LAPORAN KEGIATAN
INTRAMURAL
di Divisi Reproduksi dan Kebidanan
Disusun oleh:
Irena Ivania, SKH NIM B0901201018
Kelompok A PPDH Periode I Tahun Ajaran 2020/2021
Oleh:
Irena Ivania, SKH B0901201018
Disetujui oleh
Koordinator Mata Kuliah Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Reproduksi dan Kebidanan Reproduksi dan Kebidanan
Prof Drh Ni Wayan K Karja, MP, PhD Dr Drh Muhammad Agil, M.Sc, M.Agr
NIP. 196902071996012001 NIP. 196308161992031003
Diketahui oleh
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Tanggal Pengesahan:
Sinkronisasi Estrus
Tambahan
Prinsip Sinkronisasi Estrus:
- Memanipulasi kelangsungan hidup CL
- Memanipulasi pertumbuhan folikel
- Waktu ovulasi
Kepentingan fase metestrus CL belum matang sehingga reseptor prostaglandin belum
terbentuk
Diestrus adanya fungsional CL dipertahankan oleh prostaglandin, kebuntingan
dijaga oleh progesteron. Prostaglandin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
Yang paling efektif adalah dengan memanipulasi kelangsungan hidup CL, karena CL
berperan penting pada hormon progesteron dan prostaglandin yang merupakan kunci
untuk mengakhiri masa diestrus sehingga memasuki masa proestrus-estrus.
Hormon yang digunakan untuk memanipulasi kelangsungan hidup CL
1. Prostaglandin
Penyuntikan PGF 2alpha terdapat 2 cara
Single injection single injeksidapat menyebabkan estrus namun tidak dapat
menyebabkan keseragaman waktu estrus maka perlu,
Double injection pada penyuntikan kedua adalah pada fase diestrus
fungsional (hari ke 8) agar menghasilkan estrus yang bersamaan.
2. Progesteron : negative feedback GnRH
Pada hewan tua CL sulit luruh untuk meningkatkan efisiensi perlu disuntikan
juga prostaglandin. Contoh sediaan CIDR
3. GnRH
Pemberian pertama kali dan pada saat IB. Pertama kali untuk menginduksi
oertumbuhan folikel dan pada saat IB untuk menginduksi ovulasi.
Diagnosa Kebuntingan
1. Non-return estrus
Dilakukan dengan pengamatan langsung dimana hewan yang sudah kawin atau
diinseminasi seharusnya tidak kembali estrus sampai 1-2 siklus berikutnya
(dianggap bunting). Kelemahan metode ini adalah beberapa hewan tidak atau
lemah menunjukkan perilaku estrus, beberapa hewan menunjukkan estrus pada
periode bunting muda, dan terdapat gangguan reproduksi pada hewan sehingga
tidak kembali estrus.
2. Palpasi Abdominal/ profundal
Teknik ini dilakukan pada ruminansia kecil dan hewan kecil.
3. Palpasi perektal
Kelamahan metode ini adalah dibutuhkan kehati-hatian pada bunting muda dan
sulit jika tidak dilakukan dengan lege artis.
4. Perubahan perut/ambing/puting
Pembesaran akan mulai terdeteksi pada kebuntingan 6 minggu, tetapi secara nyata
pada 3 bulan pasca kawin.
5. USG
Real-time B-Mode USG : menentukan positif bunting, umur kebuntingan, dan
jumlah fetus. Dapat mendeteksi mulai 12 hari pasca kawin (vesicle) dan 19-20
hari (embrio).
Prinsip dari alat ini memvisualisasikan bagian dalam tubuh akibat pantulan
gelombang suara yang dipancarkan probe/ transduser mengenai fetus, cairan
amnion, dan lainnya, yang ditangkap pada layar monitor. Benda padat akan
berwarma putih (hiperechoic) dan benda cair akan berwarna hitam (anechoic).
Perlengkapan USG untuk pemeriksaan kebuntingan adalah : probe (untuk
pemancar gelombang), monitor (memperlihatkan sonogram), keyboard (menberi
identitas, mengukur), printer, gel, tissue, dan sumber listrik.
6. Diagnosa profil hormon dan protein
Teknik ELISA keunggulan sangat sensitif dan akurat, sedangkan kelemahannya
tidak dapat menduga umur, seks, dan jumlah fetus. Hormon progesteron dapat
dideteksi pada plasma untuk melihat fungsi CL, dilakukan 18 hari pasca kawin.
Sampel yang digunakan adalah darah, feses, urine, susu. Sapi dan kerbau kadar
P4 > 2 ng/ml pada 21 hari pasca kawin. Esteron suphate dideteksi untuk
mengetahui adanya feto-plasenta yang diketahui 30 hari pasca kawin. Protein
PSPB (Pregnancy Specific Protein B) yang dihasilkan oleh plasenta fetus
berperan dalam merawat CL, akurasinya tinggi pada umur kurang lebih 20 hari
apsca kawin. Protein OvPGAs (Ovine Pregnancy Associated Glycoproteins) yang
dihasilkan oleh tropoblast embrio terdeteksi mulai 3-4 minggu pasca kawin dan
stabil sampai dekat partus, protein ini juga berperan merawat CL.
Kelahiran
Tanda – tanda menjelang kelahiran.
1. Tahap pengeluaran plasenta (ari-ari): Normalnya berlangsung 3-8 jam setelah
kelahiran, Tidak normal jika lebih dari 8-10 jam setelah kelahiran (retensio
sekundinae) → penanganan khusus dari petugas kesehatan hewan.
2. Jika pedet terlalu besar → bedah sesar (pedet masih hidup) atau fetotomi (pedet
sudah mati dalam rahim). Tindakan bedah dan fetotomi dilakukan oleh dokter
hewan. Sapi akan dibius lokal menggunakan obat bius untuk menghilangkan rasa
sakit selama tindakan sehingga proses pertolongan kelahiran dapat berjalan
dengan baik.
