Anda di halaman 1dari 17

INSEMINASI BUATAN PADA MANUSIA MENURUT HUKUM

ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Masail al – Fiqhiyah
Dosen Pengampu : Dr. Oyoh Bariyah.,M.A.g.

Disusun oleh :
Sem. VII
E/PAI
Nama :
Abdul Azis 1810631110165
Alin Ratna Rengganis 1810631110190
Adisty Nabilah Fitri 1810631110175
Iddah Fukhoiroh 1810631110178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021

I
ABSTRAK

Al-Qur’an surat 49:13 dan 75:39 menyebutkan bahwa Allah SWT menjadikan manusia
kepada dua jenis: laki-laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin tersebut masing-masing
diberi naluri saling mencintai, dan sebagai buahnya manusia di dunia ini dapat
berkembang baik. Untuk memperoleh keturunan yang sah, sebelumnya manusia
diperintahkan membentuk rumah tangga melalui akad nikah dengan aturan yang telah
ditentukan. Hubungan jenis kelamin itu jika tanpa didahului akad nikah tergolong
perbuatan zina. Dalam Islam, zina dilarang dan hukumnya haram.
Agar tercipta rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, Allah SWT dan Rasul-Nya
memberikan petunjuk agar sebelum perkawinan memilih calon yang baik. Diantara
kebahagiaan dan kesejahteraan rumah tangga adalah hadirnya anak seperti yang
didambakan. Pada kenyataannya, kehadiran anak yang didambakan itu ada yang tidak
terwujud. Prof. Dr .Asri Rasad, MSc, PhD, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
menyatakan bahwa setidaknya ada 10 – 20 % pasangan suami isteri yang mengalami
kesulitan memperoleh keturunan. Kesulitan memperoleh keturunan bisa dikarenakan
beberapa sebab. Ada sebab yang terdapat di pihak suami dan ada pula yang terdapat di
pihak isteri. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan keturunan yaitu dengan
bayi tabung atau inseminasi buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari istilah
Inggris artificial insemination. Dalam bahasa Arab disebut al-talqih al-shina’iy. Dalam
bahasa Indonesia ada yang menyebutnya permainan buatan, pembuahan buatan, atau
penghamilan buatan. Batasannya dirumuskan dengan redaksi yang bermacam-macam.
Drh.Djamalin
Djanah mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan inseminasi buatan ialah
“Pekerjaan memasukan mani (sperma atau semen) ke dalam rahim (kandungan) dengan
menggunakan alat khusus dengan maksud terjadi pembuahan”

2
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..4
Latar Belakang………………………………………………………………………………4
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...5
Kerangka Berfikir……………………………………………………………………………6
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….7
A. Pengertian……………………………………………………………………………7
B. Inseminasi buatan pada Manusia menurut Ilmu Kedokteran……………………8
C. Analisis Hukum Islam Terhadap Inseminasi buatan pada
Manusia……………………………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………16


A. Kesimpulan………………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….17

3
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Masail
Fiqhiyah dengan judul “Inseminasi Buatan pada Manusia dalam Hukum
Islam”.Harapan kami adalah semoga makalah yang disusun dengan judul tersebut
dapat bermanfaat untuk semua pihak, semoga saja dengan disusunnya makalah ini
dapat mempermudah anda untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan dan
menjadi referensi ilmu mengenai proses inseminasi buatan pada manusia dan
pandangan islam terhadap inseminasi buatan pada manusia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih kami ucapkan kepada semua rekan-
rekan yang sudah membantu dalam kelancaran penyusunan makalah ini, khususnya
untuk dosen pembimbing kami yang senantiasa membimbing dan mengajari kami.

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an surat 49:13 dan 75:39 menyebutkan bahwa Allah SWT menjadikan
manusia kepada dua jenis: laki-laki dan perempuan. Kedua jenis kelamin tersebut
masing-masing diberi naluri saling mencintai, dan sebagai buahnya manusia di dunia
ini dapat berkembang baik. Untuk memperoleh keturunan yang sah, sebelumnya
manusia diperintahkan membentuk rumah tangga melalui akad nikah dengan aturan
yang telah ditentukan. Hubungan jenis kelamin itu jika tanpa didahului akad nikah
tergolong perbuatan zina. Dalam Islam, zina dilarang dan hukumnya haram.Agar
tercipta rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, Allah SWT dan Rasul-Nya
memberikan petunjuk agar sebelum perkawinan memilih calon yang baik. Diantara
kebahagiaan dan kesejahteraan rumah tangga adalah hadirnya anak seperti yang
didambakan. Pada kenyataannya, kehadiran anak yang didambakan itu ada yang tidak
terwujud.

