Anda di halaman 1dari 48

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

DOSEN : Prof. Teti Indrawati M. Si, Apt

Disusun Oleh :

Siti Mujenah (15334025)

Wandha Devi Rachmawati (15334110)

Rizky Apriliyani (15334112)

Wiwik hendarini (17334017)

Kelas : L (P2K)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Makalah kosmetologi
dengan judul “ Kosmetik, Anatomi dan Fisiologi Kulit” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami bertrima kasih kepada Prof. Teti
Indrawati M. Si, Apt selaku dosen mata kuliah kosmetologi yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kerkurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
I.1 Latar belakang ..................................................................... 1
I.2 Rumusan masalah ................................................................ 1
I.3 Tujuan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
II.1 Kulit ..................................................................................... 3
II.1.1 Klasifikasi kulit ........................................................ 4
II.1.2 Warna Kulit .............................................................. 9
II.1.3 Mekanisme pigmentasi ............................................ 9
II.1.4 Intensitas warna kulit ............................................... 10
II.1.5 Sinar matahari dan melanogenesis ........................... 11
II.1.6 Proses menua pada kulit .......................................... 12
II.1.7 Penyembuhan luka kulit .......................................... 13
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 15
III.1 Anatomi kulit ....................................................................... 15
III.2 Fisiologi dan biokimia kulit ................................................. 21
III.3 Fungsi biologik kulit ............................................................ 25
III.4 Kelainan kulit....................................................................... 27
III.5 Reaksi kulit terhadap kosmetik ............................................ 38
III.6 Mencaga kecantikan dan kesehatan kulit ............................ 41
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 43
IV.1 Kesimpulan ......................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan
dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet
matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan
dan infeksi dari luar.
Kulit seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, bisa karena
faktor genetis dan herediter, faktor yang terjadi di dalam kandungan,
maupun dari faktor luar (lingkungan dan kosmetik). Kulit merupakan
pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 15 % dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2.
Pada makalah ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan
anatomi dan fisiologi kulit meliputi struktur dan fungsi kulit, fisiologi dan
biokimia kulit, fungsi biologik kulit, kelainan pada kulit, reaksi kulit
terhadap kosmetik, cara menjaga kesehatan kulit.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana stuktur anatomi kulit ?
2. Bagaimana fisiologi dan biokimia kulit ?
3. Bagaimana fungsi biologik kulit?
4. Bagaimana kelainan pada kulit ?
5. Bagaimana reaksi kulit terhadap kosmetik ?
6. Bagaimana cara menjaga kecantikan dan kesehatan kulit ?

1
I.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami stuktur anatomi kulit
2. Mengetahui dan memahami fisiologi dan biokimia kulit
3. Mengetahui dan memahami fungsi biologik kulit
4. Mengetahui dan memahami kelainan pada kulit
5. Mengetahui dan memahami reaksi kulit terhadap kosmetik
6. Mengetahui dan memahami cara menjaga kecantikan dan kesehatan
kulit

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kulit
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan
seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang
diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran
karbondioksida. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan
pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di
dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi
gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit,
tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan
vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan
pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh
berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan
tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh,
seperti halnya kulit ditelapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian
lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya di
masing-masing tempat. Kulit di daerah-daerah tersebut berbeda
ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan
berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam
lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-
garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh
serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan,
telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari
(dermatoglifi).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas
dari kepala sampai ke kaki. Kulit wajah yang sehat dan cantik akan tampak
kencang, lentur, dan lembab, kondisi ini tidak akan menetap selamanya,

3
sejalan dengan perkembangan usia, ketika kondisi tubuh menurun, kulit
tidak hanya menjadi kering tapi juga suram dan berkeriput. Keadaan ini
makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan. Saat itu fungsi
kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering
dibandingkan dengan sebelumnya. Diduga dengan bertambahnya usia,
kadar asam amino pembentuk kalogen pun berkurang sehingga kalogen
yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembaban
dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak
mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang
tua yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan
molekul kalogen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat
kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan
kelembaban dan elastisitas. Kapan tanda-tanda penuaan itu muncul,
tergantung pada usaha kita untuk melindungi dan merawatnya secara baik.

II.1.1 Klasifikasi Kulit


Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya
agar dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik
yang sesuai, menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan
tindakan koreksi baik dalam perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang
sehat memiliki ciri :
1. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau
berembun
2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang
3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
5. Kulit terlihat segar dan bercahaya, dan
6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

4
Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak (sebaceous
gland) pada kulit normal biasanya ‘tidak bandel’, karena minyak
(sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun
kekurangan. Meski demikian, kulit normal tetap harus dirawat agar
senantiasa bersih, kencang, lembut dan segar. Jika tidak segera
dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat. Selain
itu kulit yang tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini
seperti keriput dan tampilannya pun tampak lelah. Ciri-ciri kulit
normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar, bercahaya, halus
dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang
berlebihan juga tidak terlihat kering
2. Kulit Kering
Kulit kering terjadi jika keseimbangan kadar minyak terganggu. Pada
kulit berminyak terjadi kelebihan minyak dan pada kulit kering justru
kekurangan minyak. Kandungan lemak pada kulit kering sangat
sedikit, sehingga mudah terjadi penuaan dini yang ditandai keriput dan
kulit terlihat lelah serta terlihat kasar. Kulit kering memerlukan
perawatan yang bersifat pemberian nutrisi agar kadar minyak tetap
seimbang dan kulit dapat selalu terjaga kelembabannya. Salah satu
keuntungan kulit kering adalah riasan wajah dapat lebih awet, karena
kadar sebum dalam lapisan dermis tidak berlebihanhingga riasan tidak
mudah luntur. Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah
menjadi kasar, mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan
proses keratinisasi kulit ari, tidak terlihat minyak berlebihan di daerah
T yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi kelenjar keringat dan
kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya yaitu mudah timbul
kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit dan
berkurangnya daya kerut otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah
bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah luntur, reaktivitas dan
kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsangan rangsangan

5
berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan
tampak pucat, suram dan lelah.
3. Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena
pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri
usia sekitar 20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun
yang mengalaminya. Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar
minyak (sebaceous gland) sangat produktif, hingga tidak mampu
mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus dikeluarkan.
Sebaceaous gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di
lapisan dermis, mudah terpicu untuk bekerja lebih aktif. Pemicunya
dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal, yaitu :
a. Faktor internal meliputi :
 Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit
berminyak, cenderung akan memiliki kulit berminyak pula
 Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi
produksi keringat. Karena itulah pada wanita yang sedang
menstruasi atau hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu
stres dan banyak gerak juga dapat menjadi pemicu keringat
berlebihan.
b. Faktor eksternal meliputi :
 Udara panas atau lembab
 Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti
makanan yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica,
makanan yang terlalu asin, makanan yang berbumbu
menyengat seperti bawang putih, makanan yang terlalu
berminyak serta makanan dan minuman yang terlalu panas.
Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus dibandingkan kulit
normal. Pada jenis kulit ini, minyak berlebihan yang dibiarkan akan
menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang pada saat
selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau infeksi. Merawat kulit
berminyak bukan berarti membuat kulit benar-benar bebas minyak,