Periode Post-Partum
Induk
Induk diberi minuman gula dan garam (oralit): 3-4 liter (setengah ember, induk
diberikan makanan rumput hijauan, susu diperah untuk pedet (khususnya susu
kolostrum/susu jolong, lendir rahim (lochia) normal berbau amis akan keluar dalam
beberapa minggu setelah melahiran (2-3 minggu)
Pedet
Pedet dibersihkan dari lendir, khususnya pada saluran nafas → mencegah
tersumbatnya saluran pernafasan oleh sisa cairan lendir kelahiran, pedet digantung
dengan posisi kepala dibawah → memudahkan pembersihan lendir kelahiran yang
dapat menjadi penyumbat pernafasan, pedet diurut/digosok-gosok bagian dada dan
digerak-gerakkan kaki-kakinya → merangsang pedet aktif bernafas,pedet dimandikan
→ membersihkan lendir dan merangsang aktif bergerak, susu kolostrum (susu jolong)
diberikan pada pedet.
Peurpureum
Suatu masa setelah beranak dimana organ reproduksi akan kembali seperti
sebelum terjadi kebuntingan baik fungsi maupun bentuknya. Berlangsung selama 50-
60 hari. Perubahannya mencakup aktifitas siklus ovari kembali normal (ovary
reborn), involusi uteri, regenerasi endometrium, eliminasi bakteri kontaminan.
Lochia
Reruntuhan sel-sel darah, epithel endometrium, vilivili plasenta, serum darah,
sisasisa cairan allantois atau amnion yang masih tertinggal di dalam uterus setelah
fetus dilahirkan. Hari ke-4 post partum keluar secara maksimal. Lebih dari 10 hari –
endometritis.
Dolores palsu
Perejanan yang terjadi sebelum phase pengeluaran fetus (bahkan phase
persiapan sajapun belum terlihat). Umumnya terjadi 2 minggu sebelum partus. Sering
dijumpai pada sapi dan babi, sedangkan pada kuda jarang. Hal ini disebabkan oleh
perubahan temperatur yang drastis, traumatis (terpeleset), prolapsus vagina
khususnya pada babi (perejanan terus- menerus), gerakan ekspulsi dari fetus.
Paresis puerpuralis
Sapi yang mengalami kekurangan kalsium (hipokalsemia) dalam darah terjadi
segera sebelum, selama atau dalam waktu 72 jam setelah partus. Gejala klinis;
Anorexia, inkoordinasi motorik, langkah kaku dan goyah, lumpuh (paresis),
penurunan suhu tubuh (Sub-normal), ekstremitas yang dingin, lipatan leher berbentuk
S, peristaltik intestinal menurun/berhenti.
Ketosis
Jarang terjadi sebelum partus, kadang-kadang terjadi dalam 7-10 hari post
partus, sering terjadi dalam 10 – 60 hari post partus. Ketosis ditandai dengan
hypoglicemia, ketonaemia dan ketonuria. Kadar Glukosa dalam darah turun sampai
18-40 mg/100ml (normal 40-60 mg/100ml) dan kadar Ketose meningkat sampai 15-
75 mg/100ml.
Grass tetany
Grass tetany ditandai dengan hypocalsemia dan hypomagnesemia atau hanya
dengan hypomagnesemia tersendiri. Biasa terjadi pada sapi yang selalu dikandangkan
dan diberi makanan yang miskin magnesium. Atau pada sapi yang digembalakan
pada daerah dengan tanah miskin magnesium.
Gangguan reproduksi
Gangguan reproduksi merupakan segala proses yang menyebabkan
terhambatnya atau kegagalan untuk menghasilkan keturunan. Akibatnya jalan antar
kelahiran menjadi panjang (rugi). Terdapat beberapa kemungkinan jika induk tidak
birahi (no return estrus) yaitu terjadi kebuntingan, kelainan hormon reproduksi
(progesteron yang tinggi), ternak menderita penyakit reproduksi, tanda birahi yang
tidak teramati (silent heat), kurang nutrisi NKT ≤2.5, penyakit akibat parasit. Jika
hewan tetap tidak mengalami birahi maka perlu dicurigai hal-hal berikut: terjadinya
kegagalan pelaksanaan IB atau kesalahan dalam pelaksanaan IB ( IB > 12 jam sejak
tanda birahi sehingga gagal fertilisasi) dan inseminator tidak mengikuti prosedur yang
tepat. Namun jika induk terus menerus mengalami birahi dapat dicurigai menderita
kelainan hormon esterogen yang terus tinggi (Nympomania) akibat dari kista ovarium
folikel.
Diagnosa Gangguan Reproduksi Jantan
Diagnosa penyakit dan gangguan reproduksi dapat dilakukan dengan melaksanakan
protokol BSE.
Unable to mate : ketidakmampuan kawin dapat disebabkan oleh
- Cedera ekstremitas
- Cedera penis
- Impotentia
Tahapan diagnosa:
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan organ reproduksi
Palpasi organ reproduksi eksternal yaitu tunica dartos dan tunica vaginalis,
scrotum
Inspeksi bagian preputium dan penis
Patologi kebuntingan
1. Mola
Suatu keadaan cacat/abnormalitas dari embrio. Embrio mati dan hancur pada
umur kebuntingan sangat muda (dini). Plasenta tetap tumbuh dan berkembang
dengan baik walaupun bentuknya tidak teratur. Ada 4 jenis: Mola sistika, mola
hydatidosa, mola villosa dan mola sanguinolenta/darah. Diagnosa Sulit dilakukan.
Hanya dapat didiagnosa dengan melakukan LAPAROTOMI atau ENDOSKOPI
sehingga dapat dipastikan bentuk dari pada MOLA tersebut.
2. Mumifikasi fetus
Mumifikasi fetus sapi merupakan kematian fetus pada kebuntingan trimester
kedua atau ketiga yang tertahan di dalam uterus dan disertai corpus luteum
persistent. Fetus yang tertahan di dalam uterus menyebabkan resorpsi cairan
sehingga fetus menjadi kering dan keras.
3. Maserasi fetus
Maserasi fetus sapi merupakan kondisi kematian fetus di dalam uterus setelah
terbentuknya tulang (pada sapi umur kebuntingan lebih dari 4 bulan) yang diikuti
oleh infeksi mikroorganisme sehingga fetus mengalami kehancuran.
3. Superfecundasi
Ovulasi dua atau lebih ovum dalam satu masa estrus. Kopulasi dengan dua atau
lebih jantan. Masing-masing ovum difertilisasi spermatozoa dari jantan yang
berlainan.
