Anda di halaman 1dari 23

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ORGAN REPRODUKSI WANITA DAN PRIA


Disusun Oleh :

Ketua Kelompok : Abdul Karim C1AA


Anggota : 1. Adi putra

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas limpahan rahmat
dan rido-Nya yang menjadi sumber kekuatan setia manusia dan beranjak dari sebuah perjalanan
panjang yang mengawali sebuah perjuangan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita” makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas maternitas I di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil Makalah ini jauh dari sempurna baik isi
maupun cara penyusunannya oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan sarannya agar
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun siapa saja yang membutuhkan.
Dalam proses penulisan ini, penulis telah banyak menerima saran, bantuan, serta dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada teman teman kelompok
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................... 1
Daftar isi ................................................................................................. 2
Bab I Pendahuluan ................................................................................. 3
1.1 Latar belakang ................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat .......................................................................................... 4
Bab 2 Tinjauan Teori............................................................................... 5
Bab 3 Pembahasan ................................................................................. 7
3.1 Anatomi fisiologi pada laki laki ...................................................... 7
3.2 Anatomi Fisiologi pada perempuan .............................................. 14
Bab 4 Penutup ...................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 21
4.2 Saran ........................................................................................... 22
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif
atau seksual.
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme
yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda
antara jantan dan betina. Pada wanita berpusat di ovarium, pada pria sepasang testis yang
terbungkus dalam kantong skrotum. Ovum adalah sel benih dalam ovarium, dan spermatozoon
adalah sel benih pada laki laki . Pada masa remaja sel benih ini berkembang bersamaan dengan
perubahan yang menentukan sifat laki laki dan wanita. Fungsi ovarium menghasilkan ovum dan
hormone (estrogen dan progesterone). Sedangkan Fungsi testis yaitu sebagai penghasil sperma dan
hormone testosterone.
Sistem reproduksi pada manusia merupakan kemampuan makhluk hidup untuk
menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Tanda kematangan alat reproduksi pada pria ditandai dengan
keluarnya air mani (ejakulasi) sedangkan pada wanita ditandai dengan haid yang pertama.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah dalam

pembuatan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria dan wanita ?

2. Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita ?