Prof. Dr .Asri Rasad, MSc, PhD, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia menyatakan bahwa setidaknya ada 10 – 20 % pasangan suami isteri yang
mengalami kesulitan memperoleh keturunan. Kesulitan memperoleh keturunan bisa
dikarenakan beberapa sebab. Ada sebab yang terdapat di pihak suami dan ada pula
yang terdapa dipihak isteri. Klasifikasi penyebab perceraian yang dibuat Kantor
Urusan Agama hanya menyebut secara umum tentang sebab-sebab perceraian yaitu:
1) Meninggalkan kewajiban,2) Krisis akhlak, 3) Biologis, 4) Dimadu, 5) Politis.
Sebagai akibat dari ketidak hadiran anak dalm satu keluarga, setidaknya keluarga
tersebut akan mencari beberapa alternatife misalnya: 1) Menyerah kepada nasib, 2)
Adopsi, 3) Cerai, 4) Poligami , 5) Inseminasi buatan. Mengenai alternatif terakhir

5
(Inseminasi buatan) yang nota bene penemuan dibidang teknologi kedokteran, masih
banyak persoalan, terutama jika ditinjau dari segi hukum agama.

Oleh sebab itu makalah ini bertujuan melacak pelaksanaannya. Apakah


inseminasi buatan dapat dibenarkan oleh hukum islam? Apakah ia menyebabkan
pembunuhan? Apakah tidak merupakan perzinaan? Bagaimana status anak yang
dihasilkannya?

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Inseminasi buatan pada manusia ?
2. Bagaimana permasalahan Inseminasi buatan pada manusia ?
3. Bagaimana Inseminasi manusia menurut ilmu kedokteran ?
4. Bagaimana keunggulan dan kelemahan pada Inseminasi buatan pada manusia ?
5. Bagaimana permasalahan Inseminasi buatan pada manusia dalam hukum Islam ?

C. Kerangka Berfikir
Untuk memahami secara pasti latar belakang pelaksanaan Inseminasi buatan
mengalami kesulitan karena tidak ada kesepakatan siapa penemu pertamanya. Daniel
Rumondor memberikan isyarat bahwa inseminasi buatan agaknya diilhami oleh
keberhasilan Syeikh-syeikh Arab meperanakan kuda sejak tahun 1322. Praktek
inseminasi buatan pada manusia secara tidak langsung terkandung dalam cerita
Midrash di mana Ben Sirah dikandung secara tidak sengaja karena ibunya memakai
air bak yang sudah tercampur sedikit air mani. John Hunter, seorang guru dari
Philadelphia pada tahun 1785 berhasil mengadakan inseminasi buatan terhadap isteri
seorang pedagang kain di London. Kemudian, eksperimen yang berhasil di Perancis
diikuti oleh laporan dokter Amerika pada tahun 1866 bahwa ia berhasil melakukannya
sebanyak 55 pada 6 orang wanita dan bayi inseminasi buatan pertama di Negara itu.
Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan ditandai dengan lahirnya Akmal
dari pasangan Linda-Soekotjo pada 25 Agustus 1987 dengan teknik GIFT, dan Dimas
Aldila Akmal Sudiar, lahir pada 2 Oktober 1988, dari pasangan Wiwik Juwari-
Sudirman dengan teknik IVF. Keduanya adalah hasil kerja tim Makmal Terpadu

6
Imuno Endokrinologi Fakultas Kedokteran UI. Latar belakang dikembangkannya
inseminasi buatan di Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh Dr. H. Enud J. Surjana
(Ketua Makmal Terpadu FKUI) dn Prof.dr. Asri Rasad (Dekan Fakultas Kedokteran
UI) adalah semata-mata untuk membantu pasangan suami istri yang sulit memperoleh
keturunan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari istilah Inggris artificial insemination.


