Anda di halaman 1dari 23

REFRAT ROTASI REPRODUKSI

Prosesing Semen, Sifat Semen dan Inseminasi Buatan


Pada Kelinci

Disusun Oleh :
ALEX HARIYONO PUTRA, SKH NIM 1801301000110565

LABORATORIUM REPRODUKSI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
DAFTAR ISI

Cover....................................................................................................................................................1
Daftar isi...............................................................................................................................................2
Daftar Lampiran...................................................................................................................................3
Pendahuluan.........................................................................................................................................4
Topik 1. Definisi Inseminasi Buatan................................................................................................5
Topik 2. Sifat Biokimiawi Semen Kelinci.......................................................................................5
Unsur Inorganik............................................................................................................................6
Komponen Biokimia.....................................................................................................................6
Kromosom Sex X dan Y pada Spermatozoa................................................................................7
Topik 4. Koleksi dan Evaluasi Semen Kelinci.................................................................................7
Koleksi Semen Kelinci.................................................................................................................7
Evaluasi Semen Kelinci................................................................................................................9
Topik 5. Prosesing /Pengolahan Semen Kelinci............................................................................11
Topik 6. Inseminasi Buatan pada Kelinci......................................................................................13
Proses Inseminasi Buatan...........................................................................................................13
Cek Keberhasilan Inseminasi Buatan.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
Lampiran 1. Jurnal A.........................................................................................................................17
Lampiran 2. Jurnal B..........................................................................................................................18
Lampiran 3. Jurnal D.........................................................................................................................19
Lampiran 4. Jurnal E..........................................................................................................................20
Lampiran 5. Jurnal F..........................................................................................................................21
Lampiran 6. Jurnal G.........................................................................................................................22
Lampiran 7. Jurnal H.........................................................................................................................23

2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
17
8
9
20

Prosesing Semen, Sifat Semen dan Inseminasi Buatan Pada Kelinci

3
Pendahuluan
Menurut sejarah praktek inseminasi buatan pertama berhasil dilakukan
kepada seekor anjing oleh Lazzaro Spallanzani pada tahun 1784, satu abad
setelah manusia dapat melihat dan menjelaskan bentuk sel sperma dengan
menggunakan mikroskop, dan tahun 1897 praktek inseminasi buatan
dilaporkan telah berhasil dilakukan kepada beberapa hewan lain seperti kuda
dan kelinci. Inseminasi buatan mengalami perkembangan yang pesat pada awal
abad 20, dan telah dilakukan di berbagai negara seperti Rusia, Amerika, Jepang
dan beberapa negara di Eropa. Teknik ini pun kemudian digunakan dalam dunia
peternakan, berbagai percobaan dilakukan kepada banyak hewan ternak
seperti kambing, sapi, banteng, dan kerbau, disertai dengan perkembangan
teknik dan rekayasa yang dilakukan kepada sel sperma (Nugroho, 2017).

Belakangan ini kelinci menjadi salah satu hewan pet animal yang paling
digemari oleh masyarakat dan juga sebagai bahan konsumsi oleh karena itu
kelinci mulai banyak diternakan oleh masyarakat umum. Kelinci merupakan
hewan pemakan tumbuhan, memliki 5 jari pada kaki depan dan 4 jari pada kaki
belakang. Hewan ini memiliki sepasang gigi incisivus tambahan di balik incisivus
utama di rahang atas. Telinga kelinci yang lebar merupakan bentuk adaptasi untuk
mendeteksi keberadaan predator dari panas tubuh serta sebagai thermoregulator.
Memiliki kromosom berjumlah 44 buah, memiliki range umur hidup 5-10 tahun
dengan umur produktif 2-3 tahun (Brahmantiyo & Raharjo, 2005).

Kendala dalam budidaya kelinci yang dihadapi oleh peternak ialah


masalah reproduksi karena masih menggunakan metode perkawinan alami,
metode perkawinan alami memliki tingkat keberhasilan yang cukup rendah oleh
karena itu menurut Carluccio et al (2004) perkawinan pada kelinci sebaiknya
dilakukan dengan metode inseminasi buatan (IB) karena memiliki beberapa
keuntungan seperti hemat biaya pemeliharaan, seleksi genetik, dapat bereproduksi
setiap siklus birahi, program pemuliaan yang lebih efisien dan dapat memantau
kesehatan anakan kelinci yang dihasilkan. Menurut Utami et al (2019)

4
meningkatkan jumlah populasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan pejantan dan
sistem perkawinan yang digunakan.

Inseminasi buatan (IB) adalah suatu teknologi reproduksi yang secara luas
telah dikenal oleh masyarakat, yang menggunakan cara koleksi semen, proccesing
dan menempatkan semen pada saluran reproduksi betina dengan menggunakan
alat bantu gun inseminasi (Abdullah, 2019). Di Indonesia teknik IB masih terbatas
digunakan pada hewan ternak besar seperti sapi, kambing, domba dan sudah mulai
digunakan pada unggas, pelaksanaan IB masih sangat jarang dilakukan di
Indonesia karena keterbatasan alat, bahan dan juga kemampuan inseminator.
Aplikasi IB pada ternak kelinci sudah sangat lazim dilakukan di negara-negara
maju seperti di Jerman, Prancis, Italy, Hungaria, Belanda dan lain-lain.

Topik 1. Definisi Inseminasi Buatan

Teknologi IB adalah salah satu teknologi reproduksi yang mampu dan


telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak sehingga dalam
waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang
besar dengan memanfaatkan pejantan unggul (Susilawati, 2013).  Pelaksanaa IB
dengan metode yaitu koleksi semen, proccesing semen dan menempatkan semen
pada saluran reproduksi betina dengan menggunakan alat bantu gun inseminasi
(M. Fariz, 2019). Permasalahan utama dalam aplikasi teknologi IB adalah
kemampuan inseminator untuk IB kelinci masih kurang, kualitas semen beku
rendah, kinerja reproduksi betina aseptor IB bervariasi, teknik dan waktu
inseminasi belum tepat, dan belum optimalnya manajemen pemeliharaan ternak,
khususnya manajemen reproduksi.

Topik 2. Sifat Biokimiawi Semen Kelinci

Menurut Susilawati (2011) menyatakan bahwa komponen kimiawi


spermatozoa terdiri dari asam nukleat, protein, dan lemak. Sepertiga dari berta

5
kering sel spermatozoa adalah kromatin inti yang terdiri dari s DNA dan setengah
protein dengan perbandingan 1:1. Topi akrososm disusun oleh beberapa enzim
protein. Beberapa struktur protein enzim dan lemak juga ditemukan di ekor.
a. Unsur Inorganik
Spermatozoa mengandung fosfor, nitrogen, dan sulfur yang banyak.
Sebagian fosfor berhubungan dengan DNA, sedangkan sulfur berasal dari
komponen protein inti, dan keratinoid pada bagian ekor (Susilawati, 2011).
b. Komponen Biokimiawi
Komponen biokimia pada spermatozoa terdapat pada beberapa bagian
spermatozoa sebagai pelapis atau pelindung spermatozoa itu sendiri, seperti pada
bagian inti spermatozoa terdapat senyawa protein khusus yang disebut dengan
“Spermatozoa Histone” yang berfungsi untuk menstabilkan dan kondensasi DNA
dengan ikatan sulfidril. Ikatan sulfidril ini juga berperan pada perjalanan
spermatozoa saat di epididimis selama perjalanan menuju fertilisasi.
Pada tudung akrosom terdapat enzim akrosin, hyaluronidase, dan enzim
CPE (Corona Penetrating Enzym). Secara umum fungsi dari aksrosin adalah
membantu dalam mempersingkat penetrasi spermatozoa melalui zona pelusida.
Hyaluronidase berfungsi untuk menembus kumulus ooporus dan CPE berfungsi
untuk membantu spermatozoa menembus korona radiata.
Bagian tengah spermatozoa atau biasa disebut middle piece terdapat
serabut-serabut yang diselubungi mitokondira yang berfungsi untuk metabolisme
agar spermatozoa bisa bergerak. Mitokondia yang dibantu dengan bantuan enzim-
enzim dapat melakukan metabolisme baik aerob ataupun anaerob. Pada keadaan
aerob mitokondira akan mengubah mengubah laktat atau piruvat hasil
perombakan fruktosa untuk menghasilkan karbon dioksida dan air melalui jalur
siklus Krebs sedangkan pada keadaan anaerob spermatozoa akan mengubah
glukosa, fruktosa dan manosa menjadi energi dan asam laktat melalui jalur
glikolisis. Kondisi ini penting bagi spermatozoa untuk bertahan hidup selama
penyimpanan untuk keperluan inseminasi buatan karena metabolisme anerobik
berjalan lambat (Toelihere 1985).
c. Kromosom sex X dan Y pada spermatozoa

