“Disusun untuk pemenuhan tugas mata kuliah Asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir dosen pengampuh ibu Selvi Mohamad, SST, M.Kes”
KELAS : 2C KEBIDANAN
Mutia DefliaManunu
Nurchalisatarawu
Siti Hadrinka Usman
Tri Indah Samueli
Ajeng safitriLasido
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata dari kami, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
1
A. Latar Belakang.............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................................
1
C. Tujuan...........................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
2
A. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut..............................................................
2
BAB III PENUTUP
....................................................................................................................................
4
A. Kesimpulan...................................................................................................
4
B. Saran..............................................................................................................
4
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir Dalam kala IV ini ibu
masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan
terjadi pendarahan. Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam Pada saat
proses persalinan terkadang harus dilakukan episiotomy misalnya kepala bayi
terlalu besar atau mencegah ruptur perineum totalis. Oleh karena itu kala IV
penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan
bidan Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam masa kritis maka
harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan
Persalinan kala IV dimulai sejak placenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahanya adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus
sampai kembali dalam bentuk normal Hal ini dapat dilakukan dengan
rangangan taktil (m) k merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Pada
materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV
pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV
B. RumusanMasalah
Bagaimana Pemantauan dan Evaluasi Lanjut Kala IV?
C. Tujuan
Menjelaskan Pemantauan dan evaluasi Lanjut Kala IV
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tanda-tanda vital
Pemantauan tanda vital ibu antara lain tekanan darah, denyut
jantung, dan pernafasan dilakukan selama kala IV persalinan dimulai
setelah kelahiran placenta. Seterusnya kemudian dievaluasi lagi setiap 15
menit sekali hingga keadaannya stabil seperti pada persalinan,atau jika ada
indikasi perlu dimonitor lebih sering lagi. Suhu ibu diukur sedikitnya
sekali dalam kala IV persalinan dan dehidrasinya juga harus di evaluasi.
Denyut nadi biasanya berkisar 60-70X per menit. Apabila denyut
nadi lebih dari 90x per menit, perlu dilakukan pemeriksaan dan pemantaun
yang terus menerus.jika ia menggigil tetapi tidak ada infeksi (ingat bahwa
peningkatan suhu dalam batas 2"F adalah normal ) hal tersebut akan
berlalu jika bidan mengikuti beberapa langkah dasar berilah kehangatan
dengan menyelimuti tubuh ibu dengan selimut yang hangat, berikan rasa
kepastian dengan memberikan penjelasan mengapa ia menggigil dan juga
memberi pujian yang melimpah tentang kinerjanya dalam persalinan, ajari
ibu untuk mengendalikan pernafasannya serta teknik-teknik relaksasi
progresif,kadang-kadang suhu dapat lebih tinggi dari 37,2° C akibat
dehidrasi atau persalinan yang lama
2. Kontraksi uterus
Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara simultan. Jika
uterus lembek, maka wanita itu bisa mengalami perdarahan. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus dapat dilakukan rangsangan taktil
( pijatan) bila uterus mulai melembek atau dengan cara menyusukan bayi
kepada ibunya,tetapi si bayi biasanya tidak berada di dalam dekapan ibu
berjam-jam lamanya dan uterus mulai melembek lagi.
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam
asuhan kala IV persalinandan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir
yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan. Kalau kontraksi
uterus baik dan kuat kemungkinan terjadinya perdarahan sangat kecil.
Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatan secara seksama mengenai
ada tidaknya kontraksi uterus yang diketahui dengan meraba bagian perut
ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus uterus telah turun dari pusat,
karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah berada 1-2 jari dibawah
pusat dan terletak agak sebelah kanan sampai akhirnya hilang dihari ke-10
kelahiran
3. Lochea
Jika uterus berkontraksi kuat, lochea kemungkinan tidak lebih dari
menstruasi. Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah
lochea akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi.
Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat menurun
dari sekitar 1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar 50gr pada saat 30
minggu masa nifas. Serviks juga kahilangan elastisitasnya dan menjadi
kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah
kelahiran sekret rahim (lochea) tampak merah (lochea rubra) karena
adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lochea menjadi lebih pucat
(lochea serosa) dan di hari ke-10 lochea tampak putih atau putih
kekuningan (lochea alba). Lochea yang berbau busuk diduga adanya suatu
di endometriosis.
4. Kandung kemih
Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan kandung
kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas
dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya. Jika kandung kemih
penuh, bantu ibu untuk menggosokkan kandung kemihnya dan anjurkan
untuk menggosokkan kandung kemihnya setiap kali diperlukan. Ingatkan
ibu bahwa keinginann untuk berkemih mungkin berbeda-beda setelah ia
melahirkan bayinya jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara
menyiramkan air bersih dan hangat kedalam periniumnnya. Atau
masukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan
berkemih secara spontan. Jika setelah tindakan-tindakan ini ibu tetap tidak
dapat berkemih secara spontan, mungkin diperlukan caterisasi jika
kandung kemih penuh atau dapat di palpasi, gunakan tehnik aseptik pada
saat memasukkan kateter nelaton disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
menggosokkan kandung kemih. Setelah menggosokkan kandung kemih,
lakukan rangsangan taktil (pemijatan)untuk merangsang uterus
berkontraksi lebih baik.
5. Perineum
Perineum di evaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma.
Bungkusan keping es yang dikenakan perineum mempunyai efek ganda
untuk mengurangi ketidaknyaman dan edema bila telah mengalami
epsiotomi atau laserasi
6. Perkiraan darah yang hilang
Sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena
darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urine dan
mungkin terserap handuk,kain,atau sarung. Tak mungkin menilai
kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah darah di
sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin sarung telah
di ganti jika terkena sedikit darahatau basah oleh darah. Meletakkan wadah
atau pispot dibawah bokong pasien untuk mengumpulkan darah bukanlah
cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan cerminan
asuhansayang ibu, karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat tidak
nyaman dan menyulitkan pasien untuk memegang bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan menilai
volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol
500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mngisi
dua botol, artinya pasien telah kehilangan I liter darah, jika darah bisa
mengisi setengah botol pasien kehilangan 250 ml darah dan seterusnya.
Memperkirakan kehilangan darah, hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi pasien. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan
darah adalah melalui penampakan gajala dan tekanan darah. Apabila
perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darh sistole turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya, mak telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila pasien
mengalami syok hipovolemik maka pasien telah kehilangan darh 500%
dari total dari jumlah darah (2000-2500 mi) penting untuk selalu
memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darh pasien
selama kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah darh yang keluar
dan kontraksi uterus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran