Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“METODOLOGI TAFSIR ”

Dosen pengampu:
Zakiyah, M.Ag.

Disusun Oleh :
Pitrianah (22541021)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak Zakiyah, M.Ag.yang telah memberikan amanah
untuk menyelesaikan pembahasan tentang Metodologi Tafsir .Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Curup , 25 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan .............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................

a. Apa Pengertian Metodologi Tafsir


b. Bagaimana Pembagian Metode Tafsir

BAB III PENUTUP .....................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
saw, merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Firman Allah SWT :
‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْي ۙنَ ۤال ۤ ّم‬ َ ِ‫ٰذل‬
َ ‫ك ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
Artinya : Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa ( Q.S. Al Baqarah 1 – 2 ).
Disamping itu, Al Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dengan
ُ َ‫ا ٓلر ۚ تِ ْلكَ َءا ٰي‬
menggunkan bahasa Arab. Hal ini senada dengan firman Allah SWT yang berbunyi : ‫ت‬
َ‫ب ْٱل ُمبِي ِن ِإنَّٓا َأن َز ْل ٰنَهُ قُرْ ٰ َءنًا ع ََربِيًّا لَّ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬
ِ َ‫ْٱل ِك ٰت‬
Artinya : Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab,
agar kamu memahaminya. ( Q.S. Yusuf 1 -2 )
Walaupun Al Qur’an berbahasa Arab, bukan berarti Al Qur’an hanya berlaku untuk orang
Arab saja, sebab Al Qur’an ini diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh alam. Agar Al Qur’an
dapat menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia, tentu perlu adanya pemahaman
terhadap makna yang terkandung dalam Al Qur’an tersebut. Dalam hal ini, agar isi kandungan
dan makna serta hikmah dalam Al qur’an dapat diamalkan, salah satu caranya adalah dengan
menafsirkan. Untuk menafsirkan Al Qur’an, memerlukan cara – cara tertentu yang disebut
dengan metode.

Oleh karena itu, pada makalah ini, kita akan mencoba menyajikan tentang metode –
metode tafsir Al Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Metodologi Tafsir?

2. Bagaimana Pembagian Metode Tafsir?


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metodologi tafsir

2. Untuk mengetahui pembagian metode tafsir


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Tafsir


Adapun yang dimaksud dengan metodologi tafsir ialah ilmu yang membahas tentang
cara yang teratur dan berpikir baik untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari ayat – ayat
Al Qur’an sesuai dengan kemampuan manusia.
Metode tafsir yang dimaksud di sini adalah perangkat dan tata cara kerja yang
digunakan dalam proses penafsiaran Al Qur’an. Perangkat kerja ini, secara teoritik menyangkut
dua aspek yaitu, yang pertama, aspek teks dengan problem semiotic dan semantiknya. Kedua,
aspek konteks di dalam teks yang mempresantesekan ruang – ruang sosial dan budaya yang
beragam dimana teks itu muncul.1
Di dalam penafsiran Al Qur’an, ada beberapa kosakata Arab yang terkait dengan
metode penafsiran, seperti manhaj, thariqah ,ittijah, mazhab dan allaunu. Dalam al-Munawwir,
kata thariqah dan manhaj mempunyai pengertian yang sama dengan metode, sedangkan kata
ittijah berarti arah, kecenderungan, orientasi, kata mazhab bermakna aliran dan kata allaunu
bermakna corak, warna dalam penafsiran ayat – ayat Al Qur’an yang digunakan para mufasir.2

B. Pembagian Metode Tafsir


1. Tafsir Tahlili ( Analisis )
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan metode tafsir tahlili ( analisis ) ialah menafsirkan ayat – ayat
al Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat – ayat
yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna – makna yang tercakup di dalamnya
sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat – ayat
tersebut.3

1
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia (dari Hermeneutika hingga Ideologi), Jakarta, Teraju Cet. I, 2003. hlm. 196
2
Hujair A.H. Sanaky Metode Tafsir [Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau Corak Mufassirin Jurnal Al
Mawarid edisi ke XVIII th. 2008 hal. 267

