Anda di halaman 1dari 20

Pertemuan 1 :

ASMA DAN PPOK


Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan di mana berbagai sel
terlibat, terutama mast cells, eosinofil, dan limfosit T, yang dikarakterisir oleh :
1. Obstruksi saluran nafas yang bersifat reversibel, baik secara spontan maupun dengan
pengobatan,
2. Inflamasi jalan nafas, dan
3. Hiperresponsivitas jalan nafas terhadap berbagai stimuli
Etiologi
ISPA (rhinovirus, influenza, pneumonia, dll). Alergen (debu, serbuk sari bunga, tengu, kecoa,
jamur, dll). Lingkungan (udara dingin, gas SO2 , NO2 , asap rokok, dll). Emosi : cemas, stress.
Olahraga: terutama pada suhu dingin dan kering. Obat/pengawet : Aspirin, NSAID, sulfit,
benzalkonium klorida, beta bloker
Patofisiologi
Inflamasi pada asma dikarakterisir oleh :
 Infiltrasi eosinofil dan limfosit ke jaringan saluran nafas
 Pengelupasan (shedding) epithelial cells bronkus dan penebalan lapisan subepitelial
Gejala Dan Tanda
Penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma a.l.:
 Mengi pada saat menghirup nafas,
 Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak yang terjadi berulang, dan
nafas tersengal-sengal,
 Hambatan pernafasan yang reversibel secara bervariasi selama siang hari,
 Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus, paparan terhadap alergen,
dan perubahan musim, dan
 Terbangun malam-malam dengan gejala-gejala seperti di atas.
Tujuan Terapi
Tujuan : memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal dengan hanya sedikit gangguan
atau tanpa gejala Beberapa tujuan yang lebih rinci antara lain adalah :
 Mencegah timbulnya gejala yang kronis dan menganggu, seperti batuk, sesak nafas
 Mengurangi penggunaan beta agonis aksi pendek
 Menjaga fungsi paru “mendekati” normal
 Menjaga aktivitas pada tingkat normal (bekerja, sekolah, olah raga, dll)
 Mencegah kekambuhan dan meminimalisasi kunjungan darurat ke RS
 Mencegah progresivitas berkurangnya fungsi paru, dan untuk anak-anak mencegah
berkurangnya pertumbuhan paru-paru
 Menyediakan farmakoterapi yang optimal dengan sesedikit mungkin efek samping
Strategi Terapi
 Terapi jangka panjang : Long-term control medications (formerly called preventer,
controller, or maintenance medications) are taken regularly to achieve and maintain
control of persistent asthma
 Terapi serangan akut : Quick-relief medications ( formerly called relievers or rescuers)
are taken as needed to treat acute symptoms and episodes
Terapi Pemeliharaan
 Corticosteroids inhalasi (beclomethasone dipropionate, budesonide, fluticasone
propionate)
 Cromolyn sodium
 Nedocromil
 Long-acting ß2-agonists (salmeterol, formoterol)
 Methylxanthines (aminofilin, teofilin)
 Leukotriene modifiers (montelukast, zafirlukast, zileuton)
 Imunomodulator (Omalizumab (anti-IgE))
Terapi Pada Kondisi Khusus (Wanita Hamil)
 Pencegahan asma pada wanita hamil sama dengan pada pasien lainnya
 Sodium kromoglikat juga digunakan sebagai profilaksis asma
 Kortikosteroid oral jangka pendek, spt prednisolon 20-50 mg sehari utk 4-7 hari cukup
aman
 Jika perlu, sebelum proses melahirkan: injeksi hidrokortison i.m. atau i.v 100 mg setiap 8
jam selama 24 jam cukup menjamin tersedianya kortikosteroid eksogen
Terapi Pada Kondisi Khusus (Anak - Anak)
Penggunaan inhalasi menggunakan nebuliser atau MDI dengan spacer merupakan cara
penggunaan obat yang paling tepat. Inhalasi kortikosteroid cukup aman untuk anak-anak.
Terapi Pada Kondisi Khusus (Geriatri)
Tidak ada hal yang khusus, sama dengan pada dewasa. Lebih diperhatikan pada kemungkinan
terjadi efek samping, terutama pada penggunaan aminofilin/teofilin

PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS)


Penyakit obstruksi saluran nafas kronis dan progresif yang dikarakterisir oleh adanya
keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh bronkitis kronik,
emphysema, atau keduanya. Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara
berlebihan ke batang bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi
hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut turut.
Emfisema adalah kelainan paru-paru yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas yang sifatnya
permanen mulai dari ujung akhir bronchial sampai bagian distal (alveoli : saluran, kantong udara
dan dinding alveoli)
Tujuan Terapi
 Memperbaiki keadaan obstruksi saluran nafas
 Mencegah dan mengatasi eksaserbasi akut
 Menurunkan progresivitas penyakit
 Meningkatkan keadaan fisik dan psikis
 Menurunkan jumlah hari tidak masuk kerja
 Menurunkan lama tinggal di RS
 Menurunkan angka kematian
Tatalaksana Terapi Non Farmakologi
a. Menghentikan kebiasaan merokok
b. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan
c. Nutrisi yang cukup
Tatalaksana Terapi Farmakologi
1. Antikolinergik inhalasi merupakan first line therapy, dosis harus cukup tinggi : 2 puff 4 –
6x/day; jika sulit, gunakan nebulizer 0.5 mg setiap 4-6 jam prn, exp: ipratropium or
oxytropium bromide
2. Simpatomimetik merupakan second line therapy : terbutalin, salbutamol
3. Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik untuk meningkatkan efektifitas
4. Mukolitik : membantu pengenceran dahak, namun tidak memperbaiki aliran udara,
5. Kortikosteroid : benefit is very limited, laporan tentang efektivitasnya masih bervariasi,
kecuali jika pasien juga memiliki riwayat asma; dapat diberikan pada keadaan berat
6. Oksigen : untuk pasien hipoksemia, cor pulmonale. Digunakan jika baseline PaO2 turun
sampai < 55 mmHg
7. Antibiotik : digunakan bila ada tanda infeksi, bukan untuk maintenance therapy
8. Vaksinasi : direkomendasikan untuk high-risk patients: vaksin pneumococcus (tiap 5-10
th) dan vaksin influenza (tiap tahun)
9. α1-proteinase inhibitor

OBAT PADA SISTEM PERNAPASAN


Sistem pernapasan terdiri atas 2 bagian yakni bagian atas dan bagian bawah. Sistem pernapasan
bagian atas meliputi hidung, faring dan laring, sedangkan system pernapasan bagian bawah
meliputi trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru yang berujung pada alveolus Saluran
pernapasan dari hidung hingga bronkiolus dilapisi oleh membrane mukosa yang memiliki silia,
yang akan menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui rongga
hidung. Udara dari rongga hidung kemudian turun ke bawah melalui trakea, bronkus, bronkiolus,
hingga duktus alveolus. Pada duktus alveolus terjadilah pertukaran gas O2 dan CO2, kurang
lebih terdapat 300 juta alveolus pada paru-paru manusia. Pada dinding bronkus dan bronkiolus
terdapat syaraf otonom yaitu syaraf parasimpatik dengan reseptor muskarinik dan syaraf
simpatik dengan reseptor α dan β adrenergic.
Patofisiologi Umum
Gangguan yang terjadi pada saluran pernapasan secara umum dapat digolongkan menjadi 4,
yaitu :
1. Adanya sumbatan pada saluran pernapasan : adanya inflamasi dan sekresi mucus
berlebihan atau adanya benda asing/makanan yang terhirup
2. Kegagalan difusi gas di alveolus : fibrosis, kerusakan alveolus akibat traua mekanik
3. Keterbatasan kapasitas dan ekspansibilitas rongga dada : paru-paru tertekan/kolaps
4. Kegagalan pemicuan ventilasi
Adanyan gangguan pernapasan yang telah disebut di depan maka timbul gejala yang tidak khas
antara lain sesak napas (dyspnea), napas berbunyi (breath sounds) atau bunyi mengi, batuk dan
sputum, heoptisis (batuk darah), hiperinflasi, nyeri dada, dan jari-jari tabuh. Tanda obyektif yang
dapat diamati pada dyspnea antara lain napas yang cepat, terengah-engah, bernapas dengan bibir
ditarik ke dalam, hipoksemia, dan hiperkapnia. Bunyi mengi (wheezes) adalah suara pernapasan
yang disebabkan oleh mengalirnya udara meelalui saluran pernapasn yang sempit akibat
konstriksi atau prroduksi mucus yang berlebihan.
Antihistamin
Antihistamin merupakan salah satu obat alergi yang digunakan pada gangguan saluran
pernapasan (ex : rhinitis). Antihistamin bersifat kuratif (menyembuhkan) dan simptomatik
(menghilangkan gejala) Antihistamin dapat diberikan apabila adanya inflamasi pada membrane
mukosa nasal, ditandai dengan bersin-bersin, gatal pada hidung, hidung berair dan mata merah
Antihistamin bekerja dengan cara memblok kerja histamine pada reseptor histamine 1
Antihistamin diabsorbsi baik secara oral melalui metabolisme di hepar. Efek samping utamanya
antara lain mengantuk dan efek sedative yang terjadi dalam 24 jam setelah pemberian pertama.
Antihistamin terbagi atas 3 generasi secara umum, yakni :
 Generasi 1 : klorfeniramin maleat dan difenhidramin mempunyai efek kolinergik
 Generasi 2 : astemizol, terfenadin, cetirizine dan loratadin
 Generasi 3 : desloratadin (metabolit dari loratadin), levocetirizin (bentuk isomer dari
cetirizine) dan feksofenadin (turunan dari terfenadin)
Dekongestan
Dekongestan merupakan golongan simpatomimetik yang bekerja pada reseptor α-adrenergic
yang terdapat pada mukosa hidung (ex : pseudoefedrin, efedrin sulfat, fenilefrin dan
fenilpropanolamin) Sediaan dekongestan umumnya oral karena dekogestan topical lebih tidak
disukai efek dari penggunaannya yakni perih, rasa terbakar dan kering pada mukosa hidung
Fenilpropanolamin dan efedrin memiliki indeks terapi yang sempit, menyebabkan hipertensi
sehingga penggunaannya hati-hati dan perlu dihindari penggunaannya pada pasien dengan
hipertensi.
Antitusif
Antitusif bekerja dengan menekan reflex batuk (ex : noskapin, etilmorfin, kodein), ketiganya
merupakan derivate senyawa opiate sehingga efek samping yang ditimbulkan adalah konstipasi,
sedative, dll Antitusif tidak digunakan pada batuk berdahak atau diperuntukkan untuk batuk non-
produktif/iritatif, karena dahak yang tertahan pada cabang trakeobronkial dapat mengganggu
ventilasi dan meningkatkan infeksi Antitusif selain contoh di atas adalah dekstrometorphan, yang
merupakan jenis obat yang mirip dengan opiate yang bekerja seagai antagonis reseptor NMDA
(N-methyl D-aspartate) dan merupakan agonis dari reseptor opiate.
Ekspektoran
Ekspektoran berasal dari bahasa latin, yang berarti ex = keluar dan pectoris = dada Obat yang
ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran dahak. Indikasi untuk
batuk yang produktif Obat yang digunakan dapat diperoleh secara bebas (ex : giseril guaikolat ,
guafenesin dan ipekak)
Mukolitik
Mukolitik bekerja dengan menurunkan viskostas mucus/dahak, sehingga memudahkan seseorang
melakukan ekpektorasi Contoh mukolitik antara lain N-asetilsistein, karbosistein, ambroxol,
bromheksin dan mesistein
Obat Asma Bronkial
Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi pada saluran pernapasan bagian bawah yang
ditandai dengan bronkostriksi, inflamasi dan hyperresponsiveness saluran pernapasan sehingga
menyebabkan kekambuhan sesak napas, kesulitas bernapas, dada terasa sesak dan batuk yang
utamanya terjadi di malam hari.
Beta Agonis
Obat golongan β-2 adrenergic merupakan brokodilator, dengan cara mengaktivasi adenilat
siklase sehingga meningkatkan kadar sklik AMP intrasel, merelaksasi bronkus.
Kortikosteroid
Kortikosteroidsecara inhalasi umum digunakan pada pasien dengan asma, diindikasikan untuk
pencegahan jangka panjang serta mengontrol asma Steroid dapat mengurangi gejala dan
meningkatkan fungsi paru, steroid inhalasi tidak efektif untuk mengatasi serangan akut pada
asma Dosis kosrtikosteroid inhalasi direkomendasikan menggunakan dosis rendah, yaitu 2-4
hirupan 2-3 x sehari, efek yang terbaik didapat pada dosis yang rendah. Peningkatan dosis pada
kortikosteroid inhalasi hanya sedikit memberikan peingkatan efek, namun meningkatkan efek
samping.
Antikolinergik
Antikolinergik diberikan bersama dengan β-agonis pada keadaan serangan akut yang berat (ex :
ipratropium bromide). Antikolinergik yang memiliki aksi panjang adalah tiotropium bromide
(durasi 24 jam) yang diindikasikan pada PPOK.

Pertemuan 2 :

TATALAKSANA TERAPI GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER
Tujuan Pengobatan Hipertensi
 Menurunkan Tekanan darah agar tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun
kualitas hidup serta mencegah mortalitas dan morbiditas
 Target Tekanan Darah Pada Pengobatan Hipertensi < 140/90 Mmhg
Gaya Hidup dan Tekanan Darah
 Menurunkan berat badan
 Pengurangan konsumsi alcohol
 Pengurangan intake garam
 Peningkatan aktivitas fisik
 Penurunan intake lemak jenuh Memperbamyak konsumsi lemak tak jenuh dan minyak
ikan
 Peningkatan konsumsi buah dan sayur
 Berhenti merokok
Perubahan gaya hidup :
Dilakukan oleh semua pasien hypertensi dan prehypertensi, Meningkatkan efektivitas obat dan
menurunkan kebutuhan akan terapi obat, Menurunkan resiko cardiovascular disease
Gagal Jantung
Syndrom klinik yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
dibutuhkan untuk memenuhi metabolisme badan
► Disebabkan oleh :
1. Penurunan ventricular filling
2. myocardial contractity
Klasifikasi Menurut Aha
a. Stadium A : Mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya gagal jantung. Tidak ada kelainan
struktural atau fungsional, tidak ada tanda atau gejala yang timbul.
b. Stadium B : Munculnya kelainan pada struktural jantung yang terkait dengan gagal
jantung, tetapi tidak timbul tanda atau gejala
c. Stadium C : Timbulnya gejala gagal jantung yang terkait dengan penyakit jantung
struktural
d. Stadium D : Merupakan lanjutan dari penyakit jantung strukutral dan ditandai dengan
timbulnya gejala gagal jantung pada saat istirahat maupun dalam terapi medis
KLASIFIKASI MENURUT NYHA
► Kelas 1 : Pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan, tidak terjadi dispenia, fatigue,
atau palpitasi selama aktivitas fisik normal.
► Kelas 2 : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari- hari tanpa
keluhan, terjadi fatigue, palpit asi, dan dispenia jika melakukan aktivitas fisik normal dan dapat
hilang saat istirahat.
► Kelas 3 : Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari- hari tanpa keluhan, aktivitas fisik
yang kurang dari normal dapat menyebabkan timbulnya gejala-gejala namun dapat hilang
dengan beristirahat.
► Kelas 4 : Pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus berbaring,
gejala-gejala dapat terjadi walaupun dalam keadaan istirahat.
IHD
 Kekurangan/penurunan supplay oksigen karena terjadinya penurunan atau terhentinya
aliran darah dalam miokard
 Penyakit iskemia jantung (IHD), atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai
dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit
arteri koroner (aterosklerosis dari arteri koroner).
ACS (Acute Coronary Syndrome)
ACS merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan atau
kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil (unstable angina/UA),
infark miokard tanpa elevasi segmen ST (non-ST elevasi myocardial infarction/NSTEMI) dan
infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI). Sindrom koroner akut tanpa elevasi segmen
ST meliputi UA dan NSTEMI)
Patofisiologi
SKA merupakan manifestasi akut dari penyakit jantung koroner, disebabkan oleh proses
aterotrombosis. Aterotrombosis terdiri atas aterosklerosis dan trombosis. Aterosklerosis
merupakan proses pembentukan plak (plak aterosklerotik). Trombosis merupakan proses
pembentukan atau adanya pembekuan darah di dalam pembuluh darah atau kavitas jantung.
Tanda dan Gejala
Pada UA mengalami setidaknya mengalami satu dari tiga gejala berikut (Fauci, 2008) :
 Angina yang muncul saat istirahat atau dengan aktivitas yang ringan dan umumnya
berlangsung lebih dari 10 menit
 Angina yang parah dengan onset yang baru
 Angina yang muncul dengan pola kresendo yang semakin lama semakin kuat.
Diuretik
Jenis diuretic, yaitu :
a. Tiazid : Hidroklorotiazid 12,5 -50 mg/h, bendroflumethiazide, Indapamid
b. Diuretik kuat/loop diuretik : Furosemid, Bumetanide, Ethacrynic acid
c. Potassium sparing: Amilorid, Triamterene
d. Aldosterone antagonis : Eplerenone, Spironolactone Meningkatkan ekskresi natrium,
klorida dan air, sehingga volume plasma dan cairan ekstrasel akan turun.
Beta Bloker (Beta adrenoceptor bloker)
Dibagi 3 yaitu :
 Cardioselektivity, afinitasnya thd beta 1 reseptor lebih besar dari beta reseptor bisoprolol,
metoprolol,atenolol, acebutolol
 ISA (Intrinsic sympatomimetik activity) atau partial beta reseptor agonis: pindolol,
penbutolol, carteolol,acebutolol
 Membran stabilizing effect : propanolol, pindolol, labetolol, acebutolol
CALSIUM CANEL ANTAGONIS
Mekanisme aksi : calsium influx menurun mengakibatkan relaksasi jantung dan otot polos
sehingga tekanan darah menurun.
Contoh : verapamil, diltiazem, golongan dihidropiridin (nifedipin, amlodipin, nikardipin,
isardipin, felodipin)
CENTRAL α 2 RECEPTOR AGONIS
Mekanisme aksi Menstimulasi reseptor α 2 adrenergic di otak. Menurunkan sympatetik dari
pusat vasomotor di otak diikuti peningkatan aktivitas parasimpatik : penurunan frekwensi
jantung, co, tahanan perifer, plasma rennin.

ENZIM DALAM KEFARMASIAN


Setiap sel hidup dalam organisme memerlukan energi untuk kelangsungan hidupnya.
Energi tersebut diperoleh dari serangkaian reaksi pembongkaran (katabolisme) dari bahan-bahan
makanan (nutrisi) yang utamanya adalah glukosa sebagai sumber energi utama hasil konversi
energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Seluruh proses dan reaksi
tersebut dilakukan dalam kondisi terjaga, dan memerlukan katalisator yang disebut Enzim.

Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi
dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan
energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian
besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu
macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang
bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada prosesperombakan
pati menjadi glukosa. Hampir semua enzim yang dikenali hingga saat ini berupa protein dengan
ukuran molekul yang besar yakni 12 – 1000 KD. Enzim dapat berupa untai polipeptida saja/
protein tunggal atau berupa protein yang mengikat unsur atau gugus tertentu. Enzim yang berupa
protein saja dinamakan apoenzim sedang enzim yang merupakan gabungan antara protein
dengan unsur atau gugus non protein disebut holoenzim. Bagian enzim yang berupa unsure
dinamakan ko-factor sedang yang berupa senyawa organic disebut ko-enzim. Bagian enzim non
protein tersebut berperan penting dalam reaksi katalisis dan disebut sebagai gugus prostetik. Ko-
enzim pada umumnya berupa senyawa kelompok vitamin larut dalam air.

Karakteristik Enzim

1. Enzim tidak berubah masuk ke dalam reaksi kimia dan bertindak hanya sebagai katalisa.
2. Enzim tidak mengubah keseimbangan yang konstan pada reaksi kimia tersebut, enzim ini
hanya meningkatkan kecepatan dimana reaksi mendekati keseimbangan.

Klasifikasi Dan Tata Nama Enzim

The International Union of Biochemistry menetap sebuah sistem enzim dan diklasifikasikan :

 6 kelas besar
 Beberapa Sub kelas
 Sub-sub kelas sehingga sebuah enzim ditetapkan menjadi angka empat digit, digit
keempat mengidentifikasi sebuah enzim spesifik

International Union of Biochemistry (IUB) pada tahun 1955 merekomendasikan tatacara


pemberian nama enzim: 1) Nama sistematik : sesuai dengan reaksi yang dikatalisis;
misalnya: fosfotransferase ATP: glukosa, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan
gugus fosfat dari ATP menjadi glukosa. 2) Kode numeric : penamaan dengan nomor kode
(EC) yang mencirikan tipe reaksi ke dalam kelas (digit pertama), subkelas (digit kedua) dan
subsubkelas (digit ketiga). Digit keempat untuk enzim yang spesifik. 3) Nama yang
direkomendasi : nama yang memudahkan untuk menyebut dan mengingat karena sering
digunakan sehari-hari. Misalnya: Amilase 4) Nama singkatan : nama yang disingkat dari
nama aslinya yang panjang. Misalnya: GST singkatan dari Glutation-S transferase 5) Nama
umum atau nama trivial: nama yang sering disebut. Misalnya heksokinase, amilase, tripsin,
pepsin. Kinase adalah nama umum untuk enzim yang melakukan transfer gugus fosfat
(fosforilasi), dan heksokinase adalah nama umum untuk enzim contoh no 1.

Namun tidak semua enzim diberi nama seperti itu, suatu sistem klasifikasi dikembangkan
didasarkan pada jenis reaksi katalisa enzim : 1). Oxidoreduktase, terkait dalam transfer
electron 2). Transferase, mentransfer suatu kelompok kimia dari suatu zat ke zat lainnya 3).
Hidrolase, memotong substrat dengan mengambil suatu molekul air (hidrolisi) 4). Liase,
membentuk ikatan ganda yang menambahkan/memindahkan suatu kelompok kimi 5).
Isomerase, memindahkan satu kelompok didalam suatu molekul untuk membentuk isomer 6).
Ligase atau Sintetase, menggandakan pembentukan berbagai ikatan kimia sampai pada
gangguan ikatan pirofosfat didalam trifosfat adenosin atau sebuah nukleotida yang sama.

Enzim Sebagai Marker

Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip
bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairanekstrasel dalam
jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada di
cairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga
mengeluarkan isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel,namun jumlahnya sangat sedikir dan
tetap. Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari
yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat
diperkirakan terjadi kematian(yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel
secara besar-besaran. Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan
perfusi darah keglomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari
suatu protein serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah.

Enzim Sebagai Reagensia Diagnostik

Enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda (marker) suatu senyawa.
Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat
diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan
bakteri Arthobacter globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat Pengukuran
kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim kolesterol-oksidase yang dihasilkan bakteri
Pseudomonas fluorescens.

Enzim Sebagai Petanda Pembantu Dari Reagensia

Enzim bekerja dengan memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa


yang dilacak Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan substrat yang khas bagi
enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya, terutama
senyawa-senyawa sintetis.

Enzim Dalam Pengobatan

Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai obat,


pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan demikian suatu
efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan),serta manipulasi terhadap
ikatan protein-ligan sebagai sasaran pengobatan.

1. Enzim Sebagai Obat


Mengacu kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang
seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu.
Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai pengobatan, maka keadaan defisiensi
enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan defisiensi enzim yang bersifat
sementara dan bersifat menetap.
2. Enzim Sebagai Sasaran Pengobatan
Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi, senyawa tertentu digunakan
untuk memodifikasi kerja enzim, sehingga efek yang merugikan dapat dihambat dan efek
yang menguntungkan dapat dibuat Enzim sebagai sasaran pengobatan terbagi atas
2,yakni enzim menjadi sasaran kinerja terapi terhadap sel individu dan enzim terhadap
bakteri pathogen. Tetrasiklin yang menghambat pengikatan asam amino-tRNA pada situs
inisiator subunit 30S dari ribosom sehingga asam amino tidak dibawa oleh tRNA.
Streptomisin yang berikatan langsung dengan subunit 50S dari ribosom sehingga laju
sintesis protein berkurang dan terbentuk protein yang tidak semestinya akibat kesalahan
baca kodon mRNA.

Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi (senyawa) inhibitor


monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina oksidase. Kerjanya
yang mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi asam
amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzim yang mengalami peningkatan
jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakit kejiwaan.
Materi 3 :

VITAMIN DAN MINERAL


Vitamin adalah senyawa organik yg diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor enzim metabolism.

Sediaan vitamin :

1. Pengobatan : terapi defisiensi dan terapi suportif pada keadaan patologik


2. Suplementasi / profilaksis : pada kebutuhan yang meningkat misalnya hamil, laktasi,
pertumbuhan, kerja fisik berat, menstruasi

ANGKA KECUKUPAN GIZI RATA-RATA YANG DIANJURKAN (AKG =RDA)

Kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh & aktivitas u/ mencapai derajat kesehatan optimal

Macam vitamin

1. Vitamin larut lemak


- Dapat disimpan dalam jaringan tubuh
- Vitamin A, D, E, K
2. Vitamin larut air
- Tidak dapat disimpan dalam jaringan tubuh
- Pemakaian yang sering untuk mendapatkan kadar dalam tubuh yang konstan
- Vitamin B kompleks dan vitamin C

Vitamin B1 (Tiamin)

 Sumber : bekatul beras, ragi, sayuran, kacang-kacangan, susu, kuning telur, hati
 Defisiensi : berat – beri-beri gangguan saraf gangguan kardiovaskular
 Indikasi : pencegahan & pengobatan defisiensi : neuritis pd alkoholik, wanita hamil
kurang gizi, emesis gravidarum
 Efek samping : rx anafilaksis pada pemberian

Vitamin B2 (Riboflavin)
 Sumber : daging, hati, ragi, telur, sayuran
 Defisiensi : stomatitis angularis, keilosis, glositis, ggn mata
 Indikasi : pencegahan & tx defisiensi vit B2 yang sering menyertai pelagra atau defisiensi
vit B komplek lainnya

Asam nikotinat/niasin/faktor PP

 Sumber : hati, ragi, daging


 Defisiensi : Pelagra – kel pd kulit, sal cerna, SSP
 Efek samping Rx anafilaktoid dx besar : kenaikan gula drh, asam urat, ggn fgs hati

Vitamin B6/Piridoksin

 Sumber : Ragi, biji-bijian (gandum, jagung dll), hati


 Defisiensi : kelainan kulit & mukosa kelainan SSP anemia
 Indikasi : -pencegahan & tx defisiensi -neuritis perifer o.k obat : INH, kontrasepsi oral
(estrogen)
 Efek samping : sindrom neuropati

Kolin

 Prekursor asetilkolin
 Menurunkan kadar lemak dlm hati u/ pembentukan asam amino esensial
 Penggunaan terutama sbg zat lipotropik dlm pengobatan penyakit hati

Vitamin B12/sianokobalamin

 Sumber: jeroan (hati, ginjal, jantung), kerang, kuning telur, susu kering bebas lemak,
ikan, kepiting
 Fungsi: metabolisme intrasel
 Defisiensi srg disebabkan ggn absorpsi – “anemia pernisiosa addison” ggn hematopoesis
(anemia megaloblastik) ggn neurologi kerusakan sel epitel t.u epitel saluran cerna

Asam Folat

 Sumber : hampir setiap jenis makanan Kadar tertinggi dalam hati, ragi, daun hijau yg
segar
 Defisiensi : hematopoesis megaloblastik, glositis, diare, penurunan berat badan
 Indikasi : pencegahan & pengobatan defisiensi Pd ibu hamil kebutuhan meningkat
terdapat korelasi kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insiden kelainan
neural tube
Vitamin C/ asam askorbat

 Sumber : sayur dan buah-buahan segar t.u jeruk


 Fungsi : kofaktor dalam reaksi metabolisme antioksidan sintesis kolagen, proteoglikan
 Defisiensi : skorbut atau scurvy – ggn penyembuhan luka, ggn pembentukan gigi,
perdarahan
 Indikasi : pencegahan & pengobatan defisiensi
 Kebutuhan vit C meningkat pd peny infeksi, keganasan, pasca bedah, hamil dan laktasi
 Efek samping dosis > 1 g/hari – diare o.k iritasi mukosa usus - terbentuknya batu ginjal
 Meningkatkan absorpsi besi – hati-hati pd px talasemia, anemia sideroblastik

Vitamin A (retinol; retinoid;karoten)

 Sumber : mentega, telur, hati, daging, sayuran berwarna hijau atau kuning, wortel,
pepaya, tomat
 Fgs : regenerasi pigmen retina; pertumbuhan epitel, Tx kelainan kulit, meninggikan daya
tahan mukosa thd infeksi, perkembangan tulang.
 Defisiensi : buta senja, xeroftalmia, kebutaan
-perubahan epitel → insiden infeksi saluran napas↑
- kulit kering
- ggn indra penciuman, perabaan, pendengaran
 Bahaya toksisitas; teratogen
 Indikasi : pencegahan & pengobatan defisiensi vit A
 Sediaan oral (tablet;kapsul); suntikan; topikal
 kapsul Vitamin A 200.000 SI (merah) 2 kali/tahun u/ balita (Agustus & Pebruari) dan ibu
nifas
 Kapsul Vitamin A 100.000 SI (biru) u/ bayi 1 kali pada Februari & Agustus.
 Tx vit A dosis tinggi u/ bayi dan balita penderita xeropthalmia, campak, pneunomia,
diare, gizi buruk dan infeksi lain dengan dosis sesuai

Vitamin D (kalsiferol)

 Sumber: Minyak ikan, susu, jaringan hewan, ragi, jamur dlm bentuk provitamin D, dg
penyinaran uv mjd vitamin D
 Homeostasis kalsium
 Defis: penurunan kadar kalsium plasma meningkatkan resorpsi tulang. Bayi/anak
gangguan pertumbuhan tulang rakitis ; dewasa →osteomalasia
 Indikasi : Tx rakitis. Hipervitaminosis : keracunan, hiperkalsemia ibu hamil → teratogen

Vitamin E /tokoferol

 Sumber : telur, susu, daging, buah2an, kacang2an, sayuran


 Antioksidan
 Defisiensi : anemia hemolitik, degenerasi retina, kelemahan otot, ggn neurologis
 Hipervitaminosis : kelemahan otot, ggn reproduksi, ggn saluran cerna
 Indikasi : defisiensi vit E misal pd bayi prematur, sindrom malabsorpsi, ggn absorpsi

Vitamin K

 sumber : kloroplas sayuran berwarna hijau & buah2an, sintesis bakteri usus
 Fungsi : me↑ biosintesis faktor pembekuan darah
 Kebutuhan vit K biasanya sdh terpenuhi dr makanan & hasil sintesis o/ bakteri usus
 Defisiensi : waktu pembekuan darah memanjang; perdarahan spontan
 Indikasi : mencegah/mengatasi perdarahan ok defisiensi

Mineral adalah senyawa anorganik yang diperlukan tubuh untuk metabolisme serta u/
pembentukan tulang & gigi

Dibagi 2 kelompok :

1. Makromineral : diperlukan dlm juml > 100 mg/hari


- Kalsium
- Fosfor
- Magnesium
- Kalium
- Natrium
- Klorida
- Sulfur
2. Mikromineral (trace element): diperlukan dlm juml < 100 mg/hari
- Kromium
- Mangan
- Kobalt
- Molibden
- Tembaga
- Selenium
- Yodium
- Seng
- Besi
- Fluor

Kalsium

 Sumber : produk olahan susu, kacang2 an, sayuran


 Absorpsi perlu vitamin D
 Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, laktasi, wanita pascamenopause
 Fungsi : pembentukan tulang dan gigi, pengaturan fungsi saraf dan otot
 Hipokalsemia : rasa cemas, iritabilitas, tetani, kejang otot, mudah perdarahan, kontraksi
jantung lemah
 Hiperkalsemia : otot kendor, nyeri sekitar daerah bertulang, batu ginjal

Kalium

 Sumber : buah2an, sayur2an misal pisang


 Fungsi : kation utama dlm cairan intrasel, fungsi saraf dan otot, u/ kerja enzim
 Hipokalemia : pd kerusakan sel, muntah, diare, pemakaian diuretik kuat
tanda : mual/muntah, aritmia, kembung, otot paralisis
 Hiperkalemia : pd insufisiensi ginjal
tanda : aritmia, mual, kejang perut, oliguria

Natrium

 Sumber : garam meja


 Fungsi : kation utama ekstrasel, mengatur volume plasma, fungsi saraf & otot
 Hiponatremia : ok muntah, diare, pembedahan, diuretik kuat
tanda : kejang, mual muntah
 Hipernatremia : ok pemakaian ox misal kortison
tanda : kulit terasa panas, suhu tubuh ↑, tekanan darah ↑, lidah kering & kasar

Magnesium

 Sumber : sayuran hijau


 Fungsi : unsur pembentuk tulang kofaktor enzim
 Obat mengandng Mg : laksatif & antasid
 Defisiensi : ok malabsorpsi, diare
 Hipomagnesemia : berat – tetani, konvulsi
 Hipermagnesemia : vasodilatasi, hilangnya reflek tendon

Fosfor

 Unsur pembentuk tulang, gigi, ATP, pengantara metabolik, bufer cairan tubuh, asam
nukleat
 Defisiensi pd alkoholisme, muntah berkepanjangan, penyakit hati, hiperparatiroidisme

Klorida

 Sumber : garam meja Keseimbangan cairan elektrolit ; getah lambung


 Defisiensi :muntah, diuretic

Sulfur

 Komponen beberapa asam amino, tiamin, biotin

Besi (Fe)

 Sumber : daging merah, hati, telur


 Fungsi : Produksi hemoglobin
 Indikasi : mencegah & mengobati anemia defisiensi besi
 Efek samping : mual muntah, nyeri lambung, diare, konstipasi
 Intoksikasi : syok, kolaps kardiovaskular, asidosis metabolik
 Sediaan :oral (fero sulfat/glukonat/fumarat), parenteral IM IV

Seng (Zn)

 Sumber : susu & produk olahannya, kerang, kacang-kacangan


 Fungsi : Kofaktor enzim, pertumbuhan, fungsi & maturasi alat kelamin, nafsu makan,
penyembuhan luka
 Defisiensi : ggn pertumbuhan keterlambatan maturasi seksual, hipogonadisme &
hipospermia, alopesia, lesi kulit, ggn penyembuhan luka, defisiensi imun, night blindness,
ggn pengecapan, ggn perilaku

Yodium

 Sumber : makanan laut, garam meja


 Bagian hormon tiroid
 Defisiensi : daerah endemik anak : kretinisme, dewasa : goiter-hipotiroidismemiksedema
 Intoksikasi : akut - edema, demam, konjungtivitis

Tembaga

 Sumber : kerang, rajungan, kacang-kacangan, biji-bijian (bunga matahari, wijen)


 Fungsi : kofaktor enzim, pembentukan sel darah merah, jaringan ikat
 Defisiensi : anemia, penurunan jumlah sel darah putih, penurunan pigmentasi kulit &
rambut, retardasi mental

Selenium

 Sumber : daging (t.u hati), makanan laut, telur Konstituen glutation peroksidase
 Antioksidan sinegistik dengan vit E
Kromium

 Sumber : daging, sereal whole-grain, ragi


 Fungsi : komplek kofaktor u/insulin
 Defisiensi : neuropati perifer ensefalopati diabetes

Mangan

 Fungsi : kofaktor enzim, stimulasi sintesis kolesterol hati dan asam lemak
 Intoksikasi : parkinson

Anda mungkin juga menyukai