6
karena minyak pada kulit tetap diperlukan sebagai alat pelindung alami
dari sengatan sinar matahari, bahan-bahan kimia yang terkandung
dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Yang perlu dilakukan adalah
menjaga agar kadar sebum tetap seimbang dan kulit tetap dalam
keadaan bersih agar bakteri penyebab jerawat dapat terhambat.
Memiliki jenis kulit berminyak, memiliki kelebihan yaitu membantu
menjaga kelembaban lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya
keriput.
Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak berlebihan,
tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah menyerap
kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah
seringkali tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak
mudah timbul kerutaan.
4. Kulit sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan
warna, dan reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya
lebih tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal
yang bisa menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan
ujung saraf pada kulit sensitif terletak sangat dekat dengan permukaan
kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk
reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi
hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan
berdampak serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan
allergen memacu pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke
permukaan kulit. Berdasarkan sifatnya tadi, perawatan kulit sensitif
ditujukan untuk melindungi kulit serta mengurangi dan menanggulangi
iritasi. Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung,
diperlukan bantuan dokter kulit atau dermatolog untuk memeriksanya
dalam tes alergiimunologi. Dalam pemeriksaan alergi, biasanya pasien
akan diberi beberapa allergen untuk mengetahui kadar sensitivitas
kulit. Kulit sensitif memiliki ciri ciri sebagai berikut : mudah alergi,
cepat bereaksi terhadap allergen, mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit

7
tipis, pembuluh darah kapiler dan ujung saraf berada sangat dekat
dengan permukaan kulit sehingga kulit mudah terlihat kemerahan.
Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif antara lain
: makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan
minuman beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan
pewarna dalam kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit
sensitif berbeda dengan kulit reaktif. Meski timbul bercak kemerahan
atau gatal-gatal akibat penggunaan kosmetika tertentu, belum tentu
menjadi gejala atau tanda kulit sensitif. Kemungkinan bercak
kemerahan tadi hanya menandakan iritasi ringan, yang akan hilang
sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi sensitif jika iritasi
kemudian meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya perlu
dilakukan tes alergi-imunologi oleh dokter kulit.
5. Kulit campuran atau kulit kombinasi
Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di
Asia. Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki
kulit kombinasi : kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada
kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit
kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata. Pada bagian
tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain tidak,
karena itu perawatan kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus.
Area kulit berminyak dirawat dengan perawatan untuk kulit berminyak
dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit
tersebut. Kulit campuran memiliki ciri-ciri : kulit di daerah T
berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru
kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya
yakni di area kulit berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal
atau kering akan lebih tipis.

8
II.1.2 Warna Kulit
Warna kulit terutama ditentukan oleh oxyhemoglobin yang
berwarna merah, hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan,
melanin yang berwarna coklat, keratihyalin yang memberikan
penampakan opaque pada kulit, serta lapisan stratum corneum yang
memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan. Dari semua bahan-
bahan pembangun warna kulit tersebut, yang paling menentukan warna
kulit adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran, dan distribusi pigmen
melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan
ras/bangsa di dunia.

II.1.3 Mekanisme Pigmentasi


Proses pembentukan pigmen melanin terjadi pada butir-butir
melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara
sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan basal (stratum germinativum).
Melalui juluran lengan-lengannya yang dinamakan dendrit, melanosit
memberikan melanosom kepada sejumlah sel-sel keratinosit di
sekelilingnya. Satu sel malanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit
kesatuan ini dinamakan unit melanin epidermis Melanosom yang terdapat
di dalam keratinosit berbentuk partikel-partikel padat atau merupaka
gabungan dari 3-4 buah partikel lebih kecil yang mempunyai membran,
dinamakan melanosom kompleks Pembentukan melanosom di dalam
melanosit melalui 4 fas, yaitu:
Fase I : permuaan pembentukan melanosom dari matriks protein
dan tirosinase, diliputi membran dan berbentuk vesikula
bulat.
Fase II : disebut pre-melanosom, pembentukan lebih sempurna,
belum terlihat adanya pembentukan melanin.
Fase III : mulai nampak adanya deposit melanindi dalam membran
vesikula, disini Mulai terjadi melanisasi melanosom.
Fase IV : deposit melanin memenuhi melanosom yang merupakan
partikel-partikel padat dan berbentuk sama.

9
Proses melanisasi melanosom terjadi di fase III dan IV sebelum
melanosom diekstraksikan ke keratinosit.
Melanosom di dalam keratinosit akhirnya mengalami degradasi.
Melanosom yang terbentuk melalui gabungan beberapa partikel dan
besarnya kurang dari 1 mikron akan mengalami degradasi. Ini terdapat
pada ras Eropa (Kaukasoid), Mongoloid dan Indian Amerika. Sedangkan
yang besarnya lebih dari 1 mikron dan tunggal tidak mengalami degradasi,
misalnya terdapat pada ras Negro dan Aborigin. Ukuran melanosom
dipengaruhi oleh faktor genetik dan non-genetik, misalnya penyinaran oleh
sinar matahari (UV)
Telah dibuktikan adanya korelasi antara warna kulit dan besarnya
melanosom. Kulit hitam memiliki melanosom besar, tunggal, padat
dengan melanin. Sedangkan melanosom pada orang kulit putih tersusun
dari partikel kecil yang bergabung dan tidak padat dengan melanin.
Pembentukan melanin di dalam melanosit sangat kompleks.
Ada 2 macam pigmen melanin dengan variasi warna yang terjadi :
a. Eumelanin: memberikan warna gelap, terutama hitam, coklat dan
variasinya. Pigmen ini tidak larut hampir disemua macam pelarut,
mempunyai berat molekul yang tinggi, mengandung nitrogen, terjadi
karena oksidasipolimerisasi dari bentuk intermediate.
b. Feomelanin: memberikan warna cerah, kuning sampai merah, larut
dalam alkali, mengandung nitrogen dan sulfur. Terutama terdiri dari
Benzotiazin dan Benzotiazol, berasal dari sisteinildopa. Misalnya
terdapat pada rambut manusia dan melanoma.

