Anda di halaman 1dari 8

“KAJIAN FILSAFAT ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

ILMU REPRODUKSI TERNAK”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu dan Kajian Reproduksi dan Pemuliaan Ternak

Nama : Nelly Kusrianty


Dosen Pengampu : Prof. Dr.Sc. Agr.Ir. Suyadi, MS., IPU, ASEAN Eng.
Tugas : Kajian Filsafat Ilmu Reproduksi Ternak

PROGRAM STUDI ILMU TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
ILMU REPRODUKSI TERNAK

Ilmu reproduksi ternak adalah cabang ilmu peternakan yang memiliki focus pada biologi
reproduksi hewan yang di domestikasi. Ilmu ini melibatkan studi fisiologi reproduksi, manajemen
pemuliaan, nutrisi pakan, penyakit, dan factor-faktor lain yang memengaruhi keberhasilan
reproduksi spesies ternak seperti sapi potong, sapi perah, kuda, unggas, domba, dan babi. Ilmu
reproduksi ternak bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi ternak dengan
mengembangkan bioteknologi reproduksi yang canggih dan inovasi manajemen serta intervensi
yang mengendalikan masalah yang mengganggu efisiensi reproduksi. Aplikasi praktis ilmu
reproduksi ternak memiliki beberapa manfaat bagi industry dan masyarakat, termasuk mata
pencaharian, produktivitas, produksi ternak yang berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan hewan,
dan ketahanan pangan (Spencer et al., 2022).

Ontologi :

Ontologi dalam bidang reproduksi ternak adalah studi tentang konsep realitas yang dijelaskan oleh
suatu disiplin ilmu. Dalam bidang ilmu reproduksi ternak, ontology dapat membantu dalam
memahami konsep-konsep dasar tentang alat reproduksi ternak, siklus reproduksi, dan teknologi
reproduksi ternak. Ontologi juga dapat membantu dalam memahami konsep-konsep dasar tentang
kesehatan reproduksi ternak termasuk penanganan berbagai masalah reproduksi ternak (Wong,
2021).

