Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING

Disusun oleh :
Fadina Isroningrum
19/446021/PT/08275
Kelompok LII

Asisten : Masyitha Aryunnisa

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Daging disusun guna


memenuhi salah satu syarat menempuh mata kuliah Dasar Ilmu dan
Teknologi Daging Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Laporan praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Daging telah
disahkan oleh asisten pendamping pada tanggal....

Yogyakarta,..........................2020
Asisten Pendamping

Masyitha Aryunnisa
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat rahmat dan hidayat-Nya, kami menyelesaikan praktikum
dan menyusun laporan praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Daging.
Laporan praktikum ini disusun sebagai syarat dan rangkaian dalam
mengikuti mata kuliah Dasar Ilmu dan Teknologi Daging sesuai dengan
kurikulum di Fakultas Peternaan Universitas Gadjah Mada.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun memperoleh banyak
bantuan dari berbagai piha. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng. Selaku Dekan
Fakultas Peternaan Universitas Gadjah Mada.
2. Ir. Edi Suryanto, M. Sc., Ph. D., IPU., ASEAN. Eng., Dr. Ir. Jamhari,
M. Agr. Sc., IPM.,ASEAN Eng., Ir. Rusman, M.P., Ph. D., Dr. Ir.
Setiyono, SU., Dr. Ir. Endy Triyannanto, S. Pt., M. Sc. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Dasar Ilmu dan Teknologi Daging.
3. Segenap asisten dan laboran Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Daging yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan . Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang
sifatnya membangun demi kebaikan penyusun laporan ini.

Yogyakarta,............................2020

Fadina Isroningrum
PENDAHULUAN

Daging merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai


gizi berupa protein yang mengandung susunan asam amino yang
lengkap. Daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat
pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir, hidung, dan telinga yang
berasal dari hewan yang sehat sewaktu dipotong. Daging merupakan
semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-
jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Kandungan nutrisi daging
lengkap diantaranya karbohidrat, protein, lemak, air, dan mineral. Daging
yang tidak sehat bila dikonsumsi dapat menyebabkan sumber penyakit
akibat keracunan makanan bagi manusia, untuk itu perlu dikatahui
berbagai jenis dan kriteria daging yang sehat dan baik. Daging diperoleh
dari pemotongan ternak, baik ternak besar seperti sapi, kerbau, dan kuda
atau pun terna kecil seperti kambing, domba, maupun terna unggas.
ACARA I
PENGENALAN MACAM DAGING

Disusun oleh :
Fadina Isroningrum
19/446021/PT/08275
Kelompok LII

Asisten : Masyitha Aryunnisa

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA I
PENGENALAN MACAM DAGING

MATERI DAN METODE


Materi
Alat yang digunakan adalah lembar kuisioner dan alat tulis. Bahan
yang digunaan adalah macam-macam sampel daging.
Metode
Diamati karaketristik daging yang meliputi warna daging, tekstur
daging, konsistensi, jumlah marbling, dan warna lemak.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian daging. Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan,


daging adalah ...... Menurut Soeparno (2009) daging adalah otot hewan
yang tersusun dari serat-serat yang sangat kecil. Daging merupakan sel
memanjang yang disatukan oleh jaringan ikat, membentuk berkas ikatan
yang pada kebanyakan daging jelas kelihatan lemak, pembuluh darah,
dan urat syaraf. Potongan daging apabila diamati akan nampak dengan
jelas bahwa daging tersusun atas tenunan yang terdiri atas air, protein,
tenunan lemak, dan potongan tulang.
Proses Rigormotis. Berdasarkan praktikum yang sudah
dilakukukan rigormotis merupakan proses konversi otot menjadi daging,
yang terjadi proses kekakuan otot dan otot tidak dapat direnggangkan.
Menurut Faisal (2015) rigormotis adalah suatu proses yang terjadi setelah
ternak disembelih diawali fase prarigor dimana otot-otot masih
berkontraksi dan diakhiri dengan terjadinya kekakuan otot. Pada saat
kekakuan otot itulah disebut sebagai terbentuknya rigormotis sering juga
diartikan dengan istilah kejang mayat.
Faktor yang mempengaruhi kualitas daging. Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan ........ Menurut Rosyidi et al. 2010 kualitas
daging dipengaruhi beberapa faktor antara lain warna, aroma,
kelembaban, keempukan, dan komposisi zat-zat yang dikandungnya.
Daging berkualitas tinggi adalah daging yang berkembang penuh dan
baik, konsistensi kenyal, tekstur halus, warna terang, dan marbling yang
cukup. Faktor yang ikut menentukan palatabilitas dan daya tarik antara
lain warna, WHC (water holding capacity), karkas daging, tekstur,
keempukan, bau, citarasa, aroma, dan pH. Kualitas karkas dan daging
dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor
sebelum pemotongan anatara lain, genetik, spesies, bangsa, tipe ternak,
jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik, dan
mineral), dan stres. Perbedaan bangsa dari suatu spesies mempengaruhi
kualitas daging, hal ini diduga dipengaruhi keberadaan gen yang
menyusun tubuh terna tersebut.
Daging babi. Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan ...........
Menurut Soeparno (2009) karkas babi rata-rata berwarna pucat. Warna
tersebut disebabkan oleh banyanya kandungan serabut putih dan
kandungan glikogen yang tinggi.
Daging domba. Berdasarkan praktikum yang sudah
dilakukan..........
Daging kambing.
Daging sapi.
Daging kerbau
Daging kuda.
Daging kelinci.
Daging ayam.
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, A. 2015. Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali Prarigor yang


