NUR AOLIYAH
B.22.03.11
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga “Manajemen Asuhan Kebidanan
Komprehensif Postnatal Pada Ny “L” Dengan Nyeri Perineum Di Pkm
Masamba Tahun 2023 ” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis berharap
Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Laporan studi kasus ilmiah ini disusun secara optimal dan didukung oleh
berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Laporan ini. Selain itu,
penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dalam
struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Laporan ini dapat lebih
baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................... 4
A. Latar belakang............................................................................................. 4
BAB II : TINJAUAN TEORI ................................................................................ 6
A. Tinjauan Teori Tentang Masa Nifas............................................................ 6
a. Pengertian masa nifas............................................................................. 6
b. Tujuan asuhan masa nifas...................................................................... 6
c. Tahapan masa nifas................................................................................ 7
d. Peran bidan pada masa nifas.................................................................. 7
e. Perubahan fisiologis masa nifas............................................................. 8
f. Perubahan psikologis pada masa nifas................................................... 12
g. Kebutuhan ibu masa nifas...................................................................... 13
B. Tinjauan Teori Tentang Rupture Perineum................................................. 17
a. Pengertian rupture perineum................................................................. 17
b. Etiologi.................................................................................................. 18
c. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Laserasi Perineum...... 18
BAB III: STUDI KASUS ....................................................................................... 21
Langkah I : Identifikasi Data Dasar......................................................................... 21
Langkah II : Identifikasi Masalah/ Diagnosa Aktual............................................... 25
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial....................... 26
Langkah IV : Mengidentifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan
Tindakan Segera/Kolaborasi.................................................................................... 27
Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh ........................................ 27
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan Dan Penatalaksaan............................... 31
Langkah VII : Evaluasi............................................................................................ 33
BAB IV: PEMBAHASAN ..................................................................................... 43
BAB III : PENUTUP............................................................................................... 46
Kesimpulan.............................................................................................................. 46
Saran........................................................................................................................ 47
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa atau periode setelah persalinan hingga 40 hari
setelah persalinan. Masa nifas adalah periode di mana rahim membuang darah dan sisa-
sisa jaringan ekstra setelah bayi dilahirkan selama masa persalinan. Lama masa nifas
pada setiap wanita berbeda- beda. Umumnya masa nifas paling lama adalah 6 minggu.
Pada masa nifas terjadi pengeluaran darah kotor atau lochea dari kemaluan wanita.
Padaasing- masing periode, darah nifas akan berbeda warna dan konsistensinya seiring
dengan berjalannya pemulihan rahim (Kemkes, 2022).
Nyeri perineum bisa menjadi persoalan bagi ibu nifas karena akan
menimbulkan gangguan ketidaknyamanan dan kecemasan. Dampak negatif lain
diantaranya terhambatnya mobilisasi, terhambatnya proses bounding attachment,
perasaan lelah, maupun gangguan pola tidur. Dampak negatif ini bila tidak di atasi akan
mempengaruhi proses pemulihan ibu nifas sehingga sangatlah penting untuk mengetahui
penanganan yang tepat untuk memperkecil resiko kelainan atau bahkan kematian ibu
nifas (Atikah, N dkk 2019)
Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2020 yaitu 4.627 kasus. Angka
tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2019 yaitu 4.221 kasus
(Kemenkes RI, 2021). Diperkirakan sekitar 60% kematian ibu di Indonesia terjadi pada
masa nifas atau postpartum. Sekitar 50% kematian terjadi pada 24 jam pertama, terutama
pada 6 jam pertama setelah persalinan (6 jam postpartum). Dalam 6 jam pertama setelah
persalinan, sangat penting untuk dilakukan pemantauan dengan beberapa kali menilai
serta memeriksa keadaan ibu dan bayi. Masa 6 jam setelah persalinan merupakan masa
yang sangat kritis untuk ibu dan bayi karena terjadi perubahan-perubahan yang harus
dipantau untuk mengantisipasi adanya komplikasi pada masa nifas. Komplikasi yang
dapat terjadi pada masa nifas antara lain, perdarahan postpartum, infeksi masa nifas,
lochea yang berbau busuk, subinvolusi uterus, nyeri pada perut dan pelvis, pusing dan
lemas yang berlebihan disertai sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur, suhu
tubuh > 38° C, infeksi pada payudara, pembengkakan pada wajah maupun ekstremitas
dan infeksi saluran kemih (Mutiarasari & Sawitri, 2014 Dalam hidayah, F dkk 2022).
4
Nyeri merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri post partum pada ibu
seringkali dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah usia, paritas, jenis
kelamin, budaya, makna nyeri, perhtian, ansietas, pengalaman masa lalu, pola koping,
support keluarga. Nyeri post partum juga bisa disebabkan oleh adanya robekan jalan
lahir baik secara spontan ataupun sengaja
Nyeri perineum adalah gejala umum di antara ibu yang dapat terjadi segera
setelah lahir dan bertahan setelah periode pascanatal. Sebuah survei yang dilakukan
terhadap 2.400 wanita di Amerika Serikat menunjukkan bahwa di antara 1.656 wanita
yang menjalani persalinan pervaginam, 40% melaporkan nyeri perineum dalam dua
bulan pertama setelah persalinan. Pada atau setelah enam bulan, beberapa dari mereka
masih melaporkan rasa sakit di perineum sebagai masalah persisten (Declercq, et. al
2014 dalam Istiana, Siti dkk, 2020).
