Anda di halaman 1dari 17

EFEKTIVITAS PERBEDAAN DOSIS PROBIOTIK Bacillus

BR2 MELALUI PAKAN UNTUK PENCEGAHAN BAKTERI


Streptococcus agalactiae PADA IKAN NILA (Oreochromis
niloticus)

FADHELIA SARI ARYANDHA

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
EFEKTIVITAS PERBEDAAN DOSIS PROBIOTIK Bacillus
BR2 MELALUI PAKAN UNTUK PENCEGAHAN BAKTERI
Streptococcus agalactiae PADA IKAN NILA (Oreochromis
niloticus)

FADHELIA SARI ARYANDHA

Proposal Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian
tugas akhir pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
Judul Penelitian : Efektivitas Perbedaan Dosis Probiotik Bacillus sp. BR2 Melalui
Pakan untuk Pencegahan Infeksi Streptococcus agalactiae pada
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Nama : Fadhelia Sari Aryandha
NIM : C14180023

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
Dr. Munti Yuhana, S.Pi., M.Si.
NIP. 196912201994032002

Pembimbing 2:
Prof. Dr. Ir. Sukenda, M.Sc
NIP. 196710131993021001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Budidaya Perairan:


Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc
NIP. 197001031995121001

Tanggal Pengesahan:
04 Juli 2022

i
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa tercurahkan oleh penulis kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya proposal penelitian dengan judul “Efektivitas Perbedaan
Dosis Probiotik Bacillus sp. BR2 Melalui Pakan untuk Pencegahan Infeksi
Streptococcus agalactiae pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” ini berhasil
diselesaikan. Pelaksanaan penelitian ini akan bertempatkan di Laboratorium
Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Munti Yuhana, S.Pi.,
M.Si., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi
pada penelitian ini yang senantiasa memberikan arahan serta masukan dalam
pembuatan proposal sampai terselesaikannya penelitian ini nanti. Penulis ucapkan
juga terima kasih kepada orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan tiada hentinya, serta saran dan semangat dari teman-teman Budidaya
Perairan Angkatan 55.
Semoga proposal ini dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
akuakultur.