1.3 Tujuan
a. Umum

1. Mengetahui anatomi sistem reproduksi pria dan wanita

2. Mengetahui fisiologi organ reproduksi pria dan wanita


b. Khusus

1. Memahami anatomi dan fisiologi organ reproduksi pria dan wanita

2. Memenuhi tugas mata kuliah obstetri fisiologi

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dilapangan

2. Memahami materi sistem reproduksi wanita dan pria


BAB II
Tinjauan Teori

Suatu mahluk di katakan mahluk hidup apabila memiliki kemampuan untuk melakukan
perbanyakan diri. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif
atau seksual. Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam
organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme
berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium (Sumiati,
2013: 2).
Sistem reproduksi dari wanita di bagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan bagian
dalam. Pada bagian luar terdapat vagina dan juga vulva. Vagina merupakan saluran yang
menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi dan
saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam
vagina ditemukan selaput dara (Sumiati, 2013: 4). Sedangkan vulva merupakan suatu celah yang
terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu, labium mayor merupakan sepasang
bibir besar yang terletak di bagian luas dan membatasi vulva. Dan juga labium minor merupakan
sepasang bibir kecil yang terletak di bagian dalam dan membatasi vulva (Sumiati, 2013: 4).
Kemudian organ reproduksi wanita bagian dalam terdiri dari ovarium, fimbrae,
infundibulum, oviduct, tuba fallopi, rahim/uterus, cervix, saluran vagina, dan klitoris (Waluyo,
2016: 25).
Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah sepasang dan terletak di dalam
rongga perut pada daerah pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel
ovum dan hormon wanita seperti estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder
pada wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan sel ovum. Sedangkan progesterone
yang berfungsi dalam memelihara masa kehamilan (Sumiati, 2013: 6). Gonad perempuan adalah
sepasang ovarium yang mengapit uterus dan dipertahankan pada posisi didalam rongga abdominal
oleh ligamen. Lapisan luar dari setiap ovarium disarati oleh folikel, yang masing-masing terdiri
atas satu oosit, sel telur yang berkembang sebagian, dikelilingi oleh sekelompok sel-sel penyokong
(Campbell , 2008: 171).
Kemudian selnjutnya fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.
Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk
menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus (Setiadi, 2007). Fimbriae merupakan serabut/silia
lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct.
Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium (Sumiati,
2013: 6). Sedangkan Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk
corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah
ditangkap oleh fimbriae (Sumiati, 2013: 6).
Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai
tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
Kemudian oviduct merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi. Berfungsi sebagai
tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya
(Sumiati, 2013: 7). Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan ronggs pertemuan oviduk
kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut
serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi
fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis
otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel
epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh
darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan
akan meluruh pada saat menstruasi (Pearce, 2009). Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat
sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecildi antara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan
didepannya terletak kandung kemih.. Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang, sehingga dapat memelihara dan
mempertahankan kehamilan selama sembilan bulan (Indrawati, 2012 : 4).
Selanjutnya cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan
sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina. Saluran vagina merupakan saluran
lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina (Sumiati, 2013: 8). Setelah itu klitoris merupakan
organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Meskipun klitoris tidak sama percis
dengan penis,namun klitoris juga mengandung korpus kavernosa (Sloane, 2010 : 109). Pada
klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Pada vulva bermuara dua
saluran,yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat
saluran ujung vagina terdapat hirmen atau selaput dara. Hymen merupakan selaput mukosa yang
banyak mengandung pembuluh darah.
Pada wanita memiliki siklus reproduktif, yaitu terdapat siklus yang di namakan siklus
menstruasi yaitu pelepasan ovum yang menempel pada dinding endometrium dan tidak di buahi
oleh sel sperma mengakibatkan runtuhnya dinding rahim. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase,
yang pertama adalah fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya
sekresi hormone estrogen dan progresteron. Yang kedua adalah fase proliferasi/fase Folikuler
ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormone
estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan
menghasilkan hormone estrogern yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen
dapat menghambat sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek
(Snell, 2006: 198).
Yang ketiga adalah fase ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu
matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang matang akan
meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum (Snell, 2006:
198). Dan selanjutnya yang ke empat adalah fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan
Corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang
berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif
mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding
endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah
fase pendarahan/menstruasi (Snell, 2006: 198).
Pada masa sel telur dilepaskan dari ovarium disebut masa subur wanita. Cara menghitung
masa subur dapat melalui cara manual melalui perhitungan sistem kalender maupun menggunakan
alat uji tes masa subur yaitu Ovutest scope. Ovutest scope merupakan alat uji masa subur dengan
air liur yang membantu wanita untuk mempermudah menghitung masa subur dari ovulasi yang
sedang terjadi (Waluyo, 2016: 25).
Sistem Kalender Menentukan masa subur dengan menggunakan system kalender ada dua
cara yaitu :
1. Bagi yang siklus haidnya teratur, masa subur berlangsung 14 +/- 1 hari haid berikutnya.
Artinya masa subur berlangsung pada hari ke 13 sampai hari ke 15 sebelum tanggal haid yang
akan datang.
2. Bagi yang siklus haidnya tidak teratur maka pertama tama harus dicatat panjang siklus haid
sekurang kurangnya selama 6 siklus(Ekarini, 2008: 127).
Selanjutnya adalah alat reproduksi pada pria. Organ reproduksi pria tersusun dari organ
reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi pria bagian luar yaitu
penis dan skrotum dan organ reproduksi bagian dalam yaitu testis, epididimis, vas deverens,
saluran ejakulasi, dan uretra (Waluyo, 2016: 25).
Organ reproduksi luar terdiri atas penis dan juga skrotum. Penis merupakan organ kopulasi
yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ
reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saat
dikhitan/sunat. Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis
serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa (Sumiati, 2013: 2). Selain itu skrotum yang
merupakan suatu lipatan dinding tubuh, mempertahankan suhu testis sekitar 2oC di bawah suhu di
dalam rongga perut (Campbell, 2008: 172).
Organ reproduksi bagian dalam yaitu testis, epididimis, vas deverens, saluran ejakulasi,
dan uretra. Gonad atau testis terdiri dari banyak saluran yang yang menggulung berkali-kali,
dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran-saluran ini adalah tubulus seminiferus, tempat
terbentuknya sperma. Sel-sel leydig tersebar diantara tubulus seminiferus menghasilkan
testosteron dan androgen lainnya. Dari tubulus seminiferus sebuah testis, sperma melewati saluran
menggulung yang disebut dengan epididimis. Pada manusia, sperma memerlukan waktu 3 minggu
untuk melewati saluran sepanjang 6 m setiap epididimis. Selama perjalanan ini, sperma
menyelesaikan pematangannya dan menjajdi motil, walaupun sperma tersebut baru memperoleh
kemampuan memfertilisasi sel telur ketika terpapar kelingkungan kimiawi dari sistem reproduktif
perempuan. Selama ejakulasi sperma di dorong dari setiap epididimis melalui saluran berotot, vas
deferens. Setiap vas deferens menjulur di sekeliling dan di belakang kandung kemih, tempat vas
deferens bergabung dengan sebuah saluran dari vesikula seminalis, membentuk duktus ejakulasi
yang pendek. Duktus ejakulasi membuka ke dalam, saluran keluar bagi sistem ekskresi dan juga
sistem reproduksi. Uretra membentang melalui penis dan membuka ke luar pada ujung testis
(Campbell, 2008: 172-173).
Kelenjar pada organ reproduksi pria adalah vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar cowpery (Waluyo, 2015: 25).
1. Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan
kantung semen, berjumlah sepasang. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan
nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
reproduksi wanita.
2. Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih yang bersifat
asam.
3. Kelenjar Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra merupakan kelenjar yang menghasilkan getah
berupa lender yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
urethra (Sumiati, 2013: 2).
BAB III
PEMBAHASAN

