Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU REPRODUKSI TERNAK

Disusun oleh :
Nadya Muwaffaqoh Luthfiyah PT/08307

Asisten: Muhammad Ridwan

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK


DEPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
PENDAHULUAN
Proses reproduksi merupakan suatu proses yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Dengan adanya reproduksi atau perkembangbiakan, makhluk
hidup dapat selalu melipat gandakan diri menjadi lebih banyak. Hal inilah
yang dapat mencegah musnahnya atau punahnya makhluk hidup tersebut.
Dalam bidang peternakan misalnya, reproduksi masih sangat dibutuhkan
untuk menghasilkan telur, susu, dan ternak muda. Praktikum ilmu reproduksi
ternak dilakukan mengingat pentingnya reproduksi dalam bidang peternakan.
Tujuan dilakukan praktikum acara anatomi organ reproduksi jantan
dan betina adalah untuk mengetahui bagian-bagian dari organ reproduksi
ternak jantan dan betina, untuk mengetahui fungsi-fungsi dari masing-masing
organ repoduksi ternak, dan untuk mengetahui ukuran dan faktor-faktor yang
mempengaruhi tiap organ reproduksi ternak. Tujuan dilakukannya praktikum
Histologi organ reproduksi jantan dan betina adalah untuk Mengetahui
bagian-bagian dari masing-masing organ reproduksi jantan dan betina secara
mikroskopis, mengetahui sel-sel yang membangun organ reproduksi jantan
dan betina, mengetahui peran sel tersebut dalam menjalankan fungsi
reproduksi secara keseluruhan.
Manfaat dilakukan praktikum acara anatomi organ reproduksi jantan
adalah praktikan dapat memahami bagian, fungsi, dan ukuran dari masing
masing organ reproduksi jantan. Manfaat dari praktikum histologi organ
reproduksi jantan adalah dapat mengetahui bagian organ reproduksi jantan
secara mikroskopis, serta sel-sel organ reproduksi berserta peran nya.
Manfaat dari praktikum anatomi organ reproduksi betina adalah praktikan
dapat mengetahui bagian, fungsi, dan ukuran dari masing masing organ
reproduksi betina, memahami pembentukan folikel, terjadinya ovulasi, dan
faktor yang mempengaruhinya. Manfaat dari praktikum histologi organ
reproduksi betina adalah dapat mengetahui bagian organ reproduksi betina
secara mikroskopis, serta sel-sel organ reproduksi berserta peran nya.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Organ Reproduksi Jantan
Anatomi reproduksi jantan adalah ilmu mempelajari tentang struktur
secara tampak dan bagian dari reproduksi ternak jantan (Frandson et al.,
2013). Susunan anatomi pada organ reproduksi jantan meliputi alat kelamin
utama, saluran alat kelamin dan alat kelamin luar. Menurut Ismudiono et al.
(2010), alat kelamin utama pada organ reproduksi jantan terdiri dari gonad
atau testes yang terbungkus oleh kantung scrotum, dimana dalam scrotum
berisi dua lobi testes yang masing-masing lobi mengandung satu testes.
Saluran alat kelamin pada organ reproduksi jantan terdiri dari epididymis, vas
deferens, ampulla, dan urethra, diantaranya terdapat kelenjar-kelenjar
aksesori seperti; vesikularis, prostate, dan boulbourethralis (cowper). Alat
kelamin luar pada organ reproduksi jantan adalah penis, preputium dan
scrotum.
Beberapa gangguan yang menyerang organ reproduksi jantan yaitu
orchitis dan epydidimitis. Menurut Yekti (2017), Orchitis merupakan penyakit
yang disebabkan oleh brucella abortus. Pada ternak jantan yang terinfeksi
bakteri ini maka akan dapat menyerang testis dan menyebabkan peradangan
pada testis sehingga proses spermatogenesis dapat terganggu dan
menurunkan kualitas semen. pencegahan penularan dari bakteri ini adalah
dengan sanitasi rutin dan desinfektan serta menjaga kebersihan kendang,
tempat pakan, dan tempat minum, dilakukan vaksinisasi pada ternak muda
maupun dewasa terutama terhadap sapi-sapi yang berasal dari daerah yang
tertular orchitis. Menurut Mahanani dan Sanbien (2015), penyakit
epydidimistis merupakan peradangan satu atau dua tubul yang dilampirkan
pada setiap testis. Penyakit ini menyebabkan terjadinya pembengkakan dan
rasa sakit pada semua bagian dari epydidimis mungkin dapat juga diikuti
abses. Saluran epydidimis yang terinfeksi akan mengandung darah yang
rusak, nanah, spermatozoa yang telah mati atau reruntuhan sel epitel.
Histologi Organ Reproduksi Jantan
Menurut Lestari dan Ismudiono (2013), Testis terdiri dari tunica
albuginea, tubulus seminiferus, jaringan interstitial, dan sel spermatogenik.
Tunica albuginea terdiri dari jaringan ikat berupa serat kolagen yang
membungkus testis. Jaringan interstitial terdiri dari dua sel, yaitu sel leydig
dan sel sertoli Epididymis terdiri dari caput (kepala), corpus (badan), dan
cauda (ekor), Epididymis ditutupi perluasan tunica albuginea testis, lumen
cauda lebih besar dari pada lumen corpus, mempunyai tunica serosa
dibagian luar, diikuti dengan otot daging licin pada bagian tengah, dan
lapisan paling dalam terdapat ephitelial (nuryadi, 2013). Ductus deferens
terdiri dari lapisan otot, inner mucosa, dan outer adventitia. Pada lapisan otot
polos terdapat musculus circular yang dikelilingi oleh longitudinal internal dan
longitudinal external. Bagian lumen ductus deferens dibatasi oleh sel epitel
columnar dengan microvilli sebagai perluasan dari lumen ductus deferens
(Koslov dan Andersson, 2013). Penis terdiri dari dua bagian, yaitu badan
proksimal dan glans distal. Badan tersebut berisi corpus cavernosum penis
dan corpus cavernosum urethra. Dua bagian corpus cavernosum dipisahkan
oleh tunica albuginea. Glans merupakan segmen distal yang berisi urethra
penis, kelenjar corpus cavernosum, corpus cavernosum urethra, dan elemen
sitoskleleton (os penis) (Phadmacanty et al., 2013).

Anatomi Organ Reproduksi Betina


Susunan anatomi pada organ reproduksi betina terdiri dari alat kelamin
utama, saluran reproduksi organ betina, dan alat kelamin luar. Alat kelamin
utama pada organ reproduksi betina adalah gonad atau ovarium yang
terdapat dua buah kanan dan kiri dan terletak didalam pelvis. Saluran
reproduksi pada organ betina terdiri dari tuba falopii (oviduct) yang
merupakan tempat terjadi fertilisasi dan pembelahan embrio; uterus yang
menjadi tampat penerimaan sel telur yang sudah dibuahi serta menutrisi dan
perlindungan bagi fetus; cervix atau otot spincher yang terletak diantara
uterus dan vagina, berfungsi menutup lumen uterus agar tidak memberi
kemungkinan masuknya jasad renik kedalam uterus; dan vagina yang
merupakan bagian luar serviks. Alat kelamin luar terdiri dari vulva dan clitoris
(Lestari dan Ismudiono, 2013).
Gangguan organ reproduksi betina antara lain adalah ovarium
hipofungi. Ovarium hipofungsi, memiliki ukuran normal, tetapi tidak terdeteksi
adanya folikel-folikel yang tumbuh, ditandai oleh permukaan ovarium yang
licin tanpa struktur yang mengadung cairan (folikel). Kemungkinan
penyebabnya adalah kurangnya pasokan nutrisi untuk proses fisiologis
pembentukan folikel, Ukuran ovarium mengecil mengindikasikan kematian
sel-sel pembentuk struktur ovarium akibat rendahnya pasokan nutrient-
nutrien yang krusial untuk metabolisme sel (Rosadi et al., 2018). Mikosis
terutama disebabkan oleh Aspergillus spp. dari spesies A. fumigatus, dan
yang lainnya jenis Mucor. Perjalanan infeksi sehingga terjadi aborsi berawal
dari masuknya spora ke dalam tubuh hewan melalui alat pernapasan dan
pencernaan, kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah, dan
menyebabkan peradangan, sehingga pertumbuhan fetus terhambat (Gholib
dan Ahmad, 2013).

Histologi Organ Reproduksi Betina


Ovarium terdiri dari medulla dan cortex pada kulit luarnya, medulla
tersusun dari pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat. cortex berisi lapisan-
lapisan dan jaringan yang terikat dengan hormon dan produksi hormone
(Yusuf, 2012). Oviduct terdiri dari tiga lapisan, paling luar jaringan ikat serosa,
tunica serosa, bagian tengah terdiri dari serabut-serabut otot daging licin
circular dan longitudinal, dan tunica muscularis. Lapisan dalam mempunyai
se-sel bersilia dan sel-sel ephitel sekretoris, dan tunica mucosa. Uterus terdiri
dari tiga lapisan yaitu selaput mucosa dan sub mucosa yang disebut
endometrium, lapisan yang di tengah merupakan lapisan otot yang disebut
myometrium, dan lapisan luar yaitu lapisan serosa yang disebut perimetrium
(Lestari dan Ismudiono, 2013).
Hormon-hormon yang berperan saat siklus estrus antara lain PGF2α
yang berperan saat fase proestrus untuk meregresi corpus luteum sehingga
progesteron dalam darah menurun. GnRH (gonadotropin hormone) berfungsi
agar dapat menstimulasikan LH (leutelizing hormone) dan FSH (follicle
stimulating hormone) saat progesteron menurun. FSH berfungsi untuk
perkembangan folikel menjadi folikel de graff. Hormon estradiol 17α atau
estrogen berfungsi pada saat fase estrus sebagai penimbul tanda-tanda
birahi. Estrogen yang mencapai puncak akan memberikan feedback positif
bagi hormone LH sehingga LH dapat berperan dalam ovulasi. Pada fase
diestrus kadar progesterone mencapai puncak karena jika adanya
kebuntingan, progesteron berperan dalam menjaga partus selama
kebuntingan (Yekti, 2017).
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel telur didalam ovarium.
Proses oogenesis dimulai dengan oogenium mengalami pembelahan mitosis
menjadi oosit primer. Oosit primer bersifat diploid (2n) melakukan meiosis
(tahap 1) yang menghasilkan 2 sel anak yang ukurannya sama. Sel anak
yang lebih besar dan bersifat haploid (n) yaitu oosit sekunder. Sel anak yang
lebih kecil yaitu badan polar yang kemudian membelah lagi. Oosit sekunder
mengalami pembelahan miosis (tahap II) yang menghasilkan ovum dan
badan polar (Syamsudin, 2014).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum Ilmu Reproduksi Ternak
antara lain scalpel, kamera, gunting bedah, plastik bening 1x1 m, trashbag,
dan kain lap.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ilmu reproduksi ternak
antara lain organ reproduksi ternak jantan dan betina yang masih segar.

Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum Ilmu Reproduksi Ternak
adalah video pembelajaran ditonton oleh praktikan melalui platform Youtube
dan organ reproduksi ternak jantan dan betina diamati untuk mengetahui
perbedaan dan fungsi dari masing-masing organ tersebut. Histologi ternak
jantan dan betina diamati oleh praktikan melalui gambar. Praktikan
diharapkan telah membaca literatur mengenai panjang dari masing-masing
bagian reproduksi jantan dan betina.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Anatomi Organ Reproduksi Jantan

