Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH INTERAKSI OBAT

“ INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN “


Dosen : Putu Rika Veryanti, M. Farm-Klin., Apt

Disusun Oleh
 Lazuardi (14334083)
 Wahyu Saputro (15334077)
 Entin Suwarni (15334109)
 Wandha Devi Rachmawati (15334110)
 Rizky Apriliyani (15334112)
 Retno inten Subekti (15334113)
 Deny Isnawan (15334116)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Interaksi Obat
dengan judul “ Interaksi Obat Dengan Makanan ” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami bertrima kasih kepada ibu Putu
Rika Veryanti, M. Farm-Klin., Apt selaku dosen mata kuliah interasi obat yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kerkurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, December 2019

Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
I.3 Manfaat Penulisan .............................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Interaksi Obat ........................................................ 3
II.2 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi .................... 3
II.3 Mekanisme Kerja Interaksi Obat ........................................ 5
II.3.1 Interaksi Farmasetik ................................................ 5
II.3.2 Interaksi Famakokinetika ........................................ 6
II.3.3 Interaksi Farmakodinamik ...................................... 16
II.4 Interaksi Gastrointestinal .................................................... 16
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Penggolongan Obat-Obat yang Berinteraksi dengan
Makanan Minuman ............................................................. 26
III.2 Penjelasan Mekanisme ........................................................ 27
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan ......................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu
interaksi antar suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah
satu atau keduanya, atau menyebabkan efek samping tak diduga. Pada prinsipnya
interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat
dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi
obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena
meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari
Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat
namun bisa pula fatal.
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama
dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang
menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang merugikan
atau membahayakan.
Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan
adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang
dinamakan “ Polypharmacy “ atau “ Multiple Drug Therapy “.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep
dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan
penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang sama dan
mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat
adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan
obat-obatan yang dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah
diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat
jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima
pengobatan polypharmacy cukup banyak.

Page 1 of 34
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks,salah satunya
adalah interaksi obat dengan makanan selama ini, di masyarakat terdapat berbagai
macam image terkait cara minum obat. Jika kita ingin meluruskan image yang
salah tentang pemakaian obat, mau tak mau kita harus menilik ilmu
farmakokinetika, yakni ilmu tentang nasib obat di dalam badan. Obat masuk ke
tubuh kita akan mengalami berbagai peristiwa yakni ADME
(absorpsi/penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi). Peristiwa yang
terkait dengan cara minum obat adalah absorpsi yakni penyerapan obat dari
tempat pemberiannya menembus membran biologis, masuk ke sirkulasi darah
sistemik. Proses ini merupakan pintu pertama yang harus dilewati obat agar obat
memberikan efeknya ke tubuh.
Cara pemberian obat yang berbeda akan mempengaruhi cepat lambatnya
obat terabsorpsi, dengan kata lain juga akan mempengaruhi cepat lambatnya obat
berefek. Begitu pun makanan dan minuman, sangat mempengaruhi proses
absorpsi obat. Tergantung di mana obat diabsorpsi/tempat absorpsi obat, maka
dengan menganalisis makanan/minuman yang masuk bersama obat, maka kita
akan mudah memprediksi pengaruh keduanya kepada cepat lambatnya atau malah
tidak terabsorpsinya obat.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme interaksi obat dan makanan dalam tubuh ?
2. Apa efek yang ditimbulkan apabila terjadi interaksi antara obat dan
makanan ?
3. Bagaimana cara pemakaian obat agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan dikarenakan adanya interaksi terhadap makanan ?

1.3 Manfaat Penulisan


Agar dapat mengetahui bagaimana mekanisme interaksi antara obat dan
makanan ketika dikonsumsi dalam tubuh, dan agar dapat mengetahui bagaimana
cara menanggulanginya apabila terjadi sesuatu yang merugiakan yang terjadi pada
saat interaksi obat dengan makanan.

Page 2 of 34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Interaksi Obat


Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi
perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga
akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi,
absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses
tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat
menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat
makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada
reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan
dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar
obat dalam darah.

II.2 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi


Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat yaitu obat Objek dan
obat Presipitan:
1. Obat Objek
Obat Objek adalah obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Obat yang kemungkinan besar menjadi objek interaksi atau
efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang
memenuhi ciri :
a. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah
akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinis yang timbul. Secara
farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat
dengan kurva dosis respons yang tajam. Perubahan, misalnya dalam hal ini

Page 3 of 34
pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik
dari obat.
b. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksik dan
dosis terapetik tersebut perbandingannya (perbedaannya) tidak besar.
Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya
efek toksis.
Kedua ciri obat objek di atas, yaitu merupakan obat yang manfaat
kliniknya mudah dikurangi atau efek toksisnya mudah diperbesar oleh obat
presipitan, akan saling berkaitan dan tidak sendiri-sendiri. Obat-obat seperti
ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkungan yang sempit.
2. Obat Presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat
lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan
umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan
menggeser ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat
yang tergeser ini (displaced), kadar obat bebasnya dalam darah akan
meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek
toksik. Obat-obat jenis ini, misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain
lain.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat
yang mempunyai sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) akan
mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar
dalam darah lebih cepat hilang, misalnya rifampisin, karbamasepin,
fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan obat-obat yang dapat
menghambat metabolisme (enzyme inhibator) akan meningkatkan kadar
obat obyek sehingga terjadi efek toksik, termasuk kloramfenikol,
fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-
obat golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut

Page 4 of 34
adalah jika kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni
terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi
renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat
bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

• Ikatan protein yang kuat


Presipitant drug
• Inhibitor atau inducer enzim hati
Interaksi obat
Objec drug • Dose-response yang curam
• Rasio toksis terapi yang rendah

II.3 Mekanisme Kerja Interaksi Obat


II.3.1 Interaksi Farmasetik
Interaksi ini adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya
interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Bentuk interaksi ini ada
2 macam :
1. Interaksi secara fisik, misalnya terjadi perubahan kelarutan
2. Interaksi secara khemis, misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau
terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama
dalam penyimpanan. Beberapa cara untuk menghindari interaksi farmasetik ini
antara lain :
a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali jika yakin betul
bahwa tidak ada interaksi antar obat.
b. Dianjurkan menghindari pemberian obat bersama-sama melalui infus.
c. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan pada pencampuran dan cara pemberian
obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeks infus dan lain-
lain).
d. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau yang lain,
perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan
lain-lain dari larutan.

Page 5 of 34
e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu
lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat yang memang
sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidokain dan
lain-lain.
f. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat
yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan waktunya.
g. Jika harus memberi infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus,
kecuali jika yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsultasi kepada
apoteker rumah sakit.

II.3.2 Interaksi Farmakokinetika


Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada
absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam
kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada
gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme
dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.
1. Proses farmakokinetika
Farmakokinetika, yakni ilmu tentang nasib obat di dalam badan. Obat
masuk ke tubuh kita akan mengalami berbagai peristiwa yakni ADME
(absorpsi/penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi). Peristiwa yang
terkait dengan cara minum obat adalah absorpsi yakni penyerapan obat dari
tempat pemberiannya menembus membran biologis, masuk ke sirkulasi darah
sistemik. Proses ini merupakan pintu pertama yang harus dilewati obat agar
obat memberikan efeknya ke tubuh.Cara pemberian obat yang berbeda akan
mempengaruhi cepat lambatnya obat terabsorpsi, dengan kata lain juga akan
mempengaruhi cepat lambatnya obat berefek. Begitu pun makanan dan
minuman, sangat mempengaruhi proses absorpsi obat. Tergantung di mana
obat diabsorpsi/tempat absorpsi obat, maka dengan menganalisis
makanan/minuman yang masuk bersama obat, maka akan mudah memprediksi
pengaruh keduanya kepada cepat lambatnya atau malah tidak terabsorpsinya
obat.

Page 6 of 34
2. Proses interaksi obat dengan makanan terhadap absorbsi Interaksi obat dengan
makanan/minuman (Food drug interaction) Sifat fisika kimia obat menentukan
tempat absorpsi obat. Obat biasanya bersifat asam lemah atau basa lemah.
Obat asam lemah akan diserap di lambung (jika diberikan secara oral dengan
diminum, bukan di bawah lidah atau di dinding mulut bucal), sementara yang
bersifat basa lemah akan diserap di usus yang lingkungannya memang lebih
basa dibandingkan lambung. Kecepatan pengosongan lambung juga tak kalah
penting untuk absorpsi obat secara oral. Semakin cepat pengosongan lambung,
bagi obat bersifat asam akan merugikan karena hanya sejumlah kecil obat
yang terserap, namun menguntungkan obat bersifat basa lemah karena segera
mencapai tempat absorpsi di usus, segera terjadi proses penyerapan.
Selain terkait sifat obat dan tempat absorpsi, makanan/minuman akan
mempengaruhi bentuk obat. Obat seharusnya berbentuk molekul kecil untuk
bisa terabsorpsi dengan baik. Maka perlu dilakukan uji disolusi/pelarutan obat
saat dilakukan formulasi obat. Namun, hal lain yang perlu diwaspadai adalah
adanya interaksi obat dengan makanan/minuman atau nutrien tertentu,
sehingga terbentuk senyawa kompleks bermolekul besar yang menghalangi
obat diabsorpsi.
3. Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan Berikut merupakan
macam-macam proses interaksi obat dan makanan dan efek yang ditimbulkan
dalam tubuh kita.
a. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat Obat yang efeknya apat
ditingkatkan oleh makanan dan biasanya harus digunakan bersama dengan
makanan agar didapatkan efek yang tetap.
b. Obat jantung β bloker Digunakan untuk mencegah angina, untuk
menormalakan kembali denyut jantung yang tidak beraturan, dan untuk
menaggulangi tekanan darah tinggi. Nama paten pemblok beta : Tenormin,
Inderal,lopresor.
Karbamazapin (tagretol) anti konvulsan yang digunakan untuk mencegah
serangan Diazepam (Valium) – suatu transkuliansia Diuretika digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung. Nama paten
diuretika yang berinterakasi : Anhydron, Aquatag, aquetnsin, diucardin,

Page 7 of 34
diulo, diuril, enduron, hydromox. Hidralazine (apresoline) digunakan
untuk menanggulangi tekanan arah tinggi. Nitrofurantoin (furadantin,
Macrodantin) suatu anti mikroba digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih. Fenitoin (dilantin) suatu anti konvulsann digunakan untuk
mencegah serangan Spironolakton (aldactazide, aldactone) suatu diuretika
digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu Jantung.
c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat Makan obat berikut ini
satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan untuk mencegah interaksi
yang mungkin menurunkan efek obat : Kaptoril (capoten) digunakan untuk
menanggulangi takanan darah tinggi dan layu jantung Antibiotika (lihat
bab Infeksi untuk nama paten) Pengecualian antibiotika yang tidak
dipengaruhi oleh makanan Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox)
Bakampisilin (spectrobid) Doksisilin (doxcychel) Hetasalin (Versapen)
Eritromisin estolat (liosone) Eritromisin salut enteric (E-mycin, Ery-Tab)
Minosiklin (minocin)
d. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex) Efek
metanamine dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk mengobati
infeksi saluran kemih (kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya : Infeksi
mungkin tidak terobati dengan baik. Hindari makanan beralkali seperti :
amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu,
buah-buahan (kecuali berry. Prem yang dikeringkan), susu, sayuran
(kecuali Jagung)
e. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura tabs,
Quinora) Efek kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk
menormalkan denyut jantung yang tidak beraturan. Akibatnya mungkin
menjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak kinidin disertai
gejala jantung berdebar atau denyut jantung tidak teratur, pusing sakit
kepala, telinga berdaging, dan gangguan penglihatan. Hindari makan
seperti : Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega,
kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan, sayuran
(kecuali Jagung)

Page 8 of 34
f. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine) Efek
Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan untuk
mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya mungkin
dapat menjadii efek samping merugikan karena terlalu banyak kinin
disertai gejala pusing dan sakit kepala, telinga berdenging, dan gangguan
penglihatan. Hindari makan beralkali seperti : amandel, susu mentega,
kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan, sayuran
(kecuali Jagung)
g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin Efek obat asama dapat
meningkat . obat asama melebarkan jalan udara dan memeudahkan
pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin menjdai efek samping
merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai gejala mual, pisong, sakit
kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia, trakhikardia, nama paten
obat asma golongan teofilin Sumber kafein adalah : Kopi teh kola dan
mnuman ringan, coklat, beberapa pil pelangsing yang dijual bebeas,
sediaan untuk flu/ batuk, nyeri, dan sakit yang menggangu akibat haid
h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen Asetaminofen dapat berkurang
asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam yang masyhur.
Akibatnya nyeri dan demam mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya.
Sumber karbohidrat : roti biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen
: Anacin-3, Datril, liquprin.
i. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin Efek obat asama dapat
berkurang obat asama membuka jalan udara di paru-paru dan
mempermudah pernapasan penderita asma akibatya : asma mungkin tidak
terkendali dengan baik.
j. Makanan berlemak – Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F,
Griseofulvin V, Grisactin, Gris PEG) Efek griseofulvin dapat meningkat
griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi jamur pada
rambut, kulit, kuku tangan, dan kuku kaki. Interaksi yang terjadi adalah
interaksi yang menguntungkan dan griseofulvin sebaikanya ditelan pada
saat makan makanan berlemak seperti : Alpukat, daging sapi, mentega,
kue, kelapa susu, selada ayam, kentang goring, ayam goreng.

Page 9 of 34
k. Makanan berserat banyak digoksin Efek digoksin berkurang digoksin
digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk menormalkan kembali
denyut jantung yang tak beraturan akibatya kondisi yang diobati mungkin
tidak terkendali dengan baik Gunakan digoksin satu jam sebelum atau
sesudah makan yang berserat seperti : Sari buah prem, seralia beras,
makanan dari gandum, biji-bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun.
l. Makanan berprotein tinggi (daging, produk susu) – levodopa Efek
levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan
tremor pada penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati
terkendali dengan baik. Hindari atau makanlah sedikit makanan berprotein
tinggi.
m. Sayuran berdaun hijau Tiroid (Amour Thyroid) Efek tiroid mungkin
dilawan. Tiroid diberikan untuk memperbaiki hipotiroidisme (kelenjar
tiroid tidak berfungsi sempurna) dan gondok (pembesaran kelenjar tiroid)
Hindari makan sayuran berdaun hijau seperti asparagus, brokoli, bunga
kol, kol, kangkung, buncis.
n. Kayu manis (licorice) obat tekanan darah tinggi Efek obat tekanaan darah
mungkin dilawan. Akibatnya tekanan darah mungkin tidak terkendali
dengan baik. Jangan makan kayu manis alam kayu manis buatan boleh
saja.
o. Kayu manis (licorice) obat jantung digitalis Efek digitalis dapat
meningkat. Digitalis digunakan pada layu jantung dan untuk menormalkan
kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya mungkin terjadi efek
samping merugikan karena terlalu banyak digitalis disertai gejala mual
bingung gangguan penglihatan, sakit kepala tak bertenaga jangasn makan
kayu manis alam
p. Susu dan produk susu – antibiotika tetrasiklin Efek tetrasiklin dapat
berkurang. Tetrasiklin adalah antibiotika yang digunakan untuk melawan
infeksi akibatnya infeksi yang diobati mungkin tak terkendali dengan baik.
Untuk mencegah interaksi, gunakan tetrasiklin satu atau dua jam dedudah
minum susu atau produk susu lain. Kekecualian :doksisiklin , monosiklin.

Page 10 of 34
q. Garam lithium (eskalith, lithane, lithobid) Makanan berkadar garam
rendah meningkatkan efek litium sedangkan yang berkadar garam tinggi
menurunkan refek litium. Litium digunakan untuk menanggulangi
beberapa gangguan jiwa yang berat.
1) Makanan yang mengandung terlalu sedikit garam dapt menimbulkan
keracunan lithium dengan gejala pusing, mulut kering, lemah, bingung,
tak bertenaga, kehilangan selera makan, mual nyeri perut, nanar, dan
bicara tidak jelas.
2) Jika makanan mengandung garam terlalu banyak, kondisi yang diobati
mungkin tidak terlalu baik. NaCl terdapat didalam bermacam-macam
makanan
r. Makanan yang mengandung tiramin – antidepresan jenis IMAO (EUtoniyl,
Marpan, Nardil, Parnete) Kombinasi ini dapat meningkatkan tekanan darah
dengan nyata, akibatya sakit kepala berat, demam, gangguan penglihatan,
bingung yang mungkin,diikuti oleh perdarahan otak. Tiramin adalah
stimulant syaraf pusat,anti depresan digunakan untuk meningkatkan
tekanan jiwa dan memeperbaiki suasana hati. Depresan jenis IMAO ini
sudah tidakk begitu banyak digunakan lagi sejak ditemukanya
antidepresan yang lebih aman seperti Elavil, Sinequan, dan Desyrel.
Hindari makan mengandung tiramin seperti : Alpukat, kentang bakar,
pisang buncis, bir, sosis, keju, hati ayam, ciklat, kopi minuman kola,
korma, (dalam kaleng), pengepuk daging, kacang sup kemas, cabe acar
ikan,haring, rasberi, salami, acar, kol, sosis, kecap, anggur, ragi.
s. Makanan yang mengandung vitamin B6 piridoksin Efek levodopa dapat
berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada
penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali
dengan baik. Hindari makanan yang kaya vitamin B6 : alpukat, ragi roti,
Ragi beras.
t. Makanan yang kaya vitamin K antikoagulan ( athrombin K, Caufarin,
Caumadin, dikumarol. Efek anti koagulan dapat berkurang. Antikoagulan
digunakan untuk mengencerkan darah dan mencgah pembekuan darah.
Akibatnya : darah mungkin tetap membeku meski penderita sedang

Page 11 of 34
berobat dengan antikoagulan Untuk mengurangi interaksi ini, jangan
makan terlalu banyak makanan vitamin K : Hati, sayuran berdaun
(asparagus, brokoli, kol, kembang kol, kangkung, kapri, bayam, lobak)
1. Obat cacing (pirantel pamoat) juga lebih baik diminum dengan susu atau
sesudah makan, karena akan terjadi peningkatan absorpsi dengan
makanan/susu.
4. Interaksi pada fase absorpsi
a. Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran pencernaan
sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpi. Interaksi ini dapat
dihindari dengan cara obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu
yang berbeda (minimal 2 jam).
b. Perubahan pH cairan saluran pencernaan
Sebelum dijelaskan lebih lanjut, kita asumsikan bahwa obat yang
akan dibahas di sini adalah obat yang absorbsinya cenderung diabsorbsi di
usus, bukan dilambung.
Adapun efek perubahan pH saluran pencernaan pada obat yakni :
”Jika ada zat yang bersifat basa (garam bikarbonat) yang masuk
bersamaan dengan obat yang bersifat asam (pKa 2,5-7,5, misalnya NSAID
dan gol penisilin), maka zat yang bersifat basa ini akan menurunkan
absorbsi obat karena obat yang bersifat asam ini akan berinteraksi dengan
zat yang bersifat basa sehingga obat akan lebih cenderung dalam bentuk
ion bukan molekulnya. Sementara kita tahu, obat dalam bentuk ion tidak
diabsorbsi oleh usus.
Sebaliknya,
Jika ada zat yang bersifat asam (asam sitrat dan asam tartart)
dimana masuk bersamaan dengan obat yang bersifat basa lemah (pKa 5 –
11, misalnya reserpin &propoksifen), maka absorbsi obat akan turun.
Sementara,
Obat yang bersifat basa sangat lemah dengan pKa < 5 (kofein pKa
=0, 8), absorbsinya tidak tergantung pada pH lambung. Hal ini bisa

Page 12 of 34
dijelaskan karena interaksi dengan zatnya tidak menyebabkan ia menjadi
bentuk ion.
c. Motilitas saluran pencernaan.
Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua
obat. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan
semakin cepat pula absorpsinya. Obat yang memperpendek waktu
pengosongan lambung, (misalnya metoklorpropamid, reserpine, sodium
bikarbonat), akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara
bersamaan. Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu pengosongan
lambung (seperti antikolinergik, isoniazid, fenitoin) akan memperlambat
absorpsi obat lain.
Lebih cepat motilitas maka obat akan lebih terbatas waktunya
untuk mengalami proses absorpsi sehingga absorpsinya bisa menurun. Hal
ini sangat penting diperhatikan terutama untuk obat-obat yang hanya dapat
diabsorpsi pada daerah-daerah tertentu dalam pencernaan dengan
mekanisme transport aktif seperti riboflavin, antibiotic golongan
tetrasiklin, penisilin, griseofulvin, dan garam-garam besi. Transit-transit
yang lama dalam unsur kebanyakan menguntungkan untuk absorpsi yang
lebih sempurna, sedangkan transit dalam lambung yang cukup lama hanya
baik untuk obat-obat yang diabsorpsi sempurna dalam lambung.
d. Perubahan flora usus
Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain :
1) Sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K
2) Memecah sulfasalzin menjadi bagian-bagian yang aktif
3) Tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa
4) Hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yan akan memperpanjang kerja obat seperti pil
KB.
Pemberian antibakteri berspektrum luas seperti tetrasiklin,
kloramfenikol dan ampisilin akan mengubah flora normal usus sehingga
akan meningkatkan efektivitas anti koagulan oral yang diberikan secara

Page 13 of 34
bersama-sama, mengurangi efektivitas sulfasalazin, meningkatkan
bioavailabilitas levodopa dan mengurangi efektifitas kontrasepsi oral.
e. Kecepatan aliran darah pada saluran pencernaan (di usus) kecepatan aliran
darah di usus bisa menjadi rate limiting step fase absorbsi untuk obat –
obat lipofilik. Namun, faktor ini sangat kecil sekali berpengaruh, kecuali
kepada orang yang punya penyakit – penyakit berkaitan dengan aliran
darah. Kecepatan aliran ini dipengaruhi oleh vasokonstriksi dan
vasodilatasi pembuluh darah.
f. Pembentukkan kompleks /khelat
Suatu obat apabila membentuk kompleks dengan senyawa pembentuk
kompleks, maka struktur molekulnya akan menjadi besar. Akibatnya tidak
bisa di absorbsi oleh usus.
5. Interaksi pada fase distribusi
a. Interaksi dalam ikatan protein plasma.
Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat dilepaskan
dari ikatan proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka konsentrasiobject
drug akan meningkat dan dapat menimbulkan efek toksik. Hipoglikemik
oral (klor propamid) yang diberikan bersama-sama dengan sulfonamide,
menyebabkan terlepasnya klor propamid dari ikatan proteinnya sehingga
efek hipoglikemik meningkat. Tolbutamid diberikan bersamaan dengan
fenil butazon atau salisilat akan menyebabkan efek hipoglikemik
meningkat.substansi endogen dapat pula tergeser dari nikatan proteinnya
pada penggunaan beberapa obat. Misalnya bilirubin dapat tergeser dari
ikatan proteinnya dan dapat menyebabkan korniuterus pada neonates yang
diberikan salisilat atau preparat sulfa.
Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya interaksi
ini antara lain :
1) Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan volume
distribusi yang kecil.
2) Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat
meningkatkan kadar obat bebas.

Page 14 of 34
3) Efek toksik yang serius sebelum kompensasi terjadi misalnya
terjadinya pendarahan pada antikoagulan oral atau hipoglikemia pada
antidiabetik oral.
4) Eliminasinya mengalami kejenuhan seperti fenitoin, sehingga
peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan
kecepatan eliminasinya.
b. Interaksi dalam ikatan jaringan.
Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antar
digoksin dan kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
kadar plasma digoksin.
c. Interaksi pada reseptor.
Apabila dua atau lebih obat diberikan bersamaan mungkin salah
satu obat akan menduduki reseptor obat lain, sedemikian rupa sehingga
tidak ada respons. Misalnya reseptor alfa pada pembuluh darah yang
meberikan respons bila dikenai obat norepineprin tetapi bila diberikan
bersamaan dengan fenetrazin, pentolamin, maka obat ini akan menduduki
reseptor tersebut dan tidak akan memberikan respons.
6. Interaksi pada fase metabolisme
Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau
dihambat oleh precipitant drug. Perangsang atau penghambat enzim
metabolisme sudah lama dikenal. Perangsangan atau induction ini terjadi
karena reticulum endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P450 yang
merupakan enzim metabolik obat bertambah. Hasil induksi ini mengakibatkan
metabolisme obat kian aktif dan konsentrasi plasma object drug berkurang,
sehingga efektivitasnya menurun. Contoh: pemberian rifampisin pada akseptor
kontrasepsi oral dapat menyebabkan kehamilan.
7. Interaksi pada fase ekskresi
Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting
dalam interaksi ini.

Page 15 of 34
II.3.3 Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi
molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi :
1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ
(sinergisme).
2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).
3. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
Kebanyakkan interaksi obat diakibatkan terjadinya perubahan adsorbsi,
distribusi, metabolisme dan elkresi obat. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh
interaksi obat : Potensiasi, Kerusakan dan Toksik / efek samping

II.4 Interaksi Gastrointestinal


Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua atau lebih obat yang
diberikan secara bersama-samaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan.
Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absropsi obat sehingga
dapat digolongkan dalam interaksi absropsi yang merupakan bagian dari interaksi
farmakokinetik.Interaksi gastrointestinal dibagi menjadi 3 golongan yaitu ;
1. Interaksi antara obat dengan obat lain
Interaksi obat dengan obat adalah interaksi suatu obat dengan obat lain
dalam saluran pencernaan, dimana interaksi ini terjadi pada sebelum obat
diabsropsi oleh saluran pencernaan (usus).sehingga dapat menggangu absropsi
salah satu obat. Faktor atau mekanisme kerja terjadinya interaksi obat dalam
gastrointestinal:
a. Interaksi langsung
Adalah interaksi secara fisika atau kimia antara obat dalam lumen
saluran cerna sebelum diabsropsi sehingga menganggu proses absropsi.
mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absropsi obat dalam GI tract
dipengaruhi banyak faktor antara lain ; berubahnya kecepatan aliran darah
GI, motilitas gi, pH GI, kelarutan obat, metabolisme GI atau mucosa GI,
terbentuknya komplek yang tidak larut.

Page 16 of 34
Contoh:
1) Penurunan motilitas Gastroitestinal, disebabkan karena obat-obat
golongan morfin dan obat-obat dengan efek antikolinergik misalnya
antidepresan trisiklik
2) Pemberian obat tetrasiklin bersama obat dengan kation multivalent (
Ca, Mg, Fe, Al ) maka akan terbentuk suatu kompleks atau khelat yang
tidak dapat diabsorbs.
3) Obat terjebak dalam makanan contoh ampisilin
4) Obat diabsropsi obat lain : lincomycin dan kaolin-pektin, obat dengan
karboadsorben.
5) Perubahan ion : cholestryramin-walfarin
6) Peningkatan absropsi digoksin atau penurunan absropsi estrogen dalam
kontrasepsi oral yang digunakan secara bersamaan dengan antibiotika
b. Perubahan pH cairan saluran cerna
Dimana perubahan pH pada cairan saluran cerna akan
mempengaruhi kelarutan dan absropsi obat-obat yang bersifat asam atau
basa. Contoh : pemberian antasida bersamaan dengan tetrasiklin, maka
akan mengurangi absropsi dari tetrasiklin
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus
(motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsropsi di dalam usus, di mana absorbs usus
jauh lebih cepat dibandingkan di lambung. Oleh karena itu, makin cepat
obat sampai ke usus maka makin cepat juga obat diabsropsi. Obat–obat
yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat
absropsi obat lain yang diberikan secara bersamaan. Jika obat-obat yang
memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat
absropsi obat lain
Contoh : Metoklopramid yang mempercepat absropsi paracetamol,
dimana metokloopramid meningkatkan pengosongan usus,
sehingga absorbs obat lain meningkat.

Page 17 of 34
d. Perubahan flora usus
Secara normal flora usus berfungsi sebagai :
1) Sintesis vitamin k dan merupakan sumber vitamin k yang penting
2) Sebagai metabolisme obat ( levodopa )
3) Memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif
4) Hidrolisis glukoronid yang di ekresi melalui empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat ( kontrasepsi
oral )
Pemberian antibiotika spektrum luas ( seperti : tetrasiklin,
sulfonamide, ampisilin, kloramfenikol ) akan mempengaruhi flora usus,
sehingga menghambat sintes vitamin K oleh mikroorganisme usus.
Apabila antibiotika ini diberikan bersama antikoagulan oral, maka efek
antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.
e. Efek toksik pada saluran cerna
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin, kolkhisin
menimbulkan sindrom malabsorbsi yang menyebabkan absorbs obat lain
terganggu
f. Mekanisme tidak diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorbs obat lain dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Misalnya ; fenobarbital yang dapat
menguranmgi absorbs griseofulvin dalam saluran cerna
2. Interaksi antara obat dengan makanan
Interaksi obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti
halnya dengan interaksi obat dengan obat lain maka interksi ini juga
mempengaruhi absorbsi obat. Interaksi obat dengan makanan dapat terjadi
karena beberapa hal:
a. Terjadinya perubahan pH dalam lambung, sehingga menyebabkan
penundaan absorbs obat.
b. Perubahan motilitas usus, misal rifampisin dan isoniazida yang
absrobsinya lebih kecil pada pemakaian setelah makan dibandingkan jika
obat tersebut diminum pada waktu lambung kosong