Bogor, 04 Juli 2022

Fadhelia Sari Aryandha

ii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan .............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
METODE ............................................................................................................... 4
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 4
Rancangan Percobaan ...................................................................................... 4
Persiapan Wadah ........................................................................................... 5
Persiapan Pakan Uji ....................................................................................... 5
Penyediaan Bakteri Patogen .......................................................................... 5
Penyediaan Bakteri Probiotik ........................................................................ 5
Parameter Uji ................................................................................................... 6
Tingkat Kelangsungan Hidup ........................................................................ 6
Laju Pertumbuhan Harian .............................................................................. 6
Rasio Konversi Pakan .................................................................................... 6
Hematologi Ikan ............................................................................................ 7
Total Eritrosit ............................................................................................... 7
Total Leukosit .............................................................................................. 7
Total Kelimpahan Bakteri dan Bacillus BR2 di Usus ................................... 8
Kualitas Air .................................................................................................... 8
Prosedur Analisis Data ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas unggul budidaya air
tawar di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya produksi ikan nila setiap
tahunnya (Andriani 2018). Harga ikan nila di pasaran dijual dengan harga Rp. 28.951,00 (PIPP
2021). Produksi ikan nila di Indonesia tercatat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pernyataan ini didukung oleh data statistik yang dipublikasikan oleh KKP (2019), produksi ikan
nila tahun 2016 sebesar 1.114.156 ton, tahun 2017 sebesar 1.288.735 ton, dan tahun 2018
sebesar 1.169.144 ton. Peningkatan jumlah produksi tersebut didukung oleh intensifikasi
produksi dan perluasan areal budidaya. Intensifikasi produksi dapat menyebabkan risiko
serangan penyakit yang lebih tinggi (Joffre et al. 2018). Perkembangan produksi yang cepat
akan mengakibatkan ikan stress dan rentan terinfeksi penyakit pada sistem budidaya intensif
yang digunakan. Salah satu penyakit yang dapat mengganggu produksi ikan nila adalah
streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. (Jantrakajorn et al. 2014). Salah
satu bakteri yang menyerang adalah Streptococcus agalactiae (Xu et al. 2019).
Berdasarkan Taukhid dan Purwaningsih (2011), hasil isolasi Streptococcus di Indonesia
menunjukkan sebanyak 80% bakteri merupakan Streptococcus agalactiae dan 20% merupakan
Streptococcus iniae. Bakteri S. agalactiae dapat berasosiasi dengan spesies air laut, tawar,
maupun payau pada wilayah tropis dan subtropis (Kayansamruaj et al. 2014). Bakteri S.
agalactiae dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe hemolitik dan non-hemolitik. Tipe non-hemolitik
cenderung bersifat virulen dibandingkan dengan tipe hemolitik (Sheehan et al. 2009). Gejala
klinis yang ditunjukkan ikan yang terinfeksi oleh bakteri S. agalactiae yaitu ikan berenang
memutar (whirling), terjadi pembengkakan mata (exopthalmia), kekeruhan pada mata (opacity),
mata bernanah (purulens), perut membesar (dropsy), abses pada perut dan warna tubuh yang
menghitam (Hardi et al. 2013).
Penanggulangan penyakit bakterial dapat menggunakan antibiotik. Namun pemberian
antibiotik secara terus menerus dapat memicu bakteri patogen resistansi terhadap antibiotik dan
juga dapat menyebabkan mengakumulasi residu yang akan membahayakan kesehatan manusia
(Azhar 2013). Alternatif yang dapat digunakan untuk ikan dan ramah lingkungan yang dapat
dilakukan dengan permberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik. Salah satu upaya untuk
mengurangi risiko Streptococcosis serangan penyakit yaitu dengan menggunakan probiotik.
Probiotik merupakan suatu mikroorganisme hidup, dan bila diberikan dalam dosis yang cukup
dapat memberikan efek positif bagi kesehatan inangnya serta mampu meningkatkan
keseimbangan mikroorganisme dalam saluran cerna (Aisyah et al. 2022).
Bacillus sp. Merupakan bakteri yang umum digunakan sebagai agen probiotik. Bacillus
sp. Dapat bertahan lebih lama karena toleranasinya terhadap suhu tinggi dan kerusakan jaringan
dibandingkan dengan probiotik lainnya. Hasil penelitian Solikhin (2016) menunjukkan
pemberian probiotik Bacillus BR2 merupakan bakteri yang diidentifikasi mampu mendegradasi
ammonia, nitrat, nitrit, pada media pemeliharaan udang melalui proses nitrifikasi dan
amonifikasi. Bakteri Bacillus BR2 apabila digunakan untuk probiotik juga mampu
memperbaiki kualitas air budidaya.
Tingkat kelangsungan hidup mikroorganisme probiotik selama pengolahan pakan dan
penyimpanan pakan masih menjadi tantangan dalam pemanfaatan probiotik. Ho et al. (2017)
menyatakan bahwa jumlah sel probiotik dalam pakan menurun sekitar 10% setelah tiga minggu
penyimpanan. Hal ini disebabkan sel probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang mudah
rusak atau mati karena berbagai faktor proses produksi (De Araújo et al. 2020). Kemungkinan
lain yang dapat terjadi adalah perpindahan secara horizontal gen-gen faktor virulensi dari
patogen ke mikroorganisme probiotik di lingkungan kultur. (Newaj et al. 2014). Sel probiotik
yang mati atau tidak aktif disebut paraprobiotik (Zendeboodi et al. 2020). Masalah ini
1
mendorong untuk penelitian lebih lanjut tentang aplikasi bakteri probiotik tidak aktif.

