Disusun Oleh:
Dosen Pengampu :
Dr. Elsa Lisanti, S. Pt. M. Si
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Fertilisasi In Vitro dan Kultur In Vitro Pada Mencit” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Bioteknologi Hewan yang diampu oleh Ibu Dr. Elsa Lisanti, S. Pt., M. Si.
Makalah ini telah diselesaikan dengan maksimal dan cermat berkat referensi yang
ada. Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu pembaca lebih mengetahui dan
paham mengenai hal-hal yang pentik tentang hewan transgenik. Demikian yang bisa saya
sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
A. Hewan Transgenik..........................................................................................................6
B. Metode Bioteknologi Hewan Pada Hewan Transgenik..................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu terapan seperti bioteknologi hewan, bioteknologi tanaman, bioteknologi
makanan, bioteknologi pertanian, bioteknologi mikroba, bioteknologi industri,
bioteknologi lingkungan, dan apotek juga termasuk dalam bagian bioteknologi.
Bioteknologi hewan digambarkan sebagai salah satu bidang bioteknologi yang paling
penting, dan pengembangan bioteknologi hewan telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kesehatan manusia, nutrisi, dan ekonomi [ CITATION Sin15 \l
1033 ]. Ada banyak definisi bioteknologi hewan, yang mencerminkan praktik
bioteknologi yang baru dan mapan. Ini bisa, misalnya, teknik pemuliaan rutin,
inseminasi buatan, dan beberapa praktik pemuliaan. Straughan mendefinisikan bahwa
bioteknologi hewan mencakup banyak praktik ternak tradisional yang terdokumentasi
dengan baik, seperti penggunaan inseminasi buatan dan pengujian kinerja [ CITATION
Str99 \l 1033 ]. Bioteknologi hewan juga mencakup pengembangan fisiologi
reproduksi yang luas seperti transfer embrio (surogasi) dan fertilisasi in vitro (bayi
tabung).
Bioteknologi hewan telah digunakan untuk dua tujuan utama. Untuk
menghasilkan hewan yang digunakan dalam penelitian biologis dasar untuk
pengembangan dan fungsi biologis, dan untuk menciptakan model penyakit yang
dapat digunakan untuk meniru penyakit manusia dan mempelajari penyakit. Hal ini
dapat digunakan tidak hanya (Parkinson, cystic fibrosis, kanker, dll) Tetapi juga
untuk menguji obat-obatan baru. Sejarah bioteknologi hewan dimulai pada awal
1980-an dengan produksi hewan yang dimodifikasi secara genetik, menghasilkan
domba kloning dengan transplantasi sel germinal. Transfer nuklir sel somatik pertama
kali digunakan pada tahun 1996 untuk membuat domba kloning Dolly. Sebagian besar
penelitian bioteknologi hewan telah dilakukan pada tikus laboratorium, domba, dan
sapi, tetapi teknik ini baru-baru ini diterapkan pada spesies hewan lain seperti babi,
kucing, kambing, dan kuda. Metode dan tingkat keberhasilan bervariasi menurut
spesies [ CITATION Gje06 \l 1033 ]. Misalnya, tingkat keberhasilan ketika
menggunakan hewan transgenik (babi, domba, sapi, dan hewan lainnya) hanya sekitar
1% dibandingkan dengan 25% pada tikus.
4
Metode rekayasa hayati yang biasa digunakan dalam transfer embrio untuk
menghasilkan embrio in vitro adalah FIV dan pembekuan embrio [ CITATION Sup92 \l
1033 ] . Beberapa embrio, seperti embrio kelinci, tikus, manusia, babi, sapi, dan
domba, biasanya diproduksi oleh FIV [ CITATION Haf00 \l 1033 ] . Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses FIV, faktor-faktor tersebut meliputi pematangan
sel telur, kapasitas sperma, dan keadaan fisiologis medium[ CITATION Suk93 \l 1033 ].
Untuk mengatasi faktor-faktor tersebut, perlu dipahami prinsip dasar pematangan sel
telur, volume sperma, dan pertumbuhan embrio dalam medium.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Fertilisasi In Vitro dan Kultur In Vitro pada Mencit
2. Untuk mengetahui tentang metode yang digunakan bioteknologi hewan dalam
Fertilisasi In Vitro dan Kultur In Vitro pada Mencit?
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai Fertilisasi In Vitro dan Kultur In Vitro pada Mencit erhadap para
pembaca.
5
BAB II
ISI
6
perawatan penyakit emphysema pada manusia (penyakit pembengkakan paru-paru
karena pembuluh darah).