6
Secara umum kromosom spermatozoa dibagi menjadi dua yaiut,
spermatozoa berkromososm X dan spermatozoa berkromosom Y. Spermatozoa
yang mengandung kromosom X, jika terjadi fertilisasi akan menghasilkan embrio
betina, sedangkan spermatozoa yang mengandung kromosom Y jika terjadi
fertilisasi akan menghasilkan embrio jantan, karena pada kromosom Y terdapat
sex determining region Y gen (SRY) yang menetukan terbentuknya testis pada
hewan jantan. Pada kelinci total memiliki kromosom berjumlah 44 buah
(Brahmantiyo & Raharjo, 2005).

Topik 3. Sifat Kimia dan Fisik Sperma Kelinci

Sifat fisik spermatozoa pada kelinci dapat dilihat dari volume, konsistensi,
dan warna semen. Volume semen untuk seekor kelinci sekitar 0,35 - 0,50 ml
untuk sekali ejakulasi, perbedaan volume dapat terjadi karena faktor umur, bobot
badan, ras, frekuensi koleksi semen, kesehatan reproduksi, kesehatan secara
umum dan kualitas pakan yang diberikan (Brun, 2001). Sedangkan konsistensi
dan warna semen yaitu kental dan berwarna putih keruh, konsistensi dan warna
memiliki kolerasi dalam penentuan presentase kandungan sperma dalam semen .
Semen dengan konsistensi kental dan berwarna keruh menunjukkan bahwa semen
memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Hafez et al, 2000).
Sifat kimia semen kelinci dipengaruhi oleh kelenjar prostat dan kelenjar
vesikularis sehingga pH semen kelinci berkisar 7,28- 7,38. Perubahan pH pada
semen dapat dipengaruhi oleh adanya aktifitas metabolisme yang menghasilkan
asam laktat sehingga pH menjadi asam, keadaan bertambahnya keasaaman pada
semen dapat menurunkan kelangsungan hidup spermatozoa (Maulidya, 2012).

Topik 4. Koleksi dan Evaluasi Semen Kelinci

a. Koleksi Semen Kelnici


Koleksi semen dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penampungan
dengan metode vagina buatan biasa digunakan pada ternak besar, massage

7
digunakan pada unggas dan alat ejakulator digunakan pada hewan liar tauapun
hewan langka (Susilawati, 2013). Menurut Purnama (2003) metode koleksi semen
kelinci sangat cocok menggunakan vagina buatan, alat yang perludisediakan
adalah kelinci jantan pilihan (unggul, sehat, libido tinggi dan catatan reproduksi
yang baik), betina umpan, betina yang akan di IB, kandang, vagina buatan, air
hangat (39°C-41°C), pelumas (KY gel atau vaselin), dan alumunium foil.

Tatalaksana koleksi semen kelinci dengan menggunakan metode vagina


buatan menurut Purnama (2003) ialah :

 Menyiapkan kandang untuk tempat pengambilan semen, hal ini bertujuan


agar kelinci tidak kabur saat dilakukan koleksi semen
 Memasukan pejantan pilihan kedalam kandang
 Memasukan betina umpan ke kandang agar libido pejantan meningkat
 Menyiapkan vagina buatan yang diisi air hangat dengan suhu 39°C-41°C
sampai inner liner menyempit, mulut vagina buatan diolesi pelumas (KY
gel atau vaselin) dan pada bagian belakang ditutup dengan alumunium foil
 Saat libido jantan sudah meningkat, pejantan akan menaiki betina dan pada
saat itulah vagina buatan diletakan pada penis jantan, untuk mendapatkan
hasil semen yang berkualitas semen yang diambil adalah semen hasil
ejakulasi kedua karena biasanya ejakulasi pertama hanya berisi plasma
semen.

b. Evaluasi Semen Kelinci


Evaluasi makroskopis adalah pemeriksaan semen dengan menggunakan
mata telanjang meliputi pemeriksaan volume, warna, pH dan konsistensi
sedangkan pada evaluasi mikroskopis yaitu evaluasi semen menggunakan
mikroskop meliputi pemeriksaan terhdap gerakan massa, motilitas, skor individu,
konsentrasi, vabilitas, dan morfologi spermatozoa. Secara makroskopis
pengamatan meliputi volume, konsistensi, dan warna semen. Volume semen
untuk seekor kelinci sekitar 0,35 - 0,50 ml untuk sekali ejakulasi, perbedaan

8
volume dapat terjadi karena faktor umur, bobot badan, ras, frekuensi koleksi
semen, kesehatan reproduksi, kesehatan secara umum dan kualitas pakan yang
diberikan (Brun, 2001). Sedangkan konsistensi dan warna semen yaitu kental dan
berwarna putih keruh, konsistensi dan warna memiliki kolerasi dalam penentuan
presentase kandungan sperma dalam semen . Semen dengan konsistensi kental
dan berwarna keruh menunjukkan bahwa semen memiliki konsentrasi
spermatozoa yang tinggi (Garner et al, 2000). Sehingga pH semen kelinci berkisar
7,28- 7,38 (Maulidya, 2012).
Evaluasi mikroskop meliputi pemeriksaan terhdap gerakan massa,
motilitas, skor individu, konsentrasi, vabilitas, dan morfologi spermatozoa.
Gerakan massa adalah gerakan gerakan kelompok spermatozoa menyerupai awan.
Sperma yang hidup akan bergerak membentuk awan dengan sangat jelas.
Motilitas digunakan sebagai acuan kualitas semen dan indikasi fertilitas. Motilitas
secara umum dibagi menjadi 3 yaitu progresive, cyrculare, dan reverse akan
tetapi spermatozoa dengan pergerakan progressive saja yang dapat mencapai
tempat terjadinya fertilisasi. Konsentrasi semen kelnci berkisar 245.35±227.08 x
106/mL. Viabilitas atau persentase hidup spermatozoa juga diperhatikan.
Mengukur viabilitas spermatozoa adalah dengan menggunakan pewarnaan eosin
nigrosin, dimana spermatozoa yang masih hidup, kepalanya tidak akan terwarnai,
sedangkan untuk spermatozoa yang mati kepalanya akan berwarna merah.
Presentase viabilitas dapat dihitung dengan jumlah sperma yang hidup
dibandingkan dengan keseluruhan sperma yang tampak pada lapang pandang
(Maulidya, 2012).

9
Gambar 1 Morfologi spermatozoa (Toilehere, 1985).

Evaluasi semen secara mikroskopis meliputi pula pemeriksaan morfologi


spermatozoa. Secara umum bagian spermatozoa dibagi kepala dan ekor seperti
pada gambar 1. Tingkat keberhasilan IB juga dipengaruhi oleh morfologi
spermatozoa sehingga evaluasi morfologi sangat penting, ada beberapa
abnormalitas morfologi spermatozoa seperti pada gambar 2.

10
Gambar 2. Morfologi spematozoa (a) normal, (b) abnormal contour, (c)
KA defect, (d) detached head, (e) macrocephalus, (f)
microcephalus(g) narrow, (h) tappered (i) pearshaped dan (j)
roundhead (Perbesaran 1000x) (Maulidya, 2012).

