1 Pendahuluan
Simplifikasi Sertifikasi
CPOB Melalui Sistem
Terintegrasi Secara 2
Elektronik
Overview Perubahan
3 Signifikan Pedoman
CPOB 2018
Hasil Pengawasan
Sarana Produksi 4
Obat, NPP
5 Penutup
Pendahuluan
Visi – Misi – Arah Kebijakan BPOM
Peran BPOM sesuai Nawa Cita
ARAH KEBIJAKAN
1. Meningkatkan kualitas hidup manusia 1. Penguatan kewenangan dan
2. Membangun Indonesia dari pinggiran wibawa BPOM untuk secara
dengan menghadirkan BPOM di titik-titik efektif melaksanakan pengawasan
potensi pelanggaran yang selama ini hulu ke hilir dan tindak lanjut hasil
belum tersentuh. pengawasan;
2. Pelaksanaan pelayanan publik
yang lebih efisien dan
mendekatkan BPOM ke
VISI masyarakat;
3. Peningkatan penindakan yang
MISI bisa memberikan efek jera
Obat dan makanan aman
meningkatkan kesehatan 1. Meningkatkan sistem pengawasan obat terhadap pelanggaran hukum atas
masyarakat dan daya saing dan makanan berbasis risiko untuk jaminan keamanan, manfaat, dan
bangsa melindungi masyarakat; mutu obat dan makanan;
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha 4. Peningkatan kemandirian
dalam memberikan jaminan keamanan obat masyarakat dan pelaku usaha
dan makanan serta memperkuat kemitraan dalam pengawasan obat dan
dengan pemangku kepentingan; makanan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan
Badan POM. 3
Dukungan Pemerintah Dalam Pengembangan IF
5
Kondisi Industri Farmasi Indonesia
Pasar obat herbal global dan
Indonesia memenuhi standar domestik meningkat (peralihan
WHO untuk ekspor vaksin dari obat kimia ke obat alami)
Terdapat 12 jenis vaksin yang Besarnya potensi tanaman
dijual di 132 negara obat Indonesia
Pemain dari dalam negeri Impor bahan baku ekstrak
hanya satu yaitu Biofarma cukup tinggi
Vaksin Natural
API Bio
Chemical Pharma
Pangsa pasar domestik meningkat
signifikan seiring penerapan JKN.
Bahan baku obat (BBO) > 90% impor Potensi pasar domestik masih
dari Tiongkok dan India besar dan terus meningkat
Produsen BBO lokal sulit bersaing Saat ini pemenuhan
Dilema antara kemandirian dan kebutuhan 100% dari impor
peningkatan daya saing
Sumber: Satgas Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi – Pokja III , 2017
Mendorong daya saing pelaku usaha
percepatan pengembangan usaha
farmasi nasional
Deregulasi atau
penyederhanaan dan
percepatan mekanisme/proses
registrasi
Komunikasi aktif
dengan pelaku usaha Konsultasi dan
dalam rangka bimbingan dalam
persamaan persepsi hilirisasi hasil riset
terkait persyaratan obat
registrasi
8
Dasar Hukum Sertifikasi CPOB
PP No. 32 Th 2017 - Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Badan POM
Perka BPOM HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011 Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan
Obat yang Baik
PerBPOM No. 26 Th 2018 - Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Obat dan Makanan
PerBPOM No. 27 Th 2018 - Standar Pelayanan Publik di Lingkungan BPOM
PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI
Penerbitan Peraturan
Badan POM No. 26
Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan
Berusaha
Terintegrasi secara
Elektronik sektor
Obat dan Makanan
10
Kebijakan Sistem Online Single Submission (OSS)
Mempermudah dan mempercepat
Peraturan Pemerintah proses perizinan dalam berusaha di
24/ 2018 Tujuan seluruh K/L, dengan mengintegrasikan
Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi secara Elektronik data – data yang dibutuhkan dalam
proses perizinan dari masing-masing K/L
11/27/2019 12
Upaya Percepatan Sertifikasi CPOB
Pemohon OSS Badan POM
Total
Pengajuan Menerima layanan:
Permohonan permohonan 1 HK 35 HK
Evaluasi
15 notif ke OSS
juta Tidak lengkap lengkap
Pembayaran PNBP 4 HK
INSPEKSI
Penerimaan notif adanya perlu perbaikan 4 HK
surat CAPA permintaan CAPA
Surat hasil
Menyampaikan inspeksi (CAPA)
notif adanya
CAPA CAPA
Evaluasi
Tidak lengkap
notif ke OSS lengkap
Penerimaan
Surat Penolakan TMS MS 21 HK
Penolakan Penolakan
15
History Pedoman CPOB
2018 PEDOMAN CPOB EDISI 2018
2013 Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman CPOB ke 4
WHO
Recommendation
on Regulatory
Inspection based
on WHO NRA
Benchmarking
Result in 2018
GMP
Guideline
bersifat Pedoman CPOB
tahun 2012 disusun
dinamis berdasarkan
referensi tahun
2009
Dasar Hukum Penerapan CPOB di Indonesia (1)
• Pasal 98 ayat (1): “ Sediaan farmasi dan alkes harus
aman,berkhasiat/bermanfaat, bermutu dan terjangkau”
UU No. 36 tahun • Pasal 98 ayat (3) “Ketentuan mengenai pengadaan,
2009 tentang penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan
Kesehatan farmasi dan alkes harus memenuhi standar mutu
pelayananan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan
pemerintah”
PP No. 72 tahun • pasal 5 ayat (1):“ Produksi Sediaan farmasi dan alat
1998 tentang kesehatan harus dilakukan dengan cara produksi yang
Pengamanan baik”
Sediaan Farmasi • Pasal 5 ayat (2): “Cara produksi yang baik sebagaimana
dan Alkes dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri”
• Pasal 39: “lembaga OSS menerbitkan Izin Komersial atau
Operasional berdasarkan Komitmen untuk memenuhi
PP 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan
standar, sertifikat, dan/atau lisensi; dan/atau … oleh
Perizinan Berusaha pelaku usaha melalui sistem OSS”
Terintegrasi secara • Penjelasan: “yang dimaksud dengan Komitmen antara
Elektronik lain pemenuhan standar obat dan makanan yang
dibuktikan dengan pemeriksaan terhadap sarana
produksi dalam rangka pemenuhan Good Manufacturing
Practice oleh lembaga berwenang”
Dasar Hukum Penerapan CPOB di Indonesia (2)
Semua bagian Sistem Mutu hendaklah didukung ketersediaan personel yang kompeten,
bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab
legal diberikan kepada Pemegang Izin Industri Farmasi dan para Apoteker Penanggung Jawab”
Penambahan Penerapan prinsip Manajemen Risiko Mutu dalam pemantauan dan penilaian terhadap
pada TKPP (CAPA)
PEDOMAN
CPOB Memperjelas fungsi system mutu industri farmasi, a.l. menautkan pengembangan
2018: dengan pembuatan obat melalui product life cycle
Terdapat butir yang menguraikan kompetensi yang perlu dipertimbangkan jika menggunakan
Konsultan (pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang memadai, atau kombinasinya) dan Industri
agar menyimpan data mengenai Konsultan
Penambahan Tugas Kepala Pemastian Mutu
Penambahan poin pada uraian tugas Kepala Produksi, QA, QC dalam memastikan mutu
Bab 4. Peralatan
DIHILANGKAN (dimasukkan ke Bab yang terkait, misal Higiene Personel masuk ke Bab 2
Personalia dan Bab 3 Bangunan-Fasilitas)
Ringkasan Perubahan (7)
Bab 6. Bab 5.
Produksi menjadi
Produksi
Bab 3 Bangunan-Fasilitas
Bab 4 Peralatan
PEDOMAN CPOB 2018
Penambahan uraian Penambahan Penambahan Tindakan Tehnis
untuk memastikan penjelasan baru uraian terkait; (a.l. fasilitas, area, desain, closed
kesahihan bahan mengenai • Manajemen system, peralatan terdedikasi,
awal yaitu melalui persetujuan dan Risiko Mutu dan disposable)
pemeriksaan pemeliharaan • Tindakan Tindakan Terorganisasi
terhadap intregrity Pemasok zat aktif Pencegahan (a.l. pendedikasian seluruh fasilitas,
packaging dan eksipien Kontaminasi area terkungkung, pakaian
pelindung khusus), campaign
Ringkasan Perubahan (8)
Bab 7. Pengawasan Mutu
PEDOMAN CPOB 2012
PEDOMAN CPOB 2018
Prinsip (Paragraf 1)
Prinsip (Paragraf 1)
Pengawasan mutu merupakan bagian esensial dari cara
pembuatan obat yang baik untuk memberikan kepastian Bab ini hendaklah dibaca
bahwa produk secara konsisten memepunyai mutu yang bersama dengan semua Butir
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pedoman CPOB yang relevan
Penilaian produk jadi hendaklah mencakup semua faktor yang terkait, termasuk kondisi produksi, hasil
pengujian selama-proses, evaluasi dokumen produksi (termasuk pengemasan), sesuai dengan
Spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir
Personel Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel
dan penyelidikan yang sesuai
Peralatan laboratorium hendaklah tidak dipindah-pindahkan di antara area berisiko tinggi untuk
menghindarkan kontaminasi silang. Khusus laboratorium mikrobiologi hendaklah diatur sedemikian
rupa untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang
Penambahan poin mengenai bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan Pengawasan Mutu
27
Ringkasan Perubahan (9)
Bab 7. Pengawasan Mutu
wadah sampel untuk kegiatan pengambilan sampel diberi label yang menjelaskan isi, disertai nomor
bets, tanggal pengambilan sampel dan wadah yang diambil sampelnya.