Rumusan Masalah
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas unggul budidaya air
tawar di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah produksi akuakultur
untuk komoditas ikan nila setiap tahunnya. Peningkatan jumlah produksi yang pesat pada
kegiatan budidaya ikan nila dapat mengakibatkan tingginya resiko penyakit yang menginfeksi
ikan nila karena sistem budidaya intensif yang digunakan. Tingginya jumlah padat tebar pada
sistem budidaya inilah yang menyebabkan ikan mengalami stres dan rentan terinfeksi penyakit
serta dapat meningkatkan penularan patogen infeksius pada ikan budidaya.
Menurut Munang’andu et al. (2016), salah satu penyakit yang mengganggu produksi ikan
nila yaitu streptococcosis. Streptococcosis sangat berisiko menyebabkan kematian pada ikan
nila lebih dari 90% populasi (Ye et al. 2011). Menurut Taukhid dan Purwaningsih (2011), salah
satu negara yang pernah mengalami kematian massal pada sistem budidaya intensif ikan nila
adalah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko serangan
penyakit streptococcosis yaitu dengan menggunakan probiotik. Probiotik merupakan suatu
mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah yang cukup akan memberikan
kesehatan bagi inangnya, sehingga dapat meningkatkan produksi ikan (Hilldkk., 2014). Bacillus
sp. merupakan bakteri yang umum digunakan sebagai agen probiotik. Bacillus sp. dapat
bertahan lebih lama karena toleransinya terhadap suhu tinggi dan kerusakan jaringan
dibandingkan dengan probiotik lainnya (Kuebutornye et al. 2019). Tingkat kelangsungan hidup
mikroorganisme probiotik selama pengolahan pakan dan penyimpanan pakan masih menjadi
tantangan dalam pemanfaatan probiotik. Ho et al. (2017) menyatakan bahwa jumlah sel
probiotik dalam pakan menurun sekitar 10% setelah tiga minggu penyimpanan. Hal ini
disebabkan karena sel probiotik merupakan suatu mikroorganisme hidup yang mudah rusak
atau mati karena berbagai faktor proses produksi (de Araújo et al. 2020).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas perbedaan dosis probiotik
Bacillus sp. BR2 melalui pakan untuk pencegahan infeksi Streptococcus agalactiae pada ikan
nila (Oreochromis niloticus)

2
TINJAUAN PUSTAKA

Berikut merupakan gambar ikan nila ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis sp.)


Sumber : Arifin 2016.
Menurut Arifin (2016), ikan nila Merah memiliki kedudukan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Percoidea
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Bentuk tubuh ikan nila yang panjang dan pipih menjadi ciri khasnya. Beberapa sirip
yang dimiliki ikan nila diantaranya sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip ekor, dan sirip
anus. Beberapa sirip pada ikan nila memiliki jari-jari yang lemah namun tajam seperti sirip
punggung, perut, dan dubur. Sirip punggung ikan nila yang berukuran panjang mulai dari
bagian insang ke atas sirip ekor, sirip dada dan sirip perut berpasangan serta ukurannya yang
kecil, adanya pola vertikal pada sirip ekor dan punggung ikan merupakan beberapa ciri khusus
lainnya. Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran sisik ikan nila
jantan lebih besar daripada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berbentuk tonjolan
runcing berada di depan anus dan ikan nila betina terdapat lubang genital yang berada di depan
anus (Khairuman dan Amri 2013).

3
Ikan nila merupakan ikan yang memiliki toleransi yang cukup baik terhadap
rentang salinitas tertentu antara 10-15 ppt. Penyebaran habitat ikan nila juga cukup bervariasi
meliputi sungai, waduk, rawa-rawa, dan juga air payau (Fransisca dan Muhsoni 2021).
Kedalaman habitat bagi ikan nila sendiri biasanya di perairan yang cukup dangkal seperti kolam
dan danau. Kadar oksigen terlarut yang baik bagi lingkungan perairan yakni >5 mg/liter.
Kandungan karbondioksida juga harus diusahakan <15 mg/liter (Arifin 2016). Suhu dapat
mempengaruhi kinerja metabolisme tubuh ikan. Ikan nila tidak mampu hidup di perairan yang
memiliki suhu dibawah 210C. Produksi budidaya ikan nila sebaiknya dilakukan pada suhu 280C
– 320C. Kadar salinitas pada awal pengisian air dapat digunakan dengan rentang 0-5 ppt setelah
itu dapat dinaikkan menjadi 15 ppt pada kegiatan pemeliharaan (Arifin 2016).
Derajat keasaman (pH) sangat penting untuk disesuaikan dengan kebutuhan ikan
karena jika tidak sesuai akan berpotensi memperlambat pertumbuhan ikan, tingkat pH yang
berada di luar rentang toleransi ikan nila dapat menyebabkan penurunan bobot ikan di akhir
(Aliyas et al. 2016). Nilai pH yang baik untuk kebutuhan pertumbuhan ikan nila yakni berkisar
7-8 ppt, sedangkan pH untuk habitat ikan nila sendiri berkisar 6-8,5 ppt. Induk nila betina
dikatakan matang gonad dan memiliki masa pemijahan produktif ketika berumur 8 bulan-24
bulan dengan kisaran bobot diatas 500 gram/ekor. Pemijahan ikan nila dalam setahun dapat
mencapai 6-7 kali. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan gonad ikan
diantaranya jenis, ukuran, umur, fisiologi ikan, lingkungan, dan makanan. Potensi reproduksi
ikan nila dapat dilihat dari rata-rata fekunditas. Ikan nila yang memiliki fekunditas kecil
cenderung memiliki lingkungan dengan tingkat predator yang tinggi (Wardani et al. 2017).
Ikan nila termasuk kelompok omnivora, memakan semua jenis pakan baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuhan dengan kandungan protein yang dibutuhkan oleh
pertumbuhan ikan nila (Tribina 2012). Pakan alami memiliki kadar protein yang sesuai bagi
larva ikan nila dan mudah untuk dicerna. Pakan alami yang dapat diberikan pada stadia larva
ikan nila diantaranya Tubifex sp., Daphnia sp., dan Infusoria (Silaban 2018). Maggot juga dapat
digunakan sebagai pakan alami alternatif karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi bagi ikan
nila (Sepang et al. 2021). Kandungan protein pada pelet yang diberikan harus memiliki kadar
protein berkisar 20%-25% (Iskandar dan Elrifada 2015). Menurut Rozik et al. (2018) waktu
pemberian pakan juga mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan nila dengan intensitas tiga kali
sehari diberikan pada pukul 08.00, 13.00, dan 18.00 WIB. Berdasarkan penelitian Nurhayati
dan Nazlia (2019) penggunaan 40% tepung daun gamal yang sudah diransum menjadi pakan
bagi pembenihan ikan nila dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan benih ikan nila hingga
95%. Kelangsungan hidup ikan nila merah dengan penambahan daun singkong pada pemberian
pakan, terlebih dahulu dilakukan fermentasi oleh Trichoderma sp. dapat mencapai 93%-98%
(Armawati et al. 2015).

METODE

Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli hingga November 2022. Pemeliharaan
bakteri, ikan uji, dan pengukuran parameter penelitian bertempat di Laboratorium Kesehatan
Ikan serta pengukuran kualitas air bertempat di Laboratorium Lingkungan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuannya sebagai
berikut :

4
Kontrol positif (K+) : Pemberian pakan tanpa penambahan probiotik dan diinjeksi
tantang dengan S. Agalactiae
Kontrol negatif (K-) : Pemberian pakan tanpa penambahan probiotik dan diinjeksi
tantang dengan PBS (Phosphate Buffer Saline)
Perlakuan A : Pemberian pakan dengan probiotik sebanyak 106 CFU/g pakan dan
diinjeksi dengan S. agalactiae
Perlakuan B : Pemberian pakan dengan probiotik sebanyak 108 CFU/g pakan dan
diinjeksi dengan S. agalactiae
Perlakuan C : Pemberian pakan dengan probiotik sebanyak 1010 CFU/g pakan dan
diinjeksi dengan S. Agalactiae

Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang berukuran 80 x 60
x 40 cm3 sebanyak 15 buah. Akuarium diberi aerasi dan heater untuk menjaga kestabilan
oksigen terlarut dan suhu. Sebelum digunakan, akuarium dicuci bersih dan dikeringkan selama
satu hari. Kemudian didesinfeksi menggunakan klorin dengan dosis 30 ppm selama satu hari
dan dinetralkan menggunakan Na-Tiosulfat dengan dosis 15 ppm selama satu hari lalu diaerasi
kuat dan selanjutnya akuarium siap digunakan.
Ikan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu ikan nila merah, berasal dari
fishfarm IWAKE di daerah Ciseeng, memiliki ukuran 9–10 cm dan dipelihara dengan kepadatan
15 ekor/akuarium. Sebelum diberi perlakuan, ikan diadaptasikan dengan pakan komersil dan
lingkungan selama dua minggu, kemudian ikan dipuasakan selama satu hari sebelum diberi
pakan perlakuan. Untuk menjaga kualitas air selama pemeliharaan ikan, akuarium disifon setiap
hari dan dilakukan pergantian air sebanyak 30% dari total volume akuarium setiap 3 hari sekali.
Persiapan Pakan Uji
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pellet komersil dengan kandungan
protein 30-33%. Sebanyak 1% kultur segar bakteri probiotik Bacillus BR2 dan 2% (2 mL/100
gram pakan) putih telur dicampur di dalam botol film kemudian dituangkan ke dalam pakan
dan diaduk hingga merata. Pada pakan kontrol positif dan negatif juga diberikan putih telur 2%.
Setelah itu pakan dikeringkan selama 15 menit untuk mengurangi kelembaban pada pakan.
Selanjutnya pakan siap diberikan untuk ikan uji. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali
sehari dengan metode ad satiation atau sekenyangnya pada pukul 08.00, 12.00, dan 17.00 WIB
selama 30 hari. Pakan masing-masing perlakuan dan ulangan disimpan dalam refrigerator suhu
4°C untuk menjaga viabilitas bakteri probiotik Bacillus BR2.
Penyediaan Bakteri Patogen
Bakteri Streptococcus agalactiae akan dikultur kedalam media Trypticase Soy Broth
(TSB) 10 mL dan dishaker dengan kecepatan 1400 rpm selama ± 24 jam. Bakteri disuntikkan
pada lima ekor ikan sebanyak 0.1 mL untuk pengujian patogenitas. Setelah disuntik beberapa
jam akan muncul gejala klinis. Ikan nila dibedah dan direisolasi dibagian ginjal kemudian
digores pada media Trypicase Soy Agar (TSA) kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
27°C sebagai bakteri stok. Bakteri diuji perwarnaan gram, uji biokimia meliputi
oksidase/fermentasi, katalase, oksidase, dan motilitas untuk memastikan bahwa bakteri patogen
adalah bakteri Streptococcus agalactiae.
Penyediaan Bakteri Probiotik
Bakteri Bacillus BR2 yang akan digunakan menjadi bakteri probiotik dikarakterisasi
dengan diuji pewarnaan gram, uji biokimia meliputi oksidase/fermentasi, katalase, oksidase,

5
dan motilitas untuk memastikan bahwa bakteri probiotik adalah bakteri Bacillus BR2.
Identifikasi ini berdasarkan Bergey’ Mannual of Determinatie Bacteriology (Holt et al. 1994).
Bakteri diambil satu ose kemudian dikultur dimedia Trypticase Soy Agar (TSA), kemudian
diinkubasi didalam inkubator selama 24 jam pada suhu 27°C sebagai bakteri stok. Bakteri
probiotik dimurnikan setiap dua minggu dan disimpan pada suhu 4°C. Bakteri dari stok dikultur
kembali sebanyak satu ose ke dalam media TSB 10 mL dan dishaker dengan kecepatan 1400
rpm selama 24 jam. Probiotik Bacillus BR2 yang dikultur kemudian disentrifuse dengan
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan pellet yang dihasilkan dicampur
dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 1000 µL lalu divortex hingga homogen. Pada
akhir tahap ini diperoleh kepadatan sel bakteri kisaran kepadatan sel 109 CFU mL-1.

Parameter Uji
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) merupakan perbandingan antara
jumlah individu pada akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan.
Tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Effendi
2004):

Keterangan :
Nt = jumlah individu pada akhir pemeliharaan (hari ke-t)
No = jumlah individu pada awal pemeliharaan (hari ke-0)

Laju Pertumbuhan Harian


Pengukuran laju pertumbuhan harian dilakukan dengan menimbang bobot ikan mas
setiap 10 hari sekali selama pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Huisman 1987):

Keterangan :
LPH = Laju Pertumbuhan harian (%)
Wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (g)
Wo = Bobot rata-rata pada awal perlakuan (g)
t = Periode pemeliharaan (hari)

Rasio Konversi Pakan


Rasio konversi pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR) selama pemeliharaan
dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991) :

Keterangan :
FCR = konversi pakan
F = jumlah pakan (g)
6
Bt = Biomassa ikan mas pada akhir pemeliharaan (g)
Bm = Biomassa ikan mas yang mati saat pemeliharaan (g)
Bo = Biomassa ikan mas pada awal pemeliharaan (g)
Hematologi Ikan
Pengamatan hematologi ikan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 30 hari setelah
perlakuan probiotik dan 14 hari setelah uji tantang. Pengamatan hematologi dilakukan
dengan menyiapkan syringe, eppendorf, dan antikoagulan Na-sitrat 3,8% untuk
pengambilan darah. Pengambilan darah ikan melalui vena caudal menggunakan syringe
yang telah dibilas dengan antikoagulan, kemudian darah ikan dimasukkan ke dalam
eppendorf yang telah dibilas dengan antikoagulan. Antikoagulan berfungsi untuk
mencegah pembekuan darah. Parameter hematologi ikan yang diamati adalah total eritrosit
dan total leukosit (Blaxhall dan Daisley 1973).