Topik 5. Prosesing /Pengolahan Semen Kelinci

Setelah semen dikoleksi dan evaluasi, semen akan dilakukan prosesing


yaitu pengenceran dan menambahkan bahan lain tujuan penambahan zat-zat
tersebut adalah meningkatkan volume semen, agar semen tetap hidup dan tidak
ada kontaminasi dari bakteri. Pengenceran pada IB semen segar semen
ditambahkan adalah larutan NaCl fisiologis 0,90 %, karena larutan ini memilkiki
tekanan omotik yang ekuivalen dengan darah. Pengenceran semen yang akan
disimpan dipakai adalah tras kuning telur, larutan gula dan akuades dengan
perbandingan masing-masing 10%, 5%, 85%. Lifos merupakan larutan bergula
yang berguna sebagai sumber energi, kuning telur mengandung lipoprotein dan
lesitin yang berguna untuk menjaga sel sperma dari Cold Shock akibat
pendinginan (Saifudin et al, 2018).

Menurut Salim et al, (2018) kuning telur mengandung asam-asam amino


L-tyrosin, L-tryptophan dan L-phenilalanin yang menghasilkan hydrogen
peroksida pada deaminasi oksidatif. Kuning telur juga mengandung bahan
diantaranya lipoprotein dan lechitin yang berfungsi melindungi spermatozoa
terhadap cold shock karena kemampuannya mempertahankan dan melindungi
integritas selubung lipoprotein dari membran sel spermatozoa.Untuk mencegah
adanya infeksi sekunder dari bakteri, dapat ditambahkan antibiotika yaitu 1000 IU
Streptomisin dan 1000- IU Penisilin permililiter pengencer agar tidak ada
kontaminasi bakteri (Purnama, 2003).

11
Setelah semen selesai diperiksa dan diketahui volume semen kemudian
ditambahkan pengenceran, sebagai contoh hasil yang didapatkan adalah semen
0,6cc dengan konsentrasi 310 juta. Jika ingin menginseminasi 20 ekor induk
dengan dosis IB 0,5 cc maka perlu ditambahkan pengencer 9,4 cc. Perhitungan
mortil IB sebagai berikut:

Dengan dosis IB 0,5 cc/ekor berarti konsentrasi semen IB adalah 7.44 Juta
sperms motil. Dosis IB dengan konsentrasi 7.44 Juta telah memenuhi persyaratan
karena standart konsentrasi sperma motil yaitu 1 juta, 4 juta, 7 juta dan 10 juta
tidak berbeda nyata terhadap persentase kebuntingan, lama bunting, litter size dan
bobot lahir (Purnama, 2003).

Topik 6. Inseminasi Buatan Pada Kelinci

a. Proses Inseminasi Buatan


Menurut Purnama (2003), setelah semen diencerkan sesuai dengan batas
konsentrasi, maka selanjutnya akan dilakukan inseminasi buatan. Sebelum
dilakukan IB, induksi ovulasi pada betina perlu dilakukan. Sinkronisasi birahi
perlu dilakuakan jika hewan yang akan diIB banyak sehingga menghemat waktu,
tenaga dan ekonomi. Waktu yang tepat untuk induksi hormon adalah 5-6 jam
sebelum IB dilakukan. Preparat hormon yang digunakan untuk IB kelinci adalah
HCG atau dapat juga memakai hormon LH (Luteizing Hormone) secara intravena
dengan dosis 30 IU/ekor.

12
Inseminasi buatan dilakukan 5 jam setelah penyuntikan hormon HCG.
Semen cair hasil pengenceran diisap dengan Gun khusus yang dirancang untuk
ternak kelinci sebanyak 0,5 cc, kemudian gun dimasukkan ke dalam vagina
dengan ujung yang membengkok diarahkan kepunggung induk kelinci; setelah
bagian yang membengkok masuk kateter diputar 180° dan terus didorong secara
hati-hati sampai menyentuh serviks uteri. Selanjutnya semen cair disemprotkan
perlahan-lahan dan kateter ditarik keluar. Kateter IB yang telah dipakai
dibersihkan dengan NaCl fisiologis dan disterilkan. Untuk kesehatan reproduksi,
sebuah kateter IB sebaiknya dipakai untuk satu induk (Purnama, 2003). Waktu
yang dibutuhkan untuk sperma melakukan fertilisasi pada tubuh kelinci betina
adalah sekitar 6 jam. Sperma dapat hidup dalam saluran reproduksi betina selama
30-36 jam, sedangkn sel telur dapat bertahan sekitar 6-8 jam. Pola fertilisasi
kelinci dapat dilihat pada gambar 2 :

Gambar 2. Pola ovulasi dan fertilisasi pada kelinci (Purnama, 2003)


b. Cek Keberhasilan Inseminasi Buatan

Keberhasilan IB ditandai dengan terjadinya kebuntingan pada kelinci.