Dimarinasi Ekstrak Kakao pada Waktu dan Level yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Rasyidi, D., A. Susilo, dan I. Worento. 2010. Pengaruh bangsa sapi


terhadap kualitas fisik dan kimiawi daging. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. 5(1): 11-12.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
ACARA II
MIKOSTRUKTUR OTOT DAGING

Disusun oleh :
Fadina Isroningrum
19/446021/PT/08275
Kelompok LII

Asisten : Masyitha Aryunnisa

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
MIKROSTRUKTUR OTOT DAGING

MATERI DAN METODE


Materi
Alat. Alat yang digunaan dalam pratikum mikroskopis otot yaitu
mikroskop, lembar kerja, dan pensil warna.
Bahan. Bahan yang digunaan dalam praktikum mikroskopis otot
yaitu preparat jaringan otot.
Metode
Preparat yang digunaan dalam praktikum diamati di bawah
mikroskop, kemudian hasil yang didapat digambar dan ditulis pada
kembar kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian dan fungsi otot.
Struktur jaringan otot rangka.
Mekanisme kontraksi dan relaksasi.
Energi untuk kontraksi otot.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ACARA III
UJI FISIK PADA DAGING

Disusun oleh :
Fadina Isroningrum
19/446021/PT/08275
Kelompok LII

Asisten : Masyitha Aryunnisa

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA III
UJI FISIK PADA DAGING

MATERI DAN METODE


Materi
Uji Nilai pH
Materi. Alat yang digunaan adalah pisau, beaker glass, pengaduk,
dan pH meter merk Hanna. Bahan yang digunakan adalah daging sapi,
aquades, larutan buffer 4,0 dan larutan buffer pH 7,0.
Metode. Daging seberat 2 g dicincang dan dimasukkan ke dalam
beaker glass, lalu ditambahkan 18 ml aquades, diaduk hingga homogen.
PH diukur dengan pH meter dengan dimasukkan pH meter (pH meter
sebelumnya dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7) ke dalam beaker glass
dan ditunggu hingga pH konstan. Pengukuran dilaukan dengan
pengulangan sebanyak tiga kali kemudian hasilnya dirata-rata.
Uji Susut Masak
Materi. Alat yang digunakan adalah pisau, talenan, timbangan,
plastik polyethylene, mesin vakum, kompor pemanas, termometer, dan
tisu. Bahan yang digunakan adalah daging sapi.
Metode. Daging sapi dipotong searah serat dan ditimbang
sebanyak kurang lebih 25 g (X). Daging dimasukkan ke dalam plastik
polyethylene dan dikemas secara vakum dengan mesin vakum. Daging
dimasak menggunakan kompor pemanas pada suhu 90 derajat celcius
selama 30 menit. Daging kemudian didinginkan (thawing) masih dalam
keadaan tertutup digunakan air mengalir. Daging dikeluarkan dari plastik
polyethylene kemudian di lap dengan tisu dan ditimbang berat akhir (Y).
Uji Daya Ikat Air
Materi. Alat yang digunaan adalah pisau, timbangan analitik, kertas
saring, plat kaca, barbel 35 kg, plastik mika, kertas milimeter blok, spidol
permanen, dan stopwatch. Bahan yang digunakan adalah daging sapi.
Metode. Daging dipotong dan ditimbang seberat 0,3 g kemudian
dialasi dengan kertas saring dan diletakkan diantara dua plat kaca, diberi
beban 35 kg. Daging dipress selama 5 menit. Area basah terbentuk
dihitung. (luas are basah).
Uji keempukan
Materi. Alat yang digunakan adalah pisau, jangka sorong, alat uji
keempukan Warner-Bratzler. Bahan yang digunakan adalah daging sapi
hasil uji susut masak.
Metode. Sampel daging dari uji susut masak dipotong searah serat
dan dengan ukuran tebal 0,67 cm lebar 1,5 cm. Sampel diletakkan pada
alat Warner-Bratzler (penguji keempukan daging). Pengujian dilakukan
pada tiga bagian kemudian hasilnya dirata-rata.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengertian daging. Menurut Mendrofa (2016) daging merupakan
salah satu bahan pangan sumber protein hewani yang penting dalam
memenuhi kebutuhan gizi. Selain mutu proteinnya tinggi, daging
mengandung asam amino esensial yang lengkap dan seimbang serta
beberapa jenis mineral dan vitamin.
Tujuan pemeriksaan daging.
Warna. Menurut Sriyani et al. (2015) faktor-faktor yang
mempengaruhi warna daging yaitu pH, nutrisi, spesies, bangsa, umur,
jenis kelamin, stress, dan oksigen. Faktor ini dapat mempengaruhi faktor
penentu utama warna daging yaitu konsentrasi pigmen daging mioglobin.
Tipe molekul mioglobin, status kimia mioglobin, dan status kimia serta fisik
komponen lain dalam daging mempunyai peranan besar dalam
menentukan warna daging. Bila ternak dalam kondisi difisiensi glikogen
maka tidak banyak asam laktat yang dihasilkan sehingga nilai pH daging
tetap tinggi. Ini menyebabkan daging terlihat lebih gelap dikenal dengan
istilah DFD (Dark, Firm, Dry), karena pigmen urat daging mioglobin tidak
dapat berkombinasi dengan oksigen untuk menghasilkan warna merah
cerah. Sebaliknya bila produksi asam laktat postmortem dari glikogen
sangat cepat dan tidak terkendali maka menghasilkan daging dengan nilai
pH yang rendah, fenomena ini disebut PSE (Pale, Soft, Exudative).