3
Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdhu’i, Dirasat Manhajiyyah Mawdhu’iyyah, (1977). hlm. 24
Jadi pendekatan analisis yaitu mufassir membahas al Qur’an ayat demi ayat sesuai
dengan rangkaian ayat yang tersusun di dalam Al Qur’an. Maka, tafsir dengan
menggunakan metode ini mengikuti naskan Al Qur’an dan menjelaskannya sedikit –
demi sedikit dengan menggunakan alat penafsiran yang diyakini efektif ( seperti
mengandalkan pada arti – arti harfiah, hadits, ataua ayat – ayat lain yang mempunyai
beberapa kata atau pengertian yang sama dengan ayat yang dikaji ), sebatas
kemampuannya di dalam membantu menerangkan makna bagian yang ditafsirkan,
sambil memperhatikan konteks naskah tersebut.4
Dengan arti kata bahwa metode tafsisr tahlili adalah metode yang digunakan untuk
menafsirkan suatu ayat dengan menggunakan analisa yang mendalam serta
menggunakan alat – alat penasiran seperti asbabun nuzul, arti harfiah setiap kata
sehingga dapat menggali makna lebih dalam dari ayat yang ditafsirkan tersebut.
Adapun kitab – kitab tafsir yang menggunakan metode tahlili diantaranya :

 Tafsir Tahlili dalam bentuk ma’tsur , kitab tafsir Jami’ al Bayan’an Ta’wil
Ayi al-Qur’an karangan Ibn Jarir al-Thabari [w.310H], Ma’alim al-Tazil
karangan al-Baghawi [w.516H], Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [terkenal
dengan tafsir Ibn Katsir] karangan Ibn Katsir [w.774H]

 Bentuk al-Ra’y banyak sekali, antara lain: Tafsir al-Khazin karangan al


Khazin [w.741H], Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karangan al-
Baydhawi [w.691H], al-Kasysyaf karangan al-Zamakhsyari [w.538H],
’Arais al-Bayan fi Haqaia al-Qur’an karangan al-Syirazi [w.606H], al-Tafsir
al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib karangan al-Fakhr al-Razi [w.606H], tafsir al-
Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karangan Thanthawi Jauhari, Tafsir al-Manar
karangan Muhammad Rasyid Ridha [w.1935]

b. Karakteristik Tafsir Tahlili


Adapun cirri – ciri tafsir dengan mengunakan metode Tahlili, yaitu :
1) Penafsiran ayat secara komprehensif ( menyeluruh ).
2) Menjelaskan makna yang terkandung dalam ayat – ayat tersebut.

4
Muhammad Baqir al-Sadr. 1990. Pendekatan Tematik terhadap Tafsir al-Qur’an, Ulumul Qur'an, Jurnal Ilmu dan
Kebudayaan, No.4, Vol.1, 1990/1410H, hlm. 28.
3) Menafsirkan makna kata – demi kata pada ayat tersebut
4) Tak ketinggalan menerangkan asbabun nuzul ayat tersebut
Kelebihan dan kelemahan yang dimiliki tafsir dengan metode tahlili diantaranya sebagai
berikut :
1) Kelebihan yang dimiliki :
a) Ruang lingkup yang sangat luas
b) Memuat berbagai ide, yakni penafsir mampu menampung berbagai ide dan
gagasannya dalam menafsirkan al Qur’an.
2) Kelemahan yang dimiliki
a) Petunjuk al Qur’an seakan – akan terpecah – pecah.
b) Melahirkan penafisran yang bersifat subyektif.
c) Masuknya pemikiran – pemikiran israiliat.
Contoh ayat dengan menggunakan metode tafsir Tahlili
َ ‫ٰذلِكَ ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ ھُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْي‬
Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa. ( Q.S Al Baqarah 2 ).
Tafsirannya :