Anatomi organ reproduksi jantan terdiri atas kelamin utama dan


saluran kelamin, dan alat kelamin luar. Bagian dari kelamin utama meliputi
gonad atau testes. Sedangkan bagian saluran kelamin adalah epydidimis,
vas deferens, ampulla, dan urethra. Sedangkan bagian luar kelamin adalah
penis. Kisaran normal organ reproduksi sapi jantan berdasarkan literatur
disajikan pada table sebagi berikut.
Tabel 1. Kisaran normal organ reproduksi kambing jantan
Nama Organ Panjang Lebar Tinggi literatur
(cm) (cm) (cm)
Testis 10-13 5-6,5 (Tamrin, 2014)
Epydidimis 14-18 (Mentari et al., 2014)
Ductus deferens 5-10 (Sakir, 2017
Urethra 15-20 (Syam, 2017)
Kelenjar 2.25 (Wahyuni et al.,
vesikularis 2012)
Kelenjar prostate 10-12 (Feradis, 2010)
Kelenjar cowperi 1.58 1.46 (Khalaf dan merhish,
2010)
Penis 15-20 (Ngadiyono et al.,
2009)
Anatomi organ reproduksi jantan dimulai dengan adanya testis yang
menjadi alat reproduksi jantan primer. Testis secara reprodukstif berfungsi
untuk menghasilkan spermatozoa, sedangkan secara androkinologis
berfungsi untuk mensekresikan hormon androgen. Ketika testis dibelah akan
terbentuk gambaran seperti bintang yang disebut mediasternum yang
didalamnya menjadi tempat berkumpulnya tubulus seminiferous. Didalam
tubulus seminiferous terdapat dua sel yaitu sel Leydig sebgai tempat
menghasilkan sperma dan sel Sertoli yang berfungsi untuk menutrisi sperma.
Testis memiliki 4 lapisan anatara lain scrotum, tunica dartos, tunica vaginalis
propia dan tunica albuginea. Scrotum pada testis berfungsi untuk menjaga
suhu teatis agar tetap berada di suhu 4 sampai 7˚C dari suhu normal ternak,
tunica dartos befungsi untuk mengkerut (dingin) sehingga menjadi lebih kecil
dan melipat untuk mencegah pengeluaran panas, dan mengembang (panas)
sehingga testis turun menjauhi perut. Tunica dartos bereaksi saat mekanisme
pengaturan suhu (termoregulasi), tunica vaginalis propia terletak diantara
scrotum dan albuginea yang berfungsi untuk melindungi testis bagian dalam,
lapisan testis yang terluar adalah tunica albuginea yang berwarna putih
mengkilat sehingga berfungsi untuk melindungi spermatozoa dari sinar UV.
Epidydimis terbagi menjadi tiga yaitu caput epidydimis (kepala),
corpus epidydimis (badan), dan cauda epdydimis (ekor). Caput epidydimis
terhubung langsung ke testis dan berfungsi sebagai tempat pemasakan
spermatozoa dimana sperma yang terkandung kurang lebih 200 juta sperma.
Corpus epidydimis terletak diantara caput dan cauda epidydimis dan
berfungsi untuk pengangkutan dan transport spermatozoa. Cauda
epidiydimis terlihat sebagai pembesaran pada bagian ventral dari testis dan
berfungsi sebagai tempat penimbunan spermatozoa. Ketika sperma sudah
dewasa, sperma akan berpindah melewati epidydimis dan cauda epidydimis
akan membesar membentuk saluran Panjang yang disebut ampulla ductus
deferens yang akan mengarah menuju urethra.
Ductus deferens merupakan saluran dari cauda epydidimis ke uterhra
yang menjadi tempat pelebaran ampulla ductus deferens. Dindingnya tebal
mengandung serabut urat yang licin. Pelebaran ini disebabkan oleh adanya
kelenjar-kelenjar yang ada di dinding ductus deferens, sedangkan pada
lumennya sedikit meluas. Ductus deferens sendiri berfungsi sebagai tempat
penyaluran sperma yang sudah dewasa.
Urethra merupakan saluran urogenitalis yang membentang dari dari
daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung glans sebagai orificum
urethra externa (lubang penis). Urethra dapat dibedakan menjadi 3 bagian
yaitu pars pelvis, pars bulbourethralis, dan pars penis. Pars pelvis merupakan
saluran dekat pelvis yang memiliki Panjang kira-kira 15 sampai 20 cm. pars
bulbourethralis merupakan bagian urethra yang melengkung seputar archus
ischiadicus. Pars penis merupakan bagian penis dan termasuk kelengkapan
penis. Urethra berfungsi sebagai tempat penyaluran urin dan sperma.
Penis merupakan alat kopulasi yang memiliki tugas ganda, yaitu
menjadi tempat keluarnya urin yang digunakan sebagai perekat semen
kedalam saluran reproduksi betina, selain sebagai tempat pengeluaran urin
penis juga digunakan sebagai temapat pengeluaran sperma. Bagian ujung
penis (caudal) disebut sebagi glans penis. Perpanjangan urethra pada penis
disebut processus urethralis.
Praeputium merupakan kulit yang membungkus ujung penis.
Praeputium memiliki fungsi pada penis yaitu untuk melindungi penis dari luar.
Pada praeputium terdapat forx preputia yang menjadi daerah dimana
preputia bertaut dengan penis tepat pada caudal dari glans penis.
Terdapat tiga aksesori tambahan pada organ reroduksi jantan yaitu
kelenjar vesicularis, kelenjar prostate dan kelenjar cowperi. Kelenjar
vescularis terdiri dari dua pasang bagian denagn struktur yang berbentuk
kantung. Kelenjar prostate merupakan kelenjar yang Sebagian besar
mentutpi urethra pada hewan jantan dan dapat menempel dengan adanya
jaringan ikta. Fungsi kelenjar prostat adalah untuk mensekresikan ion
anorganik seperti Na, Cl, Ca, Mg. Kelanjar cowperi atau yang dikenal dengan
kelenjar bulbourethralis berfungsi untuk membersihkan dan menatralisir
urethra dari bekas urin dan kotoran-kotoran lainnya sebelum terjadi ejakulasi.
Menurut Mentari et al. (2014), Faktor yang mempengaruhi ukuran
organ adalah hormon, seperti hormon testosteron. Hormon testosteron pada
pejantan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-
kelenjar kelamin untuk menghasilkan semen sewaktu ejakulasi. Selain
hormon, umur juga berpengaruh pada ukuran organ karena semakin dewasa
ternak maka ukuran organ yang ada juga semakin besar. Pakan juga sangat
mempengaruhi perkembangan reproduksi, karena jika pakan yang
dikonsumsi tidak mencapai standar maka perkembangan organ reproduksi
tidak optimal.
Terdapat beberapa gangguan pada organ reproduksi jantan yaitu
orchitis, epydidimistis, ampullitis. Orchitis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Brucella abortus. Ciri-ciri pada ternak yang terjangkit
penyakit ini adanya perubahan bentuk dan warna merah pad testis, testis
bengkak, dan adanya perubahan konsistensi pergerakan testis didalam
scrotum. Pencegahan testis dapat dilakukan dengan sanitasi kendang,
sedangkan untuk penanganan dapat dilakukan dengan pemberian antiseptic
dan desinfektan pada ternak seperti khlomosetin dan juga dilakukan istirahat
yang cukup. Epydidimistis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
e. colli. Ciri-ciri yang terlihat pada ternak adalah adanya pembengkakan
diikuti abses, saluran epydidimis yang terinfeksi mengandung darah rusak,
nanah, dan spermatozoa yang telah mati.pencegahan dapat dilakukan
dengan snaitasi kendang sedangkan penanganannya dapt dilakukan dengan
pemberian antiseptic. Ampullitis merupakan penyakit yang disebabkan ole
bakteri brucella, streptococcus, dan pseudomonas. Ciri yang terlihat bagi
ternak yang terjangkit adalah adanya penebalan pada bagian ampulla, Ketika
ejakulasi sering ditemuai adanya nanah. Pencegahan dapat dilakukan
dengan sanitasi kendang dan ternak, sedangkan penanganannya dapat
dilakukan dengan pemberian antiseptik.