Deteksi kebuntingan pada kelinci dapat dilakukan pada 14 hari pasca dilakukan
IB. Teknik yang dilakukan untuk deteksi kebuntingan pada kelinci adalah palpasi
per-cutan ventro caudal dengan cara melakukan perabaan fetus pada perut induk
bagian bawah. Untuk memastikan kebuntingan, perlu dilakukan palpasi ulang, dan
dianjurkan pada hari ke 21 pasca inseminasi dilakukan karena pada saat itu fetus
sudah membesar. Jika hasil positif, maka pada tanggal 28 dapat didipakan
kandang untuk melahirkan dengan serutan kayu sebagai alas (Purnama, 2003).

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M. F, Humaidah N., Suryanto D. 2019. Pengaruh Lama Penyimpanan


Semen dengan Pengenceran Sari Wortel (Daucus carota) pada Suhu
Ruang terhadap Kualitas Spermatozoa Kelinci REX (Oryctolagus
cuniculus). Jurnal Rekasatwa Peternakan Vol. 2 No.1
Brahmantiyo, B. dan Y. C. Raharjo. 2005. Pengembangan Pembibitan Kelinci di
Pedesaan dalam menunjang Potensi dan Prospek Agribisnis Kelinci.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

14
Brun, Jean Michael., Clement, Michele Theau, Bolet, Gerard. 2001. The
relationship between rabbit semen characteristic and reproductive
performance after artificial insemination. Animal Reproduction Science
70 (2002)
Carlucio A., Robbe D. , De Amacis I. 2004. Artificial Iinseminasion in Rabbits:
Laboratory and Field Trial With Three Different Semen Extender.
World Rabbit Science 12: 65 – 79
Hafez, E.S.E ., B.Hafez. 2000 . Reproduction in Farm Animal . 71 Ed. Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia
Maulidya, Innes. 2012. Karakteristik Semen Segar, Morfologi, dan pengujian
Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa Kelinci Lop dan Rex
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor : Bogor
Nugroho F. H. 2017. Rekayasa Reproduksi dalam Perspektif Ulama Sunni dan
Syiah Kontenporer. Jurnal Ilmiah Pesantren Vol. 3 No. 2
Purnama, Denny R. 2003. Teknologi Kawin Suntik (Inseminasi Buatan) pada
Ternak Kelinci. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan : Balai Penelitian
Ternak Bogor
Saifudin M., Isnaini N., Yekti A. P. A., Susilawati T. 2018. Tingkat Keberhasilan
Inseminasi Buatan Mengguankan Semen Menggunakan Media
Pengencer Tris Aminomethan Kuning Telur pada Sapi Persilangan
Ongole. Jurnal Ternak Tropika Vol 19, 1 pp. 60-65
Salim A., Yekti A. P. A., Kuswati, Susilawati T. 2018. Perbedaan Keberhasilan
Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku dan Semen Cair
Menggunakan Pengencer CEP-3+ Kuning Telur pada Sapi Persilangan
Ongole. Jurnal Ternak Tropika Vol 19, NO 1 pp. 66-67
Susilawati. 2011. Spermatologi. UB Press : Malang
Susilawati. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. UB Press : Malang
Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Utami, P.,Samsudewa,D.,Lestari, C.M.S. 2019. Pengaruh Perbedaan Sistem
Perkawinan terhadap Lama Bunting dan Litter Size Kelinci New
Zealand White. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Volume 14 Nomor 1
edisi Januari

15
LAMPIRAN 1

16
LAMPIRAN 2

17
LAMPIRAN 3

18
LAMPIRAN 4

19
LAMPIRAN 5

20
lAMPIRAN 6

21
LAMPIRAN 7

22
23

Anda mungkin juga menyukai