‫د‬‰‰‫ال مجاه‬‰‰‫قال ابن جريج قال ابن عباس « ذلك الكتاب » أي هذا الكتاب وكذا ق‬
‫ريج‬‰‰‫لم وابن ج‬‰‰‫د بن أس‬‰‰‫وعكرمة وسعيد بن جبير والسدي ومقاتل بن حيان وزي‬
‫ا‬‰‰‫تعملون كال منهم‬‰‰‫ارة فيس‬‰‰‫أن ذلك بمعنى هذا والعرب تعارض بين اسمي اإلش‬
‫نى‬‰‰‫ر بن المث‬‰‰‫مكان اآلخر وهذا معروف في كالمهم وقد حكاه البخاري عن معم‬
‫الى « ال‬‰‰‫ال تع‬‰‰‫ا ق‬‰‰‫ارة إلى « الم » كم‬‰‰‫ك إش‬‰‰‫ري ذل‬‰‰‫عن أبي عبيدة وقال الزمخش‬
» ‫الى « ذلكم حكم هللا يحكم بينكم‬‰‰‫ال تع‬‰‰‫ك » وق‬‰‰‫وان بين ذل‬‰‰‫ر ع‬‰‰‫ارض وال بك‬‰‰‫ف‬
‫د‬‰‰‫ره وهللا أعلم وق‬‰‰‫دم ذك‬‰‰‫ا تق‬‰‰‫ه إلى م‬‰‰‫ير ب‬‰‰‫وقال « ذلكم هللا » وأمثال ذلك مما أش‬
‫رآن‬‰‰‫ارة إلى الق‬‰‰‫ك إش‬‰‰‫يره أن ذل‬‰‰‫بي وغ‬‰‰‫اه القرط‬‰‰‫ا حك‬‰‰‫ذهب بعض المفسرين فيم‬
‫ل أو‬‰‫وراة أو اإلنجي‬‰‫ه أو الت‬‰‫ه علي‬‰‫الذي وعد الرسول صلى هللا عليه وسلم بإنزال‬
‫نح‪‰‰‬و ذل‪‰‰‬ك في أق‪‰‰‬وال عش‪‰‰‬رة وق‪‰‰‬د ض‪‰‰‬عف ه‪‰‰‬ذا الم‪‰‰‬ذهب كث‪‰‰‬يرون وهللا أعلم و «‬
‫الكتاب » القرآن ومن قال إن المراد بذلك الكتاب اإلشارة إلى التوراة واالنجي‪‰‰‬ل‬
‫كما حكاه ابن جرير وغيره فقد أبعد النجعة وأغرق في النزع وتكلف م‪‰‰‬ا ال علم‬
‫له به والريب الشك قال الس‪‰‰‬دي عن أبي مال‪‰‰‬ك وعن أبي ص‪‰‰‬الح عن ابن عب‪‰‰‬اس‬
‫وعن مرة الهمداني عن ابن مسعود وعن أن‪‰‰‬اس من أص‪‰‰‬حاب رس‪‰‰‬ول هللا ص‪‰‰‬لى‬
‫هللا عليه وسلم « ال ريب فيه » الشك فيه وقال أبو الدرداء وابن عباس ومجاهد‬
‫وسعيد بن جبير وأبو مالك ونافع مولى ابن عمر وعطاء وأب‪‰‰‬و العالي‪‰‰‬ة والربي‪‰‰‬ع‬
‫بن أنس ومقاتل بن حيان والسدي وقتادة وإسماعيل بن أبي خال‪‰‰‬د وق‪‰‰‬ال ابن أبي‬
‫حاتم ال أعلم في هذا خالفا وقد يستعمل الريب في التهمة قال جميل‪-‬بثين‪‰‰‬ة ق‪‰‰‬الت‬
‫ياجميل أربتني فقلت كالنا يابثين م‪‰‰‬ريب‪-‬واس‪‰‰‬تعمل أيض‪‰‰‬ا في الحاج‪‰‰‬ة كم‪‰‰‬ا ق‪‰‰‬ال‬
‫بعضهم‪-‬قضينا من تهامة كل ريب وخيبر ثم أجممنا السيوفا‪-‬ومع‪‰‰‬نى الكالم هن‪‰‰‬ا‬
‫أن هذا الكتاب هو القرآن ال شك في‪‰‰‬ه أن‪‰‰‬ه ن‪‰‰‬زل من عن‪‰‰‬د هللا كم‪‰‰‬ا ق‪‰‰‬ال تع‪‰‰‬الى في‬
‫السجدة « الم تنزيل الكتاب ال ريب فيه من رب الع‪‰‰‬المين » وق‪‰‰‬ال بعض‪‰‰‬هم ه‪‰‰‬ذا‬
‫خبر ومعناه النهي أي ال ترتابوا فيه ومن القراء من يقف على قوله تع‪‰‰‬الى « ال‬
‫ريب » ويبتدئ بقوله تعالى « فيه هدى للمتقين » والوق‪‰‰‬ف على قول‪‰‰‬ه تع‪‰‰‬الى «‬
‫ال ريب فيه » أولى لآلية التي ذكرناها وألنه يصير قوله تعالى « هدى » صفة‬
‫للقرآن وذلك أبلغ من كون فيه هدى وه‪‰‰‬دى يحتم‪‰‰‬ل من حيث العربي‪‰‰‬ة أن يك‪‰‰‬ون‬
‫مرفوعا على النعت ومنصوبا على الحال وخص‪‰‰‬ت الهداي‪‰‰‬ة للمتقين كم‪‰‰‬ا ق‪‰‰‬ال «‬
‫قلهو للذين آمنوا هدى وشفاء والذين ال يؤمنون في آذانهم وقر وهو عليهم عمى‬
‫أولئ‪‰‰‬ك ين‪‰‰‬ادون من مك‪‰‰‬ان بعي‪‰‰‬د » « ون‪‰‰‬نزل من الق‪‰‰‬رآن م‪‰‰‬ا ه‪‰‰‬و ش‪‰‰‬فاء ورحم‪‰‰‬ة‬
‫للمؤمنين وال يزيد الظالمين إال خسارا » إلى غ‪‰‰‬ير ذل‪‰‰‬ك من اآلي‪‰‰‬ات الدال‪‰‰‬ة على‬
‫اختصاص المؤمنين ب‪‰‰‬النفع ب‪‰‰‬القرآن ألن‪‰‰‬ه ه‪‰‰‬و في نفس‪‰‰‬ه ه‪‰‰‬دى ولكن ال ينال‪‰‰‬ه إال‬
‫األبرار كما قال تعالى « يا أيها الناس قد جاءتكم موعظ‪‰‰‬ة من ربكم وش‪‰‰‬فاء لم‪‰‰‬ا‬
‫في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين » وقد قال السدي عن أبي مالك وعن أبي‬
‫ص‪‰‰‬الح عن ابن عب‪‰‰‬اس وعن م‪‰‰‬رة الهم‪‰‰‬داني عن ابن مس‪‰‰‬عود وعن أن‪‰‰‬اس من‬
‫أصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم « ه‪‰‰‬دى للمتقين » يع‪‰‰‬ني ن‪‰‰‬ورا للمتقين‬
‫وقال الشعبلي هدى من الضاللة وقال س‪‰‰‬عيد بن جب‪‰‰‬ير تبي‪‰‰‬ان للمتقين وك‪‰‰‬ل ذل‪‰‰‬ك‬
‫صحيح وقد قال السدي عن أبي مالك وعن أبي صالح عن ابن عباس وعن مرة‬
‫الهمداني عن ابن مس‪‰‰‬عود وعن أن‪‰‰‬اس من أص‪‰‰‬حاب‪ ‰‬رس‪‰‰‬ول هللا ص‪‰‰‬لى هللا علي‪‰‰‬ه‬
‫وسلم « هدى للمتقين » قال هم المؤمنون وقال محمد بن إس‪‰‰‬حاق عن محم‪‰‰‬د بن‬
‫أبي محمد مولى زيد بن ثابت عن عك‪‰‰‬رن أو س‪‰‰‬عيد بن جب‪‰‰‬ير عن ابن عب‪‰‰‬اس «‬
‫للمتقين » أي ال‪‰‰‬ذين يح‪‰‰‬ذرون من هللا عقوبت‪‰‰‬ه في ت‪‰‰‬رك م‪‰‰‬ا يعرف‪‰‰‬ون من اله‪‰‰‬دى‬
‫ويرجون رحمته في التصديق بما جاء به وقال أبو روق عن الض‪‰‰‬حاك‪ ‰‬عن ابن‬
‫عباس قال ه‪‰‰‬دى للمتقين ق‪‰‰‬ال هم المؤمن‪‰‰‬ون ال‪‰‰‬ذين يتق‪‰‰‬ون الش‪‰‰‬رك بي ويعمل‪‰‰‬ون‬
‫بطاعتي وقال محمد بن إسحاق عن محمد بن أبي محمد مولى زيد بن ثابت عن‬
‫عكرمة أو سعيد بن جبير عن ابن عب‪‰‰‬اس « للمتقين » ق‪‰‰‬ال ال‪‰‰‬ذين يح‪‰‰‬ذرون من‬
‫هللا عقوبته في ترك ما يعرفون من اله‪‰‰‬دى ويرج‪‰‰‬ون رحمت‪‰‰‬ه في التص‪‰‰‬ديق بم‪‰‰‬ا‬
‫جاء به وقال سفيان الثوري عن رجل عن الحسن البصري قول‪‰‰‬ه تع‪‰‰‬الى للمتقين‬
‫قال اتق‪‰‬وا م‪‰‬احرم هللا عليهم وأدوا م‪‰‬ا اف‪‰‬ترض عليهم وق‪‰‬ال أب‪‰‬و بك‪‰‬ر بن عي‪‰‬اش‬
‫سألني األعمش عن المتقين قال فأجبته فق‪‰‬ال لي س‪‰‬ل عنه‪‰‬ا الكل‪‰‬بي فس‪‰‰‬ألته فق‪‰‬ال‬
‫الذين يجتنبون كبائر االثم ق‪‰‬ال ف‪‰‬رجعت إلى األعمش فق‪‰‬ال ي‪‰‬رى أن‪‰‬ه ك‪‰‬ذلك ولم‬
‫ينك‪‰‰‬ره وق‪‰‰‬ال قت‪‰‰‬ادة للمتقين هم ال‪‰‰‬ذين نعتهم هللا بقول‪‰‰‬ه « ال‪‰‰‬ذين يؤمن‪‰‰‬ون ب‪‰‰‬الغيب‬
‫ويقيمون الصالة » اآلية والتي بعدها واختار ابن جري‪‰‬ر أن اآلي‪‰‰‬ة تعم ذل‪‰‰‬ك كل‪‰‬ه‬
‫وهو كما قال وقد روى الترمذي « ‪ ‰» 2451‬وابن ماجه « ‪ ‰» 4215‬من رواية‬
‫أبي عقيل عبد هللا بن عقيل عن عبد هللا بن يزيد عن ربيعة بن يزيد وعطي‪‰‰‬ة بن‬
‫قيس عن عطية السعدي قال قال رسول هللا صلى هللا علي‪‰‰‬ه وس‪‰‰‬لم ال يبل‪‰‰‬غ العب‪‰‰‬د‬
‫أن يكون من المتقين حتى يدع ما البأس به حذرا مما به ب‪‰‰‬أس ثم ق‪‰‰‬ال الترم‪‰‰‬ذي‬
‫حسن غ‪‰‰‬ريب وق‪‰‰‬ال ابن أبي ح‪‰‰‬اتم ح‪‰‰‬دثنا أبي ح‪‰‰‬دثنا عب‪‰‰‬د هللا بن عم‪‰‰‬ران ح‪‰‰‬دثنا‬
‫إسحاق بن سليمان يعني ال‪‰‰‬رازي عن المغ‪‰‰‬يرة بن مس‪‰‰‬لم عن ميم‪‰‰‬ون أبي حم‪‰‰‬زة‬
‫قال كنت جالسا عند أبي وائل فدخل علينا رجل يقال له أبو عفيف من أص‪‰‰‬حاب‪‰‬‬
‫معاذ فقال له شقيق بن سلمة يا أبا عفيف أال تح‪‰‰‬دثنا عن مع‪‰‰‬اذ بن جب‪‰‰‬ل ق‪‰‰‬ال بلى‬
‫سمعته يقول يحبس الناس يوم القيامة في بقي‪‰‰‬ع واح‪‰‰‬د فين‪‰‰‬ادي من‪‰‰‬اد أين المتق‪‰‰‬ون‬
‫فيقومون في كنف من الرحمن ال يحتجب هللا منهم وال يس‪‰‰‬تتر قلت من المتق‪‰‰‬ون‬
‫قال قوم اتقوا الشرك وعب‪‰‰‬ادة األوث‪‰‰‬ان وأخلص‪‰‰‬وا هلل العب‪‰‰‬ادة فيم‪‰‰‬رون إلى الجن‪‰‰‬ة‬
‫ويطلق الهدى ويراد به ما يقر في القلب‪ ‰‬من اإليمان وهذا ال يقدر على خلقه في‬
‫قلوب العباد إال هللا عز وجل قال هللا تعالى « إنك ال تهدي من أحببت » وقال «‬
‫ليس عليك هداهم » وقال « من يضلل هللا فال ه‪‰‰‬ادي ل‪‰‰‬ه » وق‪‰‰‬ال « من يه‪‰‰‬د هللا‬
‫فهو المهت‪‰‰‬د ومن يض‪‰‰‬لل فلن تج‪‰‰‬د ل‪‰‰‬ه ولي‪‰‰‬ا مرش‪‰‰‬دا » إلى غ‪‰‰‬ير ذل‪‰‰‬ك من اآلي‪‰‰‬ات‬
‫ويطلق ويراد به بي‪‰‰‬ان الح‪‰‰‬ق وتوض‪‰‰‬يحه والدالل‪‰‰‬ة علي‪‰‰‬ه واالرش‪‰‰‬اد إلي‪‰‰‬ه ق‪‰‰‬ال هللا‬
‫تعالى « وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم » وق‪‰‰‬ال « إنم‪‰‰‬ا أنت من‪‰‰‬ذر ولك‪‰‰‬ل ق‪‰‰‬وم‬
‫هاد » وقال تعالى « وأما ثمود فهديناهم فاستحبوا العمى على الهدى » وق‪‰‰‬ال «‬
‫وهديناه النجدين » على تفسير من قال المراد بهما الخ‪‰‰‬ير والش‪‰‰‬ر وه‪‰‰‬و األرجح‬
‫وهللا أعلم وأصل التقوى الت‪‰‰‬وقي مم‪‰‰‬ا يك‪‰‰‬ره ألن أص‪‰‰‬لها وق‪‰‰‬وى من الوقاي‪‰‰‬ة ق‪‰‰‬ال‬
‫ألقت‬‰‰‫ف‬-‫ر‬‰‰‫ال اآلخ‬‰‰‫وق‬-‫سقط النصيف ولم ترد إسقاطه فتناولته واتقتنا باليد‬-‫النابغة‬
‫ر بن‬‰‰‫وقد قيل إن عم‬-‫قناعا دونه الشمس واتقت بأحسن موصولين كف ومعصم‬
‫ا‬‰‰‫الخطاب رضي هللا عنه سأل أبي بن كعب عن التقوى فقال له أما سلكت طريق‬
‫د‬‰‰‫وى وق‬‰‫ذلك التق‬‰‫ال ف‬‰‫دت ق‬‰‫مرت واجته‬‰‫ال ش‬‰‰‫ذا شوك قال بلى قال فما عملت ق‬
‫ا ذاك‬‰‰‫غيرها وكبيره‬‰‰‫ذنوب ص‬‰‰‫ل ال‬‰‰‫خ‬-‫ال‬‰‰‫تز فق‬‰‰‫نى ابن المع‬‰‰‫ذا المع‬‰‰‫ذا ه‬‰‰‫أخ‬
‫غيرة‬‰‰‫رن ص‬‰‰‫رى**التحق‬‰‰‫التقى**واصنع كماش فوق أر ض الشوك يحذر ما ي‬
‫أبى‬‰‰‫يريد المرء أن يؤتى مناه وي‬-‫وأنشد أبو الدرداء يوما‬-‫إن الجبال من الحصى‬
‫وفي‬-‫تفادا‬‰‰‫ا أس‬‰‰‫ل م‬‰‰‫وى هللا أفض‬‰‰‫هللا إال ما أرادا**يقول المرء فائدتي ومالي وتق‬
‫ه‬‰‰‫سنن ابن ماجه عن أبي أمامة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا علي‬
‫وسلم ما استفاد المرء بعد تقوى هللا خيرا من زوجة صالحة إن نظر إليها سرته‬
‫ها‬‰‰‫حته في نفس‬‰‰‫ا نص‬‰‰‫اب عنه‬‰‰‫ه وإن غ‬‰‫ا أبرت‬‰‰‫م عليه‬‰‰‫وإن أمرها أطاعته وإن أقس‬
‫وماله‬

2. Tafsir Ijmali ( Global )


a. Pengertian
Yang dimaksud dengan metode tafsir Ijmali ( Global ) ialah suatu metode tafsir yang
menafsirkan ayat – ayat dengan cara mengemukakan makna global.5
Pengertian tersebut menjelaskan ayat – ayat Al Qur’an secara ringkas tapi mencakup,
dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti. Dalam metode ini, penafsiran ayat
tersebut penafsir menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana, sehingga dalam
penyampain pesannya, dapat ditangkap secara mudah oleh para pembaca. Makna
yang dilahirkan dari tafsir ini tidak terlalu dirinci sedalam mungkin.
Adapun kitab – kitab tafsir yang menggukan metode tafsit Ijmali diantaranya :
 Tafsir Jalalain karya Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal ad-Din al-Mahalli

5
Op. cit 43-44.
 Tafsir Qur’an al ‘Azhim karya Ustadz Muhammad Farid Wajduy
 Tafsir al Muyassar karya Dr. Aidh al-Qarni
b. Karakteristik Tafsir Ijmali
Adapun ciri – cirri dari tafsir Ijmali yaitu :
1) Makna yang diuraikan bsesifat global
2) Tidak menggandung penelitian lebih dalam
3) Menggunakan bahasa sederhan yang mudah dimengerti
4) Penyajian bahasanya sesuai dengan urutan yat dalam mushaf.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode tafsir ijmali
1) Kelebihan metode tafsir ijmali
a) Prkatis dan mudah untuk dipahami
b) Terbebas dari penafsiran israiliah yakni pemikiran – pemikiran yang
terkadang tidak sejalan dengan martabat Al Qur’an sebagai kalam Allah SWT
yang suci seperti pemikiran – pemikiran spekulatif.
2) Kelemahan Metode Tafsir Ijmali
a) Menjadikan petunjuk Al Qur’an bersifat parsial yakni tidak utuh dan
menyluruh, sebab dlam al Qur’an, satu ayat dengan ayat yang lain saling
membentuk satu pengertian yang utuh dan tidak terpecah, dimana satu ayat
yang global atau samar – samar, diperjelas dpada ayat yang oain secar rinci.
b) Tidak memiliki ruang yang mengemukakan analisis yang memadai.

Contoh ayat dengan mengunakan tafsir ijmali :


َ ‫اب لَ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء َم ْث ٰنى َوثُ ٰل‬
‫ث َور ُٰب َع ۚ فَا ِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تَ ْع ِدلُوْ ا فَ َوا ِح َدةً اَوْ َما‬ َ ‫ط‬َ ‫َواِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تُ ْق ِسطُوْ ا فِى ْاليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِكحُوْ ا َما‬
‫ك اَ ْد ٰنٓى اَاَّل تَعُوْ لُوْ ۗا‬
َ ِ‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ٰذل‬
ْ ‫َملَ َك‬
Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja[266],
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.(Q.S An Nisa 3)
Tafsirannya :
(Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim) sehingga
sulit bagi kamu untuk menghadapi mereka lalu kamu takut pula tidak akan dapat berlaku
adil di antara wanita-wanita yang kamu kawini (maka kawinilah) (apa) dengan arti
siapa (yang baik di antara wanita-wanita itu bagi kamu dua, tiga atau empat orang)
boleh dua, tiga atau empat tetapi tidak boleh lebih dari itu. (kemudian jika kamu tidak
akan dapat berlaku adil) di antara mereka dalam giliran dan pembagian nafkah (maka
hendaklah seorang saja) yang kamu kawini (atau) hendaklah kamu batasi pada (hamba
sahaya yang menjadi milikmu) karena mereka tidak mempunyai hak-hak sebagaimana
istri-istri lainnya. (Yang demikian itu) maksudnya mengawini empat orang istri atau
seorang istri saja, atau mengambil hamba sahaya (lebih dekat) kepada (tidak berbuat
aniaya) atau berlaku lalim.6
3. Tafsir Muqarran ( Komparatif )
a. Pengertian
Tafsir Muqarran adalah penafsiran sekelompkok ayat al Qur’an yang berbicara
dalam satu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat atau antara
ayat dengan hadits baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat – pendapat
para mufassir dengan menonjolkan segi – segi perbedaan tertentu dari objek yang
dibandingkan. Jadi yang dimaksud dengan metode komparatif ialah : (a)
membandingkan teks ( nash ) ayat – ayat al Qur’an yang memiliki persamaan atau
kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih dan atau memiliki redaksi yang
berbeda bagi suatu kasus yang sama, (b) membandingkan ayat al Qur’an dengan
hadits yang pada lahirnya terlihat bertentangan, dan (c) membandingkan berbagai
pendapat ulama tafsir yang menafsirkan al Qur’an.7
Dr. Abd Al-Hay Al Farmawi menjelaskan bahwa Al Muqarin yaitu menjelaskan ayat
– ayat Al Qur’an yang telah ditulis oleh sekelompok mufassirin. Dalam persoalan ini
pembahas menyelidiki, meneliti kitab – kitab tafsir yang berhubungan dengan ayat –
ayat al Qur’an tersebut. Tafsir itu baikm berkenaan dengan tafsir salaf maupun tafsir

6
Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal ad-Din al-Mahalli Tafsir Jalalain Surat An Nisa 3

7
Nashruddin Baidan Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Pelajar th 1988 hal. 65
khalaf baik naqli maupun aqli ( ma’tsur dan ra’yi ). Kemudian diadakan pula
perbandingan di antara bermacam – macam aliran tafsir.8
b. Karakteristik Tafsir Muqarran
Perbandingan adalah ciri utama bagi Metode Komparatif. Disini letak salah satu
perbedaan yang prinsipil antara metode ini dengan metode-metode lain. Hal ini
disebabkan karena yang dijadikan bahan dalam memperbandingkan ayat dengan ayat
atau ayat dengan hadits, adalah pendapat para ulama tersebut dan bahkan dalam
aspek yang ketiga. Oleh sebab itu jika suatu penafsiran dilakukan tanpa
membandingkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tafsir, maka
pola semacam itu tidak dapat disebut “metode muqarrin”.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode tafsir Muqarran adalah :
1) Kelebihan metode tafsir Muqaraan
a) Memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas pada pembaca
b) Membuka pintu untuk selalu bersikap toleransi terhadap pendapat orang lain.
c) Mengetahuu berbagai pendapat mengenai suatu ayat.
d) Mendorong mufassir untuk mangkaji berbagai ayat dan hadits – hadits serta
pendapat para ulama.
2) Kelemahan metode tafsir Muqarran
a) Tidak dapat diberikan kepada pemula yang baru mempelajari tafsir.
b) Tidak dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial kerana lebih
mengutamakan perbandingan pendapat dari pada pemecahan masalah.
c) Lebih banyak menelusuri penafsiran – penafsiran yang pernah dilakukan oleh
para ulama daripada mengemukakan penafsiran – penafsiran baru.

4. Tafsir Maudhu’i ( Tematik )


a. Pengertian
Metode Maudhu’I ( tematik ) ialah metode yang membahas ayat – ayat al Qur’an
dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun,
kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait
dengannya, seperti asbab al nuzul, kosakata, dan sebagainya. Semua dijelaskan

8
Rachmat Syafe’I Pengantar Ilmu Tafsir ( Bandung, Pustaka Setia ) th. 2006 hal. 278
dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil – dalil atau fakta – fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argument yang berasal dari al
Qur’an, hadits, maupun pemikiran rasional.9
b. Karakteristik Tafsir Maudhu’i
Ciri metode ini adalah menonjolkan tema. Judul atau topik pembahasan, sehingga
tidak salah jika dikatan metode juga disebut dengan metode topical. Jadi, mufassir
mencari tema-tema atau topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari
al-Qur’an itu sendiri, atau dari lain-lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu
dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas
atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Jadi
penafsiranyang diberikan tidak boleh jauh dari pemahaman ayat-ayat al-Qur’an agar
tidak terkesan penafsiran tersebut berangkat dari pemikiran atau terkaan berkala [al-
ra’y al-mahdh]. Oleh karena itu dalam pemakainnya, metode ini tetap menggunakan
kaidah-kaidah yang berlaku secara umum di dalam ilmu tafsir.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode tafsir maudhu’I adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan metode tafsir Maudhu’i
a) Menjawab tantangan zaman dan diupayakan menyelesaikan masalah hidup
yang dihadapi.
b) Praktis dan sistematis
c) Dinamis
d) Membuat pemahaman menjadi utuh.
2) Kelemahan metode tafsir Maudhu’i
a) Memenggal ayat al Qur’an
b) Membatasi pemahaman ayat sesuai dengan pembahasan yang dibahas.
Langkah – langkah metode tafsir tematik
1. Mengumpulkan ayat – ayat yang berkaiatn dengan tema.
2. Mengemukakan asbabun nuzul dari ayat – ayat tersebut
3. Menerangkan urutan / tatrtib dari surat / ayat yang terkait.
4. Menerangkan munasabah ( hubungan ) dalam al Qur’an / korelasi antara
surat / ayat yang ada dalam tema tersebut.

9
Ibid 143-144
5. Membahas / menafsirkan dan menganalisis isi kandungan ayat – ayat tersebut
yang semuanya mengacu pada tema yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun bentuk kitab tafsir tematim diantarnya karya Ibnu Qayyim manulis kitab At-
Tibyan fil Aqsamil Qur’an, Abu Ubaidah menulis kitab tentang Majaz Al Qur’an, Ar-
Raghib Al-Ashfahani melahirkan Mufradat Al Qur’an, Abu Ja’far An-Nahhas menulis
An-Nasikh Mansukh, Abul Hasan Al-Wahidi menulis kitab AsbabAn-Nuzul dan Al-
Jasshash menulis Ahkam Al Qur’an. Dalam konteks modern, studi Al Qur’an semakin
meluas dan kompleks, sehingga tak satu pun ayat – ayat Al Qur’an yang terlepas dari
penafsiran dengan pola tematiknya.10

10
Syaikh Manna Al-Qaththan Terjemahan oleh Aunur Rafiq El Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an ( Jakarta Al
Kautsar ) th 2014 hal. 430
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode tafsir tahlili ( analisis ) ialah menafsirkan ayat – ayat al Qur’an dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat – ayat yang ditafsirkan itu serta
menerangkan makna – makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat – ayat tersebut.

2. Metode tafsir Ijmali ( Global ) ialah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat – ayat
dengan cara mengemukakan makna global

3. Tafsir Muqarran adalah penafsiran sekelompkok ayat al Qur’an yang berbicara dalam
satu masalah dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat atau antara ayat
dengan hadits baik dari segi isi maupun redaksi atau antara pendapat – pendapat para
mufassir dengan menonjolkan segi – segi perbedaan tertentu dari objek yang
dibandingkan.

4. Metode Maudhu’I ( tematik ) ialah metode yang membahas ayat – ayat al Qur’an dengan
tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, kemudian
dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti
asbab al nuzul, kosakata, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdhu’i, Dirasat Manhajiyyah


Mawdhu’iyyah, 1977

Hujair A.H. Sanaky Metode Tafsir [Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau Corak
Mufassirin Jurnal Al Mawarid edisi ke XVIII th. 2008

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia (dari Hermeneutika hingga Ideologi), Jakarta, Teraju
Cet. I, 2003

Muhammad Baqir al-Sadr Pendekatan Tematik terhadap Tafsir al-Qur’an, Ulumul Qur'an,
Jurnal Ilmu dan Kebudayaan, No.4, Vol.1, 1990

Nashruddin Baidan Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Pelajar th 1988

Rachmat Syafe’i Pengantar Ilmu Tafsir ( Bandung, Pustaka Setia ) th. 2006

Syaikh Manna Al-Qaththan Terjemahan oleh Aunur Rafiq El Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al
Qur’an ( Jakarta Al Kautsar ) th 2014

Anda mungkin juga menyukai