Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Wahyu Kurniawan

NO. UJIAN : .....................


NIM : 21120045
SMT/KLS/JUR : 1/R1/Teknik Kimia
MATA KULIAH : Agama Islam
DOSEN : Ida Farida, S.Pd.I.,
M. Pd.
UNIVERISTAS SERANG RAYA HARI/TANGGAL : Rabu/10 Februari
2021
Tanda tangan
LEMBAR JAWABAN UTS-UAS

(..…………………..)
1. Ijtihad fardi (perseorangan) ialah ijtihad yang dilakukan secara mandiri oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dan ijtihadnya belum dapat persetujuan dari ulama atau mujtahid lain. Ijtihad fardi
maerupakan langkah awal atau dasar dalam mewujudkan ijtihad kolektif. Kalau tidak teardapat individu
yang mampu dan ahli ijtihad, maka tidak akan terjadi ijtihad kolektif yang sangat dibutuhkan
keberadaannya.

Abu Bakar telah mengadakan ijtihad macam ini dalam membagikan harta antara orang-orang Muhajirin
dan orang Anshor. Adapun dasar ijtihad fardi adalah Hadits Muadz ketika diutus ke Yaman untuk
menjadi wali dan hakim disana, sebagai telah disebutkan dimuka.

Ijtihad jama’i (kolektif) ialah ijtihad yang dilakukan secara bersama atau bermusyawarah terhadap suatu
masalah, dan pengamalan hasilnya menjadi tanggung jawab bersama.

Sebagai contoh pada masa khalifah Abu Bakar, para sahabat telah mengadakan ijtihad jama'i untuk
memerangi orang yang ingkar terhadap khalifah Abu Bakar, tidak mau membayar zakat, pada hal dimasa
Nabi mereka membayarnya.

2. Awal kemunculan aliran dalam Islam terjadi pada saat khilafah Islamiyah mengalami suksesi
kepemimpinan dari Usman bin Affan ke Ali bin Abi Thalib. Masa pemerintahan Ali merupakan era
kekacauan dan awal perpecahan di kalangan umat Islam. Namun, bibit-bibit perpecahan itu mulai
muncul pada akhir kekuasaan Usman. Di masa pemerintahan khalifah keempat ini, perang secara fisik
beberapa kali terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan para penentangnya. Peristiwa-peristiwa
ini telah menyebabkan terkoyaknya persatuan dan kesatuan umat.

Sejarah mencatat, paling tidak, dua perang besar pada masa ini, yaitu Perang Jamal (Perang Unta) yang
terjadi antara Ali dan Aisyah yang dibantu Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah serta Perang
Siffin yang berlangsung antara pasukan Ali melawan tentara Muawiyah bin Abu Sufyan. Faktor penyulut
Perang Jamal ini disebabkan oleh yang Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman. Perselisihan
yang terjadi antara Ali dan para penentangnya pun menimbulkan aliran-aliran keagamaan dalam Islam,
seperti Syiah, Khawarij, Murjiah, Muktazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah, Ahlussunah wal Jamaah,
Jabbariyah, dan Kadariah.

Dalil dalam Al-Quran firman Allah : “Dan Allah tidak suka terhadap kerusakan.” (Al-Baqarah: 205) “Dan
Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya”. (Az-Zumar:7)

3. Pertama, pada mulanya mereka memang dilarang untuk melakukan penulisan hadits. Karena adanya
kekhawatiran tercampurnya sebagian hadis dengan Alquran, sebagaimana diinformasikan secara valid
oleh Imam Muslim dalam Sahih-nya.
Kedua, karena kekuatan hafalan dan kecerdasan akal mereka. Selain itu juga karena mayoritas mereka
memang tidak mengenal dunia tulis menulis. Baru pada penghujung masa tabi'in muncullah untuk
pertama kalinya kodifikasi dan sistematisasi atsar dan akhbar (hadits). Lahirnya hal demikian dipicu oleh
semakin luasnya penyebaran ulama, banyaknya bidah khawarij, rafidhah, dan para pengingkar takdir.
Dan yang pertama kali melakukan penulisan buku adalah Rabi' ibn Shabih, Saed ibn Abi 'Urubah dan
selain mereka.

4. Aqidah harus ditanamkan sejak dini dan tentunya harus dengan bimbingan dari keluarga dengan
penanaman aqidah dan syariat diharapkan bisa menjadi kontrol atau tolak ukur sebagai seorang muslim
saat berada dimanapun dan kapan pun. Dalil tentang aqidah salah satunya terdapat pada surat Al-
Baqarah ayat 285.

5. Karena perintah salat dan perintah zakat merupakan rukun islam yang wajib kita laksanakan.. kalau
hanya perintah salat saja yang kita laksanakan berarti rukun islam kitaa belum sempurna. kita wajib
melakukan dua duanya.

Karena begitu pentingnya zakat, Islam sampai menjadikannya sebagai salah satu pilar pokok dalam
berislam. Setiap umat Islam yang mampu wajib mengeluarkan zakat sebagai bagian dari pelaksanaan
rukun Islam yang ketiga. Artinya, dalam urutan rukun Islam, zakat menempati deret rukun setelah
shalat, ibadah yang paling ditekankan dalam Islam karena menjadi cermin dari praktik paling konkret
penghambaan kepada Tuhan.

6. - Cara-cara untuk mencapai makrifat

1. Tafakur Alam (mengenai alam)

2. Takziyatul Nafs(penyucian jiwa)

3. Tadabbur Qur'an (mempelajari Al-Qur'an)

4.Tadzkur (berdzikir=mengingat)

5. Taskur (bersyukur)

- bagian-bagian dari Makrifat:

1. Makrifat Ilmi (mengenai Allah secara Ilmiah)


2. Makrifat Hali (mengenali Allah dengan hati)
3. Makrifatul Asma (mengenai sifat-sifat Allah)
4. Makrifatus-Sifat
5. Makrifatul-Af’al (mengenai ciptaan-ciptaan Allah)
6. Makrifatul-Iradah
7. Makrifatuldz-Dzat (mengenal dzat-dzat Allah)

7. 1. Yang Memberikan Keyakinan Agama

Sebagaimana Alquran telah mengisahkan tentang Nabi-nabi dan orang-orang sholeh mengenai
keyakinan terhadap Tuhan, seperti Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail, Lukman kepada anaknya,
bahwa mengajarkan tauhid kepada anak mutlak dilakukan oleh kedua orangtua, agar anak mampu
meyakini adanya Tuhan yang wajib disembah, sehingga enggan melakukan hal-hal yang dilarang oleh
agama. Dengan demikian peran orangtua diharapkan mampu menjadi teladan dalam beribadah
kepada Allah swt.

2. Yang Menanamkan Nilai-Nilai Moral dan Budaya

Beberapa hadis Nabi saw. yang menjelaskan mengenai hal ini adalah:
a. memberikan nama yang baik (an yuhsina ismahu)

b. memberikan makanan yang halal (an yuth’imahu bihalalin)

c. mengajari membaca Alquran (an yuallimahu alkitab)

d. melatih sopan santun (an yua’ddabahu ta’diban hasanan)

e. mencintai Nabi Muhammad saw. (hubbun nabiyyi)

3. Yang Memberikan Teladan

Dalam hal ini orangtua harus memulai segala kebaikan mulai dari diri sendiri (ibda’ binafsih), dalam
penerapannya harus melalui pendekatan, melalui (moral knowing), memberi tahu kepada anak
mengenai kebaikan, melalui (moral action) memberi tahu kepada anak cara melakukan kebaikan, dan
melalui (moral feeling) memberi tahu kepada anak manfaat yang didapat setelah melakukan
kebaikan. Pendekatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan sehingga
diharapkan dapat menjadi kebiasaan (moral behaviour) bagi anak untuk selalu melakukan kebaikan.

4. Yang Memberikan Keterampilan Dasar

Memberikan keterampilan kepada anak, dalam sebuah hadis, Rasululullah saw. bersabda:

“Kewajiban orangtua terhadap anaknya itu antara lain harus mengajari menulis, renang dan
memanah” (HR. Imam Baihaqi)

5. Yang Memberikan Perlindungan

a. melindungi akalnya dengan ilmu pengetahuan yang diperlukan dan disesuaikan dengan kebutuhan
anak

b. melindungi hatinya dari segala penyakit hati, senantiasa mengingatkan anak untuk berdzikir kepada
Allah swt. dimanapun dan kapanpun.

c. melindungi tubuhnya dari segala yang membahayakan, termasuk memberikan makanan dan
minuman yang sehat, bergizi dan halal.

8. 1. Rumah terlindung dari gangguan setan.

2. Dicukupi segala kebutuhan di dunia.

3. Disempurnakan nikmat.

4. Tanda syukur pada Allah.

5. Mendapat keridaan Allah.

6. Dilindungi dari ancaman dan bahaya.

7. Mendapat lebih banyak pahala.

8. Termasuk ahli surga

9. Dihapus segala kesalahan dan diangkat derajatnya.

10. Memperoleh syafaat di hari kiamat.

9.
 Secara dasar, ustadz memang artinya guru. Tetapi guru yang istimewa. Ia adalah seorang
Mudarris, karena mengajarkan pelajaran. Ia seorang Mu’addib, karena juga mendidik manusia
agar lebih beradab (berakhlak). Dia seorang Mu’allim, karena bertanggung-jawab melalukan
transformasi ilmiah (menjadikan murid-muridnya tahu, setelah sebelumnya tidak tahu). Dan dia
sekaligus seorang Murabbi, yaitu pendidik yang komplit. Jadi, seorang ustadz itu memiliki
kapasitas ilmu, akhlak, terlibat dalam proses pembinaan, serta keteladanan. Kalau seseorang
disebut Ustadz, dia itu sebenarnya ulama atau mendekati derajat ulama.
 Mu’allim artinya guru juga, tetapi lebih spesifik: Orang yang berusaha menjadikan murid-
muridnya tahu, setelah sebelumnya mereka belum tahu. Tugas Mu’allim itu melakukan
transformasi pengetahuan, sehingga muridnya menjadi tahu.
 Murabbi artinya sama, yaitu guru, tetapi lebih spesifik: Orang yang mendidik manusia
sedemikian rupa, dengan ilmu dan akhlak, agar menjadi lebih berilmu, lebih berakhlak, dan lebih
berdaya. Orientasinya memperbaiki kualitas kepribadian murid-muridnya, melalui proses
belajar-mengajar secara intens. Murabbi itu bisa diumpamakan seperti petani yang menanam
benih, memelihara tanaman baik-baik, sampai memetik hasilnya.
 Muaddib atau Musyrif, artinya juga guru, tetapi lebih spesifik: Orang yang mengajarkan adab
(etika dan moral), sehingga murid-muridnya menjadi lebih beradab atau mulia (syarif).
Penekanannya lebih pada pendidikan akhlak, atau pendidikan karakter mulia.
 Mursyid artinya juga guru, tetapi skalanya lebih luas dari Murabbi. Kalau Murabbi cenderung
privasi, terbatas jumlah muridnya, maka Musyrid lebih luas dari itu. Mursyid dalam terminologi
shufi bisa memiliki sangat banyak murid-murid.

10. • Q.S. At-Tahriim: 6

‫ارةُ َعلَ ْيهَا َمالئِ َكةٌ ِغالظٌ ِشدَا ٌد ال يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
َ‫ ي ُْؤ َمرُون‬.

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahriim: 6)

Ayat diatas memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga yang
paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat diatas awalnya berbicara
masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung
jawab yaitu siksaan.

• Q.S. Al-Ahzab: 59

• ‫ك َونِ َسا ِء ْال ُم ْؤ ِمنِينَ يُ ْدنِينَ َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َجالبِيبِ ِه َّن َذلِكَ أَ ْدنَى أَ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَال ي ُْؤ َذ ْينَ َو َكانَ هَّللا ُ َغفُورًا َر ِحي ًما‬ ْ ْ‫يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل‬
َ ِ‫ألز َوا ِجكَ َوبَنَات‬
.

• Artinya:

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin,
‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab: 59).

Allah memerintahkan kepada seluruh kaum muslimat terutama istri-istri nabi sendiri dan putri-putrinya
agar mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka. Hal ini bertujuan agar mereka mudah dikenali dengan
pakaiannya karena berbeda dengan jariyah (budak perempuan), sehingga mereka tidak diganggu oleh
orang yang menyalahgunakan kesempatan. Seorang perempuan yang berpakaian sopan akan lebih
mudah terhindar dari gangguan orang jahil. Sedangkan perempuan yang membuka auratnya dimuka
umum dituduh atau dinilai sebagai perempuan yang kurang baik kepribadiannya.

• Tafsir Surat Luqman ayat 13

Q.S. Luqman: 13

• ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
‫َظي ٌم‬ َّ َ‫ َوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ال ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬.
َ ْ‫ي ال تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ إِ َّن ال ِّشر‬

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya,
‘Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah ) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezhaliman yang besar’”. (Q.S. Luqman: 13)

Sesudah Allah menuturkan apa yang telah diwasiatkan oleh Luqman terhadap anaknya, yaitu supaya ia
bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan semua nikmat yang tiada seorangpun bersekutu
dengan-Nya dalam menciptakan sesuatu. Kemudian Luqman menegaskan bahwasannya syirik itu adalah
perbuatan yang buruk. Selanjutnya Allah SWT mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua
anak supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tuanya, karena sesungguhnya kedua orang tua
adalah penyebab pertama bagi keberadaanya didunia itu.

Anda mungkin juga menyukai