Histologi Organ Reproduksi Jantan


Testis secara histologi terdiri dari tunica albuginea, tubulus
seminiferus, jaringan interstitial, dan sel spermatogenik, tubulus seminiferus
secara histologi terdiri dari lumen, spermatid, spermatosit, spermatogonium,
sel sertoli, membrana basalis, sel leydig, dan pembuluh darah. Sel
spermatogenik berfungsi untuk menghasilkan hormon dan pendukung proses
spermatogenesis yang terjadi di tubulus seminiferus, jaringan interstial
berfungsi untuk memisahkan antar tubulus seminiferus, dan tunica albuginea
terdiri dari jaringan ikat berupa serat kolagen sehingga dapat memantulkan
sinar UV. Jaringan interstitial terdiri dari dua sel, yaitu sel leydig dan sel
sertoli, sel sertoli berperan untuk memberikan nutrisi kepada sperma dan sel
leydig yang berperan dalam produksi hormon testosteron. Pembuluh darah
berperan mengangkut darah yang mengandung berbagai senyawa.
Epididymis terdiri dari membrana serosa, membrana basalis, sel epithel, dan
stereocilia. Membrana serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung
epididymis. Membrana basalis berfungsi sebagai pembatas pada tiap bagian
epididymis. Sel epithel menghasilkan mukosa yang membantu memperlancar
transport sperma sekaligus sebagai pelumas. Epididymis dilindungi oleh
membrana serosa dan dibatasi oleh membrana basalis, membrana serosa
berfungsi sebagai lapisan yang melindungi epididymis, membrana basalis
berfungsi sebagai pembatas pada tiap bagian epididymis. Lumen caput
epididymis berisi spermatozoa yang berasal dari tubulus seminiferi dan
ductus deferens.
Ductus deferens terdiri dari tunica serosa, musculus longitudinal
externa, musculus circular, musculus longitudinal interna, lamina propia, sel
epithel dan lumen. Lapisan mukosa tediri dari lamina propria dan sel epitel,
lamina propria berfungsi untuk menghasilkan mukosa dan sel epitel berfungsi
untuk menghasilkan lendir dan sebagai proteksi. Lapisan muscularis terdiri
dari musculus longitudinal externa, musculus circular, dan musculus
longitudinal interna berfungsi untuk membantu pergerakan spermatozoa yang
melakuan gravitasi menuju penis. Fibrosa berfungsi untuk mempertahankan
bentuk ductus deferens. Fungsi lumen pada ductus deferens sebagai lubang
dan tempat bermuaranya spermatozoa. Penis terdapat tunica dartos,
pembuluh darah, tunica albuginea, corpus cavernosum, corpus spongiosum,
urethra, dan jaringan ikat. Tunica dartos berfungsi menarik testis mendekati
perut dan melipat untuk mencegah pengeluaran panas , pembuluh darah
berfungsi sebagai mengalirkan darah, tunica albuginea berfungsi
memberikan kekuatan pada penis ketika ereksi. Jaringan ikat terdiri dari
corpus cavernosum penis dan corpus spongiosum penis, corpus cavernosum
penis berguna saat ereksi karena pada corpus cavernosum penis terdapat
banyak pembuluh darah dan corpus spongiosum penis berfungsi
mengkerutkan dan merelakskan penis.

Gambar 1. Skema spermatogenesis


(Yusuf, 2012)
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma yang
diawali dari 2n menjadi n (terbentuk spermatozoa) terjadi pada bagian
tubulus seminiferus. Spermatogonium dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe A
dan B. Spermatogonium tipe A memiliki sifat dorman dan spermatogonium B
memiliki sifat aktif. Sel yang sudah aktif akan membelah menjadi spermatosit
primer, kemudian membelah lagi menjadi spermatosit sekunder. Spermatosit
sekunder akan membelah menjadi spermatid yang selanjutnya menjadi
spermatozoa, proses ini disebut spermiogenesis. Sel dorman akan menjadi
dua yaitu ada yang aktif dan ada yang tetap menjadi dorman.
Gambar 2. Mekanisme feedback hormon
(Lestari dan Ismudiono, 2013)
Mekanisme feedback hormon terjadi ketika GnRH dari hipotalamus
menstimulir pelepasan FSH dan LH dari hipofisa anterior. FSH menstimulir
sel-sel sertoli untuk memproduksi inhibin dan androgen-binding-protein.
Inhibin menghambat pelepasan FSH dan androgen-binding-protein mengikat
testosteron di dalam tubulus seminiferus yang menjamin ketersediaan dan
kelanjutan spermatogenesis. LH menstimulir sel-sel leydig untuk
memproduksi testosteron. Konsentrasi testosteron yang tinggi menghambat
pelepasan GnRH, FSH dan LH, dimana pada konsentrasi yang rendah
mengakibatkan pelepasan hormon-hormon tersebut, sebagai umpan balik
negatif.

Gambar 3. Morfologi spermatozoa


(Isnaeni, 2019)
Sperma dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, tengah, dan bagian e
kor. Kepala merupakan bagian inti spermatozoa yang berisi materi genetik be
rupa kromosom, pada bagian tengah terdapat banyak mitokondria dan dalam
ekor terdapat ribosa yang membantu pergerakan sperma. Abnormalitas
sperma dibagi menjadi dua, yaitu abnormalitas primer dan sekunder.
Abnormalitas primer terjadi di dalam testis yang disebabkan oleh adanya
kelainan saat proses spermatogenesis dalam tubulus seminiferus. Contoh
dari abnormalitas sperma primer adalah double head atau memiliki dua
kepala pada satu sperma. Abnormalitas sekunder terjadi saat sperma keluar
dari testis dan menuju epididymis. Contoh dari abnormalitas sperma
sekunder adalah coiled tail atau ekor pada sperma melingkar.