Daging terlihat pucat, lembek, dan berair.
pH. Menurut Sriyani et al. (2015) pada umumnya kisaran pH ultimat
daging segar berkisar 5,4-5,8. Tercapainya pH ultimat daging karena
timbunan asam laktat pada saat glikolisis post mortem, tergantung pada
jumlah cadangan glikogen otot pada saat pemotongan. Penimbunan asam
laktat akan berhenti setelah cadangan glikogen otot habis, atau setelah
kondisi yang tercapai yaitu pH cukup rendah untuk menghentikan enzim-
enzim glikolitik di dalam proses glikolisis anaerobik. Pada ternak yang
terlalu banyak bergerak sebelum sebelum dipotong misalnya pada
pemotongan yang tidak dipingsankan terlebih dahulu atau tidak
diistirahatkan sebelum pemotongan maka ketersediaan glikogen akan
berkurang. Sebagian glikogen digunaan untuk aktivitas, hal ini akan
mengakibatkan pH tetap tinggi atau nilai pH daging diatas pH ultimat.
Pemberian pakan secukupnya dengan karakteristik yang baik dan
diistirahatkan yang cukup dapat memperbaiki cadangan glikogen otot
sehingga diperoleh daging dengan pH ahir yang normal. Ternak yang
dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih juga mampu mengatasi
hilangnya cadangan glikogen akibat cekaman dari stress. Nilai pH daging
mempunyai hubungan erat dengan warna daging, aroma, rasa dan daya
ikat air.
Daya ikat air. Menurut Sriyani et al. (2015) daya ikat air adalah
kemampuan daging untuk mengikat air atau air yang ditambah selama
ada pengaruh kekuatan dari luar, misalnya pemotongan daging,
pemanasan, penggilingan, dan tekanan. Nilai daya ikat air daging sangat
dipengaruhi oleh nilai pH daging. Daya ikat air menurun dari pH tinggi
sampai pada pH ultimat. Akumulasi asam latat selama proses glikolisis
postmortem akan menurunkan daya ikat air. Menurut Sunarlim dan
Usmiati (2009) nilai pH yang menurun mengakibatkan daya ikat air yang
rendah. Menurut Sriyani et al. (2015) hal tersebut disebabkan karena
rendahnya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging terbuka
sehingga menurunkan daya ikat air dan tingginya pH daging
mengakibatkan struktur daging tertutup sehingga daya ikat air tinggi.
Menurut Soeparno (2009) selain faktor pH nilai daya ikat air daging juga
dipengaruhi oleh perbedaan spesies, umur dan fungsi otot, pakan,
kesehatan ternak, temperatur, jenis kelamin ternak, perlakuan sebelum
pemotongan dan kandungan lema intra maskuler.
Susut masak. Menurut Sriyani et al. (2015) susut masak
merupakan fungsi dari temperatur dan lama pemasakan. Nilai susut
masak dipengaruhi oleh pH, sarkomer serabut otot, panjang potongan
serabut otot, satatus kontraksi miofibril, ukuran dan berat sampel daging
dan penampang lintang daging. Faktor lain yang berpengaruh terhadap
nilai susut masak adalah kapasitas menahan air oleh jaringan daging
sendiri dan kandungan lemak di dalam otot atau dipermukaan daging,
serta translokasi lemak daging tersebut. Otot yang mempunyai lemak
intramuskuler tinggi mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi
sehingga waktu dimasak susut masaknya kecil. Daging dengan susut
masak yang lebih rendah mempunyai kualitas yang relatif lebih baik dari
pada daging dengan nilai susut masak yang lebih besar, karena
kehilangan nutrisi selama pemasakn akan lebih sedikit. Susut masak
berhubungan dan berbanding terbalik dengan daya ikat air, nilai susut
masak yang tinggi diikuti oleh daya ikat air yang rendah.
Keempukan. Menurut Wastuti (2011) Keempukan daging adalah
kualitas daging setelah dimasak yang didasarkan pada kemudahan waktu
mengunyah tanpa menghilangkan sifat-sifat jaringan yang layak. Menurut
Tambunan (2009) salah satu penilaian mutu daging adalah sifat
keempukan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang
mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya dengan keempukan
daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut daging, sel-sel
lemak yang ada diantara serabut daging serta rigormotis daging yang
terjadi setelah ternak dipotong. Menurut Widyani dan Suciaty (2008)
keempukan merupakan faktor yang mempengaruhi mutu produk terutama
hubungannya dengan selera konsumen dan mempengaruhi penerimaan
secara umum. Keempukan daging dapat diketahui dengan mengukur
daya putusnya, semain rendah nilai daya putusnya, semain empuk daging
tersebut.
Flavor dan Aroma. Menurut Purba (2014) flavor adalah
keseluruhan kesan (sensasi) yang diterima oleh indra manusia terutama
oleh rasa dan bau saat makanan dan minuman dikonsumsi. Flavor dan
aroma merupaan faktor yang sangat penting dalam penerimaan suatu
makanan.
Menurut Wahyuni et al. 2019 Aroma akan timbul karena adanya
proses pelepasan ikatan lemak karena pengaruh marinasi, suhu, bumbu,
dan proses pemasakan.
Anomali daging.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Mendrofa, V. A., R. Priyanto R., dan Komariah. 2016. Sifat fisik