1. Total Eritrosit
Pengamatan total eritrosit dilakukan dengan menyiapkan pipet bulir merah,
haemocytometer, hand counter, dan gelas objek. Selanjutnya pengamatan dilakukan
dengan cara darah dihisap menggunakan pipet bulir merah sampai skala 0,5, setelah itu
dilakukan pengenceran dengan larutan Hayem hingga skala maksimum 101. Kemudian
ujung pipet ditutup dengan ujung jari dan digoyangkan membentuk angka 8 selama 5
menit. Setelah itu, tetesan darah pertama dibuang dan tetesan darah berikutnya diletakkan
pada haemocytometer yang telah ditutup dengan gelas objek. Penghitungan dilakukan
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali dan jumlah eritrosit dihitung sampling
pada 5 kotak. Berikut ini adalah rumus penghitungan total eritrosit:

2. Total Leukosit
Pengamatan total leukosit pertama dilakukan dengan menyiapkan pipet
bulir putih, haemocytometer, hand counter, dan gelas objek. Selanjutnya pengamatan
dilakukan dengan cara darah dihisap menggunakan pipet bulir putih sampai skala 0,5,
setelah itu dilakukan pengenceran dengan larutan Turk hingga skala maksimum 11.
Kemudian ujung pipet ditutup menggunakan jari tangan dan digoyangkan membentuk
angka 8 selama 5 menit. Setelah itu, tetesan darah pertama dibuang dan tetesan darah
berikutnya diletakkan pada haemocytometer yang telah ditutup dengan gelas objek.
Penghitungan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali dan jumlah
leukosit dihitung sampling pada 5 kotak. Berikut ini adalah rumus penghitungan jumlah
leukosit :

7
Total Kelimpahan Bakteri dan Bacillus BR2 di Usus
Pengamatan total kelimpahan bakteri di usus dilakukan sebelum perlakuan
probiotik (H1) dan setelah perlakuan probiotik (H30). Sedangkan pada pengamatan total
kelimpahan bakteri Bacillus BR2 di usus dilakukan setelah perlakuan probiotik (H30).
Sebelum pengamatan terlebih dahulu disiapkan media TSA, TSA+Rif, PBS, dan
peralatan aseptik. Metode penghitungan total kelimpahan bakteri dan Bacillus BR2 di
usus menggunakan metode Total Plating Count (TPC). Preparasi selanjutnya dilakukan
dengan mengambil usus dari tubuh ikan dan memasukkannya dalam eppendorf.
Selanjutnya usus digerus menggunakan penggerus steril. Kemudian usus yang telah
digerus tersebut diambil sebanyak 0,1 ml menggunakan syringe dan dimasukkan ke
dalam 0.9 ml PBS (1:10), lalu dilakukan pengenceran berseri dari 10-1 sampai 10-10.
Setiap pengenceran dilakukan homogenisasi dengan cara divortex. Masing-masing
pengenceran tersebut dituang sebanyak 50 µl pada media TSA (untuk total kelimpahan
bakteri di usus) dan TSA yang mengandung rifampicin 50 µg/ml (TSA+Rif) untuk total
kelimpahan bakteri Bacillus BR2 di usus. Kemudian disebar dengan batang penyebar
hingga merata. Kultur ini dilakukan dengan dua ulangan. Selanjutnya diinkubasi dalam
incubator suhu ruang selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penghitungan total bakteri
menggunakan rumus berikut ini (Reynolds dan Mark 2005):

Kualitas Air
Pengamatan kualitas air yang dilakukan adalah pada awal dan akhir
pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut (DO), pH
dan amonia. Berikut adalah parameter kualitas air beserta alat ukurnya.