Dalam bahasa Arab disebut al-talqih al-shina’iy. Dalam bahasa Indonesia ada yang
menebutnya permainan buatan, pembuahan buatan, atau penghamilan buatan.
Batasannya dirumuskan dengan redaksi yang bermacam-macam. Drh.Djamalin
Djanah mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan inseminasi buatan ialah
“Pekerjaan memasukan mani (sperma atau semen) ke dalam rahim (kandungan) dengan
menggunakan alat khusus dengan maksud terjadi pembuahan”.
Secara umum dapat diambil pengertian bahwa inseminasi buatan adalah suatu cara
atau teknk memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan (coitus). Adapun
tekniknya ada dua cara, yaitu:
 Fertilasi in Vitro (FIV)
Fertilasi in Vitro (In Vitro Fertilization) ialah usaha fertilasi yang dilakukan di luar
tubuh, di dalam cawan biakan (petri disk), dengan suasana yang mendekati ilmiah.
Jika berhasil, pada saat mencapai stadium morula, hasil fertilasi ditandur-alihkan ke
endometrium rongga uterus. Teknik ini biasanya dikenal dengan “bayi tabung” atau
pembuahan di luar tubuh.
 Tandur Alih Gamet Intra Tuba (TAGIT)

7
Tandur Alih Gamet Itra Tuba (Gamet Intra Fallopian Transfer) ialah usaha
mempertemukan sel benih (gamet), yaitu ovum dan sperma, dengan cara
menyemprotkan campuran sel benih itu memakai kanul tuba ke dalam ampulla.
Metode ini bukan metode bayi tabung karena pembuahan terjadi di saluran telur (tuba
fallopi) si ibu sendiri. Di luar negeri teknik TAGIT lebih berhasil di banding dengan
FIV. Perbandingannya cukup mencolok yaitu 40:20. Teknik yang terbaik dari
keduanya tergantung pada keadaan pemilik sperma dan ovum serta keadaan
kandungan.1

B. Inseminasi buatan pada Manusia menurut Ilmu Kedokteran


Secara gramatikal bisa ditafsirkan bahwa yang diperbolehkan oleh hukum
Indonesia adalah metode pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang sah yang
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal yang dikenal dengan metode
inseminasi buatan. Dengan demikian, metode atau upaya kehamilan diluar cara alamiah
melalui ibu pengganti atau sewa menyewa/penitipan rahim, secara implisit tidak
dibenarkan menurut hukum Indonesia.
Indikasi Syarat-Syarat Dalam Mengikuti Program Inseminasi Buatan Pasangan
suami-isteri yang diperkenankan oleh Tim Dokter Program Melati Rumah Sakit Anak dan
Bersalin Harapan Kita Jakarta untuk mengikuti prosedur bayi tabung, adalah pasangan
suami isteri yang kurang subur, disebabkan karena:
1) Isteri mengalami kerusakan kedua saluran telur (tuba), biasanya disebabkan infeksi
(infeksi yang disebabkan oleh bakteri). Dan hal inipun baru diketahui setelah sekian
tahun menikah tidak kunjung mendapatkan keturunan.
2) Lendir leher rahim isteri yang tidak normal, hal ini biasanya terjadi bila ada keputihan,
sehingga pada saat sperma melewati serviks, spermanya telah mati terlebih dahulu.
3) Adanya gangguan kekebalan di mana terdapat zat anti terhadap sperma di dalam
tubuh.
4) Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur.

5) Tidak hamil juga setelah dilakukan pengobatan endometriosis,


Endometriosis yaitu suatu kondisi dimana jaringan seperti jaringan bagian dalam
dinding rahim (endometrium) berkembang diluar rahim.

