mrkanismer reaksi mari kita lihat reaksi antara nitrogen
monoksida dengan oksigen.

2NO(g) + O2 → 2NO2(g)

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa hasil reaksi tidak terbentuk langsungdari


tumbukan dua molekul NO dengan satu molekul O2, karena N2O2 terdeteksi selama reaksi
berlangsung, oleh karena itu kita dapat menganggap bahwa reaksi yang sebenarnya
berlangsung dalam dua tahap reaksi elementer seperti berikut ini :
Tahap 1. NO + NO → N2O2

Tahap 2. N2O2 + O2 → 2NO2

Reaksi keseluruhan : 2NO + N2O2 + O2 → N2O2 + 2NO2

Jadi dalam suatu reaksi kimia, berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal)
sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.

Contoh: 4 HBr(g) + O2(g) → 2 H2O(g) + 2 Br2(g)

Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O 2 bereaksi dengan 4
molekul HBr.

Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil antara
molekul- molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr dengan molekul
O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang mungkin berhasil adalah
tumbukan antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1 molekul O 2. Hal ini berarti reaksi
di atas harus berlangsung dalam beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya adalah :

Tahap 1: HBr + O2  HOOBr (lambat)

Tahap 2: HBr + HOOBr  2HOBr (cepat)

Tahap 3: HBr + HOBr  H2O + Br2) x 2 (cepat)

------------------------------------------------------ +

4 HBr + O2 --> 2H2O + 2 Br2

Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya reaksi tersebut
ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsungnya
paling lambat.

Jadi laju = k[HBr][O2]

Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi" dan
kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang paling lambat
dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan reaksi.

Anda mungkin juga menyukai