Personil yang mengambil sampel hendaklah menerima pelatihan awal dan reguler dengan disiplin
yang relevan dalam pengambilan sampel yang benar.
Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Mutu hendaklah diterapkan pada investigasi, penilaian cacat
mutu dan proses pengambilan keputusan terkait dengan tindakan penarikan produk, tindakan
perbaikan dan pencegahan serta tindakan pengurangan-risiko lain. Serta semua otoritas pengawas
obat terkait hendaklah diberitahu secara tepat waktu jika ada cacat mutu yang terkonfirmasi
terhadap obat atau obat uji klinik yang dapat mengakibatkan penarikan produk atau pembatasan
pasokan.
Penambahan: Personel yang mengangani keluhan dan penarikan yang terlatih dan berpengalaman
hendaklah bertanggung jawab serta hendaklah independen dari bagian penjualan dan pemasaran,
kecuali jika ada justifikasi
Ringkasan Perubahan (12)
oPersonel terlatih dan sumber daya yang • Karena tidak semua keluhan yang
memadai untuk penanganan, penilaian, diterima diakibatkan oleh cacat mutu,
investigasi, peninjauan keluhan dan Keluhan yang tidak menunjukkan
cacat mutu serta penerapan tindakan potensi cacat mutu hendaklah
pengurangan-risiko. didokumentasikan dengan tepat dan
oPersonel terlatih dan sumber daya yang dikomunikasikan kepada bagian atau
memadai juga untuk berkomunikasi personel yang relevan.
dengan otoritas pengawas obat. • Prosedur untuk memfasilitasi
oTim yang terdiri berbagai keahlian, permintaan investigasi mutudari suatu
termasuk personel Manajemen Mutu bets obat dalam rangka investigasi
yang mendapatkan pelatihan yang tepat. dugaan efek samping yang dilaporkan.
Ringkasan Perubahan (13)
Prinsip
Validasi retrospektif tidak lagi dianggap sebagai
pendekatan yang dapat diterima
Umum
Uraian mengenai pendekatan manajemen risiko mutu
hendaklah diterapkan sepanjang siklus hidup obat.
TIDAK ADA Pelaksanaan Kualifikasi Validasi secara menyeluruh
didasarkan pada penilaian risiko
Validasi Proses
• Validasi Konkuren (hanya jika disetujui Badan
POM)
Validasi Proses
• Validasi Proses Tradisional
• Validasi Prospektif
• Verifikasi Proses Kontinyu
• Validasi Konkuren
• Pendekatan Hibrida
• Validasi Retrospektif
• Verifikasi Proses On-going selama Siklus
Hidup Produk
Ringkasan Perubahan (16)
Aneks 1 – Aneks 11
Penambahan butir Manajemen Risiko yang harus diterapkan sepanjang siklus hidup sistem
komputerisasi dengan memperhatikan keamanan pasien, integritas data dan kualitas produk
Ringkasan Perubahan (18)
Aneks 12. Bab 6.
Cara Penyimpanan dan menjadi Cara Penyimpanan dan
Pengiriman Obat yang Baik Pengiriman Obat yang Baik
37
Tantangan Penerapan CPOB pada
Industri Bahan Baku Obat
38
Isu dan Tantangan Sarana Produksi Produk Biologi
dan Sarana Khusus
Sarana Khusus
• Unit Transfusi Darah (UTD)
• Laboratorium Sel Punca
Aspek Personalia
• Manajemen personalia belum memadai, antara lain terkait independensi
penanggung jawab bagian pengawasan mutu dan pemastian mutu, penetapan
persyaratan personil kunci termasuk dokumentasi kualifikasinya, dan evaluasi
program pelatihan.
Temuan Inspeksi Sarana Produksi Obat (2)
Aspek Bangunan dan Fasilitas
• Bangunan dan fasilitas tidak dirawat dengan baik sehingga berpotensi
menyebabkan kontaminasi atau kontaminasi silang.
• Sistem sanitasi belum memadai, antara lain penggunaan disinfektan, prosedur
pembersihan dan sanitasi yang spesifik untuk tiap kebutuhan di area produksi.
Aspek Produksi
• Pencegahan terhadap risiko kontaminasi/ kontaminasi silang tidak dilakukan
secara konsisten.
• Pencatatan batch record tidak real time
• Proses sterilisasi alat dan consumable material belum memenuhi ketentuan.
Aspek Pengawasan Mutu
• Pengujian bahan aktif obat dan produk jadi belum memadai antara lain terkait
pengaturan laboratorium kontrak, sampling bahan awal dan pelaksanaan uji
sterilitas.
• Baku pembanding yang digunakan tidak dibakukan terhadap baku primer
• Raw data hasil pengujian tidak tersedia 41
Temuan Inspeksi Sarana Produksi Obat (3)
46