Anatomi Organ Reproduksi Betina


Anatomi organ reproduksi betina terdiri atas bagian dalam dan bagian
luar. Bagian dalam meliputi gonad atau ovarium, oviduct, uterus dan vagina.
Sedangkan bagian luar adalah vulva dan clitoris. Kisaran normal organ
reproduksi sapi betina berdasarkan literatur disajikan pada tabel sebagi
berikut.
Tabel 2. Kisaran normal organ reproduksi sapi betina
Nama Organ Panjang Lebar Tinggi literatur
(cm) (cm) (cm)
Ovarium 3,8 2 1,5 (Jalaluddin, 2014),
Oviduct 20-30 (Astiti, 2018)
Cornu uteri 20-40 (Lestari dan
Ismudiono, 2013)
Corpus uteri 2-4 (Lestari dan
Ismudiono, 2013)
Cervix 5-10 (Nuryadi (2013)
Vulva 10-12 (Ngadiono et al., 2009)
Anatomi organ reproduksi betina dimulai dengan adanya ovarium atau
gonad yang menjadi alat reproduksi betina primer. Ovarium befungsi untuk
menghasilkan sel ovum dan sebagi organ endoktrin yang berfungsi untuk
mensekresikan hormon-hormon sel kelamin betina seperti estrogen dan
progesterone dan inhibin. Ovarium terletak didalam cavum abdominalis,
menggantung dan bertaut melalui mesovarium ke uterus. Mesovarium
merupakan penggantung ovarium yang berfungsi untuk mempertahankan
ovarium agar tidak bergeser atau jatuh.
Oviduct atau tuba falopii merupakan saluran yang mengantarkan sel
telur (ovum) ke uterus. Fungsi oviduct antara lain adalah untuk menerima sel
telur yang diovulasikan oleh ovarium, kapasitasi spermatozoa, tempat
fertilisasi dan pembelahan embrio serta untuk saluran lewatnya spermatozoa.
Oviduct terdapat sepasang dan digantung oleh ligamentum (mesosalpink).
Oviduct terbagi menjadi tiga bagian yaitu infundibulum, ampulla, dan isthmus.
Infundibulum berhubungan langsung dengan ampulla yaitu bagian oviduct
yang menebal, sedangkan ampulla dan isthmus membentuk ampulla isthmus
junction yang berfungsi menjadi tempat fertilisasi dan juga sebagai control
ovum saat ovum menuju ke uterus. Batas antara uterus dan oviduct disebut
utero tubal junction sebagai tempat lewatnya ovum dari oviduct menuju
uterus.
Uterus merupakan saluran reproduksi betina yang menjadi tempat
menempelnya sel telu (ovum) yang telah dibuahi dan perkembangan zigot.
Fungsi uterus yaitu tempat menerima ovum yang telah dibuahi, penempelan,
pemberian makan dan perlindungan bagi fetus, selain itu oviduct juga
menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio, berperan dalam
proses melahirkan dan mengatur siklus estrus pada ternak yang tidak
bunting. Uterus digantung oleh ligamentum yang disebut dengan
mesometrium. Uterus terbagi atas tiga bagian yaitu 2 cornu uterus (berbentuk
tanduk), corpus uterus (bagian tubuh uterus) merupakan bagian uterus yang
paling besar dan berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio, dan cervix
uterus merupakan otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina
biasanya dicirikan dengan adanya tonjolan-tonjolan pada diindingnya, fungsi
dari cervix uterus adalah untuk menutup lumen uterus sehingga tidak
memeberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik kedalam uterus.
Pembatas antara dua cornu disebut dengan bifur partio of hurn.
Vagina merupakan saluran reproduksi betina yang memanjang dari
mulut cervix sampai urethra. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi, tempat
lewatnya fetus saat partus (melahirkan) dan sebagai tempat deposisi sperma.
Vegina terdiri dari dua bagian yaitu vestibulum dan partio vaginalis cervices.
Vestibulum merupakan bagian kasar pada vagina yang terdapat 2 luabng
buntu disebut diverticulum suburethralis dan 1 lubang tempat keluar urin yang
disebut orificium urethra externa.
Vulva merupakan alat kelamin betina yang paling luar. Vulva berfungsi
untuk melindungi oragn reproduksi terhadap kontaminasi dan menjaga
jaringan dalam terhadap kering. Vulva terdiri dari 2 bagian yaitu labia mayora
dan labia minora. Labia mayora merupakan lapisan luar vulva yang dikelilingi
oleh rambut-rambut halus dan memiliki banyak jaringan ikat. Labia mayora
berhomolog dengan scrotum pada organ reproduksi jantan. Bagian vulva
yang lain adalah labia minora yang terletak dibagian dalam dan akan terlihat
pada saat estrus. Pada vulva terdapat kelenjar daturlini yang berfungsi untuk
mengeluarkan cairan kental saat estrus untuk menahan cedera dan
kontaminasi bakteri yang dihasilkan pada saat kawin alami.
Clitoris merupakan lubang kecil setelah vulva yang merupakan
tonjolan kecil jaringan erectile dan banyak memiliki pembuluh darah dan saraf
perasa. Pada saat estrus, corpus carvanoca akan terisi darah sehingga saraf-
saraf perasa pada clitoris aktif. Clitoris memiliki persamaan seperti gland
penis pada hewan jantan yaitu sebagai perangsang. Clitoris berfungsi untuk
membantu hewan betina saat perkawinan.
Govur et al. (2015) menyatakan bahwa, umur menjadi faktor yang
dapat mempengaruhi ukuran organ karena semakin besar umur ternak maka
akan semakin besar pula ukuran organ, selain itu pada saat pubertas ternak
akan banyak mengeluarkan hormon-hormon pubertas sehingga bobot ternak
juga bertambah. Mentari et al. (2014) menyatakan bahwa, Pakan juga sangat
mempengaruhi perkembangan reproduksi, karena jika pakan yang
dikonsumsi tidak mencapai standar maka perkembangan organ reproduksi
tidak optimal.