mikroanatomi daging kerbau dan sapi pada umur yang berbeda. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(2): 325.

Purba, M. 2014. Pembentukan Flavour Daging Unggas oleh Proses


Pemanasan dan oksidasi Lipida. Jurnal Wartazoa. 24(3): 109

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Sunarlim, R., dan S. Usmiati. 2009. Karakteristik Daging Kambing dengan


Perendaman Enzim Papain. Proceding Siminar Nasional Teknologi dan
Veteriner. Balai penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Bogor.

Tambunan, R. D. 2009. Keempukan Daging dan Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhinya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lampung.

Wahyuni D., F. Yosi, dan G. Muslim. 2019. Kualitas sensoris daging


kambing yang dimarinasi menggunakan larutan mentimun (Cuccumis
Sativus L.). Jurnal Peternaan Sriwijaya. 8(1): 18.

Wastuti, S. 2011. Pengaruh Pemasakan dan Perendaman Dalam Larutan


Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Terhadap Kualitas Daging
Domba. Sripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Widyani,R., dan T. Suciaty. 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. Swagati


Press. Cirebon.
ACARA IV
UJI KIMIA PADA DAGING

Disusun oleh :
Fadina Isroningrum
19/446021/PT/08275
Kelompok LII

Asisten : Masyitha Aryunnisa

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI HASIL DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI DAN HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAARTA
2020
ACARA IV
UJI KIMIA PADA DAGING

