Anda di halaman 1dari 33

Pengenalan Alat Kelamin Betina

KELOMPOK 5 / GELOMBANG 4

Nama Anggota :

1. Afifuddin NIM : 1202101010146


2. Baida Murliana NIM : 1202101010084
3. Irfan Mahyidin NIM : 1202101010128
4. Iqbal NIM : 1202101010127
5. Kiky Moelviani NIM : 1202101010164
6. M.Arif Pratama Panjaitan NIM : 1202101010116
7. M.Ikhsan Rinaldi NIM : 1202101010064
8. Rozza Fitria NIM : 1202101010022
9. Zian Ulfaturriza NIM : 1202101010067

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini yang alhamdullillah
tepat pada waktunya yang berjudul Laporan Praktikum Embriologi.
Laporan ini berisikan tentang hasil pengamatan praktikum embriologi hewan tentang
Pengenalan Alat Kelamin Betina baik secara makro ataupun mikro. Diharapkan laporan ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang pengamatan yang telah dilakukan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir, semoga Allah S.W.T senantiasa selalu
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Banda Aceh, 11 April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh
tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak
dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa
kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung
baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan sistem
duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan
membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan
membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk.
Pada mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi berhubungan satu dengan
yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan sebuah seri dari ligamen-ligamen. Ovarium
menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Oviduk
berada di dalam lipatan mesosalpink, sedangkan mesosalpink melekat pada ligamen ovarium.
Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan gubernakulum testis.
Bagian ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri dari
uterus ke daerah inguinal.
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis
dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os
coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina
dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
1.2 Tujuan
Mahasiswa/i mengidentifikasi, mengetahui dan menentukan bentuk dan susunan organ
kelamin betina pada sapi atau kambing baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
1.3 Manfaat
Setelah praktikum dilakukan, diharapkan mahasiswa/i dapat mengidentifikasi, mengetahui
dan menjelaskan bentuk dan susunan organ kelamin betina pada sapi atau kambing baik secara
makroskopis maupun mikroskopis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Kelamin Betina
Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ovarium dan

hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba

fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. (Dellman, 1992).Secara anatomik alat

reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-saluran reproduksi, dan alat kelamin

luar (Partodiharjo,1992).

2.1 Organ kelamin primer

Ovarium

Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan besar

tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm,

dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram. Ovarium digantung oleh alat penggantung

mesovarium dan ligamentum utero ovarika (Hardjopranjoto, 1995). Ovarium tertinggal di dalam

cavum abdominalis. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan
sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina

estrogen dan progesterone (Santoso, 2009).

Ovarium merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan

menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Menurut Widayati et. al. (2008), ovarium

terletak di rongga perut, tidak turun seperti halnya testes dan berfungsi untuk menghasilkan sel

telur dan hormon, yaitu estrogen, progesteron, dan inhibin. Hal itu sesuai dengan pendapat Santoso

(2010), bahwa ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel

telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen

dan progesteron. Ovarium digantung oleh mesovarium dengan panjang 2 cm. Hal itu sesuai dengan

pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium

dan ligamentum utero ovarika.

Hardjopranjoto (1995), bahwa ukuran ovarium sapi adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1

sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram.

Ovum yang diovulasikan akan mengalami kematangan dengan tahapan folikel primer,

folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf (Widayati et al.,2008). Ovulasi terjadi karena

pecahnya folikel sehingga ovum keluar. Bekas ovum yang keluar berwarna merah disebut corpus

haemorrhagicum yang akan berkembang menjadi corpus luteum. Segera setelah ovulasi, rongga

folikel berisi cairan limfa dan darah, membentuk struktur yang disebut corpus haemorrhagicum

kemudian sel-sel granulosa berganda secara cepat membentuk corpus luteum (Frandson, 1992).

Ovum yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh ostium abdominale pada oviduct dan diarahkan

oleh fimbria masuk ke ampulla isthmic junction dan menunggu spermatozoa untuk pembuahan.

2.2 Organ kelamin primer

Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat proses

reproduksi. Oviduct terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan merupakan saluran kecil berkelok-

kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Oviduct sendiri terdiri dari tiga

bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada masing-masing bagian memiliki keunikan

tersendiri, seperti misalnya bagian infundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-

jumbai yang disebut fimbria. Bagian isthmus dengan ampula dibatasi oleh suatu ampulari ismic

junction yang berperan dalam pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan uterus adalah

uteri tubal junction.(Hafez, 1993)

Bagian ujung infudibulum membentuk suatu fimbria. Infudibulum ini nampaknya berperan

aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian atau keseluruhan ovari dan

mengarahkan ovum menuju kebukaan abdominal dari tuba uterin. Panjang tuba uterin (oviduct)

berkisar 25 cm (Frandson, 1992).

Ampula bagian cauda merupakan tempat terjadinya pembuahan. Dalam ampula aktivitas

silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi pada beberapa

spesies kontraksi otot juga berperan. Meskipun spermatozoa berkembang dalam saluran

reproduksi jantan, kemampuan membuahi pada hewan piaraan hanya dapat dicapai setelah

kapasitasi dalam tuba uterina (Dellman dan Brown, 1992). Pembuahan yaitu persatuan antara sel

telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct (Blakely dan Bade, 1991).

Tuba falopii (Oviduct) dibagi menjadi: infundibulum tubae yang mempunyai pintu ke

rongga abdominal disebut osteum tubae abdominale. Ampula tubae adalah tempat terjadi

pembuahan. Isthmus mempunyai rongga sempit dan berkelok-kelok serta sangat panjang.