1
Daniel Rumondor, Jangan Membunuh: Tinjauan Etis Terhadap Beberapa Praktek
Kedokteran,(Jakarta:Andi,1998).

8
6) Suami dengan mutu sperma yang kurang baik (oligospermia), adalah sperma yang
jumlahnya kurang, gerakan yang lemah, dan bentuknya juga tidak normal.
7) Tidak diketahui penyebabnya (unexplained infertility), maksudnya kendati
telah menjalani seluruh factor dalam batas normal, istri tidak hamil juga setelah
menikah dan melakukan hubungan intim secara teratur minimal satu tahun

1) Metode Dalam Proses Inseminasi Buatan


a. ICSI (Intra Cytoplasmic Sprm Injection)
Injeksi sperma intra sitoplasma. Salah satu bentuk yang paling efektif
dalam pembuahan mikro-manipulatif yang menawarkan tingkat keberhasilan
yang tinggi adalah injeksi sperma intracytoplasmic atau ICSI. Teknik ini
digunakan untuk faktor infertilitas pria dan menawarkan tingkat keberhasilan
yang tinggi dengan risiko rendah untuk komplikasi atau kerusakan pada sel
telur.
ICSI adalah teknik disempurnakan yang digunakan untuk
meningkatkan tahap pembuahan, hanya dengan menyuntikkan satu sperma ke
dalam telur matang selama fertilisasi in vitro (IVF). Setelah sperma
disuntikkan, telur yang telah dibuahi ini kemudian ditransfer ke rahim wanita
atau tuba fallopi.
Pada teknik IVF-ICSI, satu sperma disuntikkan ke dalam satu sel telur
agar terjadi pembuahan. Teknik ini dilakukan bila ada masalah pada sperma,
misalnya sperma tidak mampu masuk ke sel telur dengan tenaganya sendiri.
“Caranya, sperma dipatahkan dulu lehernya kemudian disuntikkan ke dalam
sel telur,”. “Dalam ICSI dipilih sperma yang dianggap bagus. Namun,
kenyataannya, sperma yang dipilih ternyata memiliki kelemahan yang tidak
terlihat. Dengan IMSI yang pembesarannya jauh lebih tinggi, kelemahan itu
bisa terlihat,”.Sperma yang buruk akan memengaruhi kualitas embrio.
Kualitas embrio yang buruk meningkatkan kegagalan kehamilan.
b. Microsurgical Epididymal Sperm Aspiration (MESA)
Teknik ini diterapkan bagi pria yang mengalami azoospermia (tidak
ada sel sperma sama sekali di dalam air maninya). Ini terjadi antara lain
karena testis tidak mampu menghasilkan selsel sperma akibat infeksi, trauma,
dan kelainan bawaan. Pada pria yang mengalami azoospermia karena ada

9
sumbatan pada saluran reproduksinya, dengan teknik MESA ini, sel-sel
spermanya diambil langsung dari dalam epididimis (tempat pematangan sel-
sel sperma) melalui tindakan operasi kecil.

2) Kelemahan dan Keuntungan Inseminasi Buatan


Adapun kelemahan dari inseminasi buatan ini adalah sebagai berikut:
 Dalam pembuahan normal, antara 50.000-100.000 sel sperma, berlomba
membuahi 1 sel telur. Dalam pembuahan normal, berlaku teori seleksi alamiah
dari Charles Darwin, dimana sel yang paling kuat dan sehat adalah yang
menang.
Sementara dalam inseminasi buatan, sel sperma pemenang dipilih oleh dokter
atau petugas labolatorium. Jadi bukan dengan sistem seleksi alamiah. Di
bawah
mikroskop, para petugas labolatorium dapat memisahkan mana sel sperma
yang
kelihatannya sehat dan tidak sehat. Akan tetapi, kerusakan genetika umumnya
tidak kelihatan dari luar. Dengan cara itu, resiko kerusakan sel sperma yang
secara genetik tidak sehat, menjadi cukup besar.
 Belakangan ini, selain faktor sel sperma yang secara genetik tidak sehat, para
ahli juga menduga prosedur inseminasi memainkan peranan yang menentukan.
Kesalahan pada saat injeksi sperma, merupakan salah satu faktor kerusakan
genetika. Secara alamiah, sperma yang sudah dilengkapi enzim bernama
akrosom berfungsi sebagai pengebor lapisan pelindung sel telur. Dalam proses
pembuahan secara alamiah, hanya kepala dan ekor sperma yang masuk ke
dalam inti sel telur. Sementara dalam proses inseminasi buatan, dengan injeksi
sperma, enzim akrosom yang ada di bagian kepala sperma juga ikut masuk ke
dalam sel telur. Selama enzim akrosom belum terurai, maka pembuahan akan
terhambat. Selain itu prosedur injeksi sperma memiliko resiko melukai bagian
dalam sel telur, yang berfungsi pada pembelahan sel dan pembagian
kromosom.
 Memerlukan waktu yang cukup lama
 Biaya mahal, berkisar antara 34-60 juta

