Anda di halaman 1dari 3

MK.

Manajemen Kualitas Air Nama Lengkap : Fadhelia Sari Aryandha


Praktikum ke - 4 NIM : C14180023
Selasa, 7 September 2021 Kelompok/Pararel : 4/1

Manajemen Kualitas Air bagian Secondary treatment dan Tertiary


Treatment

Kemajuan dalam bidang produksi dan industri berkembang pesat pada era
globalisasi seperti sekarang ini. Dalam kegiatan produksi diperlukan berbagai bahan,
seperti air dan energi untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Namun
dalam proses produksi tidak ada efisiensi yang sempurna, sehingga masih meninggalkan
limbah berupa limbah padat, cair ataupun gas (Permadi 2011). Air merupakan salah satu
sumber daya yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup dan tidak dapat digantikan
oleh sumber daya maupun bahan lainnya. Air juga dapat dimanfaatkan sebagai media
pengangkutan zat-zat makanan, maupun sumber energi. Permasalahan utama sumber daya
air ialah kualitas air yang memiliki peran penting untuk keperluan domestik yang semakin
menurun dari tahun ke tahun. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan gangguan,
kerusakan, serta dapat membahayakan beberapa mahluk hidup yang sangat bergantung
dengan sumber daya air (Sasongko et al. 2014). Kegiatan yang banyak memanfaatkan
sumber daya air salah satunya yaitu kegiatan industri (Ghaly et al. 2014). Pada skala besar,
air banyak digunakan pada kegiatan industri seperti sebagai bahan pencuci, pendingin,
pembangkit listrik, dan bahan baku. Proses pengolahan beberapa produk industri akan
menghasilkan limbah cair maupun padat yang sangat berpotensi pada pencemaran
lingkungan. Apabila limbah cair tersebut tidak diproses terlebih dahulu dan langsung
dialirkan ke sungai, maka keadaan kualitas air yang berada di perairan tersebut akan
tercemar oleh bahan organik yang cukup tinggi (Novita et al. 2014).
Air limbah merupakan hasil sisa dari proses produksi yang berbentuk cair dan
sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi sehingga harus dikelola sebelum dibuang ke
lingkungan supaya tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan.
Setiap limbah yang dihasilkan harus dikelola secara baik berdasarkan karakteristiknya
dengan tujuan menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung di dalamnya dan
aman dibuang ke sistem drainase lingkungan. Pengendalian pembuangan air limbah
berfungsi sebagai pencegahan, penanggulangan pencemaran air, serta pemulihan kualitas
air. Pengendalian pembuangan air limbah dapat dimanfaatkan secara kontinu untuk
memenuhi kebutuhan manusia dan melindungi kelestarian hidup flora, fauna serta
mikroorganisme yang bermanfaat bagi lingkungan (Permadi 2011).
Tingkat toksisitas yang dimiliki oleh limbah cair maupun padat bervariasi dari
kondisi operasi serta cara pembilasan yang dilakukan. Pembuangan langsung terhadap
limbah tanpa dilakukannya pengolahan terlebih dahulu ke lingkungan akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Limbah tersebut dapat mencemari mikroorganisme maupun
lingkungannya baik dalam bentuk larutan, koloid, ataupun dalam bentuk partikel lainnya.
Besarnya dampak pencemaran limbah bagi lingkungan maka diperlukan suatu proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan (Nurhasni et
al. 2013). Pengolahan air limbah terdiri dari 4 tahapan proses pengolahan awal
(pretreatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), pengolahan tahap kedua
(secondary treatment), pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment) (Indrayani dan
Rahmah 2018).
Menurut Sahlan (2013) Secondary treatment merupakan suatu proses penyisihan
suspended solid, BOD, serta logam - logam terlarut dan dilakukan secara kombinasi (fisika,
kimia dan biologi). Secondary treatment juga merupakan Waste Water Storage Ponds
(WWSP), yaitu suatu kolam yang digunakan untuk menampung air limbah hasil dari oil
flotation. Sebagai kolam aerasi di dalamnya terjadi proses peningkatan kandungan oksigen
dalam air limbah. Proses yang terjadi di dalam WWSP yaitu berupa pengolahan kombinasi
secara fisika, biologi dan kimiawi. Pengolahan air limbah secara biologi melibatkan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa kimia yang terkandung
di dalam air menjadi senyawa lain yang lebih sederhana. Mikroorganisme akan
mengkonsumsi bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan
memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya.
Pengolahan air limbah secara biologi dilakukan untuk menyisihkan serta menurunkan
konsentrasi senyawa-senyawa organik maupun anorganik dengan memanfaatkan berbagai
mikroorganisme, terutama bakteri. Zat organik yang terkandung dalam air limbah dapat
bermanfaat sebagai makanan dan pertumbuhan sel baru.

Daftar Pustaka
Ghaly AE, Ananthaskar R, Alhattab M. 2014. Production, characterization and treatment
of textile effluents: A critical review. Journal Chemical Engineering and Process
Technology. 5 (1):1–18.
Indrayani L, Rahmah N. 2019. Nilai parameter kadar pencemar sebagai penentu tingkat
efektivitas tahapan pengolahan limbah cair industri batik. Jurnal Rekayasa Proses. 12(1):41–
50.
Novita E, Indarto, Hasanah TL. 2014. Optimasi penggunaan koagulan alami biji kelor
(Moringa oleifera) pada pengolahan limbah cair mocaf. Jurnal Agroteknologi.
8(2):171–178.
Nurhasni, Salimin Z, Nurifitriyani I. 2013. Pengolahan limbah industri elektroplating
dengan proses koagulasi flokulasi. Jurnal Valensi. 3(1):41–47.
Permadi. 2011. Utilitas pengolahan limbah cair rumah sakit. Jurnal NALAR. 10(2):173–
184.
Sasongko EB, Widyastuti E, Priyono RE. 2014. Kajian kualitas air dan penggunaan sumur
gali oleh masyarakat di sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 12(2):72–82.
Ummah FN, Utomo B, Sudarto. 2018. Evaluasi kinerja dan pengembangan pengolahan
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Mojosongo. Jurnal Matriks Teknik Sipil.
6(3):555–564.

Anda mungkin juga menyukai