proestrus estrus metesrus Diestrus


Gambar 4. Tipe sel pada estrus
(Simatauw dan Unitly, 2019)
Estrus atau berahi merupakan waktu betina bersedia menerima
pejantan untuk kopulasi. Siklus estrus merupakan jangka waktu estrus dari
awal sampai akhir. Siklus estrus terbagi atas 4 fase yaitu fase proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus terjadi selama 3 sampai 4 hari
yang ditandai dengan adanya regresi pada corpus luteum dan penurunan
hormone progesterone. Tipe sel pada fase ini berbentuk intermediate dan
superfisial. Ciri yang terlihat pada bagian luar adalah betina sedikit gelisah
dan mengeluarkan suara yang tidak biasa atau diam saja dan betina masih
menolak pejantan. Ciri bagian dalam pada fase ini adalah corpus luteum
mulai beregresi, folikel tersier menjadi folikel de graff dan serviks
mensekresikan mucus yang tebal dan berlendir. Fase kedua adalah fase
estrus. Fase ini terjadi selama 1 hari dengan tipe sel berbentuk superfisial.
Ciri saat fase estrus bagian luar adalah betina gelisah dan sering melenguh,
ternank mencoba menaiki ternak lainnya, vulva bengkak dan berwarna
merah, serta betina sudah menerima pejantan, sedangkan ciri yang terlihat
pada bagian tubuh ternak adalah folikel terus berkembang dengan cepat,
uterus dan oviduct menegang, dan bertambahnya lendir yang disekresikan
oleh cervix dan vagina. Fase mesestrus terjadi selama 1 sampai 2 hari
dengan tipe sel bernentuk intermediate. Ciri yang terlihat pada ternak yang
mengalami mesestrus adalah betina telah menolak pejantan, sedangkan ciri
yang tidak terlihat yaitu cervix telah tertutup dan telah terjadi ovulasi. Fase
diestrus terjadi selama 15 sampai 17 hari dengan tipe sel berbentuk
parabasal. Ciri ang terlihat pada ternak yang mengalami fase ini adalah
ternak sudah dalam kondisi tenang dan tidak mengeluarkan lendir.
Sedangkan ciri yang tidak terlihat adalah corpus luteum telah matang,
endometrium lebih tebal dan otot uterus mengendor. fase yang ovum telah
diovulasikan di tuba falopii terjadi di siklus mesestrus.
Gangguan atau penyakit pada organ reproduksi betina antara lain
mikosis, hipofungsi ovarium, dan toxoplasmosis. Mikosis merupkan
gangguan pada organ reproduksi betina yang disebabkan oleh infeksi
kapang, utamanya adalah Aspergillus fumigatus, A. absidia dan A. mucor
karena ternak memakan dan menghirup spora dari pakan yang berjamur.
Ciri-ciri yang terjadi apabila ternak terkena penyakit ini adalah terjadi abortus
pada pertengahan atau akhir dari umur kebuntingan. Penyakit ini dapat
dicegah dengan menghindarkan sapi dengan pakan berjamur, apabila sapi
telah terkena penyakit ini, dapat dilakukan penanganan dengan memeberikan
tanaman sirih kepada ternak yang terjangkit. Gangguan hipofungi ovarium
merupakan penyakit organ reproduksi pda ternak betina yang dapat
menyebabkan terhambatnya fungsi ovarium. Penyakit ini disebabkan oleh
rendahnya kualitas pakan, kurangnya perawatan Kesehatan, dan sanitasi
kandang sehingga tidak terjadi perkembangan folikel. Ciri-ciri pada ternak
apabila ternak terkena penyakit ini adalah ovarium kecil, folikel sedikit dan
tidak dapat berkembang dengan baik. Penyakit ini dapat dicegah dengan
pemberian pakan dengan nutrient yang mencukupi,pengecekan dan
perawatan Kesehatan yang teratur. Penanganan yang dapat dilakukan
apabila ternak terjangkit adalah menginjeksi ternak dengan vitamin A, D, E,
pemberian obat cacing klosantel peroral serta menggunakan premix yang
akan dicampur dengan pakan. Gangguan toxoplasmosis merupakan penyakit
yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Ciri-ciri yang terjaddi apabila
ternak terkena penyakit ini adalah dengan terjadinya abortus pada akhir
kebuntingan, jika pedet sempat lahir maka terjadi kelemahan atau kelahiran
muda, disertai tertahannya plasenta. Pencegahan yang dapat dilakuakan
adalah dengan memutus siklus hidup dari toxoplasma, yaitu mencegah
tertelannya oosit dari lingkungan yang tercemar (kotoran kucing terinfeksi).
Apabila ternak telah terjangkit, maka dilakukan penanganan sepertidiberikan
vaksin toxovax, intervet BV. Metode yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit ini adalh dengan mengisolasi agen penyakit,
pemeriksaan mikroskopik dapat memperlihatkan agen penyakit.

Histologi Organ Reproduksi Betina


Kelenjar hypofisis terbagi atas adenohipofisis dan neurohipofisis
Adenohypophysis terdiri dari lobus anterior (pars distalis dan pars tuberalis)
dan pars intermedia. Neurohypophysis terdiri dari pars nervosa dan
infundibulum. Pars distalis adenohypophysis merupakan bagian yang
menghasilkan hormon. Ada beberapa macam sel yang terdapat di dalam
pars distalis yaitu chromophobe (sel C) yang tidak menghasilkan hormon dan
chromophile yang aktif menghasilkan hormon. Sel chromophile dibagi
menjadi dua macam berdasarkan respon terhadap zat warna, yaitu
acidophile dan basophile. Acidophile mempunyai respon (menyerap) zat
warna asam (berwarna oranye, merah) dan di dalam sitoplasmanya terdapat
banyak granule. Basophile mempunyai respon terhadap zat warna basa
(berwarna biru, ungu) dan mempunyai granule yang jumlahnya tidak
sebanyak acidophile. Hormon yang dihasilkan oleh acidophile adalah STH,
atau GH dan hormon prolaktin. Hormon yang dihasilkan basophile adalah
FSH, LH, TSH, dan ACTH. Bagian neurohypophysis yaitu pars nervosa
menghasilkan hormon oksitosin dan ADH, sedangkan bagian infundibulum
menghasilkan MSH.
Histologi ovarium terbagi atas dua bagian yaitu cortex dan medulla.
Cortex merupakan bagian yang terletak setelah bagian permukaan, Sebagian
besar disusun dari jaringan ikat. Cortex merupakan tempat ditemukannya sel
folikel dan oosit. Medulla merupakan bagian terdalam dari ovarium yang
disusun oleh jaringan neurovaskular dan berfungsi untuk mensekresikan
hormone medular. Histologi oviduct terbagi atas tiga bagian yaitu tunica
mucosa yang terbagi atas beberapa sel yaitu sel epitel bersilia, sel sektori,
dan sel non sectori; tunica muscularis dan tunica serosa. Tunica muscularis
merupakan serabut-serabut otot daging licin circular dan longitudinal yang
berfungsi sebagai pergerakan aktif didalam oviduct. Tunica serosa dari
oviduct memiliki banyak jaringan ikat yang berfungsi untuk melindungi
oviduct. Histologi uterus tersusun atas tiga lapisan, yaitu endometrium,
myometrium, dan perimetrium. Endometrium berfungsi untuk implantasi
embrio menghasilkan mukus, myometrium berisi otot circular dan
longitudinal, perimetrium berfungsi dalam perlindungan uterus.