II.1.4 Intensitas Warna Kulit


Intensitas warna kulit secara fundamental di tentukan oleh:
 Jumlah melanosom yang terdapat di dalam keratinosit dan melanosit.
 Kecepatan melanogenesis di dalam melanosit.
 Kecepatan transfer di dalam populasi keratinosit.

10
Oleh karena itu di kenal 2 macam warna kulit:
 Warna kulit konstitutif, yaitu yang secara genetik diturunkan tanpa
dipengaruhi faktor sinar UV dan hormon.
 Warna kulit fakultatif, yaitu warna kulit akibat pengaruh sinar UV dan
hormon. Warna ini jelas tampak pada bagian badan yang tidak tertutup
pakaian.

Hormon-hormon yang berpengaruh antara lain:


 Melanin Stimulating Hormon (MSH), yang pemberiannya
menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit.
 Estrogen dan Progesteron, pada waktu hamil menyebabkan pigmentasi
pada puting susu dan sekitarnya.
 Gluthathion (GSH), merupakan inhibitor terhadap melanogenesis.

II.1.5 Sinar Matahari dan Melanogenesis


Bila terjadi penyinaran kulit oleh sinar matahari maka terjadi reaksi
fisiologis kulit. Kulit yang terpapar sinar matahari selama antara 6-20 jam
akan menghasilkan eritema yang cepat atau lambat menimbulkan
pencoklatan kulit (tanning) yang cepat tampak jelas 1 jam dan akan hilang
kembali dalam waktu 4 jam. Hal ini disebabkan oleh sinar UV-A dengan
panjang gelombang 290-320 nm dan merupakan inisiator paling efektif
untuk melanogenesis. Sinar yang terlihat (visible light) dangan panjang
gelombang 320-700 nm.
Sinar ultraviolet gelombang agak panjang serta sinar yang dapat
dilihat, antara 320-700 nm, merupakan penyebab melanogenesis, tetapi
gelombang gelombang lebih pendek 290-320 nm masih merupakan
inisiator paling efektif untuk melanogenesis.
Efek negatif sinar matahri terhadap kulit dapat dihindari jika kulit
dilindungi dengan menggunakan kosmetik pelindung kulit yang disebut
tabir surya. Untuk kulit di iklim tropis hendaknya menggunakan tabir
surya yang tidak mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid), karena
sifatnya yang photosensitizer yang dapat mencoklatkan kulit.

11
II.1.6 Proses Menua Pada Kulit
Proses penuaan akan tampak dari kerutan dan keriput pada kulit
atau kemunduran lainnya dibandingkan ketika masih muda. Ada 2 teori
yang akan menjelaskan proses penuaan, yaitu:
 Penuaan merupakan proses alami yang tak dapat dihindari oleh semua
makhluk hidup.
 Penuaan adalah akibat kerusakan baik anatomi maupun fisiologi pada
semua organ tubuh, mulai dari pembuluh darah dan organ tubuh
lainnya sampai kulit.
Perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada kulit bisa
berupa perubahan anatomis, fisiologis dan kimiawi. Perubahan anatomis
dapat terlihat langsung, seperti elastisitas dan fleksibilitas kulit yang
menyebabkan timbulnya kerut dan keriput, berkurangnya jumlah rambut di
kepala walaupun pada wanita justru sering tumbuh kumis atau rambut
panjang di leher atau di pipi, hiperpigmentasi dan tumor kulit terutama
pada usia 40 tahun ke atas akibat terlalu lama terpapar sinar matahari,
penebalan kulit, epidermis kering dan pecah-pecah, serta perubahan pada
bentuk rambut dan kuku.
Salah satu faktor dari luar yang mempengaruhi penuaan kulit
adalah sinar matahari, khususnya sinar UV. Kulit yang sering terbuka akan
cepat kering, keriput, kasar dan menderita kerusakan lain akibat radiasi
sinar UV matahari.
Secara histologis dan fisiologis, pada kulit menua ditemukan antara
lain hal-hal berikut:
 Kulit menjadi kering karena menurunnya fungsi kelenjar minyak kulit
(kelenjar sebasea)
 Berkurangnya kadar air kulit dan mengeringnya serabu kolagen dan
elastis akibat menurunnya hormon-hormon kelamin.
 Menurunnya kecepatan metabolisme sel basal dan melebatnya proses
keratinisasi sehingga mengakibatkan regenerasi sel-sel epidermis
menjadi lambat.

12
Analisis kimiawi terhadap susunan bahan-bahan kimia di dalam
kulit orang tua kandungan kalsiumnya meningkat, sedangkan kandungan
sulfur menurun. Flesch (1955) dan Lubowe (1960) menemukan bahwa
kandungan kolestreol pada kulit tua sangat menurun. Pada janin kadarnya
sampai 1200 mg per g kulit, anak-anak 500 mg dan orang tua hanya 365
mg.
Pada kulit tua ditemukan defisiensi banyak vitamin C, biotin,
vitamin K, asam panthotenat, phirydoxine, aasam nikotinat, citrus
bioflavonoid, dll. Kekurangan vitamin K menyebabkan telengiectasia
(pecahnya pembuluh darah kulit yang terlihat seperti sarang laba-laba).
Untuk memperlambat proses penuaan kulit, defisiensi vitamin perlu
dicegah atau diperbaiki dengan mengunakan produk kosmetik seperti
pelembab, kosmetik yang mengandung kolagen, vitamin, allantoin dan
ekstrak placenta. Dalam hal ini pemakaian kosmetik tabir surya yang
melindungi kulit dari sinar matahari juga sangat penting.

II.1.7 Penyembuhan Luka Kulit


Penyembuhan luka adalah suatu proses dinamik kompleks yang
menghasilkan pemulihan terhadap kontinuitas anatomik dan fungsi
jaringan setelah terjadi perlukaan. Penyembuhan luka dibagi dalam tiga
tahap yang saling berhubungan dan tumpang tindih dalam waktu
terjadinya, yaitu:
a. peradangan;
b. pembentukan jaringan (proliferasi); dan
c. remodeling jaringan.
Salah satu tujuan utama tubuh pada proses perbaikan luka kulit
ialah mengembalikan fungsi kulit sebagai sawar fungsional. Reepitelisasi
luka kulit dimulai 24 jam setelah luka melalui pergerakan sel-sel epitel
dari tepi bebas jaringan melintasi defek dan dari struktur folikel rambut
yang masih tersisa pada dasar luka partial thickness.
Sel-sel epitel berubah bentuk baik secara internal dan eksternal
untuk memudahkan pergerakan. Metamorfosis selular ini meliputi retraksi

13
tonofilamen intrasel, disolusi desmosom intersel dan hemi-desmosom
membran basal, serta pembentukan filamen aktin sitoplasma perifer. Sel-
sel epidermis pada tepi luka cenderung kehilangan polaritas apiko-basal
dan menjulurkan pseudopodia dari tepi basolateral bebas ke dalam luka.
Pola pasti dari migrasi epidermis yang mengalami regenerasi ini
belum diketahui, tetapi kemungkinan berupa migrasi sel tunggal melintasi
permukaan luka dengan mekanisme “lompat-katak” (leap-frogging) atau
“jejak-traktor” (tractor tread).