MATERI DAN METODE


Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain timbangan digital,
cawan, komputer, dan alat foodscan. Bahan yang digunakan yaitu
macam-macam sampel daging.
Metode
Sampel (daging giling) ditimbang sebanyak 30 gram. Sampel
dimasukkan ke dalam cawan kemudian diratakan hingga permukaan
tertutup rapat. Komputer yang telah terhubung dengan alat foodscan
dihidupkan yaitu tombol icon foodsscan ditekan. Konfigurasi dipilih untu
menenukan parameter pengujian antara lan lemak, protein, kolagen, dan
air. Pananjang gelombang diatur antara 800-1400 m. Cawa sampel
dimasukkan kedakam ruang foodscan. Total analisis dipilih, tombol on
ditekan kemdudian ditunggu selama 15 menit. Komopisis kimia daging
dalam bentuk % akan dideteksi dan hasil di batat pada lembar kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Prinsip kerja Foodscan.
Komposisi kimia daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan kimia daging.
Kadar Air.
Kadar Protein.
Kadar Lemak.
Kadar Abu atau Mineral.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ACARA V
MIKROBIOLOGI DAGING

Disusun oleh :
Fadina Isroningrum
19/446021/PT/08275
Kelompok LII

Asisten : Masyitha Aryunnisa

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA V
MIKROBIOLOGI DAGING

MATERI DAN METODE


Materi
Materi. Alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, sendok,
labu Erlenmeyer, beaker glass, vortex, mikropipet dan tip, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, Bunsen, cawan petri, kertas payung, alumunium foil,
cutton plug, inkubator dan Laminar Air Flow (LAF). Bahan yang digunakan
antara lain sampel yang akan diuji berupa daging segar, media pengencer
aquades, media plate count agar (PCA), NaCl dan alkohol.
Metode.
Pembuatan media Plate Count Agar
1. PCA ditimbang sebanyak 0,675 gr dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer ukuran 100 ml.
2. Ditambahkan aquades sebanyak 30 ml.
Penyiapan Sterilisasi Alat dan Bahan
1. Erlenmeyer ukuran 250 ml diisi dengan larutan NaCl sebanyak 225
ml.
2. Tabung reaksi sejumlah 4 buah diisi dengan larutan NaCl sebanyak
9 ml.
3. Disiapkan Tip sebanyak 5 buah.
4. Erlenmeyer berisikan media, erlenmeyer berisikan NaCl, dan
tabung reaksi ditutup menggunakan cotton plug.
5. Semua alat yang tealh ditutup menggunakan cotton plug dan tip
dibungkus menggunakan alumunium foil dan kertas payung.
Sterilisasi Alat dan Bahan
1. Autoklaf diisi dengan aquades hingga mencapai batas.
2. Dimasukkan alat dan bahan yanag akan disterilisasi pada wadah
autoklaf dan autoklaf ditutup dengan rapat.
3. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121 derajat celcius 1 atm selama 15
menit.
Penyiapan Sampel
1. Disiapkan daging segar sebanyak 25 gr.
2. Dicincang daging sampel hingga berukuran lebih kecil.
Pengenceran
Dilakukan secara aseptis didalam Laminar Air Flow
1. Sampel daging dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 225 ml
NaCl kemudian dihomogenkan dengan vortex (10−2 ).
2. Diambil 1 ml larutan pada erlenmeyer tersebut digunakan
mikropipet dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi NaCl (10−2
). Dilakukan hal yang sama hingga pengenceran (10−5 ).
Penanaman
Dilakukan secara aseptis didalam Laminar Air Flow
1. Diambil 1 ml larutan (susupensi) pada tabung reaksi pengenceran (
10−4). Dan dimasukkan ke dalam cawan petri secara aseptis.
Dilkukan hal yang sama pada larutan pengenceran (10−5 ).
2. Media PCA dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah diisikan
suspensi, kemudian dihomogenkan dengan cara cawan petri
diputar kedepan dan belakang membentuk angka 8.
3. Diamkan hingga media menjendal kemudian dibungkus
menggunakan kertas payung.
Inkubasi
Cawan petri diinkubasikan menggunaan inkubator pada suhu ruang
(36°C) selama 24 jam dengan posisi terbalik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Daging. Menurut Suwiti et al. 2011 daging adalah otot hewan yang
tersusun dari serat-serat yang sangat kecil, berupa sel memanjang yang
disatukan oleh jaringan ikat, membentuk berkas ikatan yang pada
kebanyakan daging jelas kelihatan lemak pembuluh darah dan uart syaraf.
Sumber kontaminasi daging.
Penanaman bakteri.
Total Plate Count.
Metode Total Plate Count (TPC)
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Suwiti, N. K., I. P. Suastika, I. B. N. Swacita, dan I. N. K. Besung. 2011.


Studi histologi dan histomorfometri daging sapi bali dan wagyu. Jurnal
Veteriner. 16(3): 437.

Anda mungkin juga menyukai