Oleh :
KELOMPOK 2
JURUSAN KEBIDANAN
2014
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang
Hyang Widi Wasa, yang telah memberikan kami anugrah sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan maksud menambah wawasan maupun ilmu
pengetahuan mengenai fisiologi nifas. Dalam makalah ini, tidak luput dari
dukungan dan langkah-langkah yang di berikan oleh pengajar yang membantu
dalam proses penyusunan hingga tahap penyelesaian.
Sekian dan terimakasih kami sampaikan kepada semuanya, semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai fisiologi
nifas. Jika ada kekurangan maupun kesalahan-kesalahan dalam makalah ini kami
mohon saran dan kritiknya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................... ii
Daftar Gambar......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 22
3.2 Saran.................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 24
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang dapat
bermanfaat tentang fisiologi nifas. Secara terperici tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian nifas
2. Untuk mengetahui fisiologi beserta perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas
3. Untuk mengetahui adaptasi masa nifas
4. Untuk mengetahui fisiologi laktasi dan menyusui
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
c) Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri (zat
protein) yang terjadi di dalam otot uterus. Sisa dari penghancuran
ini diabsorbsi dan kemudian dibuang dalam urine. Sebagai bukti
dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen sangat tinggi. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
d) Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah
yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
4
mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi
plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan
lokia.
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua
inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat
dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan
masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum dan
sisa darah
Sanguinolenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur
merah lender
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan
kecoklatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
5
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total
jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh
pemberian preparat ergot (ergotrate, Methergine), yang hanya
memiliki efek jangka pendek. Akan tetapi menyusui akan
mempercepat proses involusi.
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Kemudian untuk primipara
berbentuk seperti sprite, multipara bebrbentuk seperti coca-cola dan
grandemultipara berbentuk seperti AQUA. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri membentuk cincin. Serviks
mungkin memar dan edema, terutama jika ada tahanan anterior saat
persalinan, Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa
masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja
yang dapat masuk.
Oleh karena hiperplasi dan retraksi serviks, robekan serviks
dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum
tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum
lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada
pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh karena robekan
ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang dari serviks.
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti
sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan
antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
adalah sebagai berikut:
6
INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERUS BERAT UTERUS
7
Gambar 2.2. Tinggi fundus uteri pada masa nifas
8
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak
mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian,
pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post
partum, antara lain:
a. Adanya udema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
retensi urin.
b. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
c. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme
tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis
pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca
partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-
kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the
water metabolisme of pregnancy).
Resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam
sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan
Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita
inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap
sampai beberapa minggu pasca persalinan.
Secara fisiologis, kontinensia urin dipertahankan dengan tiga cara:
Tonus otot vesica urinaria (musculus detrusor), yang mengendalikan
tekanan intra vesical.
9
Tekanan intra uretral yang diberikan oleh musculus pubococcygeus dan
campuran serabut-serabut yang saling menyilang pada sepertiga bagian
tengah uretra.
Pengendalian sphincter yang merupakan sudut urethrovesical pada cervix
vesicae. Sudut ini yang menutup meatus internus yang dikendalikan oleh
otot-otot dasar pelvis.
Ketiga faktor tersebut tadi secara bersama-sama mencegah keluarnya
urin secara involunter pada saat tekanan intra abdominal meningkat karena
tertawa, bersin, atau batuk.
Otot-otot ini beserta dengan saraf yang menginervasi otot-otot tadi
(nervus pudendus dan cabang-cabang fleksus sakralis) sangat peka terhadap
stres dan trauma selama melahirkan pada saat otot-otot dan saraf-saraf tadi
teregang dan mengalami desakan. Trauma pada saraf tadi akan mengurangi
kekuatan otot-otot yang diinervasi yang telah mengalami regangan berlebihan
dan telah melemah.
Walaupun pada kebanyakan wanita yang sehat yang melakukan latihan
secara teratur, tonus otot tadi akan segera membaik. Pasien primigravida yang
memulai persalinan dengan seluruh ototnya mempunyai tonus yang bagus,
akan sangat kecil kemungkinan terganggunya karena terjadi inkotinensia
stres. Tetapi pada persalinan berikutnya otot tadi akan mengalami stres yang
berulang, dan insidensi inkontinensia stres akan meningkat dengan
meningkatnya paritas. Insidensi tadi juga meningkat pada wanita yang lebih
tua (sebagian karena perubahan hormonal) dan wanita yang mengalami
persalinan lama dan kelahiran dengan alat bantu.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam
pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower
kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam
waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka
kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang
dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan
pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
10
Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan
pada otot dasar panggul. Latihan-latihan tersebut antara lain berenang, senam,
mempertahankan kesehatan, aerobik dan sebagainya.
a. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu
3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam
setelah melahirkan. Kecuali ada komplikasi kelahiran, tidak ada alasan
untuk menunda pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehat
lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia
dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
c. Pengosongan Usus
11
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem
pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup.
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat pemberian huknah atau obat
yang lain.
d. Konstipasi
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena
kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan
defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya
mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan
merobek atau merusak jahitan jika ia melakukan defekasi. Jika penderita
hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi obat pencahar, baik
peroral ataupun supositoria.
12
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rektus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis
tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b. Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar
dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen
dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan
dengan latihan post natal.
c. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang
sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis
muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui
keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat
membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
d. Perubahan ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
e. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis
pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan
pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
13
Adapun gejala-gejala sistem muskuloskeletal yang biasa timbul pada
masa pasca partum antara lain:
Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung
sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran
perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari
penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan
selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa
nyaman pada pasien.
14
Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis
pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis
pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan
berat badan melalui pada posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan
fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal,
diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat
mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis
pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk
latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi
secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap
linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini
sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan
otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan
kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami
diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah
antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu),
dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan
pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi
telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli
fisioterapi selama diperlukan.
15
Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau
menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang
buruk.
16
prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah
prolaps rektum kedalam vagina (Thakar & Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara
lain: merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri
punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar
panggul.
17
rongga panggul dan perdarahan. Tetapi bila ada peningkatan dan
keluhan pusing, perlu diperhatikan.
c. Bradikardi, dengan frekuensi 50 – 70 kali/menit adalah normal untuk 6
–10 jam pertama, hal ini mungkin disebabkan karena penurunan aliran
darah.
d. Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan
persalinan lama atau sulit.
2. Volume Darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
3. Perubahan hematologic
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
4. Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
6. Perubahan Endokrin
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human
chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae
pada hari ke 3 postpatum.
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang di
produksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan.
Penurunan hormon Human Placental Lactogen (HPL), estrogen dan
progesteron serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik
kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas. Ibu
diabetik biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil
selama beberapa hari. Karenan perubahan hormon normal ini membuat masa nifas
18
menjadi suatu periode transisi untuk metabolisme karbohidrat, interpretasi tes
toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b. Hormon Pituitary
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk meransang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hormon Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang
(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap
ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya,
isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus
kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.
19
kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar
prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui
dan banyak makanan tambahan yang diberikan.
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat
anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara
wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45%
setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6
minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita
laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi
50% siklus pertama an ovulasi.
- Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun.
20
9. Perubahan Metabolisme
21
terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran darah dan
ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil
konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi
sebagai dasar pembentukan energi di dalam tubuh. Melalui berbagai tahapan
dalam proses metabolisme, sel-sel yang terdapat di dalam tubuh dapat
mengoksidasi glukosa menjadi CO2 & H2O dimana proses ini juga akan disertai
dengan produksi energi. Proses metabolisme glukosa yang terjadi di dalam tubuh
ini akan memberikan kontribusi hampir lebih dari 50% bagi ketersediaan energi.