Extremitas uterinae dengan osteum tubae uterinae yang bermuara pada kornua uteri. Pada osteum
ini terdapat benjolan-benjolan atau papilla yang disebut papilla uterinae, khususnya pada kuda

dan anjing memiliki jumlah yang besar (Hardjopranjoto, 1995).

Menurut Frandson (1992), oviduct yang berada dekat dengan ovarium adalah infundibulum

yang ujungnya berjumbai disebut fimbria. Infudibulum terletak didekat Ovarium yang berfungsi

menangkap folikel yang telah masak (ovum). Pergantungan oviduct disebut mesosalving.

Fungsi oviduct antara lain pertemuan ovum dengan spermatozoa atau tempat terjadinya

fertilisasi di bagian ampula. Blakely dan Bade (1991) berpendapat bahwa pembuahan yaitu

persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct. Transport ovum

yang telah dibuahi (zygot) menuju ke uterus. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown

(1992), bahwa dalam ampula aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan

ovum kearah isthmus, tetapi pada beberapa spesies kontraksi otot juga sangat berperan.

Uterus

Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang berbentuk buluh, berurat daging

licin, untuk menerima ova yang telah dibuahi atau embrio dari tuba falopii (Hardjopranjoto, 1995).

Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio)

(Dellman dan Brown, 1992). Fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan

motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus

juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran (Hunter, 1995).

Panjang corpus uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang cornua uteri

berkisar 35 sampai 40 cm (Frandson, 1992). Dinding uterus terdiri dari tiga lapis yaitu 1)

endometrium, 2) tunica muscularis atau miometrium, 3) tunica serosa atau perimetrium. Pada

ruminansia, terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut karankula. Karankula ini

banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown, 1992).
Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam

uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus (Frandson, 1992).

Miometrium merupakan lapisan di bawah endometrium, terdiri dari urat daging licin

melingkar (sirkuler) kuat disebelah dalam dan yang memanjang (longitudinal) disebelah luar.

Antara endometrium dan miometrium ada lapisan vascular, yang banyak ditemukan pembuluh

darah kapiler. Lapisan perimetrium atau lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding uterus

(Hardjopranjoto, 1995).

Uterus pada sapi,babi dan domba perbedaannya terletak pada ukurannya. Ukuran uterus

pada babi lebih panjang dibandingkan dengan sapi dan domba, sehingga babi dapat beranak lebih

banyak dalam sekali melahirkan. Menurut Hafez (1972) Sapi dan domba memiliki tipe uterus

bipartitus. dangkal tubuh rahim pada sapi dan domba tampak lebih besar daripada sebenarnya bisa

karena bagian-bagian ekor dari tanduk terikat bersama oleh ligamentum intercounal. Pada

ruminansia, tanduk uterus secara khusus berkembang dengan baik karena ini adalah di mana janin

berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk spiral. Pada sapi, spiral ini berbentuk

seperti cincin dan terdiri dari empat buah. Sedangkan pada Babi bentuknya seperti pembuka botol

(setengah spiral).

Menurut Lindsay et al., (1982), uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5

sampai 6 cm. Ukuran dan panjang bagian-bagian uterus tergantung dari umur dan jenis bangsa

hewan tersebut sedangkan menurut Frandson (1992) panjang corpus uteri yaitu berkisar antara 2

sampai 4 cm dan panjang cornu uteri berkisar 35 sampai 40 cm

Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan dua

tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti
juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Korpus (badan) uterus ukurannya

paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja.

Secara superficial, badan uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang

sebenarnya, karena bagian kaudal dari tanduk tergabung dengan ligamen interkornual (Frandson,

1992).

Seperti halnya kebanyakan organ internal yang menyerupai tabung, dinding uterin terdiri

dari suatu lapis membrane mukosa, suatu lapis otot intermediate, dan suatu lapis serosa bagian

luar, yaitu perimetrium (peritoneum) (Frandson, 1992).

Uterus berfungsi sebagai tempat implantasi embrio dan tempat tubuh serta berkembangnya

embrio. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1992), bahwa uterus merupakan

tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Selain itu uterus juga

berfungsi sebagai saluran yang dilewati spermatozoa menuju oviduct, dan berperan dalam proses

kelahiran. Hunter (1995) menyatakan bahwa fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada

saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya

kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat

kelahiran.

Apabila daerah cauda uteri disayat dan dilihat bagian dalamnya terdapat tonjolan tempat

implantasi mebrio yang disebut karankula. Hal itu sesuai dengan pendapat Frandson (1992),

bahwa karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan

dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus. Batas antara uterus

dan oviduct disebut utero tuba junction.

Serviks
Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan

rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna

melindungi masuknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing. Sfingter itu tetap

dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995)

Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika

kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus.

Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan

membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995).

Serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter antara 2 sampai

6,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut sebelah dalam (orificium uteri internum) bagian

belakangnya terdapat mulut sebelah luar (orificium uteri eksterna) atau sering disebut juga disebut

sebagai mulut vagina (orificium vaginae) (Hardjopranjoto, 1995).

Serviks adalah urat daging sphincter yang terletak diantara corpus uteri dan vagina. Fungsi

serviks yaitu menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad

renik (mikroorganisme) ke dalam uterus, dan untuk menyeleksi spermatozoa. Hal itu sesuai

dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviks merupakan suatu struktur yang

mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi

pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masukknya invasi bakteri maupun

masuknya bahan-bahan asing. Pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviks pada sapi

panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter antara 2 sampai 6,5 cm.

Lumen serviks selalu tertutup kecuali waktu birahi (estrus) dan melahirkan. Hardjopranjoto

(1995) menyatakan bahwa sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran.

Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa

saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran

dapat melaluinya pada saat kelahiran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjosubroto (1994)

bahwa perbedaan yang sering ditemukan antara sapi dara dengan sapi beranak adalah pada bagian

serviks, ukurannya menjadi lebih besar daripada sapi yang telah beberapa kali melahirkan.

