Anda di halaman 1dari 2

Pada era modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang telah mengalami

perkembangan yang begitu pesat. Bahkan dalam era modern kini, hal yang tak mungkin dapat menjadi
mungkin. Contohnya adalah membuat bayi tanpa melakukan perkawina lawan jenis, yaitu dengan
melalui inseminasi atau bayi tabung.

Inseminasi buatan atau dalam bahasa medis dikenal dengan istilah intrauterine insemination (IUI)
adalah suatu metode atau prosedur ‘mencuci’ sperma dari air mani sehingga didapatkan sperma yang
berkualitas baik.

Bayi tabung yaitu prosedur medis dengan pengambilan sperma dari pria dan sel telur dari wanita untuk
ditempatkan pembiakan (cawan) yang sudah siap untuk diletakkan ke dalam rahim seorang ibu agar
terjadi proses pembuahan.

Satu hal yang membedakan metode ini adalah mengenai prosesnya. Pada inseminasi buatan,
pembuahan tetap terjadi dalam tubuh ibu. Sedangkan pada bayi tabung, pembuahan dilakukan di
laboratorium.

Embrio yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam kateter dan disimpan kembali di dalam rahim
ibu.

Bahwa kita tahu inseminasi buatan bisa dipraktikkan terhadap hewan, khusus nya hewan ternak.
Metode ini banyak dimanfaatkan untuk mencegah dan memberantas penyakit kelamin menular, seperti
yang pernah dilakukan di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. IB juga digunakan untuk menaikkan
mutu ternak yang menguntungkan bagi peternak atau peternakkan kecil. Metide ini pula bisa
menghemat biaya dan lebih aman karen sperma pejantan yang bisa diawetkan.

Lalu bagaiamana di era modern ini inseminasi buatan dan bayi tabung pada manusia dalam hukum
islam?.

Upaya bayi tabung, dibolehkan oleh islam manakala perpaduan sperma dengan ovum itu bersumber
dari suami istri yang sah (inseminasi homolog) yang disebut juga dengan ”Artifical Insemination
Husband” (AIH), dan yang dilarang adalah inseminasi buatan yang dihasilkan dari perpaduan sperma dan
ovum dari orang lain (inseminasi heterolog) yang disebut juga dengan istilah ”Artifical Insemination
Donor” (AID). Inseminasi homolog tidak melanggar hukum agama atau ketentuan agama hanya kecuali
hanya menempuh jalan keluar untuk memenuhi prosedur senggama karena tidak dapat memenuhi atau
dibuahi. Karena itu kebolehannya ada karena faktor darurat yang diberi dispensasi oleh agama,
sebagaimana hadist nabi yang mengatakan bahwa tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang
lain.

Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia:

a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah (boleh),
sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari isteri kedua
dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram

c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram

d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang sah hukumnya
haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang
tidak sah (zina).

Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni diperbolehkan dengan
catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam
dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil
berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.

Anda mungkin juga menyukai