Di dalam tubuh, karbohidrat yang telah terkonversi menjadi glukosa tidak hanya
akan berfungsi sebagai sumber energi utama bagi kontraksi otot atau aktifitas fisik
tubuh, namun glukosa juga akan berfungsi sebagai sumber energi bagi sistem
syaraf pusat termasuk juga untuk kerja otak. Selain itu, karbohidrat yang
dikonsumsi juga dapat tersimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen
di dalam otot dan hati. Glikogen otot merupakan salah satu sumber energi tubuh
saat sedang berolahraga sedangkan glikogen hati dapat berfungsi untuk membantu
menjaga ketersediaan glukosa di dalam sel darah dan sistem pusat syaraf (Irawan
2007).
2. Enzim
22
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan
dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis
dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk
membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi
satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan
koenzim.
Kerja Enzim ada 2 teori yang mengungkapkan cara kerja enzim yaitu:
b. Hipothesis Koshland :
1. Enzim dan sisi aktifnya merupakan struktur yang secara fisik lebih
fleksibel daripada hypothesis Fischer.
2. Terjadi interaksi dinamis antara enzim dan substrat
3. Jika substrat berkombinasi dengan enzim, akan terjadi perubahan dalam
struktur (konformasi) sisi aktif enzim sehingga fungsi enzim berlangsung
efektif.
4. Struktur molekul substrat juga berubah selama diinduksi sehingga
kompleks enzim-substrat lebih berfungsi.
Inhibitor
Merupakan zat yang dapat menghambat kerja enzim. Bersifat reversible dan
23
irreversible. Inhibitor reversible dibedakan menjadi inhibitor kompetitif dan
nonkompetitif (Gambar 3.4B )
a.Inhibitor kompetitif
Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini besaing
dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Pengambatan bersifat
reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat dihilangkan dengan
menambah konsentrasi substrat.
b. Inhibitor nonkompetitif
Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan
berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan
bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya.
Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja enzim penyusun konsentrasi
substrat. dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak dapat
dihilangkan dengan menambahkan
24
Konsentrasi substrat
Konsentrasi enzim
Suhu
pH
Aktivator dan inhibitor
I. KATABOLISME
Glikolisis
Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat
Daur Krebs, dan
Sistem Transfer Elektron
Glikolisis :
Berlangsung di sitoplasma
Berlangsung secara anaerob
Mengubah satu molekul glukosa ( 6C ) menjadi dua molekul asam piruvat
( 3C )
Untuk setiap molekul glukosa dihasilkan energi 2 ATP dan 2 NADH
Dikenal sebagai Reaksi Embden dan Meyerhoff
25
Berlangsung pada matriks mitokondria
Siklus Krebs :
Melalui rantai respirasi, hidrogen dari NADH 2 dan FADH2 yang dihasilkan
pada proses glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat dan daur
Krebs dilepaskan ke Oksigen (sebagai penerima hidrogen terakhir) untuk
membentuk H2O dengan melepas energi secara bertahap.
Glikolisis :
26
Alternatif 1 : Bila tidak tersedia cukup oksigen, akan berlangsung respirasi
anaerob / fermentasi, seperti pada diagram/skema di bawah ini :
27
Substrat untuk respirasi tidak selalu dalam bentuk karbohidrat, tetapi bisa juga
berupa protein atau lemak. Perhatikan skema hubungan antara berbagai substrat
tersebut dalam proses respirasi aerob di bawah ini :
28
II. ANABOLISME
cahaya
klorofil
Komponen yang mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis adalah bahan baku
(CO2 dan H2O), energi berupa cahaya, pigmen, molekul carrier enzim dan suhu
yang tepat. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak ada, fotosintesis tidak
dapat berlangsung, sehingga komponen tersebut disebut komponen esensial.
CO2 dari udara masuk melalui stomata ke dalam jaringan spons daun dan segera
dipergunakan untuk proses fotosintesis. Air (H2O) merupakan bahan baku lain
yang diperoleh dari lingkungan. Pada tumbuhan tinggi, H 2O diabsorbsi oleh akar
dan diangkut ke daun melalui berbagai sel dan jaringan.
b). Cahaya
Panjang gelombang dari berbagai spektrum sinar matahari tidak sama. Makin
besar panjang gelombang, makin kecil energi yang dikandungnya. Gelombang
cahaya dari yang terpanjang hingga terpendek adalah merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu. Dalam berbagai percobaan yang menggunakan obyek
Chlorella, ternyata spektrum cahaya yang palig banyak diserap klorofil untuk
proses fotosintesis adalah spektrum merah dan biru ungu (nila).
c). Pigmen
29
Dengan adanya sistem pigmen, tumbuhan hijau dapat mengabsorbsi energi
cahaya dan menggunakan cahaya ini untuk menghasilkan gula. Klorofil
merupakan pigmen terpenting dari tumbuhan yang melakukan fotosintesis
d). Suhu
Pada kloroplas, selain dari pigmen terdapat pula berbagai molekul carrier yang
berfungsi dalam transfer atom hidrogen, elektron dan transfer energi. Selain itu,
pada kloroplas pun terdapat bermacam-macam enzim untuk reaksi kimia
fotosintesis.
30
b). Percobaan Engelmann
31
a. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal,hal ini karena ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalm kondisi istirahat.
b. Bila ada respirasi cepat post partum (>30X/menit) ,mungkin adanya
ikutan tanda-tanda shock.
PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL PADA MASA NIFAS
1. Suhu Badan
a. Sekitar hari ke 4 setelah persalinan,suhu ibu mungkin naik sedikit
antara 37,2 0 C sampai 37,5 oC.Kemungkinan terjadi karena
disebabkan ikutan dari aktivitas payudara.
b. Bila kenaikan mencapai 38 oC pada hari kedua sampai hari-hari
berikutnya harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
2. Denyut Nadi
a. Denyut nadi ibu akan melambat sekitar 60X/menit yakni pada waktu
setelah persalianan karena ibu dalm keadaan istirahat penuh.ini terjadi
utamanya pada minggu utama post partum.
b. Pada ibu yang nerfus bisa cepat,kira-kira 110X/menit.Bisa juga terjadi
gejala shock karena infeksi,khusunya bila disertai peningktan suhu
tubuh.
3. Tekanan Darah
32
placenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan
kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan.
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca
persalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk mengenal
tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan kesehatan pada tenaga kesehatan jika
ditemukan tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Pada masa nifas, perempuan
sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah
beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak,
agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat
teratasi.
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan
tanda – tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :
1. Perdarahan Pervaginam.
2. Sakit kepala yang hebat
3. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
4. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
5. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami
infeksi.
6. Infeksi Bakteri
7. Demam, muntah dan nyeri berkemih.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Kram perut
10. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
11. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :
A. Fase Dependent
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu
sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannnya
dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in
phase. Fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari. Ibu akan
mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Pada
saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalani
33
masa nifas selanjutnya dengan baik. Ibu juga memerlukan nutrisi yang
lebih karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi
jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses nifas.
B. Fase Independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari
pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai
muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di
satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia
ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Ibu berusaha keras untuk menguasai
tentang keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitif dan
merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung
menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Tahap ini menurut Rubin
(1961) digambarkan sebagai fase taking hold.
C. Fase Interdependent
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan
seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan
salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya, ibu
begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan
atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain.
34
dan duktus lactiferous di dalam payudara, serta merangsang produksi kolostrum.
Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar
hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya
kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang berkesinambugan
disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan
pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Proses ini disebut sebagai “reflex
prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi.
Dalam hari-hari dini, laktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut,
lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan nyeri.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke
sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofisis
posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus
(sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous.
Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus
lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi
menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari
sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down
dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu
mendengar bayi menangis atau sekadar memikiran tentang bayinya.
35
Komposisi ASI di bedakan menjadi 3 macam :
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama (1) sampai hari ketiga (3)
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekunig kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI matur,
bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel – sel
epitel, dengan kasiat kasiat sebagai berikut :
3. ASI Mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh (10) sampai seterusnya.
36
fungsi kontrasepsi dan kadar prolaktin paling tinggi pada waktu malam
hari (Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4,
Drs.H.Syaifuddin.AMK).