4. Superfetasi
Betina bunting kembali estrus dan kawin sehingga terjadi konsepsi kembali.
5. Pseudopregnancy
Sering terjadi pada anjing. Metestrus panjang, progesterone tinggi dan prolactin
tinggi sehingga mempengaruhi pregnancy behavior. Gejala klinis berupa adanya
produksi susu, anoreksia, nesting dan territorial aggression.
6. Wondering Ovum/embrio yang berkelana.
CLG terdapat di salah satu ovarium, tetapi embrio/fetus terdapat pada cornua uteri
yang bersebrangan. Kejadian pada sapi 1.5-2%.
7. Graviditas ekstra-uterina (ektopik)
Perkembangan ovum yang telah dibuahi terjadi di luar uterus. Macamnya ada:
graviditas ovarina, graviditas tubaria, graviditas vaginae, graviditas abdominalis.
8. Hidramnion (hydrops amnii)
Perbarahan dan obstruksi dari pembuluh darah sehingga terbentuk transudasi dan
pengumpulan cairan dalam ruang Allantois (Allanto chorion). Gejala klinis
berupa abdomen yang membesar, suhu tubuh tetap normal.
9. Abortus / keluron
Pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum
sanggup hidup. Abortus disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi fetus atau
placenta foetalis atau kedua-duanya. Abortus menyebabkan kehilangan fetus,
gangguan patologis pada uterus dan kemajiran untuk waktu yang lama. Pada
kasus abortus, fetus mati dalam uterus dan dikeluarkan dalam waktu 24-72 jam.
Penyebab abortus; bakteri, viral, jamur, protozoa, bahan kimia, sebab hormonal,
defisiensi nutrisi, gangguan firik dan lainnya.
Teknologi Reproduksi
Teknik Produksi
1. Semen sapi diencerkan-->dikemas dalam straw 0.25 ml (1 sapi kurang lebih 400
straw
1. Beberapa langsung dikemas, beberapa diekuilibrasi kemudian dikemas : karena
balai inseminasi ingin meminimalisir kualitas semen sebelum dimasukkan ke
dalam straw.
2. Pre freezing
3. Freezing
Koleksi semen
1. panjang rambut preputium = 2 cm
2. dimandikan sebelum koleksi
3. preputium dicuci menggunakan air yang layak minum atau NaCl 0.9%
4. jika mencuci menggunakan air perlu digunakan electronic vacuum cleaner-->
agar tidak terdapat air yang menempel dan masuk ke tabung koleksi.
Teknik pengenceran
print screen
Ekuilibrasi
Pre- freezing (9-10 menit) : slow freezing menggunakan mesin otomatik, rapid
freezing menggunakan styrofoam.
Pengujian PTM 24 jam setelah pembekuan dilakukan oleh 2 orang
berpengalaman. Orang yang mengevaluasi semen pertama kali tidak boleh
menguji di lab QC karena akan berlaku hukum perasaan saat semen sampai di QC
jelek. Min konsentrasi 20 juta per dosis, PTM 50% - di indon 25 juta PTM 40%.
hiperaktivasi sperma--> terdapat peningkatan siklik AMP secara natural biasanya
terjadi di uterus saat terjadi kapasitasi.
Manajemen Kebuntingan pada Sapi
In vivo
Saluran reproduksi dinilai menjelang kematangan organ reproduksi. Tahap ini
dikembangkan karena dapat mengukur pubertas pada sekelompok sapi dara secara
langsung. Skor nilai yang rendah terjadi apabila uterus dan ovarium tidak aktif atau
belum berkembang. Apabila dilakukan inseminasi buatan, kemungkinan
keberhasilannya cukup rendah. Perkembangan folikel ovarium dan ukuran organ
reproduksi yang dapat diraba menjadi dasar perkiraan pubertas secara subjekif. Sapi
siap berkembang biak dan memiliki ovarium yang matang mulai umur 5. Nilai
perskoran yang baik adalah 4 dan 5. Potensi distokia dikurangi dengan cara
mengukur area pelvis setiap tahun. Pengukuran dilakukan diantara umur ke-320 dan
410 hari sebelum kawin. Pengukuran luas pelvis berupa perkalian antara lebar dengan
tinggi pelvis menggunakan rice pelvimeter.
Vaginoskopi
Pemantauan kesehatan uterus dan aplikasi IB
Set alat terdiri dari: display terminal, alphavision, connectors, straw cutter,
speculum, kombicolor, armband, neckband, dan insemination gloves. Display
terminal dinyalakan dan disambungkan dengan connector. Alphavision merupakan
aplikasi yang digunakan. Spekulum dirakit kemudian bungkus dengan sanitary sheet.
Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, vulva dibersihkan. Spekulum dimasukan dan
biarkan sanitary sheet, pada display terminal akan terlihat dengan jelas seperi kondisi
cerviks, abnormalitas, infeksi dan peradangan, dan yang paling penting adalah dalam
mengambil keputusan untuk melakukan inseminasi buatan.
Metricheck
Persiapan untuk penggunaan Metricheck dalam mendeteksi kesehatan rahim
pada sapi dimulai dengan menyiapkan bahan dan alat. Bahan dan alat yang digunakan
adalah tall slender silinder, air, Nolvasan disinfectant solution, tissue, gloves, alkohol
70%, metricheck, termometer rektal. Larutan disinfektant disiapkan dengan
melarutkan ¾ air dan ¼ Nolvasan solution, kemudian metricheck ditempatkan di
dalam silinder dan aduk sampai homogen. Paper towel dicelupkan kedalam larutan
Novulsan kemudian angkat metricheck menggunakan paper towel, jangan sampai
metricheck tersentuh oleh tangan. Angkat bagian ekor ke samping sehingga vulva
terlihat. Bagian luar vulva dibersihkan dengan paper towel yang telah direndam pada
larutan novulsan dan keringkan. Metricheck dimasukkan secara perlahan ke dalam
vagina dengan 45o dan dimasukkan terus sampai mencapai batas ujung cerviks.
Kemudian metricheck dikeluarkan dengan sedikit menggoyangkan ke atas dan bawah
dan dikeluarkan dengan 30o sehingga terdapat discharge yang ikut keluar dan
menempel pada bagian hemisphere metricheck. Jika tidak didapatkan discharge maka
masukkan kembali metricheck dan coba goyangkan ke arah kiri dan kanan. Jika
sudah mendapatkan discharge yang cukup maka lakukan penilaian terhadap
discharge.
1. Smell score : 0-3 (no bad odor – very bad odor)
2. Endometritis scoring scheme : 0 tidak ada material pada discharge, 1/ 2
kemungkinan kebuntingan, 2 bisa juga pus, 3 merupakan indikasi
endometritis atau metritis. Jika ada tanda-tanda infeksi lakukan pengecekan
suhu pada sapi.
Palpasi Rektal
Palpasi per rektal memerlukan persiapan yang matang. Oeprator harus
mengenakan pelindung diri karena teknik ini dapat membahayakan operator pada
beberapa jenis sapi dan menjaga kebersihan untuk mencegah kontaminasi pada organ
reproduksi sapi. Alat dan bahan yang digunakan adalah pelindung diri (wear pack,
apron, sepatu kandang, sarung tangan plastik), pelicin (gel, sabun cair, air sabun), dan
sapi betina serta kandang jepit. Syarat saat melakukan palpasi rektal adalah memakali
alat pelindung diri (wear pack, apron, gloves, sepatu kandang), kuku jari harus
pendek dan tidak boleh tajam, tidak menggunakan aksesoris (jam tangan, cincin, dst),
rambut harus diikat, serta juntaian kerudung dimasukkan dalam baju. Teknik palpasi
rektal diawali dengan membasahi sarung tangan yang telah dipakai menggunakan air
sabun/ pelicin. Operator berdiri dengan kuda-kuda di samping sejajar sumbu tubuh
sapi. Tangan dimasukkan ke rektum dengan posisi dikuncupkan, memutar tangan
bolak-balik, dan memanfaakan bobot badan untuk menekan rektum dengan posisi
badan condong ke arah rektum. Feses dikeluarkan untuk mempermudah eksplorasi.
Eksplorasi organ dilakukan dengan meraba/ mengusap menggunakan telapak tangan
mulai dari dinding kanan, lantai, kemudian dinding kiri. Organ akan teraba seperti
gundukan dengan posisi tidur. Palpasi dilakukan berurutan mulai dari vagina, serviks,
corpus uteri, cornua uteri, ovarium, arteri uterine media, plasentom, dan fetus. Jika
rektum kontraksi terlalu keras maka dilakukan pemiajatan punggung sapi untuk
mengurangi kontraksi. Bila ditemukan balloning maka dilakukan gerakan mendorong
lubang rektum kedepan dengan telapak tangan menggenggam dan teknik gelitik jari
(menggelitik lipatan mukosa rektum dari arah depan ke belakang untuk mengurangi
balloning) sehingga terjadi relaksasi flatus.
Pengamatan Birahi : standing heat yang paling banyak terjadi adalah pukul 6 sore
sampai tengah malam. Waktu IB yang terbaik adalah 4-16 jam setelah birahi. Jika Ib
terlalu awal kondisi spermatozoa mengalami aging (penuaan).
Thawing semen beku harus benar dan tepat yaitu 36-38oC selama 15 detik sehingga
sudah melewati fase kristalisasi sehingga membran sperma tidak rusak dan tidak
terjadi kerusakan DNA.
Teknik IB pada domba secara intrauterin menggunakan laparoscope (kiri) dan IB gun
(kanan).
Manajemen Reproduksi pada Kuda
Breeding management
Siklus estrus pada kuda hampir sama dengan sapi yaitu 18-21 hari. Kuda tidak
mengalami siklus menstruasi melainkan siklus estrus, dengan ciri-ciri diam ketika
didekatkan dengan pejantan, winked vulva, urinasi, tidak seperti sapi 3A dan 3B,
pada kuda tidak terlalu kelihatan (bengkak, merah, suhu, lendir). Lama estrus pada
kuda rata-rata 5 hari dengan waktu perkawinan optimal mendekati ovulasi. Cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi birahi:
b. teasing dengan pejantan (menggunakan pejantan khusus untuk teaser).
j. menggunakan USG (palpasi perektal tidak umum dilakukan pada kuda).
Jika semua betina sedang birahi perlu pengecekan dengan USG untuk melihat dan
membandingkan mana betina yang perlu dikawinkan lebih dahulu (appropriate time)-
> tergantung bentuk dan ukuran folikel ovarium (betina yang dikawinkan betina
dengan diameter ovarium >5 cm dan pear shape).
Breeding season pada kuda pacu tidak berdasarkan climate melainkan berdasarkan
keinginan --> perlombaan kuda pacu setiap akhir bulan agustus, sehingga manajemen
breeding perlu diatur. Menggunakan metode USG karena efisiensi tinggi.
Kuda Betina memiliki tipe uterus bipartus (memiliki kornua tetapi tidak
sempurna). kuda pejantan/stallion harus memiiki breed atau keturunan yang baik,
konformitas tubuh yang baik, dewasa kelamin dan tubuh (>3tahun), morfologi alat
kelamin yang baik: stallion breeding soundness examination, kualitas seprma baik
(sperma kuda lebih encer dari sperma sapi tetapi volume lebih banyak.
Kebuntingan kuda sekitar 10-12 bulan tergantung kepada nutrisi dan exercise.
IB pada kuda
satu straw dilakukan pada appropriate time karena sperma akan mati selama 72 jam.
Penyuntikan LH padap kuda dilakukan 2x IV (karena mekanisme kerja short acting).
jika kuda memiliki stallion-like behaviour harus diantisipasi dengan melihat
pertumbuhan ambing -> berhubungan dengan perilaku motherhood, jika tidak
terdapat pertumbuhan ambing kuda biasanya tidak kuat secara psikologis untuk
merawat anaknya bahkan dapat berpotensi menyerang anaknya. jika kejadian ini
terjadi maka diantisipasi dengan nurture mandiri; pemberian susu (susu formula), oil
(untuk merangsang kontraksi saluran pencernaan mencegah kembung dan
terbentuknya kristal pada saluran pencernaan).
