PENDAHULUAN
1
estrus, panen embrio, pembekuan, pembiakan dan transfer serta cloning (Patel et
al., 2017).
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu inseminasi buatan, bagaimana sejarah
inseminasi buatan, faktor apa saja yang mempengaruhi inseminasi buatan,
bagaimana teknik pelaksanaan inseminasi buatan dan apa saja kelebihan serta
kekurangan dari inseminasi buataan.
I.3 Manfaat
Pemahaman tentang inseminasi buatan termasuk pelaksanaan dan metode
yang digunakan sehingga praktikan dapat melakukan inseminasi buatan dengan
baik dan benar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
lainnya. Tempat tinggalnya dibanjiri banyak koleksi, ke kekhawatiran kerabat
yang tinggal di sana. Tetapi ia menggunakan ini untuk analisis objektif yang
komparatif untuk mencari tahu banyak tentang fisiologi hewan dan karakteristik
kebugaran. 100 tahun yang lain berlalu sebelum Heape (1897) dan yang lainnya.
Di beberapa negara dilaporkan bahwa IB telah digunakan dalam studi terisolasi
dengan kelinci, anjing, dan kuda. Heape adalah seorang ahli biologi reproduksi
yang luar biasa, membangun banyak dasar untuk hubungan antara musim dan
reproduksi. Hal ini menyebabkan Cambridge menjadi pusat dunia untuk studi
reproduktif (Foote, 2002).
4
terjadinya kebuntingan semakin tinggi, akan tetapi harus diyakinkan bahwa ternak
tersebut belum bunting.
Ketepatan waktu IB adalah saat menjelang ovulasi, yaitu kalau pada sapi
apabila menunjukkan tanda-tanda berahi pagi hari maka di IB saat sore,
sedangkan bila tanda-tanda berahi sore hari maka pelaksanaan IB pagi hari
berikutnya. Pelaksanaan IB seyogyanya tidak dilakukan pada siang hari, karena
lendir cervix mengental pada siang hari, sedangkan pada pagi, sore maupun
malam lendir cervix menjadi encer, hal tersebut juga berdampak pada
keberhasilan IB saat siang yang lebih rendah dari pada saat pagi, sore atau malam.
Selain inseminator yang berperanan di dalam keberhasilan Inseminasi Buatan,
maka peternak harus mempunyai ketrampilan di dalam mengidentifikasi berahi.
Hal ini sangat menentukan ketepatan IB, Sehingga apabila peternak semakin
sering melakukan pengamatan berahi maka keberhasilan IB semakin baik.
3. Fisiologi Betina
Keberhasilan dari IB salah satunya yang terpenting adalah kondisi fisiologi
sapi betinanya. Kondisi fisiologi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan.
a. Faktor genetik
Faktor genetik ini bervariasi di antara bangsa dan individunya, hal ini
berhubungan juga dengan ketahanan di daerah tropis. Ternak lokal
mempunyai adaptasi yang lebih baik dibandingkan ternak dari daerah sub
tropis, hal ini akan berdampak pada reproduksinya, karena keberhasilan
reproduksi ditentukan oleh fisiologi reproduksinya yaitu dipengaruhi kondisi
hormonal dan neuro hormonalnya. Sebagai contoh adalah keturunan F2 dari
sapi Limousin dan Simental, juga sapi Brahman Cross ex import sebagaian
besar adalah sub fertil (S/C nya tinggi).
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung berdampak langsung pada ternaknya dan
secara tidak langsung kepada pakannya, sehingga untuk daerah yang sejuk
dan subur akan lebih mendukung keberhasilan reproduksinya, dibandingkan
di daerah yang panas. Berdasar pada kedua faktor di atas, maka perlu diatur
pemilihan bangsa di suatu lokasi berdasarkan kondisi alamnya, misalnya
ternak lokal dapat di-tempatkan di lokasi yang panas dan tandus, sedangkan
sapi yang berasal dari sub tropis sesuai di daerah yang sejuk dan subur, oleh
sebab itu perlu difahami beberapa jenis ternak yang berasal dari sub tropis
dan tropis yang cocok di lingkungan tersebut.