Gambar 5. Mekanisme feedback hormon


(Yekti et al., 2017)
Feedback hormon merupakan proses yang dilakukan untuk menjaga
keseimbangan hormone tubuh. Rangsangan hipotalamus dapat berasal dari
dalam maupun luar tubuh. Contoh rangsangan luar tubuh antara lain cahaya,
stress, visual, auditorius, perabaan, olfaktoris, makanan, dan stimulasi uterus,
fisik. Otak kemudian akan berperan menghubungkan kelenjar pituitari dengan
peristiwa yang terjadi di luar atau di dalam tubuh, yang akan berdampak pada
tingkat sekresi hormon pituitari. Pada saat hipotalamus menerima
rangsangan luar, hipotalamus akan melepaskan GnRH (gonadotropin
hormone) dan anterior pituitary kemudian akan mensekresikan hormone
Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH). FSH
berfungsi sebagai pertumbuhan folikel yang akan merangsang estradiol untuk
pertumbuhan reproduksi betina, LH berfungsi sebagai pertumbuhan folikel,
ovulasi dan corpus luteum. Pada saat pembentukan ovarium, dimulai dengan
pertumbuhan folikel yang dibantu oleh FSH dan LH. Barulah terjadi ovulasi
yang dibantu oleh hormon LH. Pertumbuhan corpus luteum yang dibantu oleh
LH akan meningkatkan jumlah sekresi hormone progesterone dan menjadi
feedback negative bagi hipotalamus. Sedangkan pertumbuhan folikel yang
dibantu oleh hormon FSH kemudian akan menghasilkan hormon estradiol
dan menjadi feedback positif bagi stimulasi lonjakan FSH. Lonjakan hormone
FSH inilah yang akan menjadi feedback negative bagi hipotalamus.

Gambar 6. Sintesis estrogen


(Bloom et al., 2016)
Sintesis estrogen awalnya terjadi di sel theka dan selanjutnya di sel
granulose ovarium. Dimana kolestrol menjadi zat pembekal atau prekursor
dari hormon ini dan pembentukannya melalui beberapa serangkaian reaksi
enzimatik. Proses ini dimulai dengan adanya kholestrol yang disimpan dalam
jumlah banyak di sel theka, spesifiknya terletak di cincin siklo pentano
perhidron penantrenan. Dengan bantuan LH, kholestrol akan menghasilkan
prognolon yang akan mengaktifkan hormon endrogen. Hormon endrogen
kemudian akan berdifusi dari sel theka menuju sel granulosa. Didalam sel
granulose, hormon endrogen akan dibantu oleh enzim aromatase yang
diaktifkan oleh FSH untuk mensekresikan hormone estrogen. Fungsi
estrogen pada sintesis estrogen ini dalah untuk mengisi antrum dalam siklus
estrus.

Gambar 7. Grafik siklus hormone


(Yekti, 2017)
Fase estrus pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem hormonal tubuh
ternak. Sistem hormonal yang mempengaruhi estrus berpusat pada hormon
gonadotropin dari hipofisa anterior dan hormon ovarial yaitu FSH dan
estrogen (Nurfitriani et al., 2015). Hormon-hormon yang berperan saat siklus
estrus antara lain PGF2α yang berperan saat fase proestrus untuk meregresi
corpus luteum sehingga progesteron dalam darah menurun. Progesteron
yang menurun akan menaikan GnRH sehingga dapat menstimulasikan LH
dan FSH. FSH akan menyebabkan perumbuhan folikel menjadi folikel de
graff. Saat folikel de graff di produksi, hormon estrogen akan mulai
meningkat. Pada fase estrus progesteron berada dalam level dasar
sedangkan estrogen mencapai puncak sehingga menimbulkan tanda-tanda
birahi. Estrogen yang mencapai puncak akan memberikan feedback positif
bagi hormone LH, sehingga jika LH telah mencapai puncak maka akan terjadi
ovulasi. Pada fase estrus, progesteron menurun sedangkan LH dan estrogen
mencapai puncak. Pada fase metestrus, estrogen yang dihasilkan akan
menurun sedangkan progesteron akan naik karena progesteron dihasilkan
dari corpus luteum. Pada fase diestrus kadar progesteron mencapai puncak
karena jika adanya kebuntingan, progesteron berperan dalam menjaga
partus selama kebuntingan, sedangkan jika tidak ada kebuntingan
progesteron berperan dalam siklus menstruasi. Jika tidak ada kebuntingan
progesteron akan terus menurun karena endometrium mengeluarkan
hormone PGF2α yang berfungsi untuk menregresikan corpus luteum. Adanya
progesteron menurun menyebabkan terjadinya feedback positif pada pituitary
anterior dan FSH akan dikeluarkan dan folikel tumbuh Kembali untuk siklus
berikutnya. Jika terjadi kebuntingan maka PGF2α akan membentuk eksoktrin
untuk memberi makan konseptus yang berada dalam uterus.
KESIMPULAN
Pada praktikum ilmu reproduksi ternak dapat disimpulkan bahwa
organ reproduksi ternak meliputi sistem reproduksi jantan terdiri dari testis,
epididymis, ductus deferens, urethra, kelenjar vesicularis, kelenjar prostate,
kelenjar cowperi, penis, dan praeputium. Histologi organ reproduksi jantan
testis secara histologis terdiri dari tunica vaginalis propia, tunica albuginea,
dan tubulus seminiferus. Epididymis secara histologi terdiri dari membran
serosa, otot polos, membran basalis, sel epitel, dan lumen. Ductus deferens
secara histologi terdiri dari jaringan fibrosa, musculus longitudinal externa,
musculus circular, musculus longitudinal interna, lamina propia, sel epitel,
dan lumen. Penis secara histologi terdiri dari jaringan ikat, tunica dartos,
pembuluh darah, tunica albuginea, corpus cavernosum penis, corpus
cavernosum urethra, dan urethra. Anatomi organ reproduksi betina terdiri
atas ovarium, oviduct, uterus, vagina, vulva, dan clitoris. Histologi organ
reproduksi hewan betina ovarium terbagi atas dua bagian yaitu cortex dan
medulla. Oviduct terdiri dari lapisan tunica serosa, tunica muscularis dan
membrana mucosa. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan endometrium,
myometrium, dan perimetrium.
PENUTUP
Kritik
Kritik yang dapat saya sampaikan akan jalannya diskusi praktikum
online ini tidak ada, karena praktikum sudah dapat berjalan dengan baik dan
asisten yang membimbing jalannya diskusi sudah memberikan materi dengan
baik sehingga praktikan mudah dalam memahaminya. Dalam pelaksanaan
responsi pun asisten tetap mengkoreksi kesalahan praktikan sehingga
praktikan dapat mengambil manfaat dari kritik dan saran asisten. Jadi, saya
selaku praktikan Ilmu Reproduksi Ternak tidak memiliki kritik atas jalannya
praktikum maupun asisten yang bertugas. Saya ingin menyampaikan
terimakasih sebanyak-banyaknya kepada para asisten yang bertugas karena
sudah dapat membimbing dan memberi pelajaran kepada pratikan.