Restrain
Merupakan proses pengekangan sapi sesuai kaidah kesejahteraan hewan (animal
welfare) dimana proses ini membawa sapi ke posisi dimana ia tidak dapat bergerak
dibwah tekanan paling kecil. Metode untuk mengekang ternak termasuk
menggunakan Cattle Crush dan memasang tali pengikat.
Cattle Crush
Ukuran kandang jepit harus disesuaikan dengan ukuran panjang dan lebar badan sapi,
sapi tidak dapat loncat dan memutar di dalam kandang jepit, memiliki pengaman
untuk sapi lepas/kabur dan pengaman bagi pemeriksa sapi.
Risiko jika kandang jepit terlalu leluasa adalah sapi memaksakan untuk memutar
balik sehingga menyebabkan cedera.
Sapi aceh dan sapi bali merupakan 2 jenis sapi yang sangat agresif. maka dari
itu, untuk pemeriksaan sapi bali lebih baik digunakan kandang jepit koloni bukan
individu, karena sapi bali lebih nyaman jika bersama kelompoknya.
Model kandang jepit:
- built in (satu kesatuan kandang jepit), pengekang sudah terpasang dalam satu
kesatuan kandang jepit (buatan pabrik).
- kandang jepit modifikasi gangway : bahan pipa besi, kayu
- kandang jepit manual-> dibangun dan dibuat yang disesuaikan untuk pemeriksaan
lapangan. Prinsipnya hampir mirip dengan modifikasi gangway yaitu terdapat
penghalang pinggir, penghalang depan, dan penghalang belakang.
Leg restraint : Front leg hoppel -> gerakan sapi diminimalkan terutama pada kegiatan
palpasi per rektal.
Pengenkangan dengan tali: Reuff's method dikombinasikan dengan teknik head
restraint halter untuk mencegah sapi berjalan atau bergerak.
Penjelasan simpul Reuff's
2. simpul 1 dibagian cranial untuk menahan
7. simpul 2 dibagian persis dibelakang scapula untuk pengekangan ekstremitas depan
8. simpul 3 dibuat di depan tuber coxae dilingkarkan ke tubuh dan tali bagian bawah
tepat di depan ambing (tidak mengenai ambing) untuk restrain ekstremitas bagian
belakang.
Simpul harus kontralateral (jika simpul di kiri, maka arah jatuh ke kanan, dan
sebaliknya) untuk mengarahkan arah jatuh sapi dan sebagai fiksator agar sapi tetap
dalam keadaan rebah. Simpul yang berada di bawah akan tertahan pada badan sapi
kemungkinan tidak akan kendor namun berisiko kesulitan untuk mengendorkan
kembali simpul jika simpul ditemukan terlalu ketat.
Gangguan reproduksi yang membutuhkan restrain dengan menjatuhkan sapi
hanya torsio uteri. Pada kasus torsio uteri pemutaran sapi dipertimbangkan dari
keparahan torsio. pada bunting muda dan derajat keparahan rendah dilakukan
berlawanan arah karena pada umur kebuntingan muda masa uterus kecil dan rongga
uterus leluasa sehingga terdapat energi momentum sehingga uterus melakukan
putaran searah walaupun pemutaran sapi berlawanan arah.
Anastesi Epidural
Restrain secara kimiawi dapat dilakukan dengan memberikan anstesi epidural.
Anestesi epidural digunakan untuk mencegah/mengendalikan rasa sakit selama
operasi yang melibatkan ekor, anus, vulva, perineum, ambing, skrotum, dan tungkai
belakang bagian atas. Teknik ini termasuk teknik yang mudah, murah, dan efektif.
Pemberian anestesi epidural diantaranya dilakukan saat proses reposisi pada kasus
distokia dan saat operasi sesar. Selain itu, anastesi epidural juga dilakukan untuk
mereposisi prolaps vagina dan uterus, retropulsi fetus, retensi secundinae secara
manual, dan operasi penutupan rupture atau kerobekan vagina akibat traksi. Tujuan
anestesi epidural adalah meminimalkan rasa sakit pada hewan sesuai kaidah animal
welfare, higiene saat pemberian terapi (mencegah defekasi dan urinasi), memudahkan
operator, dan menahan kontraksi uterus guna memperkecil risiko injury. Selain itu,
anastesi epidural juga akan menyebabkanterhambatnya defekasi dan urinasi sehingga
tindakan yang dilakukan lebih lege artis.
Pubertas anjing umur 10-12 bulan (kisaran 6-24 bulan masih normal)
Anjing ras kecil mengalami pubertas lebih cepat.
Anjing mengalami monoestrus 1x estrus dalam satu siklus (4-13 bulan)
Siklus estrus anjing terdiri dari Proestrus, Estrus, Metesrus/Diestrus, dan Anesterus.
- Proestrus (9 hari)
Vulva bengkak, bloody discharge (menstruasi), sering urinasi, tail tucking
- Estrus (9 hari, ovulasi pada hari ke-2)
Discharge vagina menjadi coklat kemerahan, vulva melunak, ekor bergoyang
menarik pejantan untuk mengawini, diam dinaiki
- Metestrus/Diestrus (60 hari)
Vulva tidak bengkak, tidak menarik pejantan, menolak dikawini
- Anestrus (150 hari)
Ovarium inaktif, tidak ada perkembangan folikel.
Mating: terjadi saat masa estrus
- Jantan mounting tanpa adanya ereksi
- Setelah penetrasi, bulbus glandis jantan akan membesar
- Jantan dismount dan berbalik arah dengan keadaan bulbus penis tetap di dalam
vagina
- Terjadi ejakulasi
- Perkawinan berlangsung minimal 1 jam
Pada anjing oosit yang diovulasi adalah fase GV.
Waktu kebuntingan anjing tergantung kapan terjadinya perkawinan
- Early mating = waktu kebuntingan 68 hari
- Typical mating = waktu kebuntingan 63 hari
- Late mating = waktu kebuntingan 57 hari
Koleksi semen pada anjing untuk inseminasi buatan menggunakan metode masase.
Untuk melakukan inseminasi buatan pada anjing, perlu dilakukan pemeriksaan fase
estrus pada anjing betina. Beberapa cara untuk pemeriksaan fase estrus yaitu sitologi
vagina, endoskopi vagina, dan mengukur kadar progesteron.
IB pada anjing harus menggunakan prosedur bedah.
Breeding management:
- Sperma anjing bertahan hidup sampai 7 hari
- Ovum anjing bertahan sampai 72 jam
- Waktu yang baik untuk breeding: 4-6 hari setelah LH surge, 90% kornifikasi
Diagnosa kebuntingan:
- Palpasi abdomen
- Identifikasi detak jantung fetus menggunakan stetoskop setelah waktu
kebuntingan 25 hari
- Relaxin assay
- USG
- Radiografi
Tanda-tanda partus:
- 1st stage: restlessness, membangun nest
- 2nd stage: vaginal discharge, melahirkan fetus
- 3rd stage: pengeluaran plasenta
Pseudopregnancy dapat disebabkan penurunan hormon progesteron secara drastis
pada akhir fase diestrus. Penyebab penurunan hormon ini belum diketahui. Tidak ada
treatment untuk pseudopregnancy.
Untuk terjadi ovulasi, kucing betina perlu diinduksi melalui kopulasi. Penile spide
menginduksi ovulasi merangsang LH surge. Dibutuhkan minimal 4x kopulasi
untuk menghasilkan LH surge. Kucing bersifat polygamous dan dapat menghasilkan
50-150 kitten dalam 10 tahun. Kucing betina mengalami estrus pertama umur 5-9
bulan. Siklus estrus kucing berkisar 14-21 hari.
Terdapat 3 jalur dalam fase estrus kucing:
1. Proestrus Estrus Interestrus (bila tidak terjadi mating)
Kesulitan IB pada kucing adalah karena ovulasi pada kucing terjadi aspontan
harus distimulasi dengan kopulasi. Maka dari itu, dapat digunakan LH eksogenik
yaitu PMSG, hCG, dan eCG. Pada eCG injeksi tunggal cukup namun tingkat
keberhasilan rendah. Cara lain yaitu memberikan stimulasi pada vagina, biasanya
dilakukan sekitar 5 kali.
Indikasi IB pada kucing yaitu
- Kegagalan kawin pada kucing persia akibat libido rendah
- Sexually transmitted disease
- Pada spesies kucing liar yang hampir punah biasanya koleksi semen dengan
elektroejakulator dan keadaan jantan teranestesi.
Elektroejakulator digunakan karena volume semen yang dihasilkan kucing
sangat sedikit. Probe yang digunakan lebih kecil dibandingkan untuk hewan
ruminansia. Laporan terakhir dapat menggunakan kateter dengan menyedot semen
namun volume semen yang dapat terambil sedikit, namun konsentrasi kateter 1.5x
lebih pekat dibanding konsentrasi semen yang dikoleksi menggunakan
elektroejakulator.
Rute IB pada kucing dapat digunakan 2 cara yaitu; intravaginal dan intrauterine.
Dalam menentukan rute IB perlu pertimbangan volume, konsentrasi, dan jenis
sperma. Intravaginal memerlukan jumlah volume dan konsentrasi sperma yang tinggi
sehingga fresh semen lebih cocok. Sedangkan pada intrauterine dapat digunakan
frozen semen.
kalkun, dan kemudian menjepit kalkun dintara kedua paha. Kalkun memiliki berat
rata-rata yaitu 12 kilogram dengan target inseminasi dilakukan pada 1500 ekor
kalkun. Terdapat metode yang lebih modern untuk membantuk produktifitas
inseminator, yaitu menggunakan alat restrain kalkun khusus untuk inseminasi
(Gallicomfort®). Kalkun ditaruh pada papan restrain secara dorsoventral dan bagian
punggung di tahan. Selanjutnya inseminasi dilakukan dengan meletakkan tangan pada
ergonomic armrest.
Penggunaan teknologi inseminasi modern memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Meminimalisir human eror karena memudahkan inseminator untuk melakukan
inseminasi.
- Meningkatkan tingkat keberhasilan inseminasi.
- Animal well-being.
- Meminimalisir pergerakan ayam kalkun
Saat menginseminasi semen kalkun yang tidak diencerkan, konsentrasi sel sperma
yang tinggi memungkinkan 0,025 mL (kurang lebih 2 miliar spermatozoa) untuk
diinseminasi secara berkala selama 7-10 hari, hal tersebut dapat menghasilkan tingkat
fertilisasi yang optimal. Perilaku jongkok menandakan reseptifitas kalkun. Untuk
kesuburan maksimal, inseminasi dapat dimulai sebelum oviposisi awal pada kalkun.
Cara restrain kalkun dan inseminasi menggunakan Gallicomfort®
Hipofungsi Ovarium
Hipofungsi ovarium merupakan keadaan penurunan fungsi ovarium sehingga
tidak terdapat perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi yang disebabkan oleh
faktor nutrisi, genetik, rekondisi fungsi ovarium yang lama, dan respon suckling saat
menyusui. Gejala klinis dari penyakit ini adalah anestrus. Diagnosa dapat dilakukan
palpasi perektal yang akan menunjukkan ovarium yang licin tetapi ukuran tetap
normal. Diagnosa banding dari kasus ini adalah silent heat, sistik ovari, hipoplasi
ovari, dan CL persisten. Terapi yang diberikan adalah menginduksi pertumbuhan
folikel dengan GnRH, perbaikan pakan adn nutrisi, pemijatan ovarium lewat palpasi
perektal untuk meningkatkan aliran darah ovarium (mencegah ovarium atropi).
Prolapsus Uteri
Prolaps uteri merupakan kejadian keluarnya uterus dari vulva sehingga
membran mukosa terekspos ke lingkungan luar yang disebabkan oleh hipokalsemia,
distokia berkepanjangan, ukuran fetus terlampau besar, retensio sekundinarium,
paresis. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah anoreksia, peningkatan laju respirasi
dan frekuensi denyut jantung, nyeri abdomen, kelemahan, depresi, suhu subnormal,
anxiety, dan koma pada keadaan lanjut. Penanganan kasus ini adalah dengan
mereposisi uterus secara manual diawali dengan anastesi caudal epidural dan
melakukan jahitan pada vulva. Secara tradisional dapat diberikan gula pada uterus
supaya terjadi penyusutan ukuran akibat sifat hiperosmotik dari gula. Kasus tahap
awal jaringan yang keluar masih normal namun dalam beberapa saat dapat
menyebabkan kebengkakan dan edema.