10
 Tidak bisa sekali melakukan proses langsung jadi, tetapi besar kemungkinan
untuk di lakukan pengulangan, Adapun keuntungan dan kerugiannya adalah
Memberikan peluang kehamilan kepada pasangan suami istri yang
sebelumnya
mengalami infertilitas.2

C. Analisis Hukum Islam Terhadap Inseminasi Buatan pada Manusia

Inseminasi buatan atau disebut dengan bayi tabung merupakan hasil rekayasa
manusia yang bertujuan untuk membantu pasangan suami dan isteri yang mandul untuk
mendapatkan seorang anak. Didalam Islam persoalan anak menjadi urusan Allah swt.
Asalkan manusia tetap bertasbih di waktu pagi dan petang. Hal ini terbukti Allah swt.
telah mengaruniai seorang anak kepada Nabi Zakaria as. yang sudah berumur sangat tua
dan isterinya dalam keadaan mandul. Akan tetapi meskipun persoalan anak menjadi
urusan Allah swt. akan tetapi manusia (suami dan isteri) yang mandul tetap berusaha dan
berikhtiar untuk mendapatkan seorang keturunan. Salah satu caranya dengan
menggunakan teknik bayi tabung.3

Mengenai hukum dari inseminasi buatan pada manusia bila ditinjau dari perspektif
Islam, upaya inseminasi buatan ataupun bayi tabung dibolehkan manakala perpaduan
sperma dengan ovum itu bersumber dari suami istri yang sah (Inseminasi Homolog) yang
juga disebut juga dengan artificial insemination husband (AIH).4 Inseminasi Homolog dan
bayi tabung tidak melanggar ketentuan agama, karena adanya maksud hanya menempuh
jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan memperoleh keturunan tanpa melalui prosedur
senggama, karena tidak dapat membuahi dan dibuahi. Adapun beberapa pendapat ulama,
organisasi dan lembaga Islam mengenai hukum dari inseminasi buatan dengan sperma dan
ovum yang berasal dari pasangan suami istri, yaitu sebagai berikut:

1. KH. Hasan Basri mengemukakan bahwa proses kelahiran melalui teknik bayi tabung
menurut agama Islam itu dibolehkan dan sah, asal yang pokok sperma dan sel

2
Wawancara dengan kepala Makmak Terpadu Imuno Endokrinologi Fakultas Kedokteran UI
dan staff, April-Mei 1990. Lihat juga “Dari Bayi Tabung ke Puspitek Medik”,Kompas
(Jakarta), 22 Februari 1989,h.10.

3
Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 38.
4
Mahjuddin, Masa’ilul Fiqhiyah (Jakarta: Kalam Mulia,2007),h.13.
11
telurnya dari pasangan suami istri. Hal ini disebabkan perkembangan ilmu
pengetahuan yang menjurus kepada bayi tabung dengan positif patut disyukuri. Dan
ini merupakan karunia Allah swt. sebab bisa dibayangkan sepasangan suami istri yang
sudah 14 tahun mendambakan seorang anak bisa terpenuhi.5
2. Nahdlatul Ulama dalam keputusan Munas alim ulama di Kaliurang Yogyakarta,
memutuskan bahwa apabila mani yang di tabung itu mani suami istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtarom, serta dimasukkan ke dalam rahim istrinya
sendiri, maka hukumnya boleh.6
3. Peserta muktamar tarjih Muhammadiyah XXI di Klaten berpendapat, bahwa bayi
tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami istri yang sah hukumnya
mubah, dengan syarat sebagai berikut:
a. Teknis pengambilan sperma dengan cara yang tidak bertentangan dengan
prinsip ajaran Islam.
b. Penempatan zigote sebaiknya dilakukan oleh dokter wanita.
c. Resepian adalah isteri sendiri.7

