Anda di halaman 1dari 4

MERDEKA BELAJAR-KAMPUS MERDEKA

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

WORKSHEET 2

PROGRAM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM)


SEMESTER 5

MATA KULIAH : Infertilitas dan Sterilitas


SEMESTER 5
SKS 3
PENYUSUN : Muhammad Yunus, S.ST.,M.Si

a. MATERI PEMBELAJARAN
Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pada saluran reproduksi betina

b. SUB CP MK
1. Gangguan pada ovarium
2. Gangguan pada oviduk
3. Gangguan pada uterus
4. Gangguan pada serviks
5. Gangguan pada vagina
6. Gangguan pada vulva

c. INDIKATOR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu menjelaskan karena faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pada
saluran reproduksi betina
d. URAIAN TUGAS
Mahasiswa mengindetifikasi factor-faktor yang menyebabkan gangguan saluran
repoduksi betina

- Gangguan pada ovarium


- Gangguan pada oviduk
- Gangguan pada uterus
- Gangguan pada serviks
- Gangguan pada vagina
- Gangguan pada vulva

e. KRITERIA PENILAIAN
Penilaian dilihat dari lembar kerja disertai dengan bukti-bukti dokumentasi di
lapangan
MERDEKA BELAJAR-KAMPUS MERDEKA
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
Form 1.1.1
Nama Mahasiswa : St. Nur Kalsum Haerin
Mitra : Peternakan Al Fatih
Penempatan Divisi : Perkandangan
Tanggal : 11 Januari 2024
Durasi (jam) pencapaian indikator : 07.45-16.30
kompetensi

Uraikan hasil dengan kondisi lapang


a. Gangguan pada ovarium. Ovarium adalah organ primer pada sapi, penghasil gamet
betina (ovum) dan hormon kelamin betina (estrogen dan progestin). Sapi pada setiap siklus
estrusnya memproduksi satu ovum (motoccus), sehingga normalnya sapi melahirkan satu
anak setiap periode kebuntingan. Ovarium sapi berbentuk seperti almond dengan rata-rata
berukuran 35 x 25 x 15 mm. ukuran tersebut bervariasi diantara ras Sapi, pada ovarium yang
aktif lebih besar dibandingkan dengan yang tidak aktif. Pada sapi, berat ovarium berkisar 10
sampai 20 gram. Tahap-tahap pemasakan berikutnya terjadi sampai terbentuknya sebuah
ovum yang masak yang disebut dengan folikel de graaf (Blakely dan Bade, 1992). Ovarium
merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi memproduksi ovum (sel telur) dan
menghasilkan hormon estrogen, progesteron dan inhibin (Widayati dkk, 2008). Sista
ovarium meliputi Folikuler, Ovaria, dan Luteal. Status ovarium bisa dikatakan sistik jika
erdiri lebih dari struktur yang memiliki isi cairan yang lebih banyak dibandingkan dengan
folikel yang massal. Penyebab dari gangguan ini adalah gangguan ovulasi dan endokrin.
Sapi yang mengalami gangguan ini biasanya memiliki tingkat hormon LH yang rendah.
Penanganan bisa dilakukan dengan suntik HCG atau LH atau menggunakan PRID / CIDR
selama kurang lebih 12 hari. Ovarium sistik (cystic ovary) merupakan gangguan reproduksi
pada ovarium yang sangat potensial sebagai penyebab kegagalan perkembangbiakan pada
ernak. Kista atau cystic yang berkembang pada ovarium ada tiga jenis yaitu kista folikel,
kista luteal, dan kista corpus luteum (Nessan et al., 1977; Teshome et al., 2016). Faktor
penyebab ovarium sistik belum diketahui secara pasti, tetapi secara patofisiologi dasar
penyakit tersebut melibatkan sistem kerja neuroendokrin yang berhubungan dengan
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium yang mengakibatkan kegagalan ovulasi (Teshome et al.,
2016). Hasil identifikasi kasus ovarium sis- tik pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Terdapat satu ekor atau 1,25%, yang terjadi pada induk sapi yang terlambat berahi setelah
kelahiran. Pada sapi perah kejadian ovarium sistik berkisar 6-19% dan sapi-sapi yang telah
MERDEKA BELAJAR-KAMPUS MERDEKA
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
pulih, dapat kambuh kembali minimal 60% (Ijaz et al. 1987). Kejadian kista folikel dan
uteal dapat dipulihkan dan hasilnya baik, masing- masing menggunakan GnRH dan hCG
yang dikombinasikan dengan pemberian prosta- glandin atau sediaan yang sejenis
(Bhatcharyya et al., 2016).