Endometritis:
Endometritis merupakan peradangan pada lapisan endometrium disebabkan
infeksi akibat kontamminasi lingkungan, urin, kulit, maupun feses. Mikroba dapat
masuk ke dalam uterus karena perineum relaksasi, vulva dan cervix dilatasi pada saat
partus. Terbagi menjadi endometritis klinis dan subklinis. Gejala klinis: discharge
purulent/mucopurulent pada vagina. Keberadaan polymorphonuclear di dalam sampel
sitologi uterus. Diagnosa endometritis klinis adalah palpasi rektal, USG, vaginoscope,
metricheck, dan biopsi, sedangkan pada kasus endometritis subklinis dapat dilakuan
sitologi uterus. Hewan predisposisi terhadap endometritis adalah hewan yang
mengalami abortus, retensi sekundinarum, kelahiran kembar, distokia, dan perlukaan
pada saar partus. Terapi dengan pemberian antibiotik (intrauterin atau sistemik) dan
penyuntikan hormon prostglandin. Pencegahan: mencegah terjadinya peradangan
uterus dengan manajemen peternakan yang baik dan tingkat pemahaman
peternak.Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi kandang, prosedur penangan
kelahiran, pelaksaan IB yang aseptis, dan manjemen pakan.
Pyometra
Pyometra merupakan akumulasi purulent di dalam uterus.yang merupakan
lanjutan dari kasus endometritis kronis. Gejala klinis pada pyometra terbuka
munculnya discharge vagina berbau amis dan disertai nanah berwarna kekuningan/
kecoklatan/ kemerahan, lethargi, anorexia namun banyak minum, pucat. Sedamgkan
pada pyometra tertutup tidak ada discharge vagina, terlihat lemas, tidak mau makan,
demam, muntah, terkadang abdomen membesar seperti hewan bunting. Terapi
dengan operasi OH jika kasus terjadi pada hewan kecil dan obat-obatan. Tindakan
operasi OH pada hewan besar tidak dilakukanslaughter. Terapi menggunakan
antibiotik berspektrum luas, prostaglandin, dan collar. Pencegahan yang dilakukan
adalah melakukan spaying pada hewan kecil dan melakukan pengobatan segera jika
ditemukan tanda/ kasus endometritis.
Kista ovarium
Kista ovarium merupakan kelainan struktur pada ovarium berisi cairan dengan
brebagai ukuran dan menetap diluar masa proestrus dan estrus yang dapat terjadi
secara unilateral maupun bilateral. Terbagi menjadi kista folikel, kista luteal, dan
kista corpus luteal.
Kista folikel
- Ciri: berdinding tipis, terisi cairan, berdiameter >15 mm-25 tergantung pada
breed sapi. Sapi eksotik ukuran > 20 -25 mm. Sapi lokal > 15 mm.
- Gejala: nimfomania
- Terjadi karena produksi estrogen yang tinggi namun tidak didukung hormon FSH
dan LH. Akibatnya hewan tidak bunting walaupun sudah di IB. kadar progesteron
rendah karena tidak ada CL.
- Terapi pemberian GnRH atau hCG, terapi kombinasi CIDRintravaginal kemudian
diikuti GnRH, PIRD kombinasi dengan estradiol, dan GnRH dengan
Closprosteonol
Kista luteal
- Ciri: sulit dibedakan dengan kista folikel, namun dinding lebih tebal
- Terjadi karena saat terbentuk kista folikel bersamaan terjadi pelepasan LTH yang
tinggi menyebabkan terjadi proses luteinisasi sehinga terbentuk sel luteal pada
permukaan folikel.
- Gejala: anestrus
- Terapi: pemberian PGF2a
Kista korpus luteum
- Cavity corpus luteum yang tidak menutup sempurna sehingga menyebabkan
abnormalitas fisiologis corpus luteum yaitu tidak menghasilkan progesteron.
Kasus sapi betina yang terkena kista CL akan tetap mengalami siklus estrus
normal dan dapat terjadi kebuntingan.
- Gejala : Kematian Embrio tanpa disertai gangguan patologis organ reproduksi
sekitarnya dapat dicurigai kista CL
- Diferensial diagnosa : CL persisten. CL persisten dibedakan dengan adanya
kelainan patologis pada organ reproduksi sehingga menekan PGF 2 alpha
disekresikan uterus untuk melisiskan CL sebelum kelahiran.
- Terapi: pemberian PGF2a
Penyebab kista ovarium sangatlah kompleks karena berkaitan dengan keseimbangan
hormon. Kista biasanya terjadi pada sapi masa laktasi/ produksi susu tinggi, sapi yang
stress, dan mengalami endotoxicosis dari infeksi uterus.
Mumifikasi dan Maserasi Fetus
Mumifikasi fetus merupakan kematian fetus yang memiliki karakter adanya
kematian fetus tanpa adanya luteolisis dan dilatasi serviks. Fetus yang tertahan di
dalam uterus menyebabkan resorpsi cairan sehingga fetus menjadi kering dan keras.
Maserasi fetus merupakan kematian fetus atau aborsi yang tidak komplit setelah umur
kebuntingan lebih dari tiga bulan dengan adanya retensi masa tulang fetus pada
uterus. Maserasi fetus sapi merupakan kondisi kematian fetus di dalam uterus setelah
terbentuknya tulang yang diikuti oleh infeksi mikroorganisme sehingga fetus
mengalami kehancuran. Mummifikasi bersifat aseptis dan maserasi bersifat septis.
Beberapa faktor potensial yang menyebabkan mummifikasi yaitu: faktor infeksius
seperti Bovine Viral Diarrhea (BVD), leptospirosis, Neospora caninum; faktor
mekanis seperti kompresi dan/atau torsio umbilical corda, torsio uteri, kerusakan
plasenta, anomali genetik; faktor abnormalitas hormonal; dan faktor individu yaitu
adanya abnormalitas kromosom. Gejala klinis yang umumnya tampak bila terjadi
maserasi fetus yaitu terdapat vaginal discharge yang berbau busuk, dinding uterus
tebal ketika dilakukan palpasi rektal, teraba tulang-tulang fetus mengambang dalam
pus yang menimbulkan suara krepitasi pada saat dilakukan palpasi rektal. Differensial
diagnosa untuk mummifikasi fetus adalah penyakit lain yang menyebabkan aborsi
spontan. Terapi mumifikasi fetus dengan injeksi PGF 2alpha . Penanganan maserasi
fetus tidak berbeda jauh dengan kasus mumifikasi fetus. untuk memperbaiki kondisi
umum dan memerangi toksemia hewan itu diberikan cairan infus dan antibiotik.
Penanganan terbaik untuk kasus maserasi adaah dengan pemotongan atau afkir
hewan.
Catatan Tambahan:
- Dalam diagnosa retensio sekundinae harus dilihat berapa lama plasenta tertahan,
kemudian perlu diperiksa dengan palpasi intravaginal apakah masih terdapat
perlekatan karankula-kotiledon, jika tidak ada maka cukup ditarik.
- Tahapan pengobatan sesuai dengan waktunya
8 jam retensi : hormonal oksitosin/pgf
12 jam-24 jam : hormonal
>24-48 jam : manual removal, > 24jam : penyuluhan atau saran kepada
peternak terlebih dahulu untuk terapi hormonal, kecuali permintaan peternak.
- Karankula terasa licin jika masih bertautan dengan kotiledon, jika kasar
- Jumlah karankula >110 pada sapi betina
- Carancule uteri terbesar di 1/3 bagian depan atau apex cornua, di daerah tersebut
carancule saling berhimpitan sehingga plasenta terjepit sementara kontraksi tidak
terlalu kuat hambatan mekanis pada retensio plasenta
- Pengobatan : pemberian hormon oksitosisin untuk kontraksi uterus, PGF untuk
kontraksi uterus juga vasokontriksi pembuluh darah
Antibiotika intrauterin yang digunakan adalah dalam bentuk bolus, agar
antibiotika tertahan di dalam dan bekerja optimal. Antibiotika akan membentuk
foaming di dalam uterus.
- Manual removal harus lebih dari 24 jam potensi terjadinya infeksi sekunder
besar terutama dari urinasi dan defekasi sehingga pada teknik ini perlu dilakukan
anastesi epidural
- Ditemukannya CL dan anestrus terdapat beberapa kemungkinan CL periodikum,
sistk corpora luteal.
- Membedakan dengan Clperiodikum harus dilakukan pemeriksaan ulang 10-14
hari kemudian, CL periodikum akan menjadi CL fungsional dan sapi kembali
birahi. Umur CL 14 hari. Jika CL hilang dan muncul folikel baru namun tidak
estrus DF silent heat.
- Silent heat folikel penegangan uterus IB
- Jika cairan uterus keruh endometritis, pyometra tidak selalu diikuti CLP
namun jika terjadi gangguan pelepasan prostaglandin CLP
Jika kejadian infeksi uteri telah jauh melewati masa purpureum pengobatan
antibiotik hanya bisa melalui intrauterin tidak bisa IM.
Periode puerperium terjadi pada 0-60 hari ditambah 23 hari sehingga menjadi
sekitar 80 hari maksimal hingga 90 hari setelah partus. Masa days open antara 80-90
hari setelah partus. Masa laktasi bejalan selama 305 hari sejak partus kemudian
memasuki dry period atau periode kering kandang pada bulan ke 7 kebuntingan.
Critical period saat pedet dilahirkan adalah adanya kematian dini. Selain itu critical
period dapat terjadi tanpa kematian dini namun bobot badan sangat rendah saat akan
disapih sehingga pada saat disapih bobot sapi tidak mencapai standar. Umur sapi
pada saat sapih adalah 2-4 bulan dengan rata-rata 3 bulan. Program yearling 12-18
bulan, merupakan masa-masa sapi siap bunting. Pada masa ini, problem yang sering
terjadi adalah stunting. Betina siap untuk kawin harus memiliki bobot badan 275-280
kg. Sedangkan pada masa kebuntingan sampai partus masalah yang paling utama
adalah gangguan metabolik. Cattle Critical Periode Management Memastikan lahir
normal, mencegah diare, weaning on time, transisi monogastrik-ruminansia (paling
penting karena tidak hanya transisi namun kelengkapan komponen pencernaan yaitu
mikroba). Masa pubertas bobo badan harus mencapai 45-50% (250 kg) sedangkan
pada masa perkawinan 55% (275-280 kg). Bobot badan masa calving 82%, 2nd
calving 92%, dan 3rd calving telah mencapai 100%.
Masa transisi monogastrik-ruminansia pakan pedet creep Feeding. Praktik
creep feeding adalah praktik manajemen sederhana yang memungkinkan anak sapi
mendapat akses tanpa batas ke pakan tambahan saat mereka masih masa menyusu
(awal 3 minggu sampai weaning). Rumput untuk pedet di copper 5 cm.
Pakan Weaner mencegah kasus hairball karena pedet sering mengisap dan menjilat
menyebabkan tersumbatnya saluran pencernaan (pemberian mineral blcok).
Selanjutnya kepentingan pakan ini adalah meningkatkan proses mastikasi untuk
memaksimalkan fungsi enzim air liur. Penyapihan dilakukan pada umur 3-4 bulan.
Dilakukan pemisahan antara pedet jantan dan betina di kandang weaner. Pemisahan
dilakukan untuk mencegah kompetisi antara jantan dan betina, dimana jantan lebih
dominan, dalam memperoleh nutrisi. Sistem pakan yang baik adalah menyediakan
feedbank dengan posisi di bawah agar sapi bisa merunduk ke bawah karena
behaviour pakan sapi adalah grassing.
Sapi Yearling (12-18 bulan)
- Penempatan di kandang yearling tidak ada lagi mineral block karena tidak
ada lagi perilaku refleks menghisap dan menjilat.
- Pemisahan sapi jantan dan betina
- Pemberian pakan sesuai kebutuhan nutrisi
- Siap untuk kawin
Perbedaan sapi perah dan sapi potong adalah induk sapi perah akan diperah secara
intensif maka pedet akan ditaruh pada calf box. Situasi sebelum melahirkan harus
diimbangi dengan mencegah metabolic disorder karena mobilisasi nutrisi sangat
tinggi namun nafsu makan sapi menurun.