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
5. Mendapatkan kesehatan emosi
(Ciselia, D & Vivi oktari, 2021)
c. Tahapan masa nifas
Menurut Maritalia (2012) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a) Puerperium dini Puerperium dini merupakan masa pemulihan awal
dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang
melahirkan per vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala
IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
b) Puerperium intermedial Suatu masa pemulihan dimana organ-organ
reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum
hamil. Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42
hari.
c) Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium
berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang
dialami selama hamil atau persalinan. ( Nuursafa Fitriaz Zahroh, N. F. Z,
2021).
d. Peran bidan pada masa nifas
Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan
yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses
penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan meningkatkan
kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses penyesuaian ini,
dituntut konstribusi bidan dalam melaksanakan kompetensi, keterampilan, dan
sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan
harus dapat merencanakan asuhan yang diberikan pada ibu sesuai dengan
kebutuhan ibu tersebut.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
7
a) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
b) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
d) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
g) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
h) Memberikan asuhan secara professional. ( Purwanto, T S dkk 2015 )
e. Perubahan fisiologis masa nifas
a) Perubuhan yang terjadi pada sistem reproduksi
Menurut Pitriani (2014), selama masa nifas alat-alat internal
maupun eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil.
Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini
terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang
terjadi antara lain sebagai berikut.
i. Uterus: Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
ii. Lokia: Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua
yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran
darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat
dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia
mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
8
menyengat dan volumenya berbeda-beda ada setiap wanita.
Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240-270 ml.
Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
iii. Vagina dan Perineum Selama proses persalinan vulva dan
vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga.
Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses
pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas
bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. 17 Robekan jalan lahir dapat terjadi
secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu.
b) Perubuhan yang terjadi pada payudara
Menurut 2017 Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan
progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai.
Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan
vascular sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli dan
harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama
muncul pada awal nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan
yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum telah
terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.
Perubahan payudara dapat meliputi:
1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormon prolactin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari
ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi
(Zahroh, Nuursafa Fitriaz 2021).
c) Perubahan yang terjadi pada tanda-tanda vital
9
Pada ibu pascapersalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda
vital sebagai berikut:
1. suhu: selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkatkan
menjadi 38°C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi
dan perubahan hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38°C
yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu
dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi
selama postpartum), infeksi saluran kemih, edometritis
(peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-
lain.
2. nadi: Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering
ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya
80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari
setelah melahirkan.Keadaan ini bisa berhubungan dengan
penurunan usaha jantung, penurunan volume darah yang
mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan
peningkatan stroke volume. Takhikardi (>100x/menit) kurang
sering terjadi, bila terjadi hubungan peningkatan kehilangan
darah, infeksi atau hemoragie pascapartum lambat.
3. Tekanan darah: selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu
dapat mengalami hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang
ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat
terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah
seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan
darah bisa mengindikasikan penyesuain fisiologis terhadap
penurunan tekanan intrapeutik atau adanya hipovolemia sekunder
yang berkaitan dengan hemorhagi uterus.
4. Pernafasan: fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat
sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan
(Purwanto, T. S. Dkk, 2015 ).
d) Perubahan terhadap sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
10
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh (Utami Dewi, Ni Luh Gede
Lisa, 2018 ).
e) Perubahan terhadap sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. (Zahroh,
Nuursafa Fitriaz, 2021).
f) Perubahan terhadap sistem musculosceletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
(APRILIA, D., Widjanarko, B., & Suryoputro, A, 2021).
g) Perubahan pada sistem endokrin
Hormon-hormon yang berperan :
1. Oksitoksin berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan,
membantu uterus kembali normal. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin.
2. Prolaktin, dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitrin merangsang
pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI, jika ibu post partum
tidak menyusui dalam 14-21 hari timbul menstruasi.
3. Estrogen dan progesterone, setelah melahirkan esterogen menurun,
progesterone meningkat
h) Perubahan pada sistem kardiovaskular
Perubahan hormone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya
hemodilusi sehingga kadar Hemoglobin (Hb) wanita hamil biasanya
sedikit lebih rendah dibandingan dengan wanita tidak hamil. Selain itu,
11
terdapat hubungan antara sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin
melalui plasenta. Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah
tersebut akan terputus sehingga volume darah ibu relative akan
meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban
kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh
system homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan kembali
normal. Biasanya ini terjadi sekitar 1 sampai 2 minggu setelah
melahirkan (Maritalia 2017 dalam Hidayati Fitriani, T, 2021).
i) Perubahan hematologi
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah lebih mengental dan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa dalam beberapa hari
setelah postpartum ( Metasari, A. 2021).
f. Perubahan psikologis pada masa nifas
Waktu hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis,
sering marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang, merupakan
manifestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antar satu
dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang
dikandungnya sebagai bagian darinya. Perasaan gembira bercampur dengan
khawatir dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi akan
dijalani. Beberapa fase psikologis yang dialami oleh ibu nifas sebagai beriku:
a) Taking in Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu
mengharapkan segala kebutuhan tubuhnya terpenuhi orang lain.
Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan.
b) Taking Hold Pada fase taking hold, secara bergantian timbul kebutuhan
ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan
keinginan untuk bisa melakukan segera sesuatu secara mandiri. Fase ini
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
12
c) Letting Go Fase ini merupakan fase penerimaan tanggung jawab akan
peran barunya, berangsur setelah hari ke 11 pasca melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d) Post Partum Blues Fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya terjadi hari ke 3-5 post partum mulai
perasaan sedih, mudah tersinggung, sedih yang tidak jelas, sering
menangis.
( Metasari, A. 2021 ).
g. Kebutuhan ibu masa nifas
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia
interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan
sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada
masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori da protein,
membutuhkan istirahat yang cukup dsb.
Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain:
1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat.
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, (ibu harus mengonsumsi
3 sampai 4 porsi setiap hari)
b. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
c. Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
d. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASInya.
2. Ambulasi
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua Ibu telah dapat duduk,
lalu pada hari ketiga Ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-
jalan. Hari keempat dan kelima, Ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak,
bervariasi tergantungpada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka. (Kemenkes RI, 2013)
13
Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus
sehat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka.
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah
ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya.
Ibu postpartum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24 – 48 jam setelah
melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri,
duduk kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3. Memungkinkan kita mengajrkan ibu cara merawat anakanya selama
ibu masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian,
dan memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis).
Menurut penelitian tidak berpengaruh buruk, tidak menyebabkan
perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotemi
maupun luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapses uteri.
Early ambulation tidak dianjurkan pada bu postpartum dengan penyulit, seperti
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya
(Pratiwi, Khadijah).
3. Eliminasi
Dalam 6 jam post partum, pasien sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya,
pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan
lahir. Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing segera
setelah persalinan dapat mengurangi komplikasi post partum. Berikan
dukungan mental pada pasien bahwa ibu pasti mampu menahan sakit pada
luka jalan lahir akibat terkena air kencing, karena ibupun telah berhasil
berjuang untuk melahirkan bayinya.
BAK normal dalam tiap 3-4 jam secara spontan. Bila tidak mampu
BAK sendiri, maka dilakukan tindakan bleder training, berikut ini:
a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
14
b. Mengompres air hangat di atas simfisis
c. Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB
sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit
gliserine/diberikan obat-obatan. Jika dalam 2-3 hari postpartum masih susah
BAB, maka sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum),
atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur:
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik Asuhan kebidanan III (Nifas)
d. Bila takut BAB secara episiotomy, maka diberikan laksan
suposotria(Azizah, Nurul & Rafhani Rosyidah, 2019).
15
merupakan port de entrée dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu
yang menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit
sehingga timbul enzema. Oleh karena itu, sebaiknya puting susu
dibersihkan dengan air yang telah dimasak, tiap kali sebelum dan
sesudah menyusukan bayi, diobati dengan salep penisilin, lanolin, dan
sebagainya.
b. Partum lokia Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa
nifas yang berupa sekret dari rahim terutama luka plasenta. Pada 2 hari
pertama, lokia berupa darah disebut lokia rubra. Setelah 3-7 hari
merupakan darah encer disebut lokia serosa. Dan pada hari ke-10
menjadi cairan putih atau kekuning-kuningan yang disebut lokia alba.
Bila sudah BAB atau BAK perineum harus dibersihkan secara
rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali.
Biasanya ibu akan takut jahitannya lepas, juga merasa sakit sehingga perineum
tidak dibersihkan atau tidak dicuci. Cairan sabun yang hangat atau sejenisnya
sebaiknya dipakai setelah ibu BAK atau BAB. Sesudah atau sebelum
mengganti pembalut (pad) harus cuci tangan dengan menggunakan desinfektan
atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam
jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Cara memakaikannya adalah dari
depan ke belakang. Langkah-langkah penanganan kebersihan diri adalah
sebagai berikut:
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat dan debu dapat
menyababkan kulit bayi mengalami alergi melalai sentuhan kulit ibu
dengan bayi.
2. Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan
daerah sekitar anus. Nasihatilah kepada ibu untuk membersihkan vulva
setiap kali setelah BAB atau BAK
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain setidaknya 2 kali
sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika
16
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
5. Jika ibu memiliki luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari dan menyentuh luka.
Beberapa langkah untuk menjaga kebersihan bayi adalah sebagai
berikut:
1. Memandikan bayi Tujuan dari memandikan bayi adalah untuk menjaga
kebersihan, memberikan rasa segar, memberikan rangsangan pada kulit.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat memandikan bayi adalah sebagai
berikut:
a. Mencegah kedinginan
b. Mencegah masuknya air ke dalam mulut, hidung, dan telinga
c. Memperhatikan adanya lecet pada pantat, lipatan-lipatan kulit (ketiak
bayi, lipatan paha, dan punggung bayi)
2. Memberikan pakaian pada bayi Bahan pakaian yang akan dikenakan oleh
bayi hendaknya yang lembut dan mudah menyerap keringat
3. Personal hygiene pada bayi Setiap kali BAK dan BAB bersihkan daerah
perinealnya dengan air dan sabun, serta keringkan dengan baik. Kotoran
bayi dapat menyebabkan infeksi sehingga harus segera dibersihkan.
17
ruptur perineum derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan, luka dapat sembuh
dengan sendirinya kecuali ruptur perineum tingkat II, III dan IV perlu dilakukan
penjahitan dikarenakan semakin tinggi derajat rupture maka semakin luas luka
robekan jalan lahir. Ruptur perineum tingkat II meliputi mucosa vagina, kulit
perineum dan otot perineum. Ruptur perineum derajat III meliputi mukosa vagina,
kulit perineum, otot perineum dan otot spingterani eksternal. Ruptur perineum
tingkat IV harus dilakukan robekan yang total dimana spingter recti terpotong dan
laserasi meluas sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi dan
tentu saja dilakukan penjahitan. (Sri, Triwik Mulati 2016)
b. Etiologi
Menurut Prawirohardjo 2008 ruptur perineum dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:
1) Episiotomi.
2) Robekan perineum spontan.
3) Trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ektraksi.
4) Robekan perineum dari faktor ibu meliputi inpartus presipitatus,
mengejan yang tidak efektif, dorongan fundus yang berlebih,edema
dan kerapuhan pada perineum, varikositas vulva, arcuspubis
sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit, sertaperluasan
episiotomi. Faktor dari janin yaitu bayi besar, posisi kepala yang
abnormal,presentasi bokong, ekstraksi forceps, dystocia
bahu,hidrochepalus.
5) Penggunaan oxsitosin yang tidak tepat.
6) Laserasi spontan pada vagina atauperineum dapat terjadi saat kepala
dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi
dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali (Hardiyanti et al., 2022)
18
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah
anak yang dilahirkan. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian
laserasi perineum. Ibu dengan paritas satu atau ibu primipara
memiliki resiko lebih besar untuk mengalami robekan perineum dari
pada ibu dengan paritas lebih dari satu. Jalan lahir yang belum pernah
dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang.
Ibu-ibu belum meregang. Ibu-ibu yang mempunyai anak <3 (paritas
rendah) dapat dikategorikan pemeriksaan kehamilan dengan kategori
baik. Hal ini dikarenakan ibu paritas rendah lebih mempunyai
keinginan yang besar untuk memeriksakan kehamilannya, karena bagi
ibu paritas rendah kehamilannya ini merupakan sesuatau yang sangat
diharapkan.
ii. Usia
Menurut istiana 2020 usia adalah dihitung berdasarkan
tahun kelahiran yaitu lamanya hidup sejak lahir. Remaja wanita
merupakan populasi resiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan,
penyulit ini terjadi karena pada remaja biasanya masih tumbuh dan
berkembang, sehingga memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar
dari wanita yang lebih tua. Sehingga akibatnya, mortalitas, perinatal,
dan mobilitas meternal sangat tinggi pada remaja wanita hamil
dibanding dengan wanita dalam usia 20- an. Hal ini sejalan dengan
teori menjelaskan bahwa laserasi perineum merupakan laserasi yang
terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain posisi persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan dan berat
badan bayi baru lahir.
b) Faktor Janin
i. Faktor Berat Badan Bayi Dengan Laserasi Perineum Pada Persalinan
Normal Berat
Widayanti 2014 badan janin dapat mengakibatkan
terjadinya laserasi perineum yaitu pada berat badan janin diatas 4000
gr. Semakin besar badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan
resiko terjadinya laserasi perineum karena perineum tidak cukup kuat
untuk menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang
19
besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi
lahir yang besar sering terjadi laserasi. Berat badan janin dapat
mengakibatkan terjadinya laserasi perineum yaitu berat badan janin
lebih dari 3500 gr, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti
distosia bahu, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan janin
bergantung pada pemeriksaan, pada masa kehamilan hendaknya
terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin.
20
BAB III
STUDI KASUS
21
c. Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti sakit kepala hebat,
nyeri perut hebat, dan kejang
d. Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol, dan merokok.
d) Riwayat Reproduksi
c. Menarche : 14 tahun
d. Siklus haid : 28 hari
e. Lamanya haid : 6-7 hari
f. Keluhan haid : Tidak ada nyeri yang mengganggu.
e) Riwayat Kehamilan Sekarang
1. G3 P1 A1
2. HPHT : 21-04-2022
3. TP : 28-01-2023
4. Kunjungan ANC
a. Ibu melakukan pemeriksaan antenatal care 5 kali di Puskesmas Masamba
a) 1x pemeriksaan trimester 1
b) 2x trimester 2
c) 2x trimester 3
b. Imunisasi TT sebanyak 4 kali
c. Pergerakan janin dirasakan pada umur 4 bulan yaitu pada bulan Agustus 2022
d. Obat- obatan yang pernah dikonsumsi selama hamil Fe, Kalk, B, Vit C, B1
f) Riwayat Persalinan
Kala I
Kala I berlangsung ± 8 jam
Kala II
Kala II berlangsung ± 10 menit. Ibu melahirkan secara normal (pervaginam) dengan
tenaga mengedan ibu sendiri.
Kala III
Dilakukan manajemen aktif kala III. Plasenta lahir lengkap (selaput dan kotiledon
lengkap), perdarahan ± 150 cc, Ruptur perineum tk II, Lamanya kala III adalah ± 5
menit.
Kala IV
Kala IV berlangsung normal, pemantauan kala IV dilakukan sampai dengan 2 jam
postpartum
Data bayi
22
d. BBL : 2600 gram
e. PBL : 46 cm
f. Jenis kelamin : Laki-laki
g. Apgar score : 8/10
h. Kulit kemerahan
i. Konjungtiva merah muda
j. Sklera tidak ikterus
k. Tali pusat masih basah dan tidak ada tanda-tanda infeksi
l. BAK: 4 kali, BAB: 2 kali (sejak kelahiran)
m. Bayi kuat menetek, reflex menghisap dan menelan baik
n. Bayi terlihat tidur nyenyak
o. TTV
1) Suhu : 36, 8 oC
2) Pernapasan : 46 kali/menit
3) DJA : 148 kali/menit
g) Data Psikososial, Ekonomi, dan Spiritual
a. Ibu dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya
b. Pengambilan keputusan dalan keluarga adalah suami
c. Hubungan antara keluarga baik
d. Penghasilan suami mencukupi kebutuhan sekari-hari
e. Ibu mengerjakan urusan rumah tangga
f. Selama kehamilan. Proses persalinan dan masa nifas ini ibu senantiasa berdoa dan
berserah diri pada Allah SWT.
23
Ibu mandi 2 kali sehari memakai sabun dan ganti baju setiap habis mandi.
i) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, ekspresi wajah meringis saat
bergerak.
b. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.5 °C
P : 20 x/menit
c. Kepala, wajah dan leher
1. Wajah
Tidak tampak pucat dan oedema, nampak meringis bila bergerak
2. Mata
Konjungtiva merah muda dan skelera putih
3. Mulut
Tampak bersih, tidak ada gigi yang tanggal, terdapat sedikit karies pada
gigi seri bawah, bibir tidak pucat dan tidak kering
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe, tidak nampak
pembesaran vena jugularis.
d. Payudara
1. Tidak ada bekas luka operasi
2. Tampak adanya hyperpigmentasi, linea nigra, striae livide dan striae
alba
3. Perut tampak besar sesuai umur kehamilan, tomus otot perut kendor
e. Abdomen
1. TFU 1 jari bawah pusat
2. Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras)
f. Ekstremitas
Reflekx patella (+)
g. Vulva/vagina
1. Tampak luka jahitan perineum, utuh dan masih basah.
2. Pengeluaran lokhia rubra, bau khas (amis)
h. Pemeriksaan Lab: Hb 2 jam post partum 12,4 gr/dl
24
LANGKAH II : MERUMUSKAN DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
Nyeri perineum adalah gejala umum di antara ibu yang dapat terjadi segera setelah lahir
dan bertahan setelah periode pascanatal. Sebuah survei yang dilakukan terhadap 2.400
wanita di Amerika Serikat menunjukkan bahwa di antara 1.656 wanita yang menjalani
persalinan pervaginam, 40% melaporkan nyeri perineum dalam dua bulan pertama
setelah persalinan. Pada atau setelah enam bulan, beberapa dari mereka masih
melaporkan rasa sakit di perineum sebagai masalah persisten (Istiana, Siti dkk, 2020)
25
C. Ibu kurang mengerti perawatan bayi
Data subjektif:
d. Ibu kurang mengetahui tentang perawatan diri dan bayinya dikarenakan jarak
anak pertama dengan yang sekarang 12 tahun
e. Ibu melahirkan yang ke-3 kali dengan 1 kali abortus
Data objektif:
a. Ibu tampak kaku dalam merawat bayinya
b. Aktivitas masih dibantu oleh suami dan keluarga
Analisa dan interpretasi data:
Ibu kurang mendapat informasi dikarenakan jarak anak pertama dengan yang
sekarang 12 tahun sehingga ibu kurang dapat mengingat tentang cara merawat
diri dan bayinya.
D. Bayi baru lahir hari 1
Data subjektif:
ibu mengatakan bayinya kuat menyusu
Data Objektif:
a. BB/PBL : 2600/46 cm
b. TTV:
1) Suhu : 37.2 oC
2) Pernapasan : 46 kali/menit
3) Denyut jantung bayi : 146 kali/menit
f. Kulit kemerahan
g. Apgar skor : 8/10
Analisa dan interpretasi data
Tanda-tanda vital dalam batas normal menandakan bayi dalam keadaan baik
26
Analisa dan Interpretasi Data:
infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu 38oC. Infeksi post partum/puerperalis
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
persalinan (Bobak, 2004).
2. Diagnosa Potensial terjadi infeksi tali pusat pada bayi
Data subjektif: Data objektif:
Tali pusat masih basah, belum puput
Analisa dan interpretasi data:
Tali pusat belum puput menandakan masih ada jaringan dan pembuluh darah yang
berhubungan dengan dunia luar. Hal ini berarti potensial infeksi tali pusat masih
besar sebab jaringan dan pembuluh darah yang berhubungan dengan lingkungan
luar mempermudah masuk dan berkembangbiaknya mikroorganisme. Terutama
jika kebersihan daerah tersebut tidak dijaga dengan baik.
Tujuan
1. Masa nifas hari ke- 1 berlangsung normal
kriteria:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
1) Tekanan darah : sistol 110-130 mmHg, diastol 70-90 mmHg
2) Nadi : 60-90 kali/menit
3) Suhu : 36,6-37,5 oC
4) Pernapasan : 16-24 kali/menit
b. Kontraksi uteru baik : teraba keras dan bundar
c. TFU turun 1 cm/hari
d. Pengeluaran lochia rubra dan berbau normal (amis)
2. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria:
27
Ibu dapat merawat sendiri bayinya; memandikan, mengganti popok, merawat tali
pusat dan dapat menyusui bayinya dengan benar
3. Ibu mampu merawat sendiri bayinya
Kriteria:
Ibu dapat merawat sendiri bayinya; memandikan, mengganti popok, merawat tali
pusat dan dapat menyusui bayinya dengan benar
4. Bayi tetap dalam kondisi baik (normal)
Kriteria:
a. TTV dalam batas normal
1) Suhu : 36,5-37,5 oC
2) Pernapasan : 30-60 kali/menit
3) DJA : 120-160 kali/menit
b. Bayi kuat menetek, reflex mengisap dan menelan baik
c. BAK lancar (±6 kali/hari)
d. BAB baik (±2-3 kali/hari)
5. Tidak terjadi infeksi pada luka jahitan perineum
Kriteria:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti; peningkatan suhu tubuh yang melebihi
37,5 oC, luka jahitan perineum bengkak, berwarna merah, dan pengeluaran lochia
yang berbau.
6. Tidak terjadi infeksi tali pusat
Kriteria :
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti; peningkatan suhu tubuh
melebihi 37,5 oC, tali pusat berbau busuk, berwarna merah dan bengkak.
Rencana asuhan
1. Masa nifas hari I
a. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan.
Rasional: hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi silang
b. Jelaskan pada ibu cara mengetahui baik tidaknya kontraksi uterus
Raional: dengan memberi penjelasan tentang kondisi uterus yang baik, ibu
dapat mengetahui sepert apa kontraksi yang baik dan bisa mengantisipasi
terjadinya perdarahan postpartum (atonia uteri) bila kontraksi tidak baik.
c. Observasi tanda-tanda vital ibu
28
Rasional: tanda-tanda vital merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui keadaan ibu
d. Observasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia setiap hari
Rasional:
1) TFU merupakan salah satu indikator untuk mengetahui bahwa proses
involusio berlangsung normal, normalnya TFU mengalami penurunan
1 cm/hari yang teraba keras dan bundar
2) Dengaan mengobservasi kontraksi uterus dapat mengetahui apakah
uterus berkontraksi dengan baik atau tidak, karena apabila uterus
kurang berkontraksi akan menyebabkan perdarahan dan memperlambat
proses involusio.
3) Perubahan warna, bau, banyaknya, dan perpanjangan lochia merupakan
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh involusio yang kurang baik
e. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
Rasional: mobilisasi dini bertujuan agar sirkulasi darah kejaringan lancar
sehingga mencegah terjadinya trombopleubitis dan mempercepat proses
involusio uteri.
f. Ajarkan pada ibu perwatan luka perineum dengan kompres betadhine dan
anjurkan ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan vulva dengan teratur,
yaitu mencuci daerah vulva dengan bersih setiap habis BAK dan BAB
Rasional : dengan cara ini ibu dapat mengert dan melakukan sendiri
perawatan perineum yang baik dan benar. Dengan menjaga kebersihan
vulva dengan teratur dapat mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan
oleh kuman-kuman patogen
g. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
Rasional: makanan yang mengandung gizi seimbang sangat baik untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, sehingga ASInya dapat lancar dan
makanan yang mengandung serat dapat memperlancar BAB ibu.
h. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwal (on demand)
Rasional : dengan sesering mungkin menyusui akan memacu hormon
prolaktin yang akan memperlancar produksi ASI
i. Ajarkan cara menyusui yang baik dan benar
Rasional : dengan posisi menyusui yang baik dan benar dapat lebih baik
dan mudah mengisap ASI dan agar payudara ibu tidak lecet
29
2. Nyeri perineum
30
5. Potensial terjadi infeksi pada luka jahitan perineum
a. Ajarkan ibu mengenai perawatan luka perineum dan menganjurkan
untuk senantiasa menjaga kebersihan vulva. Rasional: dengan menjaga
kebersihan vulva dengan teratur dapat mencegah terjadinya infeksi yang
disebabkan oleh kuman -kuman patogen.
b. Observasi adanya tanda - tanda infeksi pada luka jahitan
perineum.
c. Rasional : tanda - tanda infeksi merupakan indikator untuk
mengetahui keadaan ibu dan menentukan tindakan selanjutnya.
6. Potensial terjadi infeksi pada tali pusat
a. Pantau adanya tanda - tanda infeksi pada tali pusat bayi.
Rasional : tanda-tandainfeksi merupakan indikator untuk mengetahui
keadaan bayi dan menentukan tindakan selanjutnya.
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.5 °C
P : 20 x/menit
31
bayi;
1) Suhu : 36.8 oC
2) Pernapasan : 46 kali/menit
3) Denyut jantung bayi : 146 kali/menit
32
a. Memberi penjelasan dan simulasi tentang perawatan bayi sehari - hari
: ibu mengerti dan berusaha untuk merawat sendiri bayinya.
b. Meyakinkan dan memotivasi ibu bahwa ia mampu merawat sendiri
bayinya : ibu merasa masih perlu banyak belajar mengenai perawatan
bayi.
c. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwalkan (on
demand): ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan segera setiap
bayinya ingin.
d. Mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar : ibu mengerti dan
mau mempraktekkannya di rumah sakit dan sesampainya di rumah.
4. Keadaan umum bayi baik
a. Memantau adanya tanda - tanda infeksi pada tali pusat Bayi: tidak ada
tanda - tanda infeksi. Suhu tubuh normal; 36,8 °C, tali pusat tidak merah
dan tidak berbau.
33
LANGKAH VII. EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN
34
PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL
Data Objektif (O )
1. Ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak.
35
2. Ada pengeluaran ASI saat puting susu dipencet.
3. TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus teraba keras dan bundar.
4. Luka perineum masih basah.
5. Pengeluaran lochia rubra.
6. Tanda - tanda vital ibu
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.5 °C
P : 20 x/menit
7. Obat - obatan yang diberikan
a. Asam mefenamat 3x1
b. Amoxicilin 3x1
c. Fe 1x1
d. Vit c 1x1
8. Tanda-tanda vital bayi
a. Suhu : 37.2 oC
b. Pernapasan : 46 kali/menit
c. Denyut jantung bayi : 146 kali/menit
9. Tali pusat masih basah
10. Reflex mengisap dan menelan baik
11. Berat badan sekarang : 2600 gram (tetap)
Assessment (A)
1. Masa nifas hari I
2. Nyeri perineum
3. Ibu belum mengerti tentang perawatan bayi
4. Bayi baru lahir hari I
5. Potensial terjadi infeksi luka jahitan perineum.
6. Potensial terjadi infeksi tali pusat pada bayi.
Planning (P)
Tanggal 18 Januari 2023, pukul 17.30 WITA
1. Masa nifas hari I
36
a. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan.
Hasil : ibu mengerti bahwa kontraksi baik apabila perut teraba bundar
dan keras
c. Mengobservasi tanda - tanda vital ibu
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36.5 °C
P : 20 x/menit
d. Mengobservasi TFU, Kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia setiap
hari.
Hasil : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik (teraba keras dan
bundar), pengeluaran lochia rubra.
e. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
Hasil : ibu miring kanan dan kiri di atas tempat tidurnya dan sudah bisa
jalan ke kamar mandi untuk berkemih.
f. Mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka
perineum dan menjaga kebersihan vulva
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya sendiri
g. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
Hasil: ibu mengerti dan langsung meiakukan teknik relaksasi yang telah
diajarkan.
b. Menganjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman
37
a. Memberi penjelasan dan simulasi tentang perawatan bayi sehari-hari
38
b. Mengobservasi adanya tanda - tanda infeksi pada luka jahitan
perineum
Hasil : tidak ada tanda - tanda infeksi yang ditemukan. Suhu tubuh
normal; 36,5 °C, luka jahitan tidak merah dan pengeluaran lochia
tidak berbau.
6. Potensal terjadi infeksi tali pusat pada bayi
a. Memantau adanya tanda - tanda infeksi pada tali pusat bayi
Hasil : tidak ada tanda - tanda infeksi. Suhu tubuh normal; 36,8 °C, tali
pusat tidak merah dan tidak berbau.
39
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL PADA
2. ASI lancar,
40
7. Tanda-tanda vital bayi
a. Suhu : 37.2 oC
b. Pernapasan : 42 kali/menit
9. Kulit kemerahan
Assessment (A)
Planning (P)
41
pekerjaanNberat.
Hasil:Nibu mengertiNdengan penjelasanNyangNdiberikan
e. MenganjurkanNibu untukNtetap menyusuiNbayinya secaraNekslusif
minimalN6 bulan tanpa makananNtambahan selainNASI.
Hasil:Nibu mengertiNdan bersediaNmelakukannya
f. Menganjurkan ibu untukNistirahat jika bayiNsudahNtidur.
Hasil:NIbu mengertiNdan bersediaNmelakukannya.
g. MenganjurkanNibu untuk mengkonsumsiNmakanan yangNberserat dan
bergiziNseimbang sepertiNikan, telur,Ndaging, ayam, kacang-kacangan,
buah-buahanNseperti buah pisang, pepaya, mangga, sayur-sayuran seperti
sayuran hijau sayur bayam, kelor dll) yang mengandung banyak zat besi
dan memenuhi cairan dalam tubuh yaitu minumNair putihN7-8
gelas/NhariNatau 2 liter/ hari.
Hasil : Suhu = 36,7 °C, Pernapasan :44 kali/menit, DJA : 132 kali/menit
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab penulis ini akan menguraikan pembahasan perihal asuhan kebidanan
postnatal pada Ny.”L” dengan nyeri perineum di Puskesmas Masamba pada tanggal 19
Januari 2023.
A. Masa Nifas
Hal pertama yang dilakukan yaitu pengkajian dengan mengumpulkan semua data
dan informasi yang akurat berdasarkan kondisi pasien secara lengkap untuk dapat menilai
keadaan pasien.yang meliputi biodata pasien, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang, dan
riwayat psikososial dan spritual.
Pada hari pertama didapatkan hasil data subjektf dari ibu bahwa Ibu melahirkan
tanggal 18 Januari 2023, jam 11.33 WITA.ibu merasa nyeri pada daerah jalan lahir terutama
bila bergerak, ada pengeluaran darah dari jalan lahir, ibu kurang mengerti cara perawatan
bayi dikarenakan jarak antara anak pertama dan sekarang 12 tahun.
Pada data objektif dapat terlihat ekspresi wajah ibu meringis saat bergerak, terdapat
pengeluaran ASI saat puting susu dipencet. Pemeriksaan TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus teraba keras dan bundar, inspeksi pada luka perineum masih basah. Terdapat
pengeluaran lochia rubra. TTV ibu dalam batas normal. Ibu diberikan obat analgetik,
antibiotik, tablet Fe dan Vit C. Pada bayi didapatkan periksaan TTV dalam batas normal,
reflex menghisap bayi baik dan BB bayi : 2600 gram (dalam batas normal).
43
Pada nifas hari pertama rencana asuhan yang diberikan berdasarkan diagnosa ibu
postpartum dengan luka jahitan perineum tingkat II yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital untuk
mengetahui keadaan umum ibu, diharapkan hasilNpemeriksaan tand-tandaNvital dalam batas
normal. Selain itu mengobservasi TFU merupakan hal yang wajib dialakukan pada ibu nifas
untuk mengetahui involusi berlngasung secara normal. Pada ibu nifas diharapkan involusi
berlangsung normal yang ditandai dengan TFU mengalami penurunan 1
cm setiap hari (kemenkes RI, 2018).
Selanjutnya pemantauan pengeluaran lokia dimulai seagai suatu pelepasan cairan
dalam jumlah banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Adapun jenis lokia pada
masa nifas yaitu lokia rubra berwarna merah darah segar pada hari pertama sampai hari
ketiga postpartum, lokia sanguilenta berwarna kuning berisi darah dan lendir pada hari ketiga
sampai hari ketujuh postpartum, lokia serosa berwarna kuning pada hari ketujuh sampai hari
keempat belas postpartum, kemudian lokia alba adalah lokia terakhir berupa cairan putih
berbentuk krim pada hari keempat belas hingga dua minggu berikutnya
Proses involusi dapat dipercepat bila ibu menyusui bayinya, saat ibu menyusui
hormon oksitosin akan terangsang sehingga hormon ini juga dapat membantu proses
involusin. Oksitosin yang dilepasNdari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus sehingga proses involusi atau pengembalian uterus seperti keadaan sebelum
hamil akan
berjalanNdengan lebihNbaik.NSelain itu, ASINmerupakan nutrisiNalamiah terbaik
bagiNbayi karenaNmengandung kebutuhanNenergi danNzat yangNdibutuhkan selamNenam
bulanNpertama kehidupanNbayi.
Ibu nifas dianjurkan untukNmelakukan mobilisasiNdini sepertiNbalik kanan
danNkiri, bangun dari tempatNtidur, berjalanNke kamar mandi. Mobilisasi dini sangat
penting untuk memperlancar sirkulasi darah, sehinggah dapat membantu melancarkan
penegeluaran lochea, mengurangi risiko terjadinya infeksi, mempercepat involusi uteri. Ibu
dengan rupture perineum untukNsementara tidakNdiperbolehkan bekerjaNkeras
danNdisarankan untukNmakan makananNyangNbergizi.
Pada hari pertama nifas asuhan yang diberikan menjelaskanNkepada ibuNbahwa
nyeriNluka jahitan perineum yangNdirasakan merupakanNhal yangNnormal yang disebabkan
karenaNadanya perlukaan dan akan sembuh seiring dengan penyembuhan luka yang biasanya
6-7 hari, mengobservasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lochea, mengajarkanNibu
dan keluargaNcara masaseNuterus, menganjurkan ibu menyusui bayinya tanpa dijadwalkan
(on demand) atau setiap 2 jam secara bergantian pada payudara kiri dan kanan,
44
mengajarkanNibu teknikNmenyusui yangNbaik danNbenar, posisiNsaat menyusui serta cara
perawatan payudara yang baik dan benar, memberikan Health Education tentang nutrisi
cairan, istirahat, dan personal hygiene, menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini,
mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat, menganjurkanNibu untukNtidak
melakukanNhubungan seksualNselama 6Nminggu pasca persalinanNkarena saatNmasa
nifas,Nmenganjurkan ibuNkeNfasilitasNkesehatanNterdekatNjika mengalamiNtanda-tanda
infeksi pada luka jahitan, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan
oleh tenaga kesehatan, memberikan konseling tentang KB secara dini yaitu alat kontrasepsi
yang tidak mengganggu produksi ASI, memberikan dukungan psikologis dan spiritual pada
ibu dengan melibatkan suami dan keluarga. (Saleha,NSitti 2009 dalam Muthmainnah, 2021).
Nifas hari ke 16
Pada hari ke-16 didapatkan hasil data subjektf dari ibu bahwa nyeri luka perineum
masi terasa namun sudah berkurang. Ibu merasa ada pengeluaran darah dari jalan lahir, ibu
sudah pandai cara merawat diri dan bayinya.
Pada data objektif dapat terlihat ekspresi wajah ibu tampak senang, terdapat
pengeluaran ASI saat puting susu dipencet. Pemeriksaan TFU tidak teraba, inspeksi pada luka
perineum sudah kering. Terdapat pengeluaran lochia sanguilenta. TTV ibu dalam batas
normal. Ibu masih mengonsumsi tablet Fe dan Vit C. Pada bayi didapatkan periksaan TTV
dalam batas normal, reflex menghisap bayi baik dan BB bayi : 3060 gram (dalam batas
normal).
Aktivitas sesksual sebaiknya tidak dilakukan selama enam minggu postpartum,
atau begituNdarah merahNberhenti danNibu dapatNmemasukkan satu duaNjarinya
keNvagina tanpaNrasa nyeri,Nmaka ibuNaman untukNmemulai
melakukanNhubunganNseksual.
IbuNnifas juga perlu diberikan konselingNtentang kontrasepsi dini untuk mengatur
jarak kehamilan. Pada Ny “L” konselingNKB yangNakan diberikanNyaitu alat kontrasepsi
yangNtidak mempengaruhi produksi ASINsehingga ibuNtetap dapatNmenyusui bayinya
secara ekslusifN6 bulan atau bahkan sampai 2 tahun penuh.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa pengkajian dan pemantauanyang dilakuakan
mulai dari hari pertama pasca persalinan sampai dengan pekan keedua pasca persalinan yang
dilakukan secara beratahap dengan melakukan kunjungan di rumah klien. Selama proses
pengakajian dan pemantauan pada kasus Ny “L” tidak ditemukan adanya hambatan atau
45
komplikasi. Hal tersebut terjadi dikarenakan manajemen asuhan yang dilakukan sesuai
dengan teori dan sesuai dengan wewenang bidan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan asuhan kebidanan
postnatal pada Ny. “L”, di Puskesmas Masamba. Asuhan yang telah diberikan kepada Ny.
“L” dapat disimpulkan, sebagai berikut :
46
menganjurkan ibu mobilisasi dini, mengajarkan ibu perawatan luka dengan
baik serta memberikan obat asam mefenamat (3 x 1), amoxicilin (nme3 x 1)
tablet FE (1 x 1), dan Vit C. makanan yang bergizi dan seimbang seperti
mengkonsumsi nasi, sayuran hijau, ikan atau telur serta tempe tahu.
Menganjurkan ibu menjaga personal hygiene, menganjurkan ibu istirahat
yang cukup malam 6 – 8 jam dan siang 1-2 jam.
6. Telah dilakukan asuhan atau implementasi pada Ny “L” dengan nyeri
perineum di Puskesmas Masamba tahun 2023. Dengan hasil yaitu semua
tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan
baik tanpa adanya hambatan.
7. Telah dilakukan evaluasi pada hasil asuhan yang dilakukan pada Ny “L”
dengan nyeri perineum di Puskesmas Masamba tahun 2023. Hasil yaitu
asuhan yang telah diberikan berhasil dengan ditandai dengan tidak adanya
tanda-tanda infeksi serta tidak di temukan kelainan maupun komplikasi.
8. Telah dilakukan pendokumentasian pada setiap asuhan dan tindakan yang
di berikan pada Ny “L” dengan nyeri perineum di Puskesmas Masamba
tahun 2023.
B. Saran
1. Bagi klien
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene terutama pada
genetalia
b. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
c. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan seimbang
d. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi obat yang diberikan
e. Menganjurkan ibu ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami
tanda- tanda infeksi.
2. Bagi bidan
Agar lebih meningkatkan lagi dalam merencanakan asuhan yang sesuai
dengan kasus ruptur perineum tingkat II.
3. Bagi institusi
Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu
menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang pelaksanaan
tugas serta untuk meningkatkan keterampilan bidan.
47
48