Pengaruh lingkungan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu (1) lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia yaitu suhu, iklim, cuaca, hujan
dll (2). Sedangkan yang dapat dikendalikan oleh manusia adalah manajemen
pemeliharaan yaitu perkandangan, sistem peneliharaan, kualitas dan kuantitas
pakan yang diberikan oleh pemilik, pengendalian penyakit dan sistem
perkawinannya.
c. Anatomi reproduksi dan kondisi hormonnya normal.
Anatomi reproduksi ternak sangat menentukan atas keberhasilan IB, pada
ternak yang anatomi reproduksinya tidak normal pada umumnya tidak dapat
bunting. Cara yang sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan
5
normal tidaknya anatomi reproduksinya dengan memilih induk yang telah
mampu bunting bila digunakan sebagai bibit, karena induk yang telah mampu
bunting berarti anatomi dan hormonnya dalam keadaan normal.
d. Body condition score (BCS)
Body Condition Score (BCS) dapat digunakan untuk mengukur kondisi
suatu ternak, yaitu termasuk dalam kategori kurus, sedang atau gemuk
(kelebihan berat badan). Apabila BCS menggunakan Score 1-5, maka kondisi
yang baik untuk bibit adalah 2-4 yaitu dalam kondisi berat badan yang sedang
umumnya fisiologinya normal, ternak yang terlalu kurus atau kegemukan
umumnya akan kesulitan dalam bereproduksi.
e. Ektoparasit dan endoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang ada di bagian kulit ternak, misalnya
caplak, kudis, kutu dll, sedangkan Endoparasit yang umum pada ternak
adalah cacing. Ternak yang terkena ektoparasit dan atau endoparasit akan
terganggu reproduksinya karena ternak mengalami stress. Gejala ini paling
sering tampak adalah silent heat (tidak muncul tanda-tanda berahi), tidak
ovulasi atau terjadinya kematian embrio, hal ini dapat dibuktikan bahwa
setelah sapi mengalami hal tersebut ditas dan diberi obat cacing dan
dibersihkan kulitnya dari ektoparasit maka tampak tanda-tanda berahinya.
6
untuk memberi kesempatan kepada spermatozoa untuk berkapasitasi agar dapat
membuahisel telur yang dilontarkan oleh ovari (Susilawati et al., 2016).
II.4 Kelebihan dan Kekurangan Inseminasi Buatan
Keuntungan IB antara lain peningkatan mutu genetik yang lebih cepat
karena menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat biaya
pemeliharaan pejantan lain dan penularan penyakit kelamin dari ternak yang
diinseminasi dapat dibatasi atau dicegah. Manfaat Inseminasi Buatan (Artificial
Insemination) ini diantaranya (Yusuf, 2016):
1. Efisiensi Waktu, dimana untuk mengawinkan sapi peternak tidak perlu lagi
mencari sapi pejantan (bull), mereka cukup menghubungi Inseminator di
daerah mereka dan menentukan jenis bibit (semen) yang diinginkan.
2. Efisiensi biaya, dengan adanya Inseminasi Buatan peternak tidak perlu lagi
memelihara sapi pejantan, sehingga biaya pemeliharaan hanya dikeluarkan
untuk memelihara indukan saja.
3. Memperbaiki kualitas sapi, dengan adanya inseminasi buatan sapi lokal
sekalipun dapat menghasilkan anak sapi unggul seperti Simmental,
Limousine dan Charolise.