Page 18 of 34
c. Terjadinya reaksi kimia yang membentuk kompleks, sama dengan seperti
obat-obat yang mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan
membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion kalsium,
magnesuium atau besi sehingga susah diabsrobsi
d. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitrosos (nitrosamine) yang disebut
kanserogen. Ini terjadipada zat makanan yang mengandung nitrit (nitrit
biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan
aminifenazon
e. Selain menghambat absorbsi obat, ada juga obat-obat tertentu yang
absrobsinya lebih cepat dan sempurna jika diberikan bersama makanan.
Misal : spironolakton atau fenitoin absrobsinya lebih cepat diberikan
bersama makanan dan absorbs griseofulvin (bersifat lipofil) akan
meningkat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung
lemak
contoh interaksi obat berdasarkan indikasi penggunaan obat:
1) Antibiotika
a) Cephalosforin dan penicillin
Konsumsi antibiotik pada saat perut kosong untuk mempercepat
absorbsi.
b) Eritromisin
Jangan di konsumsi bersama dengan jus buah-buahan atau grape
fruit yang dapat menurunkan efektifitas obat
c) Golongan sulfa
Meningkatkan resiko kekurangan vitamin B12
d) Tetrasiklin
Produk susu dapat mengurangi efektivitas obat, dan juga
menurunkan absorbsi vit. C.
2) Antidepresan
a) MAO Inhibitor
Makanan dengan kadar tyramin yang tinggi seperti daging yang
diproses, bir dan anggur dapat menyebabkan krisis hipertensi.

Page 19 of 34
b) Golongan Trisiklik
c) Banyak makanan terutama daging, ikan dan makanan kaya vit C
dapat menurunkan penyerapan obat.
3) Antihipertensi dan obat jantung
a) ACE Inhibitor
Konsumsi obat pada saat perut kosong, akan meningkatkan
absorbsi obat.
b) Alfa blocker
Dikonsumsi dengan minuman atau makanan untuk menghindari
kelebihan penurunan tekanan darah.
c) Anti aritmia
Hindari konsumsi kafein karena meningkatkan / mempercepat
denyut jantung.
d) Beta blocker
Konsumsi obat pada saat perut kosong. Makanan terutama daging
meningkatkan efek obat dan menyebabkan pusing serta hipotensi.
e) Digitalis
Hindari mengkonsumsi dengan susu dan makanan tinggi serat
karena menurunkan absorsbi dan meningkatkan kehilangan kalium.
4) Antikonvulsi
a) Dilantin, Fenobarbital
Meningkatkan resiko anemia dan masalah yang berhubungan
dengan syaraf karena defisiensi folat dan vit B lainnya.
5) Obat Asma
a) Pseudoefedrin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat meningkatkan rasa
cemas dan gelisah.
b) Theophyllin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat menyebabkan
peningkatan toksisitas obat.

Page 20 of 34
6) Tukak Peptik
a) Antasida
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsi obat 1 jam
setelah makan.
b) Simetidin, Famotidin dan Sukralfat
Hindari makanan berprotein tinggi, kaffein dan makanan lain yang
dapat meningkatkan keasaman lambung.
7) Tranquilizer
a) Benzodiazepine
Tidak boleh dikonsumsi dengan alcohol. Kafein dapat
meningkatkan kecemasan dan mengurangi efektivitas obat.
8) Penghilang Rasa Sakit
a) Aspirin dan Obat NSAID
Konsumsi makanan terlebih dahulu untuk mencegah iritasi saluran
cerna. Hindari alcohol karena dapat meningkatkan resiko
pendarahan. Penggunaan yang sering dari obat golongan ini dapat
menurunkan absorbsi folat dan vit C.
9) Sediaan Hormon
a) Kontrasepsi Oral
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Obat ini
menurunkan absorbsi folat, vit B6 dan nutrisi lain. Tingkatkan
konsumsi makanan yang kaya nutrisi dan protein untuk mencegah
defisiensi.
b) Steroid
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Konsumsi
makanan yang kaya kalsium, vit K, kalium dan protein untuk
mencegah defisiensi.
10) Mineral Oil
a) Penggunaan yang berlebihan menyebabkan defisiensi vit A, D, E
dan K.

Page 21 of 34
11) Penurun Kolesterol
a) Cholestyramin
Meningkatkan ekskresi folat dan vit A, D, E dan K.
b) Gemfibrozil
Hindari makanan berlemak karena dapat menurunkan efektivitas
obat dalam menurunkan kolesterol.
12) Anti Jamur
a) Flukonazol, Ketokonazol, Itrakonazol, Griseofulvin
Hindari makanan atau minuman yang mengandung susu, keju,
yoghurt, es krim atau antasida.Untuk alcohol dapat menyebabkan
efek samping berupa mual, , keram perut, muntah, sakit kepala dan
kemerahan dengan panas di muka.
13) Obat Penghambat enzim (Golongan Statin)
a) Fluvastatin, Lovastatin, Pravastatin,
Hindari minum alcohol karena dapat meningkatkan resiko
kerusakan hati.
b) Simvastatin
Hindari minun lovastatin dan simvastatin bersama jus grapefruit
karena dapat meningkatkan terjadinya efek samping akibat
terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh.
3. Interaksi antara obat dengan minuman
Interaksi obat yang dimaksud di sini adalah interaksi obat dengan
minuman berupa teh, susu, kopi, dan alkohol, contoh :
a. Teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat berbagai senyawa
aktif obat sehingga sukar diabsorbsi atau diserap dari saluran pencernaan.
Contohnya antihistamin, obat yang paling banyak digunakan untuk
mengatasi seperti alergi hidung (rhinitis), gatal-gatal pada kulit, galidata
(urtikaria). Obat yang memberi efek samping sedasi (rasa kantuk) ini tidak
boleh bersamaan dengan makanan atau minuman yang mengandung tanin.
Misalnya, teh pekat. Tanin akan mengendap pada saluran pencernaan,
sehingga obat akan sulit diabsrobsi. Namun teh encer tidak menjadi
masalah bagi orang yang mengkonsumsi anthihistamin karena kadar

Page 22 of 34
taninya tidak begitu tinggi. Selain pada teh pekat, tanin juga banyak
terdapat pada buah-buahan yang berasa sepat, seperti salak dan sawo.
b. Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorbsi zat-zat aktif tertentu
terutama antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya khasiat atau
kemanjurannya juga akan berkurang, sehingga penyembuhan mungkin
tidak akan tercapai.karena itupemberian antibiotika, misalnya ampisilin,
amoksilin, kloramfenikol dan lain-lain. Jangan minum bersamaan atau
berdekatan waktunya dengan minum susu. Sebaiknya tunggu sekitar dua
jam setelah atau sebelum minum antibiotika, agar penyerpan obat
antibiotika tersebut di saluran pencernaan tidak terganggu.Tidak semua
jenis obat tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada
beberapa obat, terutama yang bersifat mengiritasi lambung, justru
dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu makan. Gunanya
agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek iritasi lambung
dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat sedikit
mengurangi daya kerja obat tersebut, namun efek perlindungannya
terhadap iritasi lambung lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek
penurunan daya kerja obat yang sangat sedikit.Obat-obat seperti ini,
contohnya obat-obat antiinflamasi nonsteroid seperti asetosal dan
ibuprofen, yang biasa diberikan untk meredakan atau mengurangi rasa
sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang
biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau
gatal-gatal) seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon dan lain-lain
c. Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein bekerja
merangsang susunan syaraf pusat. Jadi agar efek stimulan terhadap
susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-bahan
yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat, minuman kola dan
beberapa merek minuman berenergi (energy drink) ketika sedang dalam
pengobatan menggunakan obat-obat yang juga dapat merangsang susunan
syaraf pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin atau
epinefrin

Page 23 of 34
d. Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis tubuh
sehingga dapat menganggu atau bahkan mengubah respons tubuh terhadap
obat yang diberikan. Contohnya, obat-obat antihistamin atau antialergi (
biasasnya diberikan untuk meringankan gejala alergi, flu dan batuk 0
umumnya menyebabkan mengantuk. Konsumsi antihistamin bersama
dengan alkohol akan menambah rasa kantuk dan memperlambat performa
mental dan motorik. Alkohol juga akan meningkatkan resiko pendarahan
lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat
penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga
dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi
golongan beta-blocker seperti propanolol. Kombinasi alcohol- propanolol
dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan.jiwa
pasien. Tape, walaupun sedikit juga mengandung alkohol, terutama tape
ketan atau tape beras. Oleh sebab itusebaiknya kurangi atau hindari makan
tape ketika mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan
alkohol seperti yang diuraikan di atas.
e. Norit yang digunakan untuk kembung dan diare, bersifat menyerap racun
dan zat-zat lainnya di lambung. Sifat inilah sebenarnya yang dipakai untuk
mengurangi kembung dan diare. Namun, norit menyerap zat-zat di
lambung hampir tidak pilih bulu sehingga obat-obat yang anda minum
dalam waktu bersamaan atau dalam rentang waktu 3-5 jam sekiotar waktu
makan norit juga akan ikut disrap oleh norit. Akibatnya, penyerapan obat
oleh tubuh justru berkurang sehingga efek atau khasiat obat yang diminum
berkurangb dan efek pengobatan tidak dapat dicapai
4. Interaksi dengan zat lain
a. Mineral seperti kalsium, magnesium, aluminium dan zat besi dapat
bereaksi dengan beberapa obat tertentu, misalnya antibiotika tetrasiklin
dan turunan fluoroquinolon seperti ciprofloxacin, levofloxacin dan
trovafloxacin. Membentuk senyawa yang sukar diabsropsi atau diserap
oleh tubuh. Jika ini terjadi, maka tujuan pengobatan dengan antibiotika
untuk membunuh kuman penyakit di dalam tubuh akan terganggu dan
mungkin tidak tercapai. Untuk obat jantung, dibarengi dengan asupan

Page 24 of 34
makanan atau minuman yang mengandung kalium, seperti salak. Pasalnya,
obat jantung akan menimbulkaan kontraksi tersebut. Satu penelitiaan
mengungkapkan bahwa penurunan absropsi antibiotika karena drug
interaction dengan mineral-mineral tersebut dapat mencapai 50-75 persen.
b. Natrium ( garam dapur ) akan mengurangi efek dari obat diuretik yang
bertujuan untuk mengeluarkan garam dari tubuh sebagai anti hipertensi.
Natrium terbanyak terbanyak terdapat pada garam dapur ( natrium klorida
0, juga pada makanan yang asin-asin dan mengandung banyak garam

Page 25 of 34
BAB III
PEMBAHASAN

Beberapa obat interaksi obat dengan makanan dapat dijelaskan mengenai


mekanismenya dengan jelas hal ini dikarenakan kandungan zat-zat kimia yang ada
dalam makanan cukup banyak dan dapat mempengaruhi interaksi obatnya. Selain
itu proses absorbsi juga menentukan apakah obat dapat diserap secara optimal
atau tidak berikut merupakan tabel interaksi yang terjadi pada obat dan makanan
yang saling mempengaruhi.
III.1 Penggolongan Obat-obat yang berinteraksi dengan makanan/
minuman
Golongan
No Makanan Akibat Solusi
Obat
1. Gol Berbagai macam Pencernaan Diminum sebelum
antihistamin makanan (tidak menjadi lambat makan.
(ctm, incidal mengandung
asam) atau susu
2. Anti Berbagai Mencegah Di minum setelah
inflamasi macam(tidak iritasi makan
(ibuprofen mengandung
dan aspirin asam) Makanan
dan susu
3. Obat asma Dengan makanan Dapat Jangan
mengandung berlemak tinggi meningkatkan mengkonsumsi
teofilin atau caffeine efek teofilin kopi atau minuman
yang mengandung
caffeine pada saat
mengkonsumsi
obat.
4. Tetrasiklin Susu Gagal terapi Konsumsi 2-3
jamsebelum
meminum susu
5. Obat anti Susu Mempercepat Dikonsumsi 2-
kolesterol absorbsi 3jam setelah makan
(simvastatin,
lovastatin)
6. Anti Jus buah Meningkatkan Jangan
hpertensi(ace efek samping mengkonsumsi jus
inhibitor pada saat
mengkonsumsi
obat ini

Page 26 of 34
III.2 Penjelasan Mekanisme
1. Obat-obat antialergi golongan antihistamin (, CTM, Incidal, dll)
karena obat ini bersifat asam lemah yang absorpsinya terjadi di
lambung. Maka seharusnya diminum saat perut kosong (satu jam sblm
makan atau 2 jam sesudah makan) atau cukup diminum dengan air
putih saja. Jika diminum dengan susu, adanya pencernaan susu akan
menghambat proses absorpsi di lambung, karena pH lambung akan
meningkat sehingga efek obat menjadi lambat.
2. Obat pain killer dan antiinflamasi (anti rematik, anti Gout/asam urat,
anti bengkak). Obat golongan ini sebagian besar bersifat asam agak
tinggi (ibuprofen=Nurofen, advil, aspirin, aspilet, aspro, asam
mefenamat=ponstan, mefinal) walaupun absorpsi terjadi di lambung,
namun karena keasaman yang tinggi tsb akan menimbulkan efek
samping nyeri lambung, maka seharusnya diminum bersama susu, atau
sebentar sesudah makan. Walaupun jelas ada penundaan absorpsi,
namun karena mengingat efek sampingnya yang jauh lebih berbahaya,
maka lebih baik menunda absorpsi dengan makan/minum susu tsb.
Begitu pula dengan obat anti inflamasi golongan non steroid
(diclofenac/voltaren, difflam, cataflam) dan steroid (deksametason,
metil prednisolon/meptin, medrol, prednisone/deltasone, cortisone
asetat/cortef), harus diminum sesudah makan atau bersama susu. Lain
lagi dengan parasetamol (panadol, tempra, lylenol), karena bersifat
lebih basa lemah dan diabsorpsi di usus, maka lebih baik obat jenis ini
diminum sebelum makan, diikuti makanan sehingga akan segera
sampai di usus, terjadilah proses absorpsi.
3. Tetrasiklin dengan Susu Secara umum untuk antibiotik
(penisilin=amoksisilin, ampisilin, eritromisin, azitromisin,
metronidasol, cotrimoksasol) seharusnya diminum saat perut kosong.
Minum cukup dengan air putih. Karena absorpsi terjadi di lambung.
Hal menarik terjadi khusus dengan golongan tetrasiklin (tetrasiklin,
oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin). Bila obat golongan ini
diminum dengan susu atau daiyr product yang mengandung kalsium

Page 27 of 34
(yogurt), atau diminum bersama obat suplemen mengandung zat besi
dan kalsium (multivitamin dan mineral), atau obat sakit maag
(mengandung kalsium, magnesium, atau aluminium), maka mineral
valensi 2 dan 3 ini akan membentuk senyawa komplaeks ermolekul
besar dengan golongan tetrasiklin. Obat golongan tetrasiklin sama
sekali tidak terabsorpsi sehingga tidak akan muncul efek farmakologi
yang diinginkan pasien, kemungkinan besar terjadi kegagalan terapi.
Obat jerawat biasanya mengandung golongan tetrasiklin ini. Hal
serupa juga berlaku untuk obat antijamur (griseofulvin, ketokonazol,
fluconazol). Jangan diminum bersama susu, dairy product,
multivitamin dan mineral, obat antasid untuk sakit maag
4. Obat asma mengandung teofilin atau aminofilin, adanya makanan
lemak tinggi atau cafein akan meningkatkan efek samping teofilin
(terjadi gangguan di jantung, palpitasi). Jangan minum obat asma ini
dengan kopi atau sesudah makan lemak tinggi. Makana berkadar tinggi
karbohidrat seperti nasi akan menurunkan jumlah teofilin yang
terabsorpsi. (Aminofilin sesudah masuk tubuh akan membentuk
teofilin juga =prodrug).
5. Obat antikolesterol lovastatin, simvastatin, pravastatin,
Obat – obat tersebut dengan adanya susu atau makanan akan
meningkatkan absorpsi obat. Maka lebih baik diminum dengan susu
atau sesudah makan (kurang dari 2 jam sesudah makan).
Obat antihipertensi ACEinhibitor (captopril dan golongannya =
cvasotec,accupril) jangan diminum bersama jus buah atau sayuran
yang mengandung tinggi kalium/potasium (pisang, jeruk, sayuran
berhijau daun), karena tingginya kalium akan meningkatkan efek oat
golongan ini sehingga bisa muncul efek samping di jantung.

Page 28 of 34
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi
perubahan efek
2. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat dengan obat tetapi dapat juga
terjadi antara obat dengan makanan.
3. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan kerugian.
4. Interaksi obat dapat terjadi pada berbagai tahap mulai dari meracik
obat sampai obat tersebut dikeluarkan dari tubuh.

Page 29 of 34
DAFTAR PUSTAKA

Muhlis, M. 2006. Drug Interaction. Jakarta


Sinaga, E. 2005. Interaksi antara beberapa obat. Sumber Republika. Jakarta
Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta – Blocker dengan Obat – Obat
lain, jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak ulang
2005, fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal 800 – 810

Page 30 of 34

Anda mungkin juga menyukai