4. Majelis Ulama Indonesia mengemukakan, bahwa inseminasi buatan atau bayi tabung
dengan sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami isteri yang sah secara
muhtaram, dibenarkan oleh Islam, selama mereka dalam ikatan perkawinan yang sah.8

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa inseminasi buatan apabila
dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri dengan cara muhtarom dan tidak
ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya yang lain (bagi suami
yang berpologami), maka Islam membenarkan. Kebolehan hal ini baik dengan cara
mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun
dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum)
ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar

5
Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum, h. 38.
6
Tim PW LTN NU Jatim, Ahkamul Fuqoha Solusi Problematika Aktual Hukum Islam
(Surabaya: LTN NU Jatim, 2008), h.352.
7
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos
Publishing House, 2014), h.104.

8
Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum, h.39.
12
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan
alami suami istri tidak dapat memperoleh anak.

Adapun konferensi fiqih Islam gelombang dua yang diadakan pada tahun 1404 H,
membolehkan dua bentuk inseminasi buatan. Pertama, metode yang di dalamnya nutfah dari
seorang laki-laki yang beristri diambil, lalu di suntikkan ke dalam rahim atau vagina istrinya
sendiri. Kedua, metode di dalamnya benih laki-laki dan wanita diambil dari pasangan suami
istri, dan pembuahan keduanya diadakan secara eksternal di dalam tabung eksperimen, lalu
hasil pembuahan ditanam dalam rahim istri pemilik sel telur. Bentuk ini tidak boleh
digunakan kecuali dalam kondisi yang sangat darurat.9

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung
dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh).
Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. 10 Namun, para ulama
melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di
rahim perempuan lain. Itu hukumnya haram. Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal
itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. Para ulama MUI
dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang
telah meninggal dunia hukumnya haram. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.

Maka dapat kita simpulkan bahwa Bayi tabung itu di bolehkan (Mubah) jika sperma
dan sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah. Bayi tabung diharamkan jika:11

1. Sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. Penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di rahim
perempuan lain
9
Yahya Abdurrahman al-Khatib, Fikih Wanita hamil (Jakarta Timur: Qithi Press, 2008), h
174
10
Putri, https://keperawatanreligionputriyanilubis.wordpress.com/about/ diakses tanggal 15
Juli 2017

11
Syaikh Mutawalli As-Syar’rawi, Fikih Perempuan Muslima : Busana dan Perhiasan,
Penghormatan atas Perempuan Sampai Wanita Karier (Cet. III; Jakarta: SinarGrafika, 2009),
h. 96.

13
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia.

Kedudukan Anak yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung

1. Perspektif Hukum Islam

Islam telah menetapkan hukum bahwa anak yang dilahirkan melalui inseminasi buatan
yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri sendiri, kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri adalah sebagai anak yang sah dan dapat
disamakan dengan anak yang dilahirkan secara alami. Dikatakan sah oleh karena anak itu
lahir dari pasangan suami isteri yang sah menurut agama, karena sperma dan ovum yang
digunakan berasal dari pasangan suami istri.12 Sebagaimana Husein Yusuf mengemukakan
bahwa:

“Bayi tabung dilakukan bila sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang diproses
dalam tabung, setelah terjadinya pembuahan kemudian disarangkandalam rahim isterinya
sampai saat terjadi kelahiran, maka secara otomatis anak tersebut dapat dipertalikan
keturunannya dengan ayah beserta ibunya, dan anak itu mempunyai kedudukan yang sah
menurut syari’at Islam”13

Hal ini juga telah difatwakan oleh Syekh Syaltut, bahwa mana manakala penghamilan itu
dengan benih sperma suami untuk pembuahan isterinya, maka yang demikian itu menurut
Syekh Syaltut masih dibenarkan dan anak yang dilahirkannya merupakan anak yang sah
dari pasangan tersebut.14

2. Perspektif Hukum Positif

Hukum yang mengatur tentang bayi tabung di Indonesia belum ada, sedangkan hukum
positif yang mengatur tentang status hukum anak, apakah itu anak sah maupun anak luar
kawin diatur di dalam KUH Perdata dan Undang-undang No. 1 Tahun 1979. Di dalam
pasal 250 KUHPerdata diatur tentang pengertian anak sah. Anak sah adalah tiap-tiap anak
yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan, memperoleh si suami sebagai
bapaknya. Selanjutnya dalam pasal 42 UU Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa “Anak
sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah”.