Tabel 1 Parameter kualitas air


Parameter Satuan Alat ukur
Suhu °C Termometer
Oksigen terlarut (DO) mg/L DO meter
pH - pH meter
Amonia mg/L Spektrofotometer

Prosedur Analisis Data


Data yang akan diperoleh ditabulasikan menggunakan Microsoft Excel 2016.
Kemudian akan dilakukan uji ANOVA, lalu uji lanjut Duncan dengan tingkat
kepercayaan 95% untuk mengetahui beda nyata tiap perlakuan menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS versi 26.0. Sedangkan data kualitas air dianalisis secara deskriptif.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Haetami K, Andriani Y, Mulyani Y. 2022. Aplikasi bakteri probiotik pada pakan
ikan. Jurnal Ruaya. 10(1):1–7.
Aliyas, Ndobe S, Ya’la ZR. 2016. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
(Oreochromis sp.) yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal Sains dan
Teknologi Tadulako. 5(1):20–27.
Andriani Y. 2018. Budidaya Ikan Nila. Yogyakarta (ID) : Deepublish.
Arifin MY. 2016. Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (Oreochromis sp.) strain merah
dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. 16(1):159–166.
Armawati H, Subandiyono, Pinandoyo. 2015. Pemanfaatan tepung daun singkong
Manihot utilissima yang difermentasi dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan
benih ikan nila merah Oreochromis niloticus. Journal of Aquaculture Management
and Technology. 4(2):51–59.
Azhar F. 2013. Pengaruh probiotik dan prebiotik terhadap performa juvenile ikan kerapu
bebek Comileptis altivelis. Buletin Veteriner Udayana. 6:1–9.
Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine haematological methods for use fish blood.
Journal Fish Biology. 5: 771‒781.
Effendi I, 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Depok.
Etchepare MA, Nunes GL, Nicoloso BR, Barin JS, Flores EMM, Mello RO, Menezes CR.
2020. Improvement of the viability of encapsulated probiotics using whey proteins.
LWT-Food Science and Technology. 117:108601.
Fransisca NE, Muhsoni FF. 2021. Laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada salinitas yang berbeda. Juvenil. 2(3):166–175.
Hardi EH, Sukenda, Harris E, Lusiastuti AM. 2013. Kandidat vaksin potensial
Streptococcus agalactiae untuk pencegahan penyakit streptococcosis pada ikan nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Veteriner. 14(4):408–416.

9
Hill C, Guarner F, Reid G, Gibson GR, Merenstein DJ, Pot B, Morelli L, Canani RB, Flint
HJ, Salminen S, Calder PC, Sanders ME. 2014. The international scientific
association for probiotics and prebiotics consensus statement on the scope and
appropriate use of the term probiotic. Nature Reviews Gastroenterology &
Hepatology. 11(1):506–514.
Ho TTT, Tri NN, Quy OM, Fotedar R, Kannika K, Unajak S, Areechon N. 2017. Pengaruh
suplementasi diet spora probiotik campuran Bacillus amyloliquefaciens 54A, dan
Bacillus pumilus 47B pada pertumbuhan, kekebalan bawaan, dan respons stres ikan
lele belang Pangasianodon hipoftalmus. Imunologi Ikan dan Kerang. 60:391–399.
Holt JG, Krierg NR, Staley JT. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
Edisi ke- 9. Batimore (US): Williams & Wilkins. p 202-268.
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Department of Fish Culture and
Fisheries, Wageningen Agriculture University, Netherland.
Iskandar R, Elrifadah E. 2015. Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang diberi pakan buatan berbasis kiambang. Ziraa'ah Majalah Ilmiah
Pertanian. 40(1):18–24 .
Jantrakajorn S, Maisak H, Wongtavatchai J. 2014. Comprehensive investigation of
streptococcosis outbreaks in cultured nile tilapia, Oreochromis niloticus and red
tilapia, Oreochromis sp. of Thailand. Journal of the World Aquaculture Society. 45:
392–402.
Joffre OM, Poortvliet PM, Klerkx L. 2018. Analisis persepsi risiko dan perilaku
manajemen risiko di kalangan petani udang di Delta Mekong. Akuakultur 495: 528–
537.
Kayansamruaj P, Pirarat N, Katagiri T, Hirono I, Rodkhum C. 2014. Molecular
characterization and virulence gene profiling of pathogenic Streptococcus
agalactiae population from tilapia (Oreochromis sp.) farms in Thailand. Journal of
Veterinary Diagnostic Investigation. 26(4): 488–495.
Khairuman H, Amri K. 2013. Budidaya Ikan Nila secara Intensif. Jakarta(ID) :
Agromedia.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2020. Data Produksi Nasional Perikanan
dan Kelautan Tahun 2020. [diunduh 2022 Juni 5]. tersedia pada
https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=prod_ikan_prov&i=2#panel-footer
Kuebutornye FKA, Tang J, Cai J, Yu H, Wang Z, Abarike ED, Lu Y, Li Y, Afriyie G.
2020. Penilaian in vivo dari potensi probiotik dari tiga inang terkait Basil spesies
pada kinerja pertumbuhan, status kesehatan dan ketahanan penyakit dari
Oreochromis niloticus melawan Streptococcus agalactiae. Budidaya 527:735440.
Munang’andu HM, Paul J, Evensen O. 2016. An Overview of vaccination strategies and
antigen delivery systems for Streptococcus agalactiae vaccines in nile tilapia
(Oreochromis niloticus). Vaccines. 4:48.

