Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di


negara maju maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan
negara dalam peringkat endemik tinggi mengenai penyakit hati
(Depkes RI, 2007). Angka kejadian kerusakan hati sangat tinggi,
dimulai dari kerusakan yang tidak tetap namun dapat berlangsung
lama (Setiabud 1979). Rusaknya fungsi hati biasanya ditandai
dengan menguningnya warna kulit, membran mukosa dan naikknya
konsentrasi bilirubin, enzim AST, ALT dan GGT dalam darah.

Salah satu penyebab kerusakan hati adalah obat-obatan.


Kerusakan sel hati selain disebabkan karena virus, juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan yaitu penggunaan obat dalam jangka
waktu yang lama atau juga peminum alkohol. Obat yang dikatakan
hepatotoksik adalah obat yang dapat menginduksi kerusakan hati
atau biasanya disebut drug induced liver injury (Sonderup, 2006).
Obat penginduksi kerusakan hati semakin diakui sebagai penyebab
terjadinya penyakit hati akut dan kronis (Isabel et al,. 2008).
Hepatotoksisitas merupakan komplikasi potensi obat yang paling
sering dijumapai dalam resep, hal ini mungkin dikarenakan peran
hati dalam memetabolisme obat (Aithal dan Day, 1999).

Untuk menghilangkan rasa pahit dari obat, terkadang orang


mencari makanan atau minuman yang dapat menghilangkan rasa
pahit itu. Makanan dapat menurunkan atau meningkatkan efek obat.
Interaksi antara obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan
yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan.
Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat dan makanan,
bukan berarti penggunaan obat dan makanan dalam waktu yang
bersamaan tidak dapat dilakukan melainkan perlu pengaturan waktu
minum obat dan makanan yang tepat.

II. TUJUAN

 Mengetahui Jenis – jenis penyakit Liver


 Mengetahui Jenis Obat – obatan penyakit Liver
 Mengetahui Interaksi Obat Liver dengan Makanan

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. PENYAKIT LIVER

Penyakit liver atau hati adalah istilah yang digunakan ketika hati
mengalami gangguan sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Liver atau hati merupakan organ terbesar kedua dalam tubuh manusia
dengan ukuran kira-kira sebesar bola rugby dan memiliki dua bagian
(lobus) kanan dan kiri. Liver terletak di perut kanan atas tepat di bawah
tulang rusuk dan memiliki beberapa fungsi di dalam tubuh, antara lain:

 Metabolisme lemak. Hati menghasilkan empedu dan kolesterol yang


berfungsi dalam mencerna dan transportasi lemak dalam tubuh.
 Metabolisme protein. Hati menghasilkan asam amino untuk
menyusun protein yang penting untuk melawan infeksi serta
membersihkan amonia yang merupakan produk pembuangan dari
metabolisme protein dan beracun bagi tubuh.
 Metabolisme karbohidrat. Hati adalah tempat menyimpan gula
sehingga turut membantu menjaga keseimbangan gula dalam darah.
 Metabolisme hemoglobin. Hemoglobin merupakan komponen
pembentuk sel darah merah sehingga sel darah merah dapat
berfungsi dengan normal. Hati menyimpan zat besi sebagai bahan
baku membentuk hemoglobin dan membersihkan bilirubin yang
merupakan produk buangan dari metabolisme hemoglobin atau sel
darah merah. Bilirubin berlebihan dapat membuat tubuh menjadi
kuning.
 Metabolisme obat-obatan dan racun. Hati membuat obat-obatan
yang kita konsumsi berubah dari zat aktif menjadi zat yang tidak aktif
lalu membersihkannya juga dari dalam tubuh sehingga dapat
dibuang melalui urine atau feses. Salah satu zat yang dimetabolisme
oleh hati adalah alkohol.
 Membantu pembekuan darah.

Sebetulnya, hati merupakan organ yang dapat melakukan regenerasi


dengan cepat untuk mengganti sel-selnya yang rusak. Akan tetapi, jika
sel-sel yang rusak cukup banyak, maka kerja hati untuk tubuh dapat
terganggu. Biasanya terjadi penurunan fungsi hati ketika kerusakan sel-
sel hati mencapai 75%.
Meskipun penyebab penyakit liver sangat beragam, perkembangan
penyakit dan kerusakan jaringan hati memiliki pola yang mirip.

2
Pengenalan tahapan kerusakan hati sangat penting, karena dengan
mengetahui tahapan kerusakan hati, akan menentukan tindakan
pengobatan dan pencegahan kerusakan jaringan lebih lanjut. Kerusakan
jaringan hati akibat penyakit umumnya mengikuti pola tahapan sebagai
berikut:

 Tahap 1, yaitu fase permulaan penyakit atau inflamasi Tahap ini


ditandai dengan adanya inflamasi (peradangan), baik pada jaringan
hati maupun saluran empedu. Inflamasi yang muncul disebabkan
oleh tubuh yang mencoba memerangi infeksi atau iritasi yang terjadi.
Kondisi ini dapat menyebabkan penderita mengalami nyeri perut.
Jika tidak ditangani dengan baik, inflamasi dapat membuat
kerusakan pada jaringan hati. Namun, pada tahap awal, inflamasi
dapat ditangani dan dicegah agar tidak berlanjut ke tahapan
berikutnya.
 Tahap 2, yaitu fibrosis hati. Fibrosis hati pada dasarnya merupakan
suatu proses penyembuhan luka pada jaringan hati akibat inflamasi,
namun tidak efektif. Hati yang fibrosis sudah mengalami kerusakan
jaringan dan mulai menghambat aliran darah pada Jika penyebabnya
penyakit akut, maka kerusakan jaringan hati dapat dipulihkan ke
kondisi semula. Namun, jika penyebabnya penyakit kronik, maka
fibrosis hati dapat berlanjut menjadi sirosis yang memiliki tingkat
kematian cukup tinggi. Perubahan kerusakan hati dari fibrosis ke
sirosis bervariasi pada tiap orang dan dapat berlangsung selama
puluhan tahun. Variasi perubahan fibrosis hati menjadi sirosis dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
 Stadium 3, yaitu sirosis. Sirosis merupakan kondisi kronis yang
disebabkan oleh kerusakan jaringan hati dan penyumbatan aliran
darah. Penderita penyakit liver yang sudah mengalami sirosis dapat
mengalami gejala serius dan membutuhkan perawatan khusus dari
dokter. Perawatan yang diberikan berfokus pada meringankan gejala
penyakit liver yang muncul dan mencegah gagal
 Stadium 4, yaitu gagal hati. Pada tahap akhir ini, terjadi kerusakan
hati secara menyeluruh sehingga menyebabkan hilangnya fungsi
organ ini secara menyeluruh. Penderita gagal hati memerlukan
perawatan khusus untuk meminimalkan risiko kematian. Meskipun
perkembangan penyakit liver dari tahap 1 hingga tahap 3
memerlukan waktu bertahun-tahun, kerusakan hati yang sudah
mencapai tahap akhir tidak bisa diperbaiki dan dapat menyebabkan
kematian.

3
Jenis Dan Penyebab Penyakit Liver
Jenis penyakit liver sangat beragam. Hingga saat ini, penyakit liver
yang sudah teridentifikasi mencapai sekitar 100 jenis penyakit
dengan penyebab yang berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa
jenis penyakit liver berdasarkan penyebabnya:

 Penyakit liver terkait alkohol. Penyebab penyakit liver ini adalah


konsumsi alkohol selama bertahun-tahun. Alkohol bersifat toksik
untuk sel-sel hati, terutama pada saat organ ini menyaring alkohol
dari dalam darah. Pada saat alkohol disaring oleh hati, sel-sel hati
dapat mengalami kematian. Meskipun demikian, hati memiliki
kemampuan regenerasi, untuk mengganti sel-selnya yang telah rusak
sehingga fungsinya tetap terjaga. Akan tetapi, jika seseorang terus-
menerus mengonsumsi alkohol, maka kemampuan regenerasi hati
dapat terganggu dan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih
serius dan berbahaya.
 Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) atau perlemakan
hati. Dalam kondisi normal, sel-sel hati seharusnya hanya
mengandung sedikit lemak, namun pada penyakit liver ini terdapat
penumpukan lemak yang berlebih di sel-sel hati. Perlemakan
hati seringkali terjadi pada orang yang mengalami obesitas dan
memiliki kandungan lemak tinggi di dalam tubuh.
 Hepatitis. Hepatitis merupakan penyakit liver yang muncul akibat
peradangan pada jaringan hati. Beberapa jenis hepatitis tergolong
ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Sedangkan beberapa
jenis lainnya merupakan hepatitis serius yang dapat berkembang
menjadi sirosis, gagal hati, maupun kanker hati. Hepatitis dapat
terjadi secara akut maupun kronis. Penyebab terjadinya hepatitis
sangat beragam, di antaranya adalah infeksi virus dan kondisi
autoimun. Jenis-jenis hepatitis meliputi hepatitis A, B, C, D, E, dan
hepatitis autoimun.
 Hepatitis toksik (toxic hepatitis). Ini merupakan peradangan pada
jaringan hati akibat tubuh terkena seyawa kimia beracun yang
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan hati. Jenis-jenis racun
yang dapat menyebabkan hepatitis toksik sangat beragam, baik itu
berasal dari obat, suplemen makanan, atau zat kimia lainnya.
Seringkali gejala hepatitis toksik akan menghilang dengan sendirinya
pada saat tubuh tidak lagi terpapar senyawa tersebut. Namun, pada
beberapa kasus, hepatitis toksik yang lebih serius dapat memicu
terjadinya kerusakan jaringan hati secara permanen, sirosis dan

4
gagal hati yang membahayakan nyawa Beberapa jenis obat yang
dapat mengakibatkan hepatitis toksik
adalah paracetamol, isoniazid, amoxicillin, diclofenac, fenofibrate,
dan phenytoin.
 Penyakit liver kolestasis (cholestatic liver disease). Kolestasis
terjadi akibat gangguan aliran empedu, baik karena berkurangnya
cairan empedu maupun karena adanya hambatan pada saluran
empedu. Gangguan aliran empedu dapat menyebabkan penumpukan
bilirubin di dalam darah. Bilirubin merupakan produk sisa dari
penghancuran sel-sel darah merah dan harus dibuang melalui feses
maupun urine. Penyebab terjadinya kolestasis di dalam hati cukup
beragam, baik akibat gangguan di dalam sel hati (hepatocellular
cholestasis) maupun akibat gangguan saluran empedu dalam hati
(cholangiocellular cholestasis). Penyebab cholangiocellular
cholestasis antara lain: primary biliary cirrhosis, cystic fibrosis,
dan primary sclerosing cholangitis.
 Penyakit liver yang diturunkan (inherited liver disease). Penyakit
ini disebabkan oleh kelainan genetik yang menyebabkan gangguan
fungsi organ hati. Dua jenis penyakit liver genetik yang paling dikenal
adalah hemokromatosis dan defisiensi alfa-1 Defisiensi alfa-1
antitripsin merupakan penyakit akibat kekurangan protein alfa-1
antitripsin yang diproduksi di dalam hati untuk melindungi jaringan
paru-paru dari kerusakan. Selain kerusakan paru-paru, kekurangan
protein alfa-1 antitripsin juga dapat mengakibatkan penyakit liver.
 Kanker hati. Kanker hati merupakan jenis kanker yang awal
munculnya adalah pada organ hati. Terdapat beberapa jenis kanker
hati, yaitu hepatocellular carcinoma (HCC), hepatoblastoma,
dan cholangiocarcinoma. HCC merupakan bentuk yang paling sering
terjadi.

Faktor Risiko Penyakit Liver


Faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena
penyakit liver, di antaranya adalah:

 Obesitas.
 Konsumsi alkohol berlebihan.
 Terpapar racun atau zat kimia tertentu.
 Penyalahangunaan NAPZA dengan berbagi jarum suntik.
 Terpapar dengan darah dan cairan tubuh orang lain.
 Sering berganti pasangan dalam hubungan seksual dan tidak
melakukan hubungan seksual secara aman.
 Tato dan tindik.

5
 Diabetes dan peningkatan kadar trigliserida.

Gejala Penyakit Liver


Gejala penyakit liver yang muncul pada seseorang sangat beragam,
tergantung kepada jenis dan penyebab penyakit liver yang diderita.
Berikut beberapa gejala yang dapat ditimbulkan dari penyakit liver, di
antaranya adalah:

 Kehilangan nafsu makan.


 Mual dan muntah.
 Rasa lelah.
 Warna feses berubah menjadi pucat seperti dempul.
 Warna urine berubah menjadi gelap seperti teh.
 Kulit dan mata menjadi kuning.
 Gatal-gatal pada kulit.
 Nyeri perut dan perut membesar.
 Pembengkakkan pada tungkai dan kaki.
 Mudah memar.

Diagnosis Penyakit Liver

 Tes Darah. Tes darah berguna untuk mengetahui kondisi


peradanganyang terjadi pada hati dan fungsi organ tersebut. Dalam
hal ini, petugas laboratorium akan melakukan:
o Penghitungan sel darah lengkap. Penderita penyakit liver dapat
mengalami penekanan sumsum tulang, terutama pada tahap sirosis.
Karena itu, akan terjadi penurunan sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit.
o Pemeriksaan fungsi hati. Dalam hal ini, parameter-parameter yang
akan dilihat adalah kadar enzim yang dilepas saat hati mengalami
peradangan, seperti SGOT dan SGPT, serta ezim yang dilepas oleh sel
di saluran empedu, seperti GGT dan alkali fosfatase. Selain itu
diperiksa juga kadar protein dan albumin serta bilirubin dalam
darah.
o INR. Melihat fungsi pembekuan darah.
o Amonia. Diperiksa bila pasien mengalami gangguan kesadaran yang
dicurigai disebabkan oleh gagal hati.
o Deteksi virus. Pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai terdapat
hepatitis A, B, C, atau D
 Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendapatkan gambaran organ hati
secara jelas dan organ-organ disekitarnya. Metode yang dapat
digunakan antara lain:

6
o USG.
o CT scan.
o MRI.
 Biopsi hati. Metode dilakukan dengan cara mengambil sampel
jaringan hati menggunakan jarum halus, untuk kemudian dianalisis
dengan Pelaksanaan biopsi biasanya didahului dengan pemberian
bius lokal pada pasien.
 Tes Genetik. Tes ini berfungsi untuk mendiagnosis pasien yang
menderita penyakit liver yang diturunkan.

II. Pengobatan Penyakit Liver

Pengobatan penyakit liver sangat tergantung dari penyebabnya.


Beberapa penyakit liver dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup
seperti menurunkan berat badan dan berhenti minum alkohol,
sementara penyakit liver yang lainnya harus ditangani dengan obat-
obatan, operasi atau bahkan transplantasi hati. Yang terpenting dari
pengobatan penyakit liver adalah menghindari berkembangnya
inflamasi menjadi sirosis yang berbahaya bagi penderita.
Metode yang paling penting dalam mencegah terjadinya sirosis adalah
dengan menghindari dan mengatasi penyebab-penyebab yang
menimbulkan peradangan pada liver. Jika penyebab peradangan
segera ditangani, maka perkembangan kerusakan jaringan liver dari
tahap inflamasi menjadi sirosis dapat dihindari. Oleh karena itu,
identifikasi penyebab peradangan sangat penting untuk mencegah
terjadinya inflamasi pada hati secara terus-menerus.

III. Interaksi Obat dan Makanan

Akibat interaksi obat dan makanan

1. Dapat menghambat kerja obat


2. Muncul efek samping obat yang merugikan atau
menguntungkan
3. Muncul Efek samping baru.

Beberapa contoh interaksi obat dengan makanan dan minuman

1. Penggunaan susu dengan antibiotik

Jika anda sedang mengkonsumsi antibiotik, misalnya ampisilin,


amoxilin, kloramfenikol, antibiotic golongan tetrasiklin dan
fluorokuinolon (contoh: siprofloksasin) sebaiknya jangan minum

7
susu. Jika Anda tetap ingin minum susu juga tunggu sampai dua jam
setelah atau sebelum minum obat. Susu dan produk olahannya serta
suplemen; zinc, magnesium, zat besi, dapat menghambat penyerapan
antibiotik. Antibiotik bila berikatan dengan zat-zat tersebut dapat
membentuk zat yang tidak larut dan tidak dapat diserap oleh tubuh.
Akibatnya, obat menjadi tidak manjur dan kesembuhan menjadi
lama.
2. Teh
Kandungan zat tannin yang terdapat dalam teh dapat mengikat
senyawa aktif obat sehingga sukar untuk di absorpsi dan diserap
tubuh.
3. Sayuran kaya vitamin K
Sayuran seperti brokoli, kubis, selada, bayam, dan alpukat sebaiknya
dihindari ketika sedang meminum obat anti pembekuan darah karena
dapat mengurangi efektifas obat tersebut. Obat ini bekerja
mengencerkan darah, sedangkan vitamin K dapat membekukan
darah.
4. Alkohol
Mengonsumsi alkohol dengan obat anti histamin atau anti alergi
(seperti obat alergi, flu, dan batuk) dapat menambah rasa kantuk dan
memperlambat performa motoric dan mental. Selain itu juga,
konsumsi alkohol yang bersamaan dengan parasetamol dapat
meningkatkan kerusakan hati dan pendarahan lambung. Maka dari
itu, sebaiknya hindari konsumsi makanan yang mengandung alkohol
berlebihan seperti tape ketan atau tape beras.

IV. Interaksi Obat Penyakit Liver dengan Makanan

1. Boceprevir
Boceprevir adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari
terapi antiviral terhadap virus hepatitis C
(HCV). Nama merek adalah Victrelis. Obat ini dibuat oleh
Merck.
Boceprevir diberikan dengan dosis 800 mg setiap 7-9 jam.
Paparan boceprevirmeningkat 65% dengan makanan, oleh
karena itu agar dapat diserap secara optimal,obat harus
dikonsumsi bersama makanan,
bioavailibilitas/ketersediaan hayati tetap baik bila
dikonsumsi dengan makanan tinggi atau rendah lemak.
8
2. Propanolol
Propranolol hampir seluruhnya diserap setelah
administrasi per oral. Namun setelah melalui metabolisme
oleh liver, hanya sekitar 25% yang mencapai sirkulasi
sistemik. Administrasi bersamaan dengan makanan tinggi
protein meningkatkan bioavailabilitas propranolol hingga
50%. Propranolol membutuhkan waktu 1-4 jam setelah
administrasi untuk mencapai konsentrasi puncak.
Preparat ini biasanya dipakai bersama diuretik lain untuk
mengurangi ekskresi kalium disamping memperbesar
diuresis. ;Durasi kerja : 2-3 hari, ;Ikatan protein : 91-98%.
;Metabolisme : melalui hati untuk membentuk banyak
metabolit termasuk canrenone (metabolit aktif). ;Waktu
untuk mencapai puncak dalam serum :1-3 ham (utamanya
dalam bentuk metabolit aktif). ;Ekskresi : melalui urin dan
feses

INTERAKSI MAKANAN
Makanan akan meningkatkan absorbsi, hindari licorice.

3. Ribavirin
Ribavirin adalah obat resep. Muncul sebagai tablet oral,
kapsul lisan, solusi cairan oral, dan solusi inhalan.tablet
oral Ribavirin tersedia dalam bentuk generik. obat generik
biasanya biaya kurang dari versi merek-nama.tablet oral
ribavirin dapat berinteraksi dengan obat lain, vitamin, atau
herbal Anda dapat mengambil. Interaksi adalah ketika zat
mengubah cara obat bekerja. Hal ini dapat berbahaya atau
mencegah obat dari bekerja dengan baik.
Jangan mengambil ribavirin dengan makanan tinggi
lemak. Hal ini dapat meningkatkan jumlah obat dalam
darah Anda. Minum obat dengan makanan rendah lemak.

4. Warfarin
Efek samping warfarin yang paling berbahaya adalah
perdarahan, salah satu hal yang mempengaruhi adalah
interaksi obat yang berdampak pada farmakodinamik atau
farmakokinetik warfarin.
Interaksi obat warfarin dapat terjadi dengan beberapa
obat. Mekanisme farmakodinamik yang dapat
menyebabkan interaksi obat dengan warfarin meliputi
mekanisme sinergis (rendahnya sintesis faktor pembekuan
dan gangguan hemostasis), antagonis kompetitif vitamin K,

9
dan kelainan fisiologis vitamin K (resistensi herediter).
Interaksi fatal dapat terjadi pada obat-obat yang
dikonsumsi dalam jangka panjang bersamaan dengan
warfarin, seperti obat antiretroviral dan antituberkulosis.
Selain interaksi dengan obat-obatan, warfarin juga
berinteraksi dengan makanan dengan konsentrasi vitamin
K tinggi seperti sayuran hijau yang dapat menghambat efek
antikoagulan warfarin. [

10
KESIMPULAN

Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa ada Obat-obatan


Penyakit liver yang baik dikonsumsi bersama makanan yang memiliki
kandungan lemak & protein, Obat Ribavirin sebaiknya dikumsumsi
bersama makanan rendah lemak. Sementara Vitamin K dapat menghambat
efek antikoagulan Warfarin.

11
DAFTAR SUMBER

 Eka N, Fakultas Farmasi Universitas MuhammadiyahSurakarta (2014), Penggunaan


Obat-obatan Penginduksi Penyakit Hati terhadap Pasien gangguan fungsi hati di
Rumah Sakit X Surakarta tahun 2013.
 https://www.alodokter.com/komunitas/topic/hepatitis-116
 hellosehat.com/penyakit/penyakit-hati-penyakit-liver/
 http://yankes.depkes.go.id/read-interaksi-antara-obat-makanan-dan-minuman-6197.html
 http://spiritia.or.id/informasi/detail/51
 https://www.alomedika.com/obat/obat-
kardiovaskuler/antiaritmia/propranolol/farmakologi
 https://allhealth.pro/id/kesehatan/ribavirin-oral-tablet/
 https://www.alomedika.com/obat/obat-yang-mempengaruhi-darah/obat-yang-
mempengaruhi-koagulasi/warfarin/efek-samping-dan-interaksi-obat

12

Anda mungkin juga menyukai