1. Makna dari bidang ilmu reproduksi ternak :


Bidang ilmu reproduksi ternak memiliki makna yang penting dalam peningkatan
produktivitas ternak. Ilmu reproduksi ternak membahas tentang anatomi dan fisiologi alat
reproduksi ternak, pubertas, siklus berahi, gametogenesis, transportasi gamet, fertilisasi, dan
juga tentang hypothalamus dan hipofisa beserta hormone-hormonnya. Ilmu reproduksi
ternak juga membahas tentang inseminasi buatan (IB), manajemen reproduksi ternak,
gangguan reproduksi ternak, ombriologi, ilmu kandungan, embryo transfer (ET), in vitro
fertilization (IVF), in vitro maturation (IVM), embryo splitting, sperma and embryo sexing.
Hal lain yang dipelajari dalam ilmu reproduksi adalah teknologi reproduksi seperti Assisted
Reprodutive Techniques (ART) yang memberikan kontribusi paling signifikan dan
digunakan dalam inseminasi buatan (IB). (Ondho & Samsudewa, 2023)
2. Tonggak sejarah (milestone) perkembangan ilmu dan penemu
Ilmu reproduksi ternak memiliki sejarah perkembangan yang panjang. Berikut ini
adalah beberapa sejarah penting dalam perkembangan ilmu reproduksi ternak :
• Pada abad ke 18 dan awal abad ke-19, bangsa sapi utama sapi Inggris dikembangkan
melalui seleksi dan perkawinan silang (Wayne D. Rasmussen & Mellanby, 2023)
• Pada tahun 1780, seorang ilmuwan Italia berhasil bereksperimen dengan inseminasi
buatan tetapi manfaat praktisnya baru terbukti pada abad ke-20 (Wayne D. Rasmussen
& Mellanby, 2023)
• Pada akhir abad ke 19, bangsa babi Polandia Cina dan Duroc Jersey dikembangkan di
Amerika Serikat melalui seleksi dan perkawinan silang (Wayne D. Rasmussen &
Mellanby, 2023)
• Pada tahun 1930-an, Denmark mulai bereksperimen dengan pembiakan buatan pada
sapi perah (Wayne D. Rasmussen & Mellanby, 2023)
• Pada tahun 1919, ahli biologi Soviet, Ilya Ivanov, mendirikan Central Experimental
Breeding Station di Moscow untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukannya 20
tahun yang lalu. Pada awal 1936 lebih dari 6.000.000 sapi dan domba telah
diinseminasi buatan di Uni Soviet (Wayne D. Rasmussen & Mellanby, 2023)
• Sejak tahun 1940-an, fisiologi reproduksi dan genetika ternak mengubah pembiakan
sapi perah dikombinasikan dengan teknologi reproduksi baru, sehingga menjadi factor
utama pengembangan industry susu di Swedia (Bruno, 2020)
• 50 tahun terakhir, studi fisiologi reproduksi pada ternak ruminansia telah berkembang
hingga ke tingkat molekuler (Smith et al., 2018)
• Saat ini bioteknologi reproduksi yang inovatif dan canggih dengan intervensi
manajemen sedang dikembangkan untuk mengendalikan masalah yang berpengaruh
terhadap efisiensi reproduksi dan meningkatkan potensi reproduksi hewan tanpa
mengurangi kesejahteraan hewan. (Bruno, 2020) (Schafberg & Swalve, 2015).
3. Ilmu Reproduksi perlu dikembangkan
Secara ontologi, ilmu reproduksi ternak perlu dikembangkan karena beberapa alasan
antara lain :
• Keberhasilan reproduksi sangat penting bagi kelangsungan perekonomian produsen
yang pada akhiranya berpengaruh pada harga jual daging dan produk hewan lainnya
kepada konsumen. Dalam banyak system produksi peternakan, kemampuan hewan
untuk bereproduksi secara efisien merupakan komponen penting dalam peternakan.
(National Institute of Food and Agriculture, 2023)
• Infertilitas merupakan masalah pada tingkat yang berbeda-beda pada semua sistem
produksi hewan, termasuk spesies akuakultur. Kegagalan reproduksi adalah salah satu
faktor paling signifikan yang membatasi produktivitas sistem produksi hewan dan
mengakibatkan hilangnya pendapatan jutaan dolar setiap tahunnya (National Institute
of Food and Agriculture, 2023)
• Reproduksi yang tidak efisien pada ternak dapat disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk siklus reproduksi yang tidak normal atau tidak ada, kegagalan untuk
menunjukkan estrus (birahi), kehilangan dan kematian embrio dan janin selama periode
neonatal, kegagalan untuk mencapai pubertas pada usia yang optimal atau
ketidakmampuan betina muda untuk bunting pada awal musim kawin, cekaman
lingkungan seperti suhu ekstrem atau perubahan fotoperiode (siklus siang dan malam),
dan produksi sperma yang memiliki potensi pembuahan yang rendah (National Institute
of Food and Agriculture, 2023)
• Program pemuliaan yang dirancang untuk menyeleksi sifat-sifat susu atau daging
memiliki dampak buruk pada kinerja reproduksi. Pada sapi perah, seleksi genetik yang
intens untuk meningkatkan produksi susu telah disertai dengan penurunan kesuburan
yang signifikan. Demikian pula, pada peternak ayam pedaging (ayam yang
dikembangbiakkan secara khusus untuk produksi daging), kemampuan reproduksi
menurun seiring dengan meningkatnya seleksi untuk tingkat pertumbuhan dan efisiensi
pakan. (National Institute of Food and Agriculture, 2023)
• Meningkatkan potensi reproduksi hewan tanpa mengorbankan kesejahteraan hewan
akan mengarah pada produksi ternak yang berkelanjutan. Melalui bioteknologi
reproduksi yang canggih serta inovasi dan intervensi manajemen, masalah-masalah
yang mengganggu efisiensi reproduksi dapat dikendalikan (Hufana-Duran & Duran,
2020)

Epistemologi

Ilmu reproduksi ternak, dari perspektif epistemologi, adalah ilmu yang mempelajari biologi
reproduksi hewan peliharaan. Ilmu ini melibatkan penelusuran fisiologi reproduksi, manajemen
pemuliaan, nutrisi, penyakit, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi keberhasilan reproduksi
jenis-jenis ternak seperti sapi potong, sapi perah, kuda, unggas, domba, dan babi. Studi fisiologi
reproduksi pada ruminansia ternak telah berkembang mulai dari keseluruhan hewan hingga ke
tingkat molekuler dalam waktu yang sangat singkat. Perkembangan ilmu reproduksi hewan telah
memainkan peran penting dalam mengembangkan pengembangbiakan sapi di Swedia.
Penggunaan hewan peliharaan sebagai model untuk penelitian biomedis telah memajukan bidang
fisiologi reproduksi baik untuk pertanian maupun reproduksi manusia. (Engel Jr., 2021)(Smith et
al., 2018)