Menurut Hafez (1972) struktur serviks berbeda secara rinci antara mamalia pertanian, dinding

ditandai dengan berbagai keunggulan. Pada ruminansia ini adalah dalam bentuk pegunungan

melintang atau spiral saling dikenal sebagai cincin melingkar, yang berkembang untuk berbagai

degress pada spesies yang berbeda. Mereka terutama menonjol dalam sapi (4 cincin) dan domba,

di mana mereka masuk ke dalam setiap dekat otherto serviks aman. Pada babi Betina, cincin ini

berada di pengaturan pembuka botol yang disesuaikan dengan memutar spiral ujung penis babi

hutan itu. Ovarium pada sapi, domba dan babi berbeda darri segi bentuknya. Bentuk ovarium sapi

dan domba berbentuk seperti kacang almond, sedangkan pada babi seperti anggur. Menurut Hafez

(1972) ovarium, tidak seperti testis, tetap dalam rongga perut. Ini performans kedua eksokrin dan

sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium spesies withnthe kedua dan tahap siklus

estrus. Pada sapi dan domba ovarium ini berbentuk almond. Pada babi ovarium menyerupai

sekelompok anggur, folikel nyata menonjol dan corpora lutea.

Vagina

Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus

(arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari

hewan jantan pada saat kopulasi (Frandson, 1992). Vagina merupakan buluh berotot yang

menjulur dari serviks sampai vestibulum (Dellman dan Brown, 1992).

Vulva
Organ reproduksi bagian luar hewan betina terdiri atas vulva dan klistoris. Vulva terdiri

dari atas Labia mayora dan labia minora. Labia mayora berwarna hitam dan tertutupi oleh rambut.

Labia mayora merupakan bagian terluar dari vulva. Sedangkan bagian dalam vulva yang tidak

terdapat rambut yaitu labia minora. (Bearden and Fuquay, 1997).

Klitoris

Alat reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung syaraf perasa. Syaraf perasa memegang

peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris terdiri dari korpora kavernosa klitoridis yang

bersifat erektil, glans klitoridis yang rudimenter dan praeputium klitoridis. (Dellmann, 1992).

Antara labia di bagian ventral tepat di sebelah dalam lubang ureter terdapat klitoris.

Klitoris merupakan lubang kecil setelah vulva. Menurut Bearden and Fuquay (1997), Klitoris

berhomolog dengan gland penis pada hewan jantan, berlokasi pada sisi ventral, sekitar 1 cm di

dalam labia. Clitoris mengandung erectile tissue sehingga dapat berereksi, juga dapat mengandung

ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris bereaksi

pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus

pada kebanyakan spesies.

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
- Bak allumunium
- Pinset
- Mikroskop
- Cover glass
- Objek glass
- Scalpel
3.1.2 Bahan :
- Organ kelamin sapi
- Air
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Secara Makroskopis
1. Preparat organ kelamin betina pada sapi dan kambing yang sudah diformalinkan
dikeluarkan dari toples dan dimasukkan ke dalam bak allumunium.
2. Perhatikan penjelasan asisten masing-masing kelompok.
3. Amati bentuk dan susunan dari organ kelamin betina baik pada sapi atau kambing.
4. Lakukanlah pengamatan pada masing-masing organ, sebutkan secara berurutan dari dalam ke
luar atau dari luar ke dalam, secara bergantian.
5. Setelah itu, gambarkanlah hasil pengamatannya.
3.2.2 Secara Mikroskopis
1. Ambillah preparat awetan dari ovarium, oviduk dan uterus.
2. Nyalakanlah mikroskop dan atur pencahayaannya, lalu letakkan masing-masing preparat secara
bergantian di atas meja preparat pada mikroskop.
3. Perhatikan penjelasan asisten.
4. Amatilah preparat tersebut beserta bagian-bagiannya.
5. Gambarkanlah hasil penglihatan pada mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Secara Makroskopis
4.1.2 Secara Mikroskopis
Pengamatan Mikroskopis Alat Kelamin Betina

Dari pengamatan mikroskopis, kita dapat melihat bagian-bagian dari sel ovarium, sel

oviduk dan sel uterus.

a. Sel Ovarium
Pada preparat Ovarium, bisa di amati perkembangan folikel mulai dari :

1. Folikel Premodial merupakan folikel yang akan tumbuh menjadi folikel primer yang berada pada

bagian tepi sel. Folikel primordial terdiri dari oosit primer yang dikelilingi oleh selapis sel-sel

folikel pipih.

2. Folikel Primer merupakan folikel yang telah memasuki siklus dan di bawah pengaruh hormon

FSH dari hipofisa terjadi proses pertumbuhan. Pada folikel primer oosit dikelilingi oleh selapis

sel-sel folikel kubus.

3. Folikel Sekunder ditandai dengan oosit yang dikelilingi oleh dua atau lebih lapisan sel-

sel folikel kubus.

4. Folikel Tersier ditandai dengan terbentuknya beberapa rongga yang disebut vakuola call exner.

5. folikel de graff hanya ada satu rongga besar yang disebut antrum follikuli yang berisi cairan

yang disebut liquor follikuli.

Sel-sel folikel yang berbentuk kubus disebut juga sel-sel granulosa, sel-sel granulosa yang

mengelilingi oosit primer pada folikel de Graaf disebut korona radiata, sel-sel granulosa

berbentuk agak kolumnar. Mulai dari folikel sekunder hingga folikel de Graaf, antara oosit

primer dan korona radiata terdapat satu lapisan yang merupakan cairan (glikoprotein) yang disebut

zona pellusida. Di luar lapisan sel-sel granulose terdapat stroma yang disebut theka interna dan

theka eksterna. Theka interna terdiri dari sel-sel yang berfungsi untuk menghasilkan hormon

steroid. Sel-sel tersebut berbentuk kubus. Theka interna banyak mengandung pembuluh

darah. Theka eksterna terutama terdiri dari jaringan ikat longgar.