Anatomi dan Fisiologi


2.1 Pada Laki laki

A. Testis
Testis tergantung di luar badan, testis dijaga suhunya beberapa derajat lebih rendah
dari suhu badan. Ini penting bagi produksi sperma. Testis juga menghasilkan testosteron,
hormon yang mengendalikan perkembangan pria. Testis atau gonad jantan berbentuk oval
dan terletak di dalam skrotum atau kantung. Ukuran testis memiliki panjang 4-5 cm dan
diameter 2,5 cm. Testis berjumlah sepasang yang terdapat dibagian tubuh sebelah kiri dan
kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiir dari serat jaringan ikat
dan otot polos. Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan
hormon kelamin jantang yang disebut testosteron. Dibagian testis terdapat :
- Tunika albuginea
Kapsul jaringan ikat yang membungkus testis yg merentang ke arah dalam yg terdiri
dari 250 lobulus
- Tubulus seminiferus
Tempat berlangsungnya spermatogenesis. Testis mengandung pintalan tubuh

seminiferus. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium

germinal atau jaringan epitelium benih. Jaringan epitelium germinal berfungsi pada saat

spermatogenesis atau proses pembentukan sperma. Pada jaringan epithelium terdapat :

 Sel induk sperma : berfungsi sebagai calon sperma

 Sel sertoli : berfungsi member makan sperma

 Sel leydig : berfungsi menghasilkan hormone testosterone

- Duktus eferen
Saluran sperma dari tubulus seminiferus ke epididimis
- Epididimis
Saluran yg panjang 4-6 m sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai
sperma menjadi matang
- Duktus deferen
Saluran sperma dari epididimis
B. Saluran Pengeluaran
a. Epididimis
Saluran yg panjang 4-6 m sebagai tempat penyimpanan sementara (mampu
mempertahankan selama 6 minggu) sperma sampai sperma menjadi matang.
Terletak di sepanjang sisi posterior testis.
b. Vas deferens
Saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari
epipidimis. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalurnya sperma dari
epididimis menuju kantung semen (mani) atau vesikel seminalis
c. Ejaculatory duct (saluran ejakulasi)
Pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran (ampula) dibagian
ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis. Setiap duktus ejakulator
panjangnya sekitar 2 cm
d. Uretra
Merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di penis.

Uretra terdiri dari 2 fungsi:

 Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih

 Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.


C. Kelenjar Aksesoris Pria
Saluran reproduksi dan kelenjar yang berkaitan dengan transpor, pemberian nutrisi,
dan perlindungan gamet seletah meninggalkan gonad. Selama sperma melalui saluran
pengeluaran terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar
aksesoris. Getah-getah dari kelenjar aksesoris berfungsi untuk mempertahankan hidup dan
pergerakan sperma. Terdiri dari
a. Vesikula seminalis (kantong semen)
Kantong semen (mani) yang dindingnya menghasilkan cairanlendir yang
mengandung fruktosa, asam askorbat dan asam amino sebagai makanan dan
pelindung sperma sebelum membuahi ovum, mengandung prostaglandin untuk
meningkatkan gerakan sperma.
b. Kelenjar prostat
Menyelubungi uretra saat keluar dari kandung kemih sekresi prostat bermuara ke
dalam uretra prostatik setelah melalui 15 sampai 30 duktus prostatik. Prostat
mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir asiditas vagina
selama senggama dan meningkatkan motilitas sperna yang akan optimum pada
PH 6.0 – PH 6.5

c. Kelenjar Crowperi

Kelenjar kecil yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong.


Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mukus ke dalam uretra
penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada semen.
D. Organ reproduksi Luar
Terdiri dari
a. Penis
Terdiri dari 3 bagian akar, badam, dan glans penis yang membesar yang banyak
mengandung ujung ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar
urine dan semen
b. Skrotum
Kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus
dan menopang testis di luar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa
Hormon pada reproduksi pria
• Hormon testosteron
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder
• Hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Berfungsi menstimulasi sel sel sertoli untuk mengubah spermatid menjadi sperma
(spermiasis)
• Hormon Luitenizing Hormone (LH)
Berfungsi menstimulasi sel sel leydig untuk mensekresi testosteron

E. Proses Pembentukan Sperma

Spermatogenesis atau proses pembentukan sperma terjadi di dalam testis, tepatmua pada
tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui
proses pembelahan dan diferensisasi sel. Hal ini bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
Permatangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal atau sel epitel benih yang
disebut spermatogonia (spermatogenium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga
lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus menerus membelah untuk
memperbanyak diri. Sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Pada tahap pertama dari spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
megandung 23 kromosom yang berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonis tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap
spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang
bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat
buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum mempunyai ekor dan bersifat
haploid. (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan
berubah dalam waktu beberapa minggu hingga menjadi spermatozoa atau sperma. Proses
perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.

Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari
kepala dan ekor. Kepala dan ekor sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit
sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang
disebut akrosom. Mengandung enzim hialuronidase dan proteinase. Enzim ini berfungsi untuk
menembus lavisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak dibagian tengah sperma. Badan
sperma inin banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma. Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel sel sertoli.
Sel sel sertoli mempunyai fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses
spermatogenesis.
2.2 Pada wanita

A. Genetalia Interna (bagian Dalam)


a. Ovarium
Berbentuk Oval dan panjang 3 sampai 5 cm, lebar 2 sampai 3 cm, dan tebal 1 cm.
Berbentuk seperti kacang kenar. Berada di dalam rongga badan, didaerah pinggang.
Ovarium berperan secara bergantian untuk menghasilkan ovum (sel telur). Umumnya
setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovarium juga menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron.
b. Oviduk/Tuba Fallopi ( saluran telur)
Berjumlah sepasang (kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian
pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum
terdapat jumbai-jumbai (fibrae) yang berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh
ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk
berfungsi untuk menyalurkan ovum dan ovarium menuju uterus.
c. Uterus/rahim (kantung peranakan)
Merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir
dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus berfungis
sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Pada wanita dewasa yang
belum pernah melahirkan ukurannya; panjang kira kira 7,5 cm, lebar kira kira 5 cm,
dan erat 50 gram. Terletak diantara kandungan urine dan poros usus. Terdiri dari badan
rahim ( korpus uteri) dan leher rahim (serviks uteri). Bagian bagiannya
a). Dasar rahim bagian dari badan rahim yang terletak antara kedua pangkal saluran
telur
b). Rongga rahim berbentuk segitiga lebar didaerah dasar rahim dan sempit ke arah
leher rahim. Diliputi oleh selaput lendir yang disebut endometrium.
c). Saluran leher rahim (kanalis servikalis). Hubungan antara rongga rahim ke dalam
vagina disebut mulut rahim luar (ostium uteri eksternum)
d). Dinding rahim terutama terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga
dapat mendorong isinya keluar pada waktu persalinan. Uterus terdiri dari dinding
berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi ( pelepasan ovum dari ovarium)
dan akan meluruh pada saat menstruasi. Kelanjutan saluran reproduksi sesudah uterus
dan serviks adalah vagina.
e). Vagina (saluran senggama) vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi
bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva yang merupakan alat kopulasi
pada wanita. Vagina mempunyai dinding yang berlipat lipat dengan bagian terluar
berupa selaput berlendir, bagian terluar berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa
jaringan ikat berserat. Dinding depan liang senggama (9 cm) lebih pendek dari dinding
belakang (11cm). Pada puncak liang sanggama menonjol leher rahim (serviks uteri)
yang disebut porsio uteri. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir
pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar bartholin,
jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan
uterus saat janin akan dilahirnkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin
dikeluarkan. Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan :
a)). Tunika mukosa terdiri dari epitel gepeng berlapis tidak berkreatin. Sitoplasma
sel selnya banyak mengandung glikogen dan lemak. Langsung dibawah lapisan epitel
terdapat anyaman serabut elastis halus yang padat. Pada lapisan yang dalam tunika
mukosa banyak mengandung anyaman venous (pleksus venosus). Pada dinding
anterior dan posterior tunika mukosa mengadakan lipatan-lipatan memanjang dibagian
distal lipatan lipatannya melintang disebut rugae vaginalis.
b)). Tunika muskularis terdapat serabut otot polos yang berjalan longitudinal (di
lapisan luar) dan sirkuler
c)). Tunika adventitia merupakan lapisan tipis terdiri atas jaringan ikat padat yang
melanjutkan diri menjadi longgar, banyak mengandung pleksus venosus besar, serabut
saraf dan kelompok kecil sel saraf.
d. Parametirum ( penyangga rahim)
Parametrium merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya mengandung tuba fallopi
dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga
mengganggu fungsinya. Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga
panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran rongga panggul yang
berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran mempengaruhi kemudahan suatu proses
persalinan dan perubahan ukuran pada panggul ini pula untuk mengukur usia kehamilan
seorang wanita.
B. Genetalia External

a. Vulva

Tampak dari luar mulai dari mons pubis sampai tepi perineum.

1) Tundun (Mons veneris).

Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai

ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas

simfisis pubis.

2) Labia Mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian

bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan

kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut,

merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada

wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara

à kedua labia mayora sangat berdekatan.


3) Labia Minora

Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa rambut.

Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna

kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum

clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan

bersatu membentuk fourchette.

4) Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis

mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog

dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-

rata tidak melebihi 2 cm.

5) Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6

buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar

Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk

mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga

menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri pathogen.

6) Himen (selaput dara)

Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar

dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.

Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan

sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang
dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya

pada bagian posterior.

7) Perineum

Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot

muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari

sphincter ani.

8) Orifisum uretra : jalur keluar urine dari kandung kemih

9) Mulut Vagina: terletak bawah orifisium uretra. Terdapat himen , suatu membran yg
bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari mulut vagina
C. Proses pembentukan Ovum

Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum didalam ovarium. Didalam ovarium


terdapat oogonium atau sel indung telur. Oogonium bersifat diplodi dengan 46 kromosos atau 23
pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit
primer. Oogenesis telah dimulai saat bayi wanita masih didalam kandungan, yaitu pada saat bayi
berusia 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi berusia 6 bulan, oosit primer akan membelah
secara meiosis. Namun meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tida dilanjutkan sampai bayi
tumbuh menjadi anak yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada pada keadaan
istirahat (dorman)
Pada saat bayi wanita lahir, didalam tiap ovariumnya mengandung sekitar satu juta
oosit primer. Saat mencapai pubertas, anak wanita hanya mempunyai sekitar 200.000 oosit primer
saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas anak akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanajutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami
meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan
oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran
lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer)
Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II. Namun pada meiosis II,
oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap terakhir, melainkan berhenti sampai
terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun
jika ada penetrasi sperma, maka meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar disebut ootid dan satu
sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah
menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh
menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada didalam suatu folikel telur. Folikel telur atau disingkat
folikel merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel ini juga mengalami perubahan seiring dengan
perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul
pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel
primer berkembang menjadi sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder
berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel
de graaf (folikel matang). Setelah berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak fertilisasi, korpus
luteum akan mengkerut menjadi korpus albikans.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reproduksi merupakan kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khusus

yaitu testis menghasilkan spermatozoid (sel kelamin laki-laki) dan ovarium menghasilkan

sel kelamin perempuan (ovum).

 Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum (kantung zakar)

dan testis (buah zakar). Struktur dalamnya terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar

prostat dan vesikula seminalis.

 Struktur luar dari sistem reproduksi wanita terdiri dari vulva, mons pubis / mons

veneris (Tundun), labia mayora (Bibir Besar), labia minora (Bibir Kecil), clitoris,

vestibulum, introitus / orificium vagina dan perineum. Struktur dalamnya terdiri dari

vagina (liang kemaluan), uterus (rahim), salping / Tuba Falopi, dan ovarium.

 Organ-organ eksternal,berfungsi kopulasi Organ-organ interna berfungsi untuk

ovulasi, fertilisasi ovum, transpoertasi lastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, dan

kelahiran.

B. Saran

Makalah ini Jauh dari kata sempurna untuk itu kami menerima kritikan dari

pembaca agar makalah ini dapat dilengkapi kekurangannya


DAFTAR PUSTAKA

Irianto. 2017. Anatomi dan Fisiologi. Alfabeta : bandung


Sloane. 2012. Anatomi dan Fisiologi. EGC : Jakarta
Anakardian. 2011. Anatomi dan fisiologi keperawatan. PB : bandung
Sutanta. 2015. Anatomi Fisiologi Manusia. JYC : jakarta

Anda mungkin juga menyukai