1. Konsep epistomologi ilmu reproduksi ternak


Konsep epistomologi ilmu reproduksi dikembangkan karena pemahaman manusia
tentang reproduksi hewan dan manusia semakin meningkat. Berbagai penemuat dan
penelitian telah dilakukan untuk memahami anatomi dan fisiologi organ reproduksi ternak,
siklus reproduksi, kebuntingan dan kelahiran serta fisiologi. Selain itu teknologi reproduksi
ternak semakin berkembang, seperti inseminasi buatan, embrio transfer, dan teknologi
reproduksi lainnya. Perkembangan ilmu reproduksi juga didorong oleh kebutuhan untuk
meningkatkan produktivitas ternak serta untuk keberlanjutan produksi ternak. Dengan
demikian, perkembangan ilmu reproduksi ternak terus berkembang dan menjadi focus utama
dalam peningkatan produktivitas ternak.(Mutiarawati & Agustina, 1994)
2. Perspektif epistomologi alasan ilmu reproduksi ternak dikembangkan
Ilmu reproduksi dikembangkan karena beberapa alasan dari perspektif epistomologi,
termasuk :
• Untuk meningkatkan pemahaman tentang reproduksi hewan dan manusia :
perkembangan Assisted Reproductive Technologies/ART seperti IVF atau In Vitro
Fertilitation, transfer embrio, dan ICSI/Intra Cytoplasmic Sperm Injection telah
didorong oleh meningkatnya permintaan untuk manajemen kesuburan (Merleau-
Ponty, 2020)(Vasta & Girelli, 2021)
• Untuk mengeksplorasi hubungan antara keyakinan epistomologis, sifat ilmu
pengetahuan dan perubahan konseptual dalam pembelajaran teori evolusi. Penelitian
telah dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara pandangan epistomologis dan
sifat ilmu pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan
epistemologis yang belum optimal sepenuhnya tercermin sebagai kepercayaan yang
belum optimal terhadap sifat ilmu pengetahuan atau sebaliknya.(Cho et al., 2011)
• Untuk memahami peran dari keyakinan epistemologis dalam biologi : Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk memahami peran keyakinan epistomologis dalam biologi,
khususnya dalam memahami teori evolusi(Cho et al., 2011)
• Untuk menguji apakah keyakinan epistomologis tentang sains secara tidak langsung
mempengaruhi identitas sains melalui pemikiran reflektif.(Guo et al., 2022)

Aksiologi

Ilmu reproduksi ternak memiliki manfat bagi industry dan masyarakat, berikut manfaat ilmu
reproduksi menurut perspektif aksiologi

• Economic livelihood : Keberhasilan reproduksi pada ternak sangat penting untuk menunjang
penghasilan peternak sebagai produsen dan pada akhirnya mempengaruhi harga daging dan
produk hasil ternak lainnya di tingkat konsumen. Dalam banyak system produksi ternak,
kemampuan hewan untuk berreproduksi secara efisien merupakan komponen penting dari
sebuah peternakan(National Institute of Food and Agriculture, 2023)
• Productivity : Kemampuan ternak untuk berreproduksi secara efisien merupakan komponen
penting dari sebuah peternakan, sehingga ketidaksuburan merupakan masalah pada garis
keturunan ternak tersebut sehingga berpengaruh pada keberhasilan produksi ternak tersebut.
Kegagalan reproduksi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan pada
keberhasilan produksi ternak(National Institute of Food and Agriculture, 2023)
• Sustainable livestock production : melalui bioteknologi reproduksi yang maju serta inovatif
dengan intervensi manajemen, masalah atau kendala yang mengurangi efisiensi reproduksi
dapat teratasi (Sinclair et al., 2019)
• Animal welfare : meningkatkan efisiensi reproduksi juga dapat meningkatkan kesejahteraan
hewan dan mengurangi angka kematian. (Sinclair et al., 2019)
• Food security : Ternak adalah sumber protein hewani bagi manusia, melalui teknologi
reproduksi dapat meningkatkan efisiensi produksi pangan hewani sekaligus mengurangi
dampak lingkungan dari produksi ternak.(Curtis R Youngs, 2023)
DAFTAR RUJUKAN