10
Newaj-Fyzul A, Al-Harbi AH, Austin B. 2014. Review: Perkembangan penggunaan probiotik
untuk pengendalian penyakit dalam budidaya. Akuakultur 431:1–11.
Nurhayati, Nazlia S. 2019. Aplikasi tepung daun gamal (Gliricidia sepium) yang
difermentasi sebagai penyusun ransum pakan terhadap laju pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika. 3(1): 6–11.
[PIPP] Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2021. Data Produksi dan Harga Ikan.
[Internet]. [Diunduh 2022 Jan 20]. Tersedia pada:
http://pipp.djpt.kkp.go.id/profil_pelabuhan/3434/produksi_harga
Reynolds J, Mark F. 2005. Counting bacteria. Richard College.
Rozik M, Setyadi R, Christiana I. 2018. Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila
Oreochromis niloticus yang dipuasakan secara periodik. Journal of Tropical
Fisheries. 13(2):1014–1021.
Sepang DA, Mudeng JD, Monijung RD, Sambali H, Mokolensang JF. 2021. Pertumbuhan
ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberikan pakan kombinasi pelet dan maggot
(Hermetia illucens) kering dengan presentasi berbeda. Budidaya Perairan. 9(1):33–
44.
Sheehan B, Lauke L, Lee YS, Lim WK, Wong F, Chan J, Komar C, Wendover N, Grisez
L. 2009. Streptococcal diseases in farmed tilapia. Journal of Aquaculture Asia
Pacific. 5(6):26–29.
Silaban AK, Pengaruh pemberian pakan alami (Tubifex sp., Daphnia sp., Infusoria)
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan nila (Oreochromis
niloticus). [SKRIPSI]. Medan: Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Solikhin N. 2016. Isolasi dan seleksi Bacillus sp. pendegradasi amonia, nitrit, nitrat dari
air tambak udang tradisional secara in vitro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Taukhid, Purwaningsih U. 2011. Penapisan isolat bakteri Streptococcus spp. sebagai
kandidat antigen dalam pembuatan vaksin, serta efikasinya untuk pencegahan
streptococcosis pada ikan nila, Oreochromis niloticus. Jurnal Riset Akuakultur. 6
(1): 103‒118.
Tribina A. 2012. Pemanfaatan silase kering ampas tahu untuk pakan ikan nila merah
(Oreochromis niloticus). Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 3(1):27–33.
Wardani Y, Mote N, Merly SL. 2017. Aspek reproduksi ikan nila (Oreochromis niloticus)
di Rawa Biru distrik Sota kabupaten Merauke. Jurnal Fisherina. 1(1):1–10.
Xu J, Xie YD, Liu L, Guo S, Su YL, Li AX. 2019. Regulasi virulensi sistem PTS yang
dimediasi protein cel-EIIB di Streptococcus agalactiae pada ikan nila Nil. Jurnal
Penyakit Ikan. 42:11–19.

11
Ye X, Li J, Lu M, Deng G, Jiang X, Tian Y, Quan Y, Jian Q. 2011. Identification and
molecular typing of Streptococcus agalactiae isolated from pondcultured tilapia in
China. Fish Sci. 77: 623‒632.
Zendeboodi F, Khorshidian N, Mortazavian AM, da Cruz AG. 2020. Probiotik:
konseptualisasi dari pendekatan baru. Opini Saat Ini dalam Ilmu Pangan 32: 103–
123
Zonneveld N, Huisman LA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta (ID). 318 hlm.

12

Anda mungkin juga menyukai