Hewan transgenik lainnya diproduksi sebagai model penyakit (secara genetic
hewan dimanipulasi untuk menunjukkan gejala penyakit sehingga perawatan
efektif dapat dipelajari). Contoh, ilmuwan Harvard membuat terobosan besar
secar ilmiah ketika mereka diterima sebuah paten U.S. untuk keahlian tikus
secara genetic, dimana tikus membawa gen yang mengembangkan variasi
kanker manusia.
7
a) Produksi peternakan
1) Ternak
Pemanfaatan teknologi transgenik memungkinkan diperolehnya ternak dengan
karakteristik unggul. Petani selalu menggunakan peternakannya yang selektif
untuk menghasilkan hewan yang sesuai dengan keinginan. Misalnya
meningkatkan produksi susu, meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
Peternakan tradisional memakan waktu dan sulit memenuhi permintaan.
Ketika teknologi menggunakan biologi molekuler untuk mengembangkan
karakteristik hewan dengan waktu yang singkat dan tepat. Disamping itu,
transenik hewan menyediakan cara yang mudah untuk meningkatkan hasil.
2) Kualitas produksi
Sapi transgenik bisa memproduksi susu yang banyak dan rendah laktosa dan
kolesterol, babi dan unggas menghasilkan daging yang lebih banyak, dan
domba yang memiliki wool yang tebal. Di masa lampau, petani menggunakan
hormone pertumbuhan untuk memacu perkembangan hewan tetapi teknik ini
bermasalah, khususnya sejak residu hormone masih terkandung dalm produk.
3) Resistensi penyakit
Ilmuwan mencoba menghasilkan hewan yang resisten terhadap penyakit,
seperti babi yang resisten terhadap influenza, tetapi jumlah gen yang berperan
masih terbatas jumlahnya.
b) Aplikasi Kesehatan
1) Pasien yang meninggal tiap tahun
Karena butuh pengganti jantung, hati, atau ginjal. Contoh, sekitar 5000 organ
dibutuhkan tiap tahun di Inggris. Babi transgenic menyediakan transpalantasi
organ yang dibutuhkan untuk meredakan. Xenotransplantation adalah wadah
yang diproduksi oleh protein babi yang dapat menyebabkan alergi pada
penerima donor, tetapi bisa dihindarkan dengan mengganti protein babi
dengan protein manusia.
8
Produk seperti insulin, hormone pertumbuhan, factor anti penggumpalan darah
mungkin terkandung dalam susu sapi, kambing, dan domba transgenic.
Penelitian merupakan cara untuk menghasilkan susu melalui transgenesis
untuk penyembuhan penyakit seperti phenylketonuria (PKU), penyakit
pembengkakan paru-paru yang menurun, dan penyakit kista.
Contoh : Pada tahun 1997, sapi transgenic pertama kali, memproduksi yang
kaya akan protein 2,4 gr per liter. Susu sapi transgenic ini lebih bernutrisi
daripada susu sapi biasa. Susu ini dapat diberikan pada bayi atau dan orang
dewasa dengan gizi yang dibutuhkan dan mudah dicerna. Karena mengandung
gen alpha-lactalbumin.
c) Aplikasi industri
Pada tahun 2001, 2 ilmuwan di Canada menyambung gen laba-laba ke
dalam sel penghasil susu kambing. Kambing mulai menghasilkan strand
seperti serabut sutra saat pemerahan susu. Dengan mengekstrak polimer strand
dari susu dan menenunnya menjadi benang, kemudian ilmuwan membuatnya
menjadi mengkilat, keras, dan fleksibel dan diaplikasikan pada pembuatan
kain, kasa steril, dan string raket tenis. Hewan transgenik yang sensitif
terhadap racun telah diproduksi untuk uji keamanan kimia. Mikroorganisme
telah dirancang untuk meproduksi varietas protein yang dapat memproduksi
enzim untuk mempercepat reaksi kimia pada industri.
9
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gjerris, M., Olsson, A., & Sandøe, P. (2006). Animal biotechnology and animal welfare. In:
Ethical Eye: Animal Welfare, pp. 89-110.
Hafez, E. (2000). Reproduction in Farm Animals 7th. Philadelphia.
Singh, B., Gautam, S., Chauhan, M., & Singla, S. (2015). Animal Biotechnology. New Delhi:
The Energy and Resources Institute (TERI).
Straughan, R. (1999). Ethics, Morality and Animal Biotechnology. Swindon: The
Biotechnology and Biological Sciences Research Council.
Sukra, Y., Djuwita, I., Boediono, A., & Golfani, S. (1993). Studi tentang pengembangan
teknik fertilisasi in vitro, kultur, pewarnaan kromosom dan pemotongan embrio dalam
proses perekayasaan embrio. Bogor.
Supriatna , I., & Pasaribu. (1992). In vitro Fertilisasi, Transfer Embrio dan Pembekuan
Embrio. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
10