Bruno, K. (2020). Disciplining cattle reproduction: Veterinary reproductive science, bull


infertility, and the mid-twentieth century transformation of Swedish dairy cattle breeding.
Studies in History and Philosophy of Science Part A, 84(September), 106–118.
https://doi.org/10.1016/j.shpsa.2020.09.002

Cho, M. H., Lankford, D. M., & Wescott, D. J. (2011). Exploring the Relationships among
Epistemological Beliefs, Nature of Science, and Conceptual Change in the Learning of
Evolutionary Theory. Evolution: Education and Outreach, 4(2), 313–322.
https://doi.org/10.1007/s12052-011-0324-7

Curtis R Youngs. (2023). Reproductive Technologies for Sustainable Livestock Production. ME


Ensminger Endowed Chair of International Animal Agriculture Iowa State University
Department of Animal Science, January 2023, 1–8.

Engel Jr., M. (2021). Epistemology and the Ethics of Animal Experimentation. In J. Lackey (Ed.),
Applied Epistemology (p. 0). Oxford University Press.
https://doi.org/10.1093/oso/9780198833659.003.0004

Guo, X., Hao, X., Deng, W., Ji, X., Xiang, S., & Hu, W. (2022). The relationship between
epistemological beliefs, reflective thinking, and science identity: a structural equation
modeling analysis. International Journal of STEM Education, 9(1).
https://doi.org/10.1186/s40594-022-00355-x

Hufana-Duran, D., & Duran, P. G. (2020). Animal reproduction strategies for sustainable livestock
production in the tropics. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 492(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/492/1/012065

Merleau-Ponty, N. (2020). In-vitro gametogenesis on YouTube – Epistemological performances


from Strasbourg and Los Angeles. Reproductive Biomedicine and Society Online, 11, 96–
103. https://doi.org/10.1016/j.rbms.2020.12.001

Mutiarawati, F., & Agustina, T. (1994). Tinjauan Filsafat Kesehatan Reproduksi. 16424.

National Institute of Food and Agriculture. (2023). Reproductive success in livestock is essential
for the economic livelihood of producers and ultimately affects the consumer cost of meat and
other animal products. In many livestock production systems, poor fertility is a major factor
that limits producti. Animal Reproduction Science.

Ondho, Y. S., & Samsudewa, D. (2023). Ilmu Reproduksi Ternak. EUREKA MEDIA AKSARA,
JUNI 2023 ANGGOTA IKAPI JAWA TENGAH NO. 225/JTE/2021.

Schafberg, R., & Swalve, H. H. (2015). The history of breeding for polled cattle. Livestock Science,
179, 54–70. https://doi.org/10.1016/j.livsci.2015.05.017
Sinclair, M., Fryer, C., & Phillips, C. J. C. (2019). The benefits of improving animalwelfare from
the perspective of livestock stakeholders across asia. Animals, 9(4).
https://doi.org/10.3390/ani9040123
Smith, M. F., Geisert, R. D., & Parrish, J. J. (2018). Reproduction in domestic ruminants during
the past 50 yr : discovery to application. 2952–2970. https://doi.org/10.1093/jas/sky139
Spencer, T. E., Wells, K. D., Lee, K., Bhanu, P., Hansen, P. J., Bartol, F. F., Blomberg, L., Schook,
L. B., Dawson, H., Lunney, J. K., Davis, T. A., Donovan, S. M., Dilger, R. N., Saif, L. J.,
Moeser, A., Mcgill, J. L., Smith, G., & Ireland, J. J. (2022). Future of biomedical ,
agricultural , and biological systems research using domesticated animals. 106(January),
629–638.
Vasta, F. N., & Girelli, R. (2021). An epistemological perspective of integrated multidisciplinary
treatment when dealing with infertile women with a parenthood goal: The importance of
matterpsychic perspective. Frontiers in Psychology, 12(March).
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.634028
Wayne D. Rasmussen, & Mellanby, K. (2023). Animal Breeding.
Https://Www.Britannica.Com/Topic/Agriculture/Animal-Breeding.
Wong, G. K. (2021). Animal reproduction. https://doi.org/10.1036/1097-8542.581200

Anda mungkin juga menyukai