B. Pengeluaran Air Susu (Oksitosin)
Dua hormon yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel
sekretorik ke papilla mamae adalah:
1. Tekanan dari belakang. Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam
sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktiferus dan
isapan bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak.
2. Reflek neurohormonal. Gerakan menghisap bayi akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitaria posterior.
Akibat langsung dari refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosis dari
hipofisis posterior. Di sekitar alveoli akan berkontraksi mendorong air
susu masuk ke dalam vasalaktifer. Dengan demikian lebih banyak air
susu mengalir ke dalam ampula. Refleks ini dapat dihambat dengan
adanya rasa sakit, misalnya jahitan pada perineum. Sekresi oksitosin
juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu
involusi uterus selama puerperium (nifas).
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
masa nifas adalah periode waktu atau masa dimana organ –organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6
minggu, pada masa nifas banyak terjadi perubahan fisiologis maupun perubahan
psikologis,diantara perubahan fisiologis tanda – tanda vital, pada masa nifas
perubahan tanda – tanda vital harus dilakukan karena untuk membantu tenaga
kesehatan dalam pengawasan postpartum / nifas. Tekanan darah harus dalam
keadaan stabil, suhu turun secara perlahan dan stabil pada 24 jam post partum,
nadi menjadi normal setelah persalinan.
Didalam Fisiologi Laktasi ada dua hal yang terpenting yaitu produksi ASI
dan pengeluaran ASI. Dua hal tersebut dapat berjalan dengan lancar bila
pemeliharaan laktasi dapat kita perhatikan dengan baik sehingga produksi dan
pengeluaran ASI dapat tercapai maksimal. ASI adalah makan bayi yang sangat
baik dan mempunyai keuntungan yang sangat besar, bukan saja menguntungkan
bagi bayi saja tetapi dapat menguntungkan bagi ibu yang menyusuinya.
3.2 Saran
a. Masyarakat
Bagi suami maupun keluarga diharapkan agar lebih aktif, tutut serta
dalam menjaga kesehatan ibu. Dan dapat memberikan dukungan secara
psikis maupun moril terhadap ibu yang menghadapi masa post partum.
b. Pemerintah
Bagi pemerintah diharapkan agar berupaya meningkatkan
pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya bidan, agar persalinan dapat
ditangani oleh tenaga ahli secara komprehensif untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik.
c. Tenaga kesehatan
38
Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapkan agar
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih
peka untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam persalinan agar dapat
segera ditangani.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
Hasil Diksusi
Pertanyaan:
Jawaban:
Hanya 1 dari 1000 ibu yang tidak dapat memberikan ASI pada bayinya,
dikarenakan ASI tidak dapat diproduksi oleh ibu tersebut. Efek bagi si bayi yaitu
tumbuh kembang dari si bayi terganggu, asumsi tersebut dapat dikatakan benar
karena ASI baik untuk kecerdasan anak dan mempengaruhi IQ si anak karena ASI
alami mengandung hormon taurin, laktosa dan lain-lain.
Pertanyaan:
Jawaban:
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada
tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta
akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur
yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis
Pertanyaan:
41
Jawaban :
42
Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrums, berwarna kuning-putih susu.
Hipervaskularsasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesterone
hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping iru,
pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
7. Cuti hamil dan bersalin : menurut undang-undang, bagi wanita
pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1
bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.
8. Pemeriksaan pasca persalinan : di Indonesia, ada kebiasaan atau
kepercayaan bahwa wakita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis
nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan
dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun bagi
wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu
kemudian.
Pertanyaan:
43
d. Fase nifas berdampak pada fisiologis ibu. Setelah lahir trauma
untuk melahirkan dan trauma melihat bayi setelah melahirkan dan
tidak mau merawat ?
Jawaban:
Pada kasus ini disebut baby blues, factor- kaktor yang mempengaruhinya yaitu :
Pertanyaan:
Jawaban :
Nekrotik adalah kematian patologis satu atau lebih sel atau sebagian jaringan atau
organ, yang dihasilkan dari kerusakan ireversibel. Hal ini terjadi ketika tidak ada
cukup darah mengalir ke jaringan, baik karena cedera, radiasi, atau bahan kimia.
Pertanyaan:
Jawaban :
44
Memberitahukan kepada ibu tentang perawatan mamma yang dimulai sejak ibu
hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan
rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan
oleh hipofise. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih banyak. Sebagai efek positif
adalah involusi uteri akan lebuh sempurna. Pemberian nutrisi kepada ibu,
dorongan fisiologi oleh orang-orang terdekat agar ibu tidak stres.
Pertanyaan:
Jawaban :
1. ASI eksklusif selama 6 bulan, karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi.
2. Dari 6-12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pedamping
ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.
3. Di atas 12 bulan, ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan
pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.
Pertanyaan:
Jawaban:
1. Menyusui saat hamil bisa membuat rahim berkontraksi dan berakibat pada
keguguran. Dasar pemahaman ini adalah pada saat menyusui hormone
bernama oksitosin turut diproduksi. Hormon ini memang menyebabkan
45
kontraksi di bagian payudara juga rahim ibu. Akan tetapi, kontraksi tersebut
tidak berpengaruh secara signifikan bagi janin yang dikandung oleh ibu yang
menyusui. Kontraksi rahim pada saat menyusui sama dengan kontraksi rahim
saat berhubungan intim dengan suami, dan tidak mengakibatkan keguguran.
Meski demikian, ibu yang melakukan Tandem Nursing juga harus hati-hari.
Jika pada bagian rahim terasa nyeri maka jauh lebih baik jika ibu
mengehentikan kegiatan menyusui.
2. Alasan kedua mengapa kegiatan menyusui saat hamil tidak dibolehkan adalah
kekhawatiran akan gizi yang kurang. Hal ini memang ada benarnya, namun
jika ibu bisa memenuhi kebutuhan super extra gizinya, mengapa tidak?
Tandem Nursing memerlukan asupan makanan yang penuh dengan protein
dan juga karbohidrat. Jumlahnya lebih tinggi lagi dari biasanya sebab ada
janin dan bayi menyusui. Sementara ini, kalsium dan kebutuhan vitamin juga
harus diperhatikan. Kombinasikan suplemen dan juga makanan alami adalah
taktik terbaik.
3. Hal lain yang membuat orang menghidari Tandem Nursing adalah isu ASI
basi. Hal ini tidak benar sama sekali. Tidak ada ASI yang basi. Yang ada
adalah semakin meningkatnya usia kehamilan maka produksi air susu ibu
juga akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan kadar hormone estrogen
sang ibu juga semakin meningkat. Hal ini juga menyebabkan rasa ASI sedikit
berubah dan bayi yang menyusui kemungkinan besar akan memilih berhenti
menyusui dengan sendirinya. Jadi poinnya adalah teruskan menyusui sampai
bayi sendiri yang memilih berhenti.
Pertanyaan:
Jawaban:
46
Menurut hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh WHO, durasi rentang waktu
menstruasi setelah melahirkan umunya bervariasi antara 4 sampai 10 bulan,
namun ada juga yang mencapai 15-18 bulan setelah melahirkan.
Pertanyaan:
Jawaban:
Lockea tidak termasuk menstruasi, karena lockea merupakan ekskresi cairan
rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina
normal.
Pertanyaan:
Jawaban:
Magnesium terlibat dalam 300 lebih fungsi tubuh, selain untuk membantu
metabolisme kalsium dan vitamin D, magnesium juga berperan langsung dalam
mencegah pengeroposan tulang. Oleh karena itu ibu dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung magnesium, kalsium, dan
vitamin D
Pertanyaan:s
Jawaban:
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan
meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar
steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Jadi penyebab
menurunnya fungsi ginjal karena turunnya kadar steroid
47
Pertanyaan:
Jawaban:
48
49