REPRODUKSI TERNAK
KEBUNTINGAN
OLEH :
AUDRI WOLOLI
NPM: 91911407132013
I. Latar Belakang
Setelah terjadinya pertemuan antara sperma dengan sel telur dalam
perkawinan, maka terjadilah kebuntinan. Kebuntingan yaitu perkembangan
embrio pasca fertilisasi menjadi fetus sampai dengan kelahiran anak
hewan/ternak. Terjadinya kebuntingan dapat didiagnosa dengan melihat tanda-
tanda kebuntingan pada ternak yang ditandai dengan perubahan organ reproduksi
ternak selama kebuntingan. Lamanya kebuntingan pada ternak dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan regulasi hormon.
Mempelajari dan memahami masa kebuntingan pada siklus reproduksi ternak
sangat penting, karena dengan mempelajari dan memahami masa kebuntingan
ternak kita dapat mengetahui tanda-tanda kebuntingan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi lamanya kebuntingan.
1. Pengertian Kebuntingan
Kebuntingan merupakan perkembangan embrio pasca fertilisasi menjadi fetus
sampai dengan kelahiran anak hewan/ternak (Rangga, 2014) (Gambar
1). Periode atau masa kebuntingan adalah jangka waktu sejak fertilisasi atau
pembuahan sampai partus atau kelahiran anak. Selama periode ini sel-sel tunggal
membagi diri dan berkembang menjadi induvidu yang sempurna (Toelihere,
1977).
Pada golongan hewan mamalia perkembangan embrio dan fetus terjadi di dalam
alat reproduksi induknya sampai saatnya dilahirkan (Gambar 2). Perkembangan di
dalam uterus sangat dipengaruhi oleh nutrisi untuk pertumbuhan fetus dan
penyesuaian dari induk sampai akhir kebuntingan (Damayanti, 2014).
C. Tipe-Tipe Placenta
Placenta dapat dianggap sebagai suatu homograft (transplant dari species
yang sama) karena secara genetic ia berbeda dari hewan induk. Walaupun bersatu,
secara intim dengan jaringan induk, ia tidak ditolak sampai kelahiran, suatu
periode yang cukup lama untuk berlangsungnya suatu reaksi hormonal dari
homograft tersebut (Nur, 2011).
Pada plasenta terdapat dua sirkulasi paralel dari fetus dan induk, sehingga aliran
darah fetus dan induk tidak tercampur. Arteri dan vena uteria menyuplai darah ke
plasenta. Arteri umbilicus membawa darah dari fetus ke plasenta, sedangkan vena
umbilicus membawa darah balik dari plasenta ke fetus. Aliran darah pada
pembuluh yang berbatasan antara induk dan fetus dapat berlawanan, searah atau
terkonsentrasi (Damayanti, 2014).
Plasenta mempunyai banyak fungsi bagi fetus, yaitu sebagai pengganti
fungsi saluran pencernaan, paru-paru, ginjal, hati, dan kelenjar endokrin. Plasenta
juga memisahkan antara organ fetus dengan induk, memastikan bahwa
perkembangan fetus terjadi secara terpisah. Dalam fetus dann induknya tidak
pernah bertemu langsung, kedua sirkulasi tersebut cukup dekat antara khorion dan
endometrium untuk lewatnya oksigen dan nutrisi dari sirkulasi darah maternal ke
dala darah fetus, serta membawa kotoran pada arah berlawanan (Damayanti,
2014).
Selama permulaan masa kebuntingan, placenta bertambah besar melalui
proliferasi aktif dari sel-sel trophoblast. Selama pertengahan kebuntingan placenta
mencapai ukurannya hamper maksimum, yang bertepatan dengna pertumbuhan
cepat foetus dan sesudah itu akan menetap relatif konstan (Nur, 2011).
Tipe Placenta :
Tipe palcenta masing-masing mamlia berbeda-beda tergantung besar litter,
struktur bagian dalam uterus dan serajat fusi antara jaringan induk dan
foetus (Nur, 2011) (Gambar 3).
1. Plancenta epitheliochorial atau placenta difussa, mempunyai hubungan yang
meluas dan relative licin antara chorin dan epithel uterus, tidak memiliki
carunculae pada uterus dan villi-villi chorion tersebar di seluruh permukaan
placenta. Tipe ini terdapat pada babi dan kuda.
2. Placenta syndesmochorial atau placenta cotyledoner yang ditandai tidak
adanya epithel uterus yang menutupi caruncule dan dotemukan terutama pada
sapid an domba. Cotyledon pada chorioallantois bertaut pada bersama-sama
membentuk placentom, namun tidak smeua carunculae bercampur dnegan villi
alantochorion. Jumlah carunculae yang fungsional bertambah dengan
melanjutnya kebuntingan atau pada kebuntingan jamak.
3. Hemochorialis
Sedangkan pengklasifikasian berdasarkan bentukan pertautan dari plasenta
(distrinduksi dari vili chorion) dikenal 4 tipe, yaitu:
(1) Plasenta Diffusa
(2) Plasenta Cotyledonaria
(3) Plasenta Zonaria
Ukuran Plasenta
Gangguan pertumbuhan prenatal atas pengaruh plasenta dapat disebabkan oleh :
1. Ukuran plasenta.
2. Kondisi yang mempengaruhi ksndungan makanan di dalam daerah induk atau
pemberiannya ke plasenta.
3. Perkembagan yang kurang baik, kerusakan dan abnormalitas membran plasma,
yang mempengaruhi pengangkutan melalui membran tersebut atau gangguan
sirkulasi plasenta fetalis (Feradis, 2010).
Hereditas
Ukuran fetus secara genetik ditentukan oleh komplemensi gennya sendiri,
komplemensi gen induk dan komplemensi intrauterin dengan fetus lain.
Perbedaan-perbedaan jenis, bamgsa dan strai dalam ukuran fetus sebagian
disebabkan oleh perbedaab kadar pembagian seluler (Feradis, 2010).