b. Gangguan pada oviduk. Oviduk merupakan bagian yang berperan penting dalam
peristiwa kopulasi saat proses reproduksi. Oviduk terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan
merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke
anduk uterus. Oviduk sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan
sthmus. Pada masing- masing bagian memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian
nfundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut fimbria.
Bagian isthmus dengan ampula dibatasi oleh suatu amulari ismic junction yang berperan
dalam pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan uterus adalah uteri tubal junction
(Hafez, 1993). Menurut Bearden dan Fuquay (1997), panjang oviduk untuk kebanyakan
spesies ternak 20 sampai 30 cm.

c. Gangguan pada uterus. Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang
berbentuk buluh, berurat daging licin, untuk menerima ova yang telah dibuahi atau embrio
dari tuba falopi (Hardjopranjoto, 1995). Uterus merupakan tempat implantasi konseptus
(zigot yang telah berkembang menjadi embrio) (Dellman dan Brown, 1992). Fungsi uterus
adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke
uba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam
mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran (Hunter, 1995). ENDOMETRITIS
adalah penyakit uterus yang disebabkan infeksi bakteri. Penyebab endometritis adalah
mikroorganime kelompok bakteri antara lain bakteri Escherichia coli, Pyogenes arcano-
bacterium dan virus (Sheldon et al., 2008). Selanjutnya Sheldon et al. (2008) menyatakan
bahwa virus sapi herpes-4 (BoHV-4) merupakan virus penyebab kerusakan sel endotetrium
uterus yang sangat cepat. Sapi yang mengalami endometritis menunjukkan gejala adanya
endir berbau busuk yang meleleh keluar dari vulvanya (Williams et al. 2005). Endometritis
sangat berpotensi penyebab infertilitas ternak (Williams et al. 2005; Zobel, 2013).
Pengobatan endometritis dengan pemberian PGF2α dan antibiotik secara intrauterine pada
sapi perah dilaporkan berhasil memulihkan kinerja reproduksinya menjadi baik (Dolezel et
al., 2008).

d. Gangguan pada serviks. Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter
(Sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina (Hardjopranjoto, 1995).
MERDEKA BELAJAR-KAMPUS MERDEKA
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi
bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing. Hardjopranjoto (1995), berpendapat bahwa
serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter antara 2 sampai
6,5 cm.

e. Gangguan pada vagina. Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di
dalam pelvis di antara uterus (arah cranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai
selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi (Frandson, 1992). Vagina
merupakan buluh berotot yang menjulur dari serviks sampai vestibulum (Dellman dan
Brown, 1992). Menurut Toilihere (1981), pada hewan tidak bunting panjang vagina pada
sapi mencapai 25-30 cm. variasi vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan frekuensi
beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar). Pada perkawinan alami, semen
dideposisikan kedalam anterior vagina dekat mulut serviks.

f. Gangguan pada vulva. Vulva adalah organ reproduksi bagian luar hewan betina. Vulva
erdiri dari atas labia mayora dan labia minora. Labia mayora berwarna hitam dan tertutup
oleh rambut. Labia mayora merupakan bagian terluar dari vulva. Sedangkan bagian dalam
vulva yang tidak terdapat rambut yaitu labia minora (Bearden dan Fuquay, 1997).

Keterangan (uraikan ketercapaian indikator kompetensi, jika tidak/belum tercapai uraikan


penyebab apa)
Faktor faktor yang mempengaruhi gangguan reproduksi pada betina ada beberap seperti
delayed pubertas, hipofungsi ovarium, metritis, endometritis, dan anestrus pospartum.
Ada beberapa hal yang menyebabkan gangguan reproduksi tersebut yaitu infeksi,
peradangan, kelainan genetik, gangguan hormon, bahkan kanker. Penyalkit ini
menyerang sistem reproduksi sehingga mnyebabkan masalah kesuburan. Biasanya
gangguan reproduksi pada ternak betina paling banyak ditemui salah satunya karena
faktor IB pada ternak.

Anda mungkin juga menyukai