Folikel de Graaf mengalami ovulasi dan membentuk korpus luteum. Korpus

luteum terdiri dari sel-sel lutein. Sel-sel ini berasal dari sel-sel granulose dan sel-sel theka
interna. Sel-sel ini setelah ovulasi tidak membelah tetapi bertambah volumenya dan menjadi sel-

sel granulosa lutein. Sitoplasma sel-sel lutein banyak mengandung tetesan lipid dalam

sitoplasmanya dan pigmen yang larut dalam lipid yang disebut lipokrom yang berwarna

kuning, sehingga sel-sel lutein berwarna kuning. Sel-sel theka interna menjadi sel-sel theka

lutein, sel-sel ini sama dengan sel-sel theka pada folikel de Graaf, tetapi sel-sel ini berukuran

lebih kecil dan berwarna gelap.

Korpus luteum adalah massa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk oleh

sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya. Dalam rahim, korpus luteum

akan menghasilkan hormon progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik

(fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada

keadaan yang optimal jika terjadi implantasi..

b. Sel Oviduk

Tiga segmen oviduk dapat dibedakan menjadi infundibulum, ampula, isthmus.Epitel tuba

uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak lapis dengan silia aktif. Baik sel tipe bersilia

maupun tidak bersilia dilengkapi dengan mikrovili.

Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa karena lamina muskularis mukosa

tidak ada. Pada tuba uterina, propia submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak
sel plasma, sel mast dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa submukosa pada ampula membuat

lipatan tinggi terutama pada babi dan kuda betina.

Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan

miring. Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Pada infundubulum dan

ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar. Tunika serosa ada

dan terdiri dari jaringan mengandung pembuluh darah dan saraf. pembuluh-pembuluh darah itu

akan melebar pada saat ovulasi. Fertilisasi berlangsung pada perbatasan antara ampulla dan

isthmus.

c. Sel Uterus

Uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio.

Dinding uterus terdiri dari:

(1) mukosa-submukosa atau endometrium, terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam

bangun dan fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi

sebagian atau seluruhnya selama masa reproduksi, estrus. Suatu lapis tipis, zona basalis tetap

bertahan sepanjang daur. Zona fungsionalis. Epitel permukaannya berbentuk silinder sebaris pada
kuda, anjing. Bagian superfisial terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung banyak

pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas, makrofag dan sel mast.

(2) tunika muskularis atau miometrium, terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya

tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang dapat

meningkatkan jumlah serta ukuran selama kebuntingan. Diantara kedua lapis tersebut terdapat

lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh tersebut

dapat memberikan darah pada endometrium.

(3) tunika serosa atau perimetrium, , terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh

mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah,

pembuluh limfe dan saraf pada lapisan perimetrium ini.

2. Pengamatan Makroskopis Alat Kelamin Betina

Pada pengamatan makroskopis alat kelamin betina sapi atau kambing terdiri dari:

1. Ovarium

Ovarium merupakan badan berbentuk amandel dengan diameter hingga 5 cm, lebar 1,5-3 cm dan

tebal 0,6 – 1,5 cm. Ovarium meliputi bagian korteks dan medulla. Bagian korteks mengandung

jaringan ikat longgar dan folikel-folikel yang berkembang. Bagian medulla mengandung jaringan

ikat padat, pembuluh darah. Jaringan ikatnya berhubungan dengan jaringan ikat pada

mesovarium. Folikel-folikel yang berkembang meliputi folikel primordial, folikel primer, folikel

sekunder, folikel tersier dan folikel de Graaf.

2. Oviduk

Tuba fallopii atau oviduct atau tuba uterine merupakan suatu saluran muskulo membranosa

yang mobilitasnya besar, panjang sekitar 12 cm. Salah satu ujungnya bermuara pada rongga

peritoneum dan ujung yang lain bermuara ke dalam uterus. Tuba fallopii dibagi menjadi 4 segmen
yang meliputi bagian yang berbatasan dengan uterus, isthmus, ampula dan infundibulum.

Infundibulum dilengkapi dengan jumbai-jumbai yang disebut fimbriae.

3. Uterus

a. Caput uteri

b. Corpus uteri

c. Cervix uteri

Cervix uterus berbeda dengan bagian uterus yang lain. Cervix merupakan bagian bawah uterus

yang berbentuk silindris, mempunyai sedikit serabut-serabut otot dan banyak jaringan ikat.

Mukosa cervix tidak mengalami perubahan selama menstruasi. Mukosa cervix mempunyai

kelenjar-kelenjar yang sangat bercabang-cabang, dan kelenjar tersebut sedikit mengalami

perubahan selama menstruasi. Selama kehamilan kelenjar tersebut mengalami proliferasi dan

mengsekresi lebih banyak mucus yang kental. Permukaan luar cerviks menonjol ke dalam vagina

dan dibatasi oleh epitel berlapis pipih.

4. Vagina

Dinding vagina tidak mempunyai kelenjar dan mempunyai 3 lapisan yaitu lapisan mukosa,

lapisan muskularis dan lapisan fibrosa. Dalam lumen vagina terdapat mucus yang berasal dari

cervix uterus.