Saran
Saran saya untuk praktikum online tidak ada. Namun, saya berharap
agar pandemik ini dapat segera mereda sehingga praktikum dapat dilakukan
secara offline. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Astiti, N. M. A. G. R., 2018. Sapi Bali dan Pemasarannya. Warmadewa


University Press. Bali.
Bloom, M. S., E. M. Lin, dan V. Y. Fujimoto. 2016. Bisphenol a and ovarian
steroidgenesis. Journal of Fertility and Sterility. 106(4): 857-863.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. ALFABETA. Bandung.
Frandson, R. D., W. R. Wilke, and A. D. Fails. 2013. Anatomy and Physiology
of Farm Animals. Wiley Blackwell Publishing. New Jersey.
Golib d., R. Z. Ahmad. 2013. Cendawan akibat abortus dalam organ
reproduksi sapi betina. Jurnal Biologi.12(2): 195-201.
Govur, W. A., S. D. Rasad, dan N. Solihat. 2015. Pengaruh Umur Terhadap
Bobot dan Diameter Ovarium Serta Kualitas Oosit pada Domba. Student
e-Journal. 4(4): 1-13.
Ismudiono, I., P. Srianto, H. Anwar, S. Pantja, A. Samik, dan E. Safitri. 2010.
Buku Ajar Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Airlangga University
Press. Surabaya.
Isnaeni, W. 2019. Fisiologi Hewan. PT Kanisius. Yogyakarta.
Jalaluddin, M., morfometri dan karakteristik histologi ovarium sapi aceh (bos
indicus) selama siklus estrus. Jurnal Medika Veterineria. 8(1): 66-68.
Khalaf, A. S. and S. M. Merhish. 2010. Anatomical study of the accessory
genital glands in males sheep (Ovis aris) and goats (Caprus hircus).
Iraqi Journal Veterinare Medicane. 34(2): 1-8.
Koslov, D. S. and Andersson, K. E. 2013. Physiological and pharmacological
aspects of the vas deferens. Frontiers in Pharmacology. Forest
University School of Medicine. USA.
Lestari, T. D dan Ismudiono. 2013. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga
University Press. Surabaya.
Mahanani, Srinalesti dan Sanbein M. M. (2015) Perawatan kateter pada
pasien rawat inap di rumah sakit baptis kediri. Jurnal STIKES. Vol
8(1): 48
Mentari, F. K., Y. S. Ondho., S. Sutiyono. 2014. Pengaruh umur terhadap
ukuran epididimis, abnormalitas spermatozoa dan volume semen pada
sapi simmental di balai inseminasi buatan ungaran. Animal Agriculture
Journal. 2(4): 523-528.
Ngadiyono, N., I. Ismaya, S. P. S. Budhi, H, Mulyadi, dan S. Andarwati. 2009.
Plasma Nutfah Ternak Domba Indonesia. CV Bawah Sadar.
Yogyakarta.
Nurfitriani, I., R. Setiawan, dan Soeparna. 2015. Karakteristik vulva dan
sitologi sel mucus dari vagina fase estrus pada domba lokal. Student e-
Journal. 4(3): 1-10.
Nuryadi, N. 2013. Ilmu Reproduksi Ternak. UB Press. Malang.
Phadmacanty, N.L.P.R., R.T.P. Nugraha, and Wirdateti. 2013. Organ
reproduksi jantan sulawesi giant rat (Paruromys dominator). Jurnal
Sains Veteriner. 31 (1): 100-109.
Rosadi, B dan T. Sumarsono. 2018. Identifikasi gangguan reproduksi pada
ovarium sapi potong yang mengalami anestrus postpartum panjang.
Jurnal Veteriner. 19(3): 385-389.
Sakir, N. 2017. Pengaruh pemberian olinga oleifera multinutrient block
terhadap kualitas semen segar sapi hasil persilangan. Skripsi Sarjana
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri
Alauddin Makassar. Makassar.
Simatauw, A. Z dan A. J. A. Unitly, 2019. Gambaran siklus estrus tikus Rattus
norvegicus terpapar asap rokok setelah diterapi ekstrak etanol rumput
kembar biophytum petersianum klotzsch. Rumphius Pattimura Biological
Journal. 1(1): 1-7.
Syam, N. 2017. Pengaruh pemberian Moringa oleifera multinutrient block
terhadap libido dan lingkar skrotum sapi persilangan. Skripsi Sarjana
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri
Alauddin Makassar. Makassar.
Syamsuddin, R. 2014. Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali Terhadap Tingkat
Kematangan Inti Oosit Secara In Vitro. Skripsi Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Tamrin, A. M. N. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Kopi Pada Medium
Pengencer Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Simental. Skripsi
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makasar.
Wahyuni, S., S. Agungpritono, M. Agil, dan T. L. Yusuf. 2012. Histologi dan
histomorfometri testis dan epididimis muncak (muntiacus muntjak
muntjak) pada periode ranggah keras. Jurnal Veterinare. 13(3): 211-
219.
Yekti, A. P. A., T. Susilawati, M. N. Ihsan, dan S. Wahjuningsih. 2017.
Fisiologi Reproduksi Ternak (Dasar Manajemen Reproduksi). UB Press.
Malang.
Yusuf, M. 2012. Buku Ajar Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai