Oleh:
1. Dewi Setyowati (202005018)
2. Ngilmi Handayani(202005021)
3. Reza Nur Siamy (202005023)
4. Rizcy Annastasya (202005025)
5. Salma F. D. S. (202005026)
6. Whredha Kusuma (202005031)
PRODI D3 FARMASI
STIKES BAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya karya tulis dengan judul
“Interaksi Obat dengan Makanan “ untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasetika II Prodi D3 Farmasi, Stikes BHM Madiun.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Pengertian..........................................................................................................3
2.2 Mekanisme Interaksi Obat.................................................................................4
2.3 Interaksi Obat Dengan Makanan......................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan..........................6
2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan...........................................8
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem
Pencernaan.............................................................................................................14
2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
DAFTAR TABEL
iii
Tabel 1. Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.......9
Tabel 3. Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh .......................11
iv
BAB I PENDAHULUAN
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu
meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan
atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta
obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil
yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat tidak hanya terjadi antar obat. Namun juga
dapat terjadi antar obat dengan makanan. Banyak orang yang menganggap remah terhadap
hal ini padahal, hal ini sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika
berinteraksi dengan makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada jugajenis obat yang
jika bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh, bahkan
dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh. Dalam dunia veteriner ataupun peternakan, tentu
ilmu farmakologi dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan penting karena kedua ilmu ini
mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang
diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan akan sangat berbahaya jika
kedua bidang ilmu ini tidak berjalan seimbang atau berat sebelah. Karena akan menetukan
kelanjutan hidup dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu diketahui dan dipahami
dengan benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat terwujudkan keserasian
antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas hidup hewan serta kesehatan
masyarakat veteriner untuk kedepannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai
berikut:
3. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.
5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.
1.4 Manfaat
2. Dapat memahami dan menjelaskan apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Dapat mengetahui dan memahami fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan
makanan.
4. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi
tubuh.
5. Dapat mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di
Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit
atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi
kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah
sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek
untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang
dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. Dokumentasinya masih sangat kurang
b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan
kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,
sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah
parahnya penyakit pasien
c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana
populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa
juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor penyakit
tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor lain
(dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).
4
c. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan
inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).
d. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan
penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).
Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus
fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas, yang
dapat berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang mengandung gugus
fungsional khas, menghasilkan respon biologis tertentu.
2. Interaksi Farmakodinamika
Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak langsung,
gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang rentan terhadap interaksi
obat.
a. Individu usia lanjut
b. Minum lebih dari 1 macam obat
c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d. Mempunyai penyakit akut
e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil
f. Memiliki karakteristik genetik tertentu
g. Ditangani lebih dari 1 dokter.
5
diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme
banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau
lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di
dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam
tubuh dan dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan
berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak
dikehendaki.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat dengan
makanan adalah :
Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya
prosesproses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada
kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau amat
dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang menyatakan
pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih lambat daripada
6
pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti
antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin,
imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.
Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah
besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,)
atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa
makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan pada
absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
b). Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1/. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada penderita
Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.
Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi (Harknoss, 1989).
2/. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa saja yang
dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin mikrosom hati
dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau
kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism
obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi
adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada saat makan
makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam, dan kentang goreng
(Harkness, 1989).
3/. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun banyak
makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan dengan
demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga mengakibatkan
berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah aktivitas bifenil-4-
hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lainlain
(Harkness, 1989).
4/. Vitamin
7
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis protein dan
lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang memetabolisasi obat.
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level vitamin, terutama
defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi obat.
Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)
5/. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga kesehatan
yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat ialah: besi,
kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan yang tidak
mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin, suatu
efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang
berlebih dalam makanan dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga
mempunyai efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni berkurangnya kemampuan
untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga yang
ada pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).
8
keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat tertentu. Salah
satu obat yang dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir, inhibitor protease pada
perawatan HIV. Ketersediaan hayatinya meningkat akibat solubilisasi yang diinduksi
oleh perubahan pH lambung. Makanan dapat meningkatkan pH lambung, disisi lain
juga dapat mencegah disolusi beberapa obat seperti isoniazid (INH).
b. Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses
absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi
obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem
karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorbsi obat.
Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan atau menurunkan
absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.
9
5 Hydrochlorothiazid Menunda pengosongan lambung, Diberikan bersama
(HCT) meningkatkan absorbsi usus halus. makanan.
10
2 Lincomycin Tidak diketahui. Diminum saat perut kosong,
karena makanan menghambat
absorbsi.
Menghindari pemberian
bersama makanan yang
mengandung protein
tinggi.
c. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.
Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana akan
meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh
manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat
menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki
struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.
12
Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk beberapa obat
karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran oesophagus. Petunjuk pada
pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus
ditelan dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat
seperti analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,
indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin
(terutamaDoxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran
gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan dapat
berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;
makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah firstpass
metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran
empedu yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.
Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah denganmeminum obat
dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin
(kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin,
pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin
oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus
diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang
kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.
Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada doxycyclin dan
minocyclin.
Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa
mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan tidak
memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max. Beberapa
obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin
dan vitamin Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl
(dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan.
Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dapat
meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
D. Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obatobatan yang
memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan
sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi
tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe,
Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung
seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan
besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat
masuk ke dinding usus.
E. Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati.
Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek
samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat.
F. Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan mengganggu
reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah
↑ Kalsium
antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca
carbonate, lithium.
↑ Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.
↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin,
foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic acid.
↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.
↓Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide,
amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet,
hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates.
↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium
sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine,
succinylcholine.
↓ Natrium
16
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ;
acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet.
↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas.
↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor
antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine,
penicillamine.
↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics.
↑ Klorida
Spironolactone, triamterene
17
5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi
dg makanan
18
15 Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan Kadar plasma bertahan lebih
ketersediaanhayati lama
bersama
18 Spironolakton Makanan mengurangi Khasiat bertambah
ketersediaanhayati bila makan
Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau “hilang”nya obat
dari kantong PVC:
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus
Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding
lurus dengan konsentrasi obat.
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di
bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah ini perlu
dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi.
Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk
diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula bereaksi
dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai molekul yang
menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam amino dan
glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena perlu
diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah menghasilkan kantong dengan dua
kamar di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu
sebelum diberikan.
20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for Veterinary
Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier.
24