14
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Anatomi Kulit


Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
1. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
2. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan
3. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis
atau subkutis).

Gambar 3.1 Anatomi kulit

III.1.1 Epidermis (Kulit Ari)


Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Kekebalan epidermis berbeda-beda pada bagian
tubuh. Bagian yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada
telapak kaki dan telapak tangan. Sedangkan lapisan yang tipis berukuran
0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel

15
epidermis ini disebut keratinosit. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5%
dari seluruh ketebalan kulit. Pada epidermis, terjadi regenerasi setiap 4-6
minggu.
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga
ke dalam menjadi 5 lapisan, yakni:
a. Lapisan Tanduk (Stratum corneum),
merupakan lapisan yang paling atas. Terdiri atas sel-sel mati yang
mengelupas dan banyak mengandung keratin yang melindunginya.
Lapisan ini secara terus-menerus melepaskan sel-sel kulit yang mati.
b. Lapisan Jernih (Stratum lucidum),
disebut juga ”lapisan barrier”. Terletak tepat di bawah stratum
corneum. Merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti. Protoplasmanya
berubah menjadi protein (eleidin). Biasanya terdapat pada kulit tebal
seperti telapak kaki dan telapak tangan.
c. Lapisan Granular (Stratum granulosum),
tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
d. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer),
memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar
dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein. Cairan limfemasih ditemukan mengitari sel-sel dalam
lapisan malphigi ini.
e. Lapisan Basal (Stratum germinativum) adalah lapisan terbawah
epidermis yang hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. Di dalam
stratumgerminativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel
yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk
pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya.

16
Gambar 3.2 Penampang lapisan kulit ari ( Epidermis)

III.1.2 Dermis (kulit jangat)


Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada
di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk
batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 %
kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata
serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.
Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar
yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-
masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi
mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa
juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat
merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat

17
tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan
mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar
palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk
melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya
dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat
menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit
melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat
membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam
dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami
yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan
berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan
keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar
jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis
yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan
serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga
jaringan penunjang, karena fungsinya adalah membentuk jaringan-jaringan
kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein
akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur
hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu
faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen
mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu
diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan
cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan
memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat.
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet
yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit,
membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan telapak

18
tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan
dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan
jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat
yaitu :
 Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan
jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 % air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler.
Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di
seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat
dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat
ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
 Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna
keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang Sel kelenjar ini
mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu
banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar
ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan
aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit.
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang
bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut
mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan
rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali
pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua

19
bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang
rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea
yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar
palit menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala.
Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada
kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari
kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih
berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

Gambar 3.3 Penampang kulit jangat (Dermis)

III.1.3 Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)


Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah
dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan
kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman
jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah

20
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya
dan akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

III.2 Fisiologi dan Biokimia Kulit


III.2.1 Pernafasan Kulit
Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga
bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Namun, respirasi kulit sangatlah lemah. Kulit lebih banyak menyerap
oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil yang
diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula dengan
karbondioksida yang dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran darah
dibandingkan dengan yang diembuskan langsung ke udara. (Tremblay,
1978)
Meskipun pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5% dari yang
dilakukan oleh paru- paru, dan kulit hanya membutuhkan 7% dari
kebutuhan oksigen tubuh (4% untuk epidermis dan 3% untuk dermis),
pernafasan kulit tetap merupakan syaraf proses fisiologis kulit yang
penting (Philip Adams, 1949). Mnurut Burton (1959), pengambilan
oksigen dari udara oleh kulit sangat berguna bahkan sangat penting bagi
metabolisme di dalam sel-sel kulit. Penyerapan oksigen merupakan suatu
proses yang penting, namun pengeluaran atau pembuatan CO2 tidak kalah
pentingnya, karena jika CO2 menumpuk di dalam kulit maka akan
menghambat pembelahan (regenerasi) sel- sel kulit.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran
CO2 dari kulit tergantung dari banyak factor di luar maupun didalam kulit,
seperti:
a. Temperature udara
b. Komposisi gas di sekitar kulit
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan aliran darah ke kulit

21
e. Tekanan gas di dalam darah kulit
f. Dilatasi pembuluh darah kulit
g. Penyakit- penyakit kulit
h. Usia
i. Keadaan vitamin dan hormone di kulit
j. Perubahan bahan dalam proses metabolism sel kulit, pemakaian bahan
kimia pada kulit dan lain- lain

III.2.2 Mantel Asam Kulit


Marchionini (1929) menemukan bahwa startum corneum dilapisi
oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia
menamakannya sebagai “mantel asam kulit” (sauremantel)

Gambar letak asam mantel kulit

Tingkat keasamannya (pH) berbeda antara yang ditemukan oleh


Marchionini dan oleh peneliti- peneliti lainnya, tetapi umumnya berkisar
antara 4,5 – 6,5.
pH di bagian- bagian tubuh yang banyak terjadi penguapan lebih
rendahdari pada di telapak kaki, payudara dan lipatan- lipatan badan- pada
umumnya pH fisiologis “mantel asam” kulit berkisar antara 4,5 – 6,5
sehingga bersifat asam lemah.
Ketika diketahui pH= 7, yaitu pada air muri, disebut pH netral. pH
< 7 maka bersifat asam, dengan pH = 1 adalah yang paling asam. pH > 7
bersifat alkalis (basa) dengan pH = 14 adalah yang paling alkalis.

22
Pada hari pertama bayi dilahirkan, pH kulitnya berada di titik netral
7. Setelah umurnya berapa minggu, angka pH itu turun menuju ke agak
asam.
Lapisan “mantel asam” kulit terbentuk dari kombinasi asam- asam
karboksilat organic (asam laktat, asam pirolidon karboksilat, asam
urokanat, dan lain- lain) yang membentuk garam dengan ion- ion natrium,
kalium, ammonium, dan lain- lain, serta dari hasil ekskresi kelenjar
sebasea, kelenjar keringat dan asam amino dari reruntuhan keratin sel kulit
yang sudah mati di permukaan kulit.