Lapisan mukosa terdiri dari lapisan epitel berlapis pipih dengan tebal 150 – 200

um. Lamina propria terdiri jaringan ikat longgar yang sangat kaya serabut-serabut elastih. Di

antara sel-sel jaringan ikat, terdapat limfosit dan neutrofil dalam jumlah relatif banyak. Selama

fase menstruasi, kedua jenis lekosit itu menginvasi lapisan epitel dan masuk ke dalam lumen

vagina. Lamina propria tidak mengandung kelenjar, tetapi menunjukkan banyak pembuluh darah

yang merupakan sumber cairan yang merembes melalui lapisan epitel selama rangsangan seksual.
Lapisan muskularis vagina terutama terdiri atas berkas-berkas longitudinal serabut otot

polos. Terdapat sedikit berkas sirkuler, khususnya pada bagian paling dalam (dekat mukosa). Di

luar lapisan muskularis terdapat selubung jaringan ikat padat, lapisan adventisia yang kaya

serabut-serabut elastin tebal. Dalam jaringan ikat ini terdapat pleksus-pleksus vena , berkas-

berkas saraf dan kelompokan sel-sel saraf.

5. Vulva

6. Labium major

Labium major merupakan lipatan kulit yang banyak mengandung jaringan lemak dan

lapisan otot polos yang tipis. Permukaan dalamnya mempunyai struktur histologis yang sama

dengan labia minora. Permukaan luarnya diliputi oleh kulit dan rambut yang kasar dan

keriting. Terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat pada kedua permukaannya.

7. Labium minor

Labium minor merupakan lipatan kulit yang mengandung serabut-serabut elastin dan

dibatasi oleh epitel berlapis pipih. Pada sel-sel epitelnya terdapat sel-sel yang menghasilkan

melanin dan mempunyai lapisan tanduk yang tipis, kelenjar-kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

terdapat pada kedua permukaannya.

BAB V
KESIMPULAN
Organ reproduksi pada betina terbagi atas tiga yaitu organ kelamin primer yaitu ovarium
(di dalamnya terdapat folikel dan corpus luteum), saluran reproduksi yaitu oviduct (tuba fallopii),
uterus, cervix dan vagina, serta organ kelamin luar yaitu vulva dan klitoris.
Ovarium berfungsi ganda, yaitu sebagai eksokrin dan endokrin. Eksokrin karena
menghasilkan ovum atau sel telur, sebagai endokrin karena menghasilkan hormon esterogen dan
progesterone.
Oviduk mempunyai fungsi sebagai tempat penampungan sperma, penyaluran sel telur
masuk ke dalam uterus, tempat pembuahan, tempat kapasitasi spermatozoa dan pembelahan awal
dari zigot.
Merupakan organ yang berfungsi sebagai tempat perkembangan spermatozoa.
Penggantung dari uterus disebut ligamentum lata uteri.
Vagina berfungsi sebagai tempat penumpahan semen ketika kopulasi. Pada organ kelamin
luar terdiri dari vulva (labia mayor dan labia minor) dan klitoris.
Pada hewan besar, pengetahuan tentang makrokopis dan mikrokopis sangat penting guna
menentukan diagnosa terhadap kelainan kelenjar di ovarium melalui hormon-hormon yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brown. 1992. Buku Teks Histology Veteriner. UI Press, Jakarta
Embriologi, Staf Pengajar. 2013. Penuntun Praktikum Embriologi. Aceh : FKH UNSYIAH.
Frandson. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Histologi, Staf Pengajar. 2010. Buku Ajar Embriologi. Aceh : FKH UNSYIAH.
http://iqbalali.com/biologi/sistem_reproduksi.dtml. Diakses pada tanggal 11 april 2013.
Mozez. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI Press, Jakarta. Nuryadi. 2010.
Serviks dan klitoris . http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap3.html. Diakses pada
tanggal 11 april 2013.
Partodiharjo,S. 1980. Ilmu Reproduksi Ternak. Prduksi Mutiara. Jakarta.
Partidihardjo, Soebadi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
PENGENALAN ALAT KELAMIN BETINA

Asisten : Yandi Syahputra


Disusun Oleh :
Alfian (1302101010005)
Almira Dewi (1302101010117)
Dara Aftika Nasution (1302101010083)
Eva Juwita (1302101010072)
Lisa Sya’baniar (1302101010161)
Mahfur Zurahman (1302101010148)
Maulana (1302101010009)
Nanda Balia Tarmizi (1302101010123)
Syafriza Harliyanda (1302101010021)
Viola Erian (1302101010061)

LABORATORIUM HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat serta
karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini yang alhamdullillah
tepat pada waktunya yang berjudul Laporan Praktikum Embriologi.
Laporan ini berisikan tentang hasil pengamatan praktikum embriologi hewan tentang
Organ reproduksi betina. Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang pengamatan yang telah dilakukan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir, semoga Allah S.W.T senantiasa selalu
meridhoi segala usaha kita. Amin.

Banda Aceh, 20 Mei 2014

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................1
1.3 Manfaat ...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................5
3.1 Hasil .........................................................................................................5
3.2 Pembahasan..............................................................................................8
BAB IV PENUTUP................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.............................................................................................11
4.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki
kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat
mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis itu dapat
dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis hewan memiliki cara
reproduksi yang berbeda satu sama lain. Reproduksi hewan dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif terjadi tanpa peleburan sel
kelamin jantan dan betina dan terjadi pada hewan tingkat rendah atau avertebrata.
Perkembangbiakan generatif umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau vertebrata.
Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dan ditandai
oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi). Alat reproduksi hewan pada dasarnya terdiri atas
sel kelamin dan alat kelamin

1.2 TUJUAN
Untuk mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan dan betina secara
makroskopis dan mikroskopis.

1.3 MANFAAT
1. Mahasiswa mampu mengamati struktur anatomi sistem reproduksi jantan dan betina baik secara
makroskopis maupun mikroskopi.
2. Mahasiswa mengetahui organ yang menyusun sistem reproduksi beserta fungsinya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gonad atau ovarium, merupakan bagian alat kelamin yang utama, ovarium menghasilkan
telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali disebut induk telur, indung telur atau ada
pula yang menyebutnya pengarang telur. Perkembangan ovarium pada masa reproduksi diatur oleh
hormon-hormon yang berasal dari kelenjar hifofisa yang terdapat di dasar otak dalam kepala.
Bentuk ovarium berbeda menurut spesies hewan (Frandson, 1986).
Oviduct (Tuba Fallopi) yang juga disebut tuba uterine adalah saluran yang berpasangan
dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari ovarium menuju tanduk uterus, dan juga
merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa (Frandson, 1986). Tuba uterina bersifat
bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan
menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Tiga segmen oviduk dapat dibedakan menjadi
infundibulum, ampula, isthmus. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil kira-kira mulai dari
bagian pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan cornua uteri (Nuryadi,
2010).
Uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio.
Dinding uterus terdiri dari (Brown, 1992). Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen.
Uterus memilki lapisan diantaranya yaitu endometrium, miometrium, dan perimetrium.
Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10
cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina
yang berdinding tipis. Fungsi utama menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemunghkinan
untuk masuknya jazad mikroskopik maupun makroskopik ke dalam uterus dalam proses birahi,
dengan mengsekresikan mukosa yang melewati vulva, membantu saat proses kebuntingan dengan
mampu menutup dengan ketat dengan satu sumbat dari lender. Pada waktu melahirkan, Serviks
akan berfungsi melebar yang memungkinkan fetus beserta selaputnya mudah melewatinya
(Salisbury, 1985).

2
Vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan
saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ
repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina. Sel
epitel berada dinding vagina yang berada dekat Serviks terdiri dari lapisan jajaran sel sel
penghasil lendir dan sel epitel tipis (Partohardjo, 1980).
Vulva (pudendum femininum) adalah bagianeksternal darigenetalia betina yang terentang
dari vagina sampai ke bagian yang palingluar. Pertautan antara vagina dan vulva ditandai olehorifis
uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi cranial terhadap orifis uretral
eksternal yaitu himen vestigal. Seringkalihymen tersebut demikian rapat hingga mempengaruhi
kopulasi (Frandson, 1992).
Clitoris homolog dengan gland penis pada hewan jantan, berlekasipada sisi ventral.
Clitoris mengandungerectile tissue sehingga dapatberereksi. Juga banyak mengandung ujung
syaraf perasa, syaraf inimemegang peranan penting pada waktu kopulasi.Clitoris bereaksi pada
hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus
pada kebanyakan spesies (Widayatiet all.,2008).
Secara Mikroskopis
Ovarium yaitu organ betina yang homolog dengan testis padahewan jantan, berada didalam
rongga rongga tubuh didekat ginjal dantidak mengalami pergeseran atau perubahan tempat seperti
pada testis.Ova (telur), yang bila dibuahi oleh spermatozoa pejantan akan menjadi embrio, ada
pada saat lahir. (Blakely and Bade, 1991).
Ovarium digantung oleh suatu ligamentum yang luas (broad ligamentum ) yang banyak
terdapat syaraf-syaraf dan pembuluh darahyang berfungsi memberi suplai zat-zat makanan yang
diperlukan olehovarium dan saluran reproduksi. Ligamentum yang menggantung ovariumdisebut
mesovarium (Widayati et al., 2008).
Oviduct terdapat sepasang di kanan dan kiri, digantung olehligamentum mesosalpink,
merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk
uterus. Merupakan saluran yang menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus (Widayati
et all.,2008)

3
Lumenoviduct dibatasi oleh membrana mukosa yang sangat berlipat-lipat. Sel
epithelium yang membatasi lumen berbentukkolumner kompleks dan bersilia. Silia tersebut
bergerak menjauhi ovarium, menciptakan suatu gelombang alliran di dalamoviduct kearah uterus.
Pada semua mamalia kecuali pada primata selalu didapati silia danbersifat fungsional sepanjang
kehidupan reproduksinya (Nalbandov,1990).
Uterus adalah suatu saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum yang telah
dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus dans tadium permulaan ekspulasi pada waktu kelahiran.
Uterus terdiri dari cornua, corpus dan cervix (Feradis, 2010).
Uterus biasanya memiliki dua buah tanduk dan sebuah tubuh.Seluruh organ tersebut
melekat pada dinding pinggul dan dinding perutdengan perantaraan
ligamentum uterus yang melebar (ligamentum lata uteri). Melalui ligament inilah uterus menerima
suplai darah dan syaraf.Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligament uterus
yangmelingkar (ligamentum teres uteri)
(Nalbandov, 1990).
Di kutip dari Jurnal. Folikel yang dipilih sebagai sumber granulosa adalah folikel
permukaan ovarium yang diduga berada pada fase folikel sekunder dengan diameter ≥2mm. Hasil
Penelitian Siregar (2006) menunjukan sel granulosa mengekspresikan inhibin. Dari peenelitian
yang dilakukan Siregar et al. (2005-2006) diyakini, hasil penelitiannya dapat dikembangkan untuk
produksi anti bodi monoclonal terhadap inhibin dengan kontinuitas kualitas yang terjaga melalui
produksi hibridoma yang mengekspresikan Mab-inhibin.
Pada penelitian ini, koleksi oosit dilakukan dengan metode aspirasi. Pemisahan oosit
dengan sel granulosa dilakukan dengan pengaturan penekanan pipet Pasteur yang dilihat dibawah
mikroskop. Dari oosit tersebut akan diperoleh sel-sel granulosa yang telah terpisah.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengamatan Mikroskopis Alat Kelamin Betina
Dari pengamatan mikroskopis, kita dapat melihat bagian-bagian dari sel ovarium, sel
oviduk dan sel uterus.
a. Sel Ovarium

Pada preparat Ovarium, bisa di amati perkembangan folikel mulai dari :


1. Folikel Premodial merupakan folikel yang akan tumbuh menjadi folikel primer yang berada pada
bagian tepi sel. Folikel primordial terdiri dari oosit primer yang dikelilingi oleh selapis sel-sel
folikel pipih.
2. Folikel Primer merupakan folikel yang telah memasuki siklus dan di bawah pengaruh hormon FSH
dari hipofisa terjadi proses pertumbuhan. Pada folikel primer oosit dikelilingi oleh selapis sel-sel
folikel kubus.
3. Folikel Sekunder ditandai dengan oosit yang dikelilingi oleh dua atau lebih lapisan sel-sel folikel
kubus.
4. Folikel Tersier ditandai dengan terbentuknya beberapa rongga yang disebut vakuola call exner.
5. folikel de graff hanya ada satu rongga besar yang disebut antrum follikuli yang berisi cairan yang
disebut liquor follikuli.
5
Sel-sel folikel yang berbentuk kubus disebut juga sel-sel granulosa, sel-sel granulosa yang
mengelilingi oosit primer pada folikel de Graaf disebut korona radiata, sel-sel granulosa
berbentuk agak kolumnar. Mulai dari folikel sekunder hingga folikel de Graaf, antara oosit
primer dan korona radiata terdapat satu lapisan yang merupakan cairan (glikoprotein) yang disebut
zona pellusida. Di luar lapisan sel-sel granulose terdapat stroma yang disebut theka interna dan
theka eksterna. Theka interna terdiri dari sel-sel yang berfungsi untuk menghasilkan hormon
steroid. Sel-sel tersebut berbentuk kubus. Theka interna banyak mengandung pembuluh
darah. Theka eksterna terutama terdiri dari jaringan ikat longgar.
Folikel de Graaf mengalami ovulasi dan membentuk korpus luteum. Korpus
luteum terdiri dari sel-sel lutein.
Sel-sel ini berasal dari sel-sel granulose dan sel-sel theka interna. Sel-sel ini setelah
ovulasi tidak membelah tetapi bertambah volumenya dan menjadi sel-sel granulosa
lutein. Sitoplasma sel-sel lutein banyak mengandung tetesan lipid dalam sitoplasmanya dan
pigmen yang larut dalam lipid yang disebut lipokrom yang berwarna kuning, sehingga sel-sel
lutein berwarna kuning. Sel-sel theka interna menjadi sel-sel theka lutein, sel-sel ini sama dengan
sel-sel theka pada folikel de Graaf, tetapi sel-sel ini berukuran lebih kecil dan berwarna gelap.
Korpus luteum adalah massa jaringan kuning di dalam ovarium yang dibentuk oleh
sebuah folikel yang telah masak dan mengeluarkan ovumnya. Dalam rahim, korpus luteum akan
menghasilkan hormon progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase
sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan
yang optimal jika terjadi implantasi..

6
b. Sel Oviduk

Tiga segmen oviduk dapat dibedakan menjadi infundibulum, ampula, isthmus.Epitel tuba
uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak lapis dengan silia aktif. Baik sel tipe bersilia
maupun tidak bersilia dilengkapi dengan mikrovili.
Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa karena lamina muskularis mukosa
tidak ada. Pada tuba uterina, propia submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak
sel plasma, sel mast dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa submukosa pada ampula membuat
lipatan tinggi terutama pada babi dan kuda betina.
Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan
miring. Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Pada infundubulum dan
ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar. Tunika serosa ada
dan terdiri dari jaringan mengandung pembuluh darah dan saraf. pembuluh-pembuluh darah itu
akan melebar pada saat ovulasi. Fertilisasi berlangsung pada perbatasan antara ampulla dan
isthmus.

7
c. Sel Uterus

Uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio.
Dinding uterus terdiri dari:
(1) Mukosa-submukosa atau endometrium, terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun dan
fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau
seluruhnya selama masa reproduksi, estrus. Suatu lapis tipis, zona basalis tetap bertahan sepanjang
daur. Zona fungsionalis. Epitel permukaannya berbentuk silinder sebaris pada kuda, anjing. Bagian
superfisial terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel
jaringan ikat seperti fibroblas, makrofag dan sel mast.
(2) Tunika muskularis atau miometrium, terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun
melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang dapat meningkatkan
jumlah serta ukuran selama kebuntingan. Diantara kedua lapis tersebut terdapat lapis vaskular yang
mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh tersebut dapat memberikan darah
pada endometrium.
(3) Tunika serosa atau perimetrium, , terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau
peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh
limfe dan saraf pada lapisan perimetrium ini.

8
3.2 Pengamatan Makroskopis Alat Kelamin Betina
Pada pengamatan makroskopis alat kelamin betina sapi atau kambing terdiri dari:
1. Ovarium
Ovarium merupakan badan berbentuk amandel dengan diameter hingga 5 cm, lebar 1,5-3
cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm. Ovarium meliputi bagian korteks dan medulla. Bagian
korteks mengandung jaringan ikat longgar dan folikel-folikel yang berkembang. Bagian medulla
mengandung jaringan ikat padat, pembuluh darah. Jaringan ikatnya berhubungan dengan
jaringan ikat pada mesovarium. Folikel-folikel yang berkembang meliputi folikel primordial,
folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de Graaf.
2. Oviduk
Tuba fallopii atau oviduct atau tuba uterine merupakan suatu saluran muskulo membranosa
yang mobilitasnya besar, panjang sekitar 12 cm. Salah satu ujungnya bermuara pada rongga
peritoneum dan ujung yang lain bermuara ke dalam uterus. Tuba fallopii dibagi menjadi 4 segmen
yang meliputi bagian yang berbatasan dengan uterus, isthmus, ampula dan infundibulum.
Infundibulum dilengkapi dengan jumbai-jumbai yang disebut fimbriae.

3. Uterus
Uterus terbagi atas tiga bagian, yaitu:
a. Caput uteri
b. Corpus uteri
c. Cervix uteri
Cervix uterus berbeda dengan bagian uterus yang lain. Cervix merupakan bagian bawah
uterus yang berbentuk silindris, mempunyai sedikit serabut-serabut otot dan banyak jaringan ikat.
Mukosa cervix tidak mengalami perubahan selama menstruasi. Mukosa cervix mempunyai
kelenjar-kelenjar yang sangat bercabang-cabang, dan kelenjar tersebut sedikit mengalami
perubahan selama menstruasi. Selama kehamilan kelenjar tersebut mengalami proliferasi dan
mengsekresi lebih banyak mucus yang kental. Permukaan luar cerviks menonjol ke dalam vagina
dan dibatasi oleh epitel berlapis pipih.

9
4. Vagina
Dinding vagina tidak mempunyai kelenjar dan mempunyai 3 lapisan yaitu lapisan mukosa,
lapisan muskularis dan lapisan fibrosa. Dalam lumen vagina terdapat mucus yang berasal dari
cervix uterus.
Lapisan mukosa terdiri dari lapisan epitel berlapis pipih dengan tebal 150 – 200
um. Lamina propria terdiri jaringan ikat longgar yang sangat kaya serabut-serabut elastih. Di
antara sel-sel jaringan ikat, terdapat limfosit dan neutrofil dalam jumlah relatif banyak. Selama
fase menstruasi, kedua jenis lekosit itu menginvasi lapisan epitel dan masuk ke dalam lumen
vagina. Lamina propria tidak mengandung kelenjar, tetapi menunjukkan banyak pembuluh darah
yang merupakan sumber cairan yang merembes melalui lapisan epitel selama rangsangan seksual.
Lapisan muskularis vagina terutama terdiri atas berkas-berkas longitudinal serabut otot
polos. Terdapat sedikit berkas sirkuler, khususnya pada bagian paling dalam (dekat mukosa). Di
luar lapisan muskularis terdapat selubung jaringan ikat padat, lapisan adventisia yang kaya
serabut-serabut elastin tebal. Dalam jaringan ikat ini terdapat pleksus-pleksus vena , berkas-
berkas saraf dan kelompokan sel-sel saraf.
5. Vulva
Vulva adalah area genital eksternal perempuan, termasuk klitoris, bibir vagina, dan pembukaan
vagina.

6. Labium major
Labium major merupakan lipatan kulit yang banyak mengandung jaringan lemak dan
lapisan otot polos yang tipis. Permukaan dalamnya mempunyai struktur histologis yang sama
dengan labia minora. Permukaan luarnya diliputi oleh kulit dan rambut yang kasar dan
keriting. Terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat pada kedua permukaannya.

7. Labium minor
Labium minor merupakan lipatan kulit yang mengandung serabut-serabut elastin dan
dibatasi oleh epitel berlapis pipih. Pada sel-sel epitelnya terdapat sel-sel yang menghasilkan
melanin dan mempunyai lapisan tanduk yang tipis, kelenjar-kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
terdapat pada kedua permukaannya.
10
BAB IV
KESIMPULAN

Dari dua pengamatan ini, bisa di bedakan bagian-bagian mikroskopis dan makroskopis dari
alat kelamin betina (sapi). Pada pengamatan makroskopis kita melihat alat kelamin sapi betina
dengan kasat mata. Sedangkan pengamatan dengan cara mikroskopis bisa dilakukan dengan
bantuan mikroskop.
Pada pengamatan makroskopis bisa diamati bagian-bagian:
1. Ovarium
2. Saluran-salurannya
a. Oviduk ( tuba falopi )
b. Uterus
c. Vagina
d. Vulva
e. Labium Major
f. Labium Minor
Pada pengamatan mikroskopis dari alat kelamin betina, kita isa mengamati bagian-bagian
dari:
1. Sel Ovarium
Pada pengamatan sel ovarium, bisa di amati perkembangan folikel mulai dari folikel
premodial, folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de graaf.
2. Sel Oviduk
Terdiri atas lapisan serosa, lapisan muscularis dan lapisan mukosa
3. Sel uterus
Terdiri atas tiga lapis yaitu lapisan endometrium, miometrium dan perimetrium. Setiap
lapisan memiliki jaringan yang berbeda-beda.

11
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Jane B. Reece. 2004. Biologi. Erlangga : Jakarta.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya: Airlangga University Press: Kelinci
Prosiding Seminar Nasional Biologi dan Pembelajarannya. 3 Desember 2005, Universitas Negeri
Malang, Malang:94.
Partodihardjo, soebadi. 1982. Materi Kuliah Reproduksi Hewan.Mutiara : Jakarta.
Kumar, Robin.2002. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC: 390-393.
Nasution, Idawati .dkk. 2004. Buku Ajar Anatomi Veteriner I. Banda Aceh : Fakultas Kedokteran Hewan
Unsyiah.
Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Produksi Hewan. Produksi Mutiara, Jakarta: Binarupa Aksara.
Siregar T.N., Aulanni’am, Y. Linggi, G. Riady, Hamdan, dan T. Armansyah. 2005.
Profil antibodi inhibin hasil induksi protein inhibin sel granulosa pada kambing.

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi Dan Embriologi . Bandung : Tarsito .

Anda mungkin juga menyukai