Kelebihan dan kekurangan dari inseminasi buatan yaitu (Warmadewi, 2014):
Kelebihan:
1. Memanfaatkan semaksimal mungkin daya guna seekor pejantan yang
mempunyai mutu genetik unggul. Daya guna seekor pejantan yang
genetiknya ungguk dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Contoh : pada
perkawinan alam seekor pejantan hanya bisa melayani 50 sampai 70 ekor sapi
betina dalam waktu satu tahun. Dengan IB, seekor pejantan dapat melayani
5000 sampai 10.000 ekor sapi betina per tahun. Beberapa pejantan unggul
malah telah menghasilkan 100.000 sampai 200.000 anak selama masa
hidupnya.
2. Menghemat biaya pemeliharaan pejantan.
3. IB memungkinkan peninggian potensi seleksi sebagai salah satu cara
perbaikan mutu ternak.
4. Mencegah penularan penyakit.
5. Memperpendek calving interval dan terjadi penurunan jumlah betina yang
kawin berulang.
6. IB memungkinkan perkawinan antara hewan-hewan yang sangat berbeda
ukuran besarnya tanpa menimbulkan cedera atau kerugian pada betina
maupun pejantan.
7. IB dapat memperpanjang waktu pemakaian pejantan-pejantan yang karena
sebab fisik tidak sanggup berkopulasi secara normal. IB dapat meneruskan
pemakaian pejantan-pejantan tua atau impoten.
8. Secara eksperimental, IB dapat dipakai untuk menghasilkan hybrid atau
persilangan antara jenis-jenis hewan yang tidak kawin secara sukarela
9. IB dapat merangsang minat yang lebih tinggi dalam beternak dan praktek
manajemen yang lebih baik.
10. IB memungkinkan perkawinan antara hewan atau ternak yang terpisah dalam
waktu dan tempat.
7
11. IB sangat berguna untuk digunakan pada betina-betina yang berada dalam
keadaan estrus dan berovulasi tetapi tidak mau berdiri untuk dinaiki pejantan.
Kekurangan:
1. Apabila prosedur IB tidak dilakukan secara baik, akan mengakibatkan efisiensi
reproduksi yang rendah.
2. Kemungkinan besar IB dapat merupakan alat penyebar abnormalitas genetik
pada ternak.
3. Bisa menyebabkan terjadinya inbreeding apabila persediaan pejantan unggul
sangat terbatas, sehingga peternak tidak dapat memilih pejantan yang
dikehendaki.
4. IB masih diragukan manfaatnya dalam mengatasi semua infeksi atau
abnormalitas saluran kelamin betina, kalaupun ada jarang terjadi, inseminasi
intrauterine pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus, IB tidak dapat
digunakan dengan baik pada semua jenis hewan.
Kelemahan dari IB jika tidak dikelola dengan baik adalah (Susilawati, 2013):
1. Bila seleksi pejantan salah maka bisa menyebarkan sifat jelek.
2. Membutuhkan keterampilan yang tinggi, penyimpanan selama transportasi
dan inseminator.
3. Bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat.
8
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1 Materi
III.1.1 Alat
a. Container 1 buah
b. Ember 1 buah
c. Insemination gun 1 buah
d. Pinset 1 buah
e. Straw cutter 1 buah
f. Termometer 1 buah
III.1.2.1 Bahan
a. Air hangat 1 gelas
b. Gloves 1 pasang
c. Plastic sheath IB 1 buah
d. Sabun 1 botol
e. Straw 1 buah
f. Tissue 1 pack
III.2 Metode
a. Sebelum melaksanakan prosedur IB maka semen harus dicairkan (thawing)
terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air.
b. Setelah di-thawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan
tissu.
c. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong
dengan menggunakan gunting bersih.
d. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi straw.
e. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat.
f. Memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam
rektum.
g. Tangan dimasukkan ke rectum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher
rahim (cervix), apabila dalam rectum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih
dahulu.
h. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus. Setelah semua prosedur
tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan cervix dengan
perlahan-lahan.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
10
IV.2. Pembahasan
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah upaya memasukkan
semen atau mani ke dalam saluran reproduksi hewan betina yang sedang birahi
dengan bantuan inseminator agar hewan bunting. Pada praktikum ini, alat dan
bahan yang digunakan Gloves, Insemination gun, Container, Plastic sheath IB,
Tissu 1 pack, Ember, Pinset, Straw, Straw cutter, Termometer, Air hangat dan
Sabun.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam inseminasi buatan yaitu
melakukan thawing pada straw akan tetapi straw yang digunakan pada praktikum
kali ini kosong sehingga thawing pada straw tidak dilakukan. Selanjutnya,
memakai gloves pada tangan kiri kemudian diberi air sabun agar mudah masuk
kedalam saluran reproduksi sapi betina lalu tangan dimasukkan secara perlahan ke
dalam rectum sapi. Selanjutnya, bersihkan rektum dari feses hal ini dilakukan agar
memudahkan dalam menemukan cervix. Setelah memastikan rectum bersih dari
feses, perlahan-lahan goyangkan tangan sampai mendapatkan posisi dari cincin
cervix kemudian genggam. Setelah itu, masukkan gun ke dalam vagina lalu
arahkan ke cicin cervix. Setelah gun masuk, dorong secara perlahan hingga masuk
ke corpus uteri. Semprotkan semen kemudian tarik gun secara perlahan hingga
keluar dari vagina.
Kendala yang dialami pada praktikum ini yaitu sulitnya menemukan letak
dari servix serta sulitnya untuk memasukkan gun ke dalam saluran reproduksi sapi
betina. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan perlunya pemahaman
anatomi yang lebih mendalam lagi dari praktikan.
11
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dimbil dari laporan diatas yaitu:
1. Inseminasi Buatan (IB) merupakan cara yang tepat untuk mendeposisikan
spermatozoa (sel-sel sperma) ke dalam organ reproduksi betina dengan
menggunakan teknik inseminasi buatan untuk meningkatkan mutu genetik
ternak
2. Sejumlah faktor dilaporkan mempengaruhi keberhasilan IB termasuk nutrisi,
musim kawin, kondisi lingkungan, paritas, berkembang biak, pertanian,
kedalaman deposisi air mani, komposisi extender dan pengobatan hormon.
3. Keuntungan IB antara lain peningkatan mutu genetik yang lebih cepat karena
menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat biaya
pemeliharaan pejantan lain dan penularan penyakit kelamin dari ternak yang
diinseminasi dapat dibatasi atau dicegah.
4. Kekurangan Inseminasi Buatan (IB) yaitu inseminator terlatih, lebih banyak
waktu dan pengawasan kawanan, peralatan steril, fasilitas penanganan khusus
V.2. Saran
Saran untuk praktikum ilmu reproduksi ternak sebaiknya menyediakan
ruangan yang lebih besar agar praktikum lebih efektif dan semoga preparat dan
alat-alat keperluan lab dapat di sediakan di dalam laboratorium.
12
DAFTAR PUSTAKA
Haviz, M. 2013. Dua sistem tubuh: Endokrin dan Reproduksi. Jurnal Saintek.
Vol. 5. No. 2. Hal: 153-168.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Susilawati T., Nurul Isnaini, Aulia Puspita Anugra Yekti, Ika Nurjanah, Errico
dan Nolasco da costa. 2016. Keberhasilan inseminasi buatan menggunakan
semen beku dan semen cair pada sapi Peranakan Ongole. J. Ilmu-Ilmu
Peternakan. 26 (3): 14 – 19.
Yekti, A.P.Anugra., Trinil Susilawati, Moh. Nur Ihsan dan Wahjuningsi. 2017.
Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Brawijaya Press: Malang.
13
Yusuf, Muhammad. 2016. Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan (Ib)
Berdasarkan Conception Rate Dan Service Per Conception Di Kabupaten
Polewali Mandar. Uin Alauddin: Makassar.
14
LAMPIRAN
15
16