III.2.3 Fungsi “Mantel Asam Kulit”


Ada tiga fungsi pokok “Mantel Asam Kulit” yaitu:
a. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia
yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit
b. Membunuh dengan sifat asamnya atau sedikit menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang membahayakan kulit.
c. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit.
Fungsi “mantel asam kulit” cukup penting bagi perlindungan kulit,
sehingga ia disebut dengan “the first line barrier of the skin” (perlindungan
pertama kulit). Yang lebih berperan dalam fungsi “mantel asam kulit”
bukan pada segi keasamannya meskipun ini penting dalam mencegah
infeksi mikroorganisme karena umumnya mikroorganisme tidak tahan
dalam lingkungan yang bersifat asam tetapi lebih pada susunan bahan-
bahannya, terutama pada susunan asam asamnya. Terdapat bahan yang
bersifat asam tetapi kurang daya desinfektannya dan ada bahan- bahan
yang tidak begitu asam tetapi kuat daya desinfektannya. Bahan- bahan

23
yang membentuk “mantel asam” kulit seperti tersebut di atas adalah
bahan- bahan yang begitu asam tetapi kuat daya desinfektannya.
Bahan- bahan tersebut juga memiliki daya penyangga (buffer) yang
kuat, baik terhadap senyawa yang bersifat alkalis maupun yang bersifat
asam. pH keduanya dicoba untuk didekatkan ke pH fisiologos kulit, yaitu
antara 4,5 – 6,5. Tentu saja semkain alkalis atau semakin asam bahan
yangb mengenai kulit, semakin sulit untuk menetralisir dan kulit akan
menjadi lelah karenanya. Kullit menjadi kering, pecah- pecah, sensitif, dan
mudah terkena infeksi.
Karena itu hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat
mungkin denga pH fisiologis “mantel asam kulit” yaitu antara 4,5 – 6,5.
Kosmetik demikian disebut dengan kosmetik pH balanced.

III.2.4 Mantel Lemak Kulit


Sebum di permukaan kulit merupakan lapisan lemak yang sebagian
besar berasal dari kelenjar sebasea dean sebagian kecil berasal dari lemak
sel-sel epidermis disebut mantel lemak kulit, yang terdiri atas trigliserida,
asam-asam lemak, squalene, wax, cholesterol dan ester-esternya,
fosfolipid, dan parafin. Jumlah lemak di permukaan kulit berbeda untuk
tiap individu dan bagian-bagian tubuh. Seseorang mempunyai kulit kering
(sebostatic) atau kulit berminyak (seborrheic) tergantung pada jumlah
lemak yang diekskresikan oleh kelenjar sebasea. Klasifikasi kulit kering
dan kulit berminyak tidak berlangsung seumur hidup karena bisa terjadi
pergeseran antara keduanya.

III.2.5 Sistem Pengaturan air kulit


Permeabilitas kulit terhadap air sangat terbatas. Barrier yang
mengatur keluarnya air dari kulit dan masuknya air ke dalam kulit tidak
terletak langsung dibawah permukaan kulit, tetapi berada di bawah lapisan
stratum coneum yang diberi nama barier rain.
Jaringan di bawah kapiler ini terhubungkan dengan kapiler-kapiler
darah, kulit dan kandungan airnya sekitar 70-80 persen. Kandungan air
stratum coneum di atas barier rain hanya sekitar 10 persen. Lapisan

24
stratum coneum yang agak kering ini secara fisiologis penting untuk
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Tetapi stratum coneum tidak
boleh terlalu kering karena ia akan kekurangan elastisitas dan mudah
sobek.Derajat kandungan air dalam stratum coneum tergantung pada
suplai air dan kelembapan sekitar.
Menurut flasch (1956) lapisan stratum coneum mengandung 20%
bahan yang dapat menyerap air, sebagian sangat higroskopis. Untuk fungsi
fisiologisnya, kulit memerlukan lemak dan air, keduanya berhubungan
secara erat. Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan-bahan dalam
stratum coneum yang bersifat higroskopis, dapat menyerap air dan berada
dalam hubungan yang fungsional, disebut Natural Mousturazing Factor
(NMF). Kemampuan stratum coneum untuk mengikat air sangat penting
bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit.

III.3 Fungsi biologik kulit


III.3.1 Pelindung atau proteksi.
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak
subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior
tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh
dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah
penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari
luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.

III.3.2 Thermoregulasi
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan
aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan
mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh
darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit
keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga
mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

25
III.3.3 Persepsi Sensoris
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-
badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di
papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

III.3.4 Fungsi absorpsi


Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-
lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan
karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan
uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan
merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison,
sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di
tempat peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara
saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari
pada yang melalui muara kelenjar.

III.3.5 Fungsi ekskresi


Kulit juga berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang
keluar dari dalam tubuh beruoa keringat dengan perantara 2 kelenjar
keringat yang dimiliki, yakni kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
a. Kelenjar sebasea, Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat
pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum
menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili
berkontraksi menekan kelenjarsebasea sehingga sebum dikeluarkan ke
folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan

26
campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum
berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan
memproteksi keratin.
b. Kelenjar keringat, Walaupun stratum korneum kedap air, namun
sekitar 400 ml air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar
keringat tiap hari. Bagi seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif
bekerja di luar ruangan akan menghasilkan kelenjar keringat yang
lebih terbuka sehingga keringat yang dikeluarkan lebih banyak dari
mereka yang bekerja di dalam ruangan. Selain mengeluarkan air dan
panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam,
karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein
yaitu amoniak dan urea.