12
Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 90.
13
Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 38
14
Abd Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita
(Yogyakarta: Lesfi, 2003), h.163.
14
Berikut ini dikemukakan pendapat dan pandangan teoretisi dan praktisi di bidang hukum
mengenai status hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang
menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri kemudian embrionya di
transplantasikan ke dalam rahim istri. Sudikno Mertokusumo mengemukakan
bahwa:“Dengan lahirnya teknologi canggih yang menghasilkan bayi tabung, sepasang
suami-isteri yang tidak mempunyai anak dan menginginkannya makin lama akan makin
lebih suka memperoleh bayi tabung daripada mengangkat orang lain (hal ini tergantung
pada pendidikan dan kesadaran). Kedudukan yuridis bayi tabung pun seperti halnya
angkat angkat, yaitu “menggantikan” atau sama dengan anak kandung. Jadi anak yang
dilahirkan melalui bayi tabung hak dan kewajibannya sama dengan anak kandung. Ia
berhak atas pemeliharaan, pendidikan dan warisan dari orang tuanya.”15

Pada prinsipnya pendapat di atas menyetujui penggunaan teknik bayi tabung yang
menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri kemudian embrionya
ditransplatasikan ke dalam rahim isteri dan kedudukan yuridis anak tersebut adalah anak
sah. Anak sah mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak yang dilahirkan
secara alam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari istilah Inggris artificial
insemination. Dalam bahasa Arab disebut al-talqih al-shina’iy. Dalam bahasa
Indonesia ada yang menyebutnya permainan buatan, pembuahan buatan, atau
penghamilan buatan.
Batasannya dirumuskan dengan redaksi yang bermacam-macam.
Secara gramatikal bisa ditafsirkan bahwa yang diperbolehkan oleh hukum
Indonesia adalah metode pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang sah yang
ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal yang dikenal dengan metode
inseminasi buatan. Dengan demikian, metode atau upaya kehamilan diluar cara

15
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya, 2011), h. 5.

15
alamiah melalui ibu pengganti atau sewa menyewa/penitipan rahim, secara implisit
tidak dibenarkan menurut hukum Indonesia.
Islam telah menetapkan hukum bahwa anak yang dilahirkan melalui
inseminasi buatan yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri
sendiri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri adalah sebagai
anak yang sah dan dapat disamakan dengan anak yang dilahirkan secara alami.

DAFTAR PUSTAKA

Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1993)
Mahjuddin, Masa’ilul Fiqhiyah (Jakarta: Kalam Mulia,2007)
Tim PW LTN NU Jatim, Ahkamul Fuqoha Solusi Problematika Aktual Hukum Islam
(Surabaya: LTN NU Jatim, 2008)
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos
Publishing House, 2014).
Yahya Abdurrahman al-Khatib, Fikih Wanita hamil (Jakarta Timur: Qithi Press, 2008)
Putri, https://keperawatanreligionputriyanilubis.wordpress.com/about/ diakses tanggal 15

16
Juli 2017

Syaikh Mutawalli As-Syar’rawi, Fikih Perempuan Muslima : Busana dan Perhiasan,


Penghormatan atas Perempuan Sampai Wanita Karier (Cet. III; Jakarta: SinarGrafika, 2009)

Abd Salam Arief, Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta dan Realita
(Yogyakarta: Lesfi, 2003).

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Universitas Atma


Jaya, 2011)

Daniel Rumondor, Jangan Membunuh: Tinjauan Etis Terhadap Beberapa Praktek


Kedokteran,(Jakarta:Andi,1998).

Wawancara dengan kepala Makmak Terpadu Imuno Endokrinologi Fakultas Kedokteran UI


dan staff, April-Mei 1990. Lihat juga “Dari Bayi Tabung ke Puspitek Medik”,Kompas
(Jakarta), 22 Februari 1989.

17

Anda mungkin juga menyukai