III.4 Kelainan kulit


III.4.1 Kelainan pada Kelenjar Palit
1. Jerawat (acne)
Masalah yang sering terjadi pada kulit berminyak adalah
jerawat. Pada dasarnya jerawat disebabkan oleh tumbuhnya kotoran
dan sel kulit mati yang mengakibatkan folikel dan pertumbuhan sebum
terhambat. Produksi minyak pada kulit biasanya disalurkan melalui
folikel rambut. Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
menyumbat saluran ini hingga minyak yang ke luar akan bertumpuk
dan menjadi komedo. Jika terkena bakteri akne, komedo akan menjadi
jerawat. Jerawat (akne) adalah suatu penyakit radang yang mengenai
susunan pilosebaseus yaitu kelenjar palit dengan folikel rambutnya.
Jerawat sangat umum terdapat pada anak-anak masa pubertas
dan dianggap fisiologis oleh karena perubahan hormonal. Timbunan
lemak di bawah kulit ini selain membuat kulit kasar, tidak rata juga
tidak enak dipandang mata. Penderita umumnya mempunyai jenis kulit
berminyak. Kulit kasar akan makin menjadi, pada kulit yang kurang
memproduksi minyak, seperti mereka yang termasuk kategori berkulit

27
kering. Selain perubahan hormonal, kesalahan memilih kosmetik juga
dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Kurang lebih 90% remaja,
wanita dan pria terkena jerawat dan biasanya menghilang sebelum usia
mencapai 20 tahun tetapi dapat pula berlangsung terus. Perkecualian,
jerawatjuga sering dialami oleh wanita dewasa yang menjadi akseptor
KB dengan pil bahkan pada wanita saat memasuki masa menopause.
Jerawat timbul di daerah sebore yaitu daerah kulit yang
mengandung lebih banyak kelenjar palit (minyak). Daerah sebore
terdapat di daerah hidung, pipi, dahi, dagu, dada, dan punggung.
a. Gejala timbulnya jerawat :
 Peningkatan produksi sebum,
 Munculnya kondisi abnormal karena bakteri atau jamur
terkadang terasa sakit,
 Terjadi penebalan jaringan terkadang menjadi benjolan kecil,
dan
 Peningkatan hormon estrogen.
b. Tahap terjadinya jerawat :
 Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, terjadi
penumpukan kotoran dan sel kulit mati karena kurangnya
perawatan dan pemeliharaan, khususnya pada kulit yang
memiliki tingkat reproduksi minyak yang tinggi. Akibatnya
saluran kandung rambut (folikel) menjadi tersumbat.
 Sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tersebut kemudian
terkena bakteri acne, maka timbulah jerawat.

28
Gambar kulit terserang bakteri acne

 Dalam waktu tertentu, jerawat yang tidak diobati akan


mengalami pembengkakan (membesar dan berwarna
kemerahan), disebut papule.

Jerawat yang Meradang (Papule)

29
 Bila peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik ke
permukaan kulit dalam bentuk nanah (pus), jerawat disebut
pastule

Jerawat yang Bernanah (Postule)

 Bila jerawat mengandung nanah, lemak dan cairan-cairan lain


berarti jerawat sudah berada pada kondisi terparah, disebut cyst

Jerawat dalam kondisi yang terparah (Cyst)

 Bila Cyst tidak terawat, maka jaringan kolagen akan mengalami


kerusakan sampai pada lapisan dermis, sehingga kulit/wajah
menjadi bopeng (Scar).

30
c. Jenis - jenis jerawat
 Akne Juvenil
Akne Juvenil muncul pada masa
pubertas, dimana akne ini
biasanya menyerang remaja usia
14-20 tahun. Penyebabnya adalah
masalah hormonal yang belum
stabil dalam memproduksi sebum.
Akne juvenil dirawat dengan
menggunakan sabun ber-pH seimbang atau sabun bayi
transculent.
 Akne Vulgaris
Akne Vulgaris adalah jenis
jerawat yang berbentuk komedo,
yang timbul pada kulit
berminyak. Perawatan jerawat ini
dengan penguapan hingga kulit
cukup kenyal dan lembab.
Kemudian jerawat diambil
dengan sendok una dan olesi dengan krim jerawat atau acne
lotion, biarkan semalam baru dibilas dengan air hangat pada
keesokan harinya.
 Akne Rosacea
Akne Rosacea yaitu jerawat yang
muncul pada wanita yang berusia
30-40 tahun, tandanya mulamula
jerawat akan tampak kemerahan
kemudian menjadi radang hingga
menimbulkan sisik di lipatan
hidung. Perawatan kulit yang terkena akne ini biasanya dengan
penguapan, kompres air panas atau penyinaran dengan lampu
infra merah agar jerawat cepat kering.

31
 Akne Nitrosica
Akne Nitrosica merupakan jenis
jerawat yang sangat berbahaya
karena akan menimbulkan lubang
atau bopeng. Tahap yang terjadi
sudah termasuk tahap akhir yang
memerlukan penanganan khusus
dokter ahli kulit.
2. Komedo
Komedo adalah nama ilmiah dari pori-pori yang tersumbat.
Komedo merupaka sumbatan lemak dan sebagai bentuk permulaan
jerawat berupa gumpalan massa atau sebum yang tersumbat di dalam
saluran susunan pilosebaseus. Sebum adalah salah satu kelenjar
minyak yang dihasilkan kelenjar kulit yaitu kelenjar sebasea. Ketika
sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit tidak
dibersihkan, akan menumpuk di kulit, minyak di permukaan kulit
kemudian menutup sel-sel kulit, maka terjadilah penyumbatan. Bentuk
komedo terdiri atas :
a. Komedo terbuka (black head), yang ditandai dengan :
 Gumpalan sebum terlihat seperti titik-titik hitam di permukaan
kulit.
 Permukaan tidak tertutup oleh epitel kulit
 Berhubungan langsung dengan udara di luar sehingga terjadi
oksidasi dan pigmentasi.
Black head yang berhubungan dengan udara di luar, bersifat
terbuka dan dapat keluar sendiri.

32
b. Komedo tertutup (white head), ditandai dengan :
 Massa sebum terlihat seperti tonjolan putih kekuning-kuningan
di bawah permukaan kulit
 Permukaannya tertutup oleh epitel kulit
 Tidak berhubungan dengan udara di luar
White head tidak dapat ke luar sendiri karena tertutup oleh lapisan
kulit tipis atau epitel.

III.4.2 Tumbuhan Kulit


Tumbuhan atau tumor pada kulit ari berupa penonjolan yang terjadi
karena bertambah banyaknya sel secara berlebihan. Tumor dapat bersifat
jinak atau ganas. Tumbuhan atau tumor kulit mungkin berasal dari sel-sel
epidermis, dari sel-sel lapisan kulit lebih dalam, dari andeksa kulit atau
merupakan hasil penumpukan zat-zat tertentu. Tumbuhan kulit yang sering
dijumpai yaitu :
 Siringoma berupa tumbuhan jinak
yang terjadi karena pelebaran saluran
kelenjar keringat. Kelainan ini sering
dijumpai pada wanita usia dewasa di
sekitar mata yang mungkin meluas di
sekitar dahi, pipi, dada dan perut.
Kelainan ini berupa bintil-bintil kecil
dengan diameter 2 hingga 3
milimeter dan mengkilat.

33
 Kutil atau verucca vulgaris yaitu
sejenis tumbuhan epidermal yang
disebabkan oleh virus dan dapat
menular Kutil banyak dijumpai pada
anak-anak terutama pada jari-jari
tangan, lengan, tungkai dan kaki.
Kutil mulai tumbuh kecil dan membesar dalam beberapa minggu atau
bulan. Permukaannya tidak rata, warnanya coklat, kelabu atau
kehitam-hitaman. Kadangkala kutil tidak tumbuh ke luar, melainkan ke
dalam. Pertumbuhan ke dalam terjadi karena mendapat tekanan terus
menerus dan menimbulkan rasa sakit bila kaki dipakai berjalan. Kutil
di telapak kaki berbeda dengan katimumul (clavus, mata ikan).
Katimumul adalah penebalan kulit di telapak kaki yang kadangkadang
tumbuh ke dalam sampai ke lapisan dermis, yang disebabkan sering
mendapat tekanan, misal karena pemakaian sepatu yang sempit. Bila
tekanan dihilangkan maka katimumul dapat menghilang sendiri.
 Xanthoma yaitu sejenis penyakit
yang ditandai dengan terjadinya
lempeng-lempeng pipih atau
benjolan berwarna kuning jingga
Penderita umumnya wanita yang
terjadi karena timbunan sejenis zat
lemak dalam sel-sel yang akan
berperangai seperti busa, serta bertambahnya jaringan ikat. Benjolan
ini biasanya terletakdi kelopak mata, tidak terasa gatal atau sakit dan
bersifat familier (diturunkan) karena berhubungan dengan kadar
kolesterol darah yang tinggi.
 Keratosis Seboroik, Keratosis seboroik berwujud sebagai tumbuhan
epidermal jinak yang disebabkan oleh penebalan lapisan tanduk,
bentuknya dari sebesar kepala jarum pentul sampai sebesar biji jagung
atau lebih besar lagi. Kelainan ini berwarna coklat sampai hitam, tidak
menular, dan hanya timbul sedikit di atas permukaan kulit, berbentuk

34
pipih dengan permukaan yang licin ataupun kasar seperti pada kutil.
Kelainan ini umum terjadi pada usia tiga puluh tahun ke atas dan
timbul di daerah sebore seperti pada kulit wajah, kulit kepala, dada dan
punggung.
 Naevus pigmentosus (tahi lalat) Tahi lalat yang sering muncul pada
kulit Manusia berupa tonjolan kecil hingga besar berwarna coklat
hingga hitam ini adalah sejenis tumbuhan jinak berwarna coklat
sampai hitam yang biasanya ada sejak lahir dan membesar sejalan
dengan meningkatnya usia. Naevus pigmentosus dapat rata dengan
permukaan kulit dan kecil yang disebut tahi lalat serta bisa juga
menonjol dan agak besar yang disebut tanda. Tahi lalat yang membesar
dengan cepat apalagi bila disertai rasa gatal, mudah berdarah dan
warnanya bertambah gelap atau menghitam, segera periksakan ke
dokter, karena kemungkinan berubah menjadi ganas dan berbahaya.

III.4.3 Gangguan Pigmentasi


Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yang
terpenting adalah jumlah pigmen melanin kulit, peredaran darah, tebal
tipisnya lapisan tanduk dan adanya zat-zat warna lain yang bukan melanin
yaitu darah dan kalogen. Dalam keadaan normal, melanin dihasilkan
secara teratur oleh sel melanosit. Melanin, selain memberi warna pada
kulit, juga berfungsi melindungi kulit dari terpaan sinar matahari yang
dapat merusak struktur kulit, dan kulit menjadi gelap. Melanin sangat
berguna melindungi kulit terhadap penyinaran sinar ultra violet.
Pembentukan pigmen melanin dirangsang oleh sinar ultra violet.
Kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit, yaitu :
1. Melanosis Salah satu penyakit melanosis adalah melasma
(chloasma), yaitu adanya bercak-bercak berwarna coklat kehitaman
(hiperpigmentasi) di kulit muka yang sangat khas seperti di daerah
pipi, dahi dan bibir atas. Melasma sering timbul karena kehamilan, pil
kontrasepsi, pemakaian kosmetik dan sinar matahari. Melasma karena
kehamilan, dapat menghilang setelah melahirkan. Melasma karena
kosmetika terjadi karena fotosensitisasi oleh zat tertentu seperti zat

35
pemutih. Zat ini menyebabkan kulit lebih rentan terhadap sinarultra
violet sehingga lebih mudah dan cepat membentuk melanin.

2. Gangguan pigmentasi dapat berupa : gangguan fungsi kelenjar minyak


yakni pengeluaran minyak yang berlebihan dan bila terjadi
penyumbatan saluran kelenjar palit dapat terjadi millium atau akne
yang dapat meradang, gangguan pertandukan kulit yakni pada bagian
muka terdapat berbagai macam keratinosis kulit seperti
hiperkeratinisasi atau kekolotan dan pada bagian badan, tangan dan
kaki terjadi penyisikan kulit seperti sisik ikan, kulit merah dan bersisik,
kapalan serta katimumul atau mata ikan, juga gangguan peredaran
darah berupa pelebaran pembuluh darah rambut.
3. Lentigo yaitu sejenis naevus pigmentosus yang menyerupai ephilides,
licin berwarna coklat tua. Lentigo tidak memudar waktu musim dingin
dan dapat pula terjadi di bagian tubuh yang tertutup pakaian
4. Vitiligo yaitu gangguan pigmen-tasi pada kulit yang ditandai dengan
terjainya bercak-bercak putih karena kehilangan melanin. Kelainan ini
terjadi secara turun temurun. Bercak ini dapat ber-ukuran besar atau
kecil, ber-bentuk bulat atau tidak menentu tetapi bila bersatu bisa
menjadi lebih besar. Bercakbercak ini lebih sensitif terhadap sinar
matahari. Vitiligo lebih banyak terjadi di daerah tropik, terutama pada
orang-orang berkulit gelap.

36
III.4.4 Infeksi Jamur
Kelainan kulit karena infeksi jamur antara lain disebabkan oleh
segolongan jamur dermatofita (dermatofitosis), ragi candida (kandidosis
kulit) dan jamur malassezia furtur. Kelainan kulit karena infeksi jamur
dapat berupa :
a. Panu
Panu adalah bentuk lain dari dermatofitosis yaitu infeksi jamur
dangkal yang disebabkan oleh fungus mallasezia furtur. Penyakit ini
tampak sebagai bercak-bercak yang kadang tersebar di seluruh tubuh.
Bercak ini dapat berwarna putih kelabu, kecoklat-coklatan atau
kehitam-hitaman yang disertai pengelupasan sisik-sisik halus. Panu
banyak ditemukan di Indonesia terutama pada mereka yang kurang
memperhatikan kebersihan badan. Penyakit ini dapat menyebabkan
rasa gatal
b. Kurap
Kurap merupakan dermatofitosis
yang berupa infeksi kulit
berbentuk bulat-bulat besar
dengan diameter 3- 4 cm,
pinggirnya meninggi, dan
berwarna merahsedang di bagian
tengahnya bersisik halus
menimbulka rasa gatal. Kelainan
ini ter-jadi pada anakanak, remaja, dan dewasa baik laki-laki maupun
perempuan. Kurap bisa menular.
c. Tinea pedis (athlete’sfoot)
Tinea pedis (athlete’sfoot) yaitu
sejenis penyakit yang disebabkan
oleh jamur pada kaki terutama
pada telapak kaki dan sela-sela
jari kaki. Tinea pedis banyak
dijumpai pada laki-laki

37
dibandingkan pada wanita. Gambaran klinis yang terlihat, berbeda,
dari perlunakan kulit sela-sela jari, pertandukan yang berlebihan,
reaksi eksim, gelembung-gelembung sampai retak-retak kulit yang
diiringi rasa sakit.

III.4.5 Alergi
Alergi atau hipersensitivitas adalah perubahan kemampuan tubuh
yang didapat dan khas untuk bereaksi terhadap zat (alergen, antigen) yang
menempel atau masuk ke dalam tubuh. Pada hakekatnya, alergi termasuk
kompleks kekebalan (imunitas) dan bersifat reaksi kekebalan (imunologik)
khas antara alergen dengan zat lain (antibodi) yang dibentuk oleh tubuh.
Daya reaks imunologik tubuh, khususnya kulit terhadap zat-zat asing yang
berkhasiat sebagai antigen bersifat amat khas dan berlangsung amat lama.
Zat-zat yang dapat menyebabkan alergi antara lain berupa :Zat-zat yang
dapat menyebabkan alergi antara lain berupa :
a. Makanan, minuman dan obat-obatan
b. Bahan-bahan yang ditempelkan ke kulit seperti kosmetika (alas bedak,
bedak, lipstik, parfum, hair spray, cat rambut) dan obat-obatan (salep,
balsam atau krim)
c. Bahan yang dihirup seperti udara, debu
Pada umumnya reaksi alergi pada kulit menunjukkan gejala : kulit
terlihat merah, gatal, bengkak, sesak napas dan pingsan. Reaksi alergi
dapat terjadi segera setelah kontak dengan zat tersebut atau beberapa saat
setelah kontak dengan zat-zat tersebut. Pencegahannya, hindari
penggunaan zat atau bahan yang dapat menimbulkan alergi.

III.5 Reaksi Kulit Terhadap Kosmetik


Efek Kosmetik terhadap Kulit merupakan sasaran utama dalam
menerima berbagai pengaruh dari penggunaan kosmetika. Ada dua efek
atau pengaruh kosmetika terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negatif.
Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek
negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan

38
kulit (Tranggono, 1996). Pemakaian kosmetika yang sesuai dengan jenis
kulit akan berdampak positif terhadap kulit sedangkan pemakaian
kosmetikan yang tidak sesuai dengan jenis kulit akan berdampak negatif
bagi kulit.
Usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari efek samping dari
pemakaian kosmetika tersebut diantaranya adalah mencoba terlebih dahulu
jenis produk baru yang akan digunakan untuk melihat cocok tidaknya
produk tersebut bagi kulit. Setiap pemakaian produk kosmetika diharapkan
dapat berkhasiat sesuai dengan jenis produk yang kita gunakan, akan tetapi
sering kali pemakaian produk kosmetika tersebut justru membawa petaka
bagi pemakainya. Efek-efek negatif yang sering kali timbul dari
pemakaian kosmetika yang salah adalah kelainan kulit berupa kemerahan,
gatal, atau noda-noda hitam.
Ada empat faktor yang mempengaruhi efek kosmetika terhadap
kulit, yaitu faktor manusia pemakainya, faktor lingkungan alam pemakai,
faktor kosmetika dan gabungan dari ketiganya.
a. Faktor manusia: Perbedaan warna kulit dan jenis kulit dapat
menyebabkan perbedaan reaksi kulit terhadap kosmetika, karena
struktur dan jenis pigmen melaminnya berbeda.
b. Faktor iklim: Setiap iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap
kulit, sehingga kosmetika untuk daerah tropis dan sub tropis
seharusnya berbeda.
c. Faktor kosmetika: Kosmetika yang dibuat dengan bahan berkualitas
rendah Atau bahan yang berbahaya bagi kulit dan cara pengolahannya
yang kurang baik, dapat menimbulkan reaksi negatif atau kerusakan
kulit seperti alergi atau iritasi kulit.
d. Faktor gabungan dari ketiganya: Apabila bahan yang digunakan
kualitasnya kurang baik, cara pengolahannya kurang baik dan
diformulasikan tidak sesuai dengan manusia dan lingkungan pemakai
maka akan dapat menimbulkan kerusakan kulit, seperti timbulnya
reaksi alergi, gatal-gatal, panas dan bahkan terjadi pengelupasan.

39
Kosmetika memiliki efek terhadap kulit yaitu efek negatif dan efek
positif. Demikian juga untuk kosmetika pemutih yang mempunyai efek
positif yaitu menjadikan kulit lebih cerah atau putih seperti yang
diinginkan dan mempunyai efek negatif yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kerusakan kulit seperti kulit meradang atau terkelupas
apabila penggunaannya kurang berhati-hati atau tidak sesuai dengan
petunjuk penggunannya.
Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang
tidak aman, baik pada kulit maupun pada sistem tubuh, antara lain :
a. Iritasi : reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik
karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan.
Sejumlah deodoran, kosmetik pemutih dapat langsung menimbulkan
reaksi iritan.
b. Alergi : reaksi negatif pada kulit muncul setelah kosmetik dipakai
beberapa kali, kadang kadang setelah bertahun tahun, karena kosmetik
itu mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang
meskipun mungkin tidak bagi yang lain. Cat rambut, lipstik, parfum,
dan lain lain dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang orang
tertentu.
c. Fotosensitisasi : reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari
bahan, zat pewarna atau zat pewangi yang dikandung oleh kosmetik itu
bersifat photosensitizer. Sejumlah zat pewarna dan pewangi di dalam
kosmetik riasan (make up), parfum, dan tabir surya yang mengandung
PABA (Para Amino Benzoic Acid) dapat menimbulkan terjadinya
reaksi fotosensitisasi pada kulit.
d. Jerawat (acne) : beberapa kosmetik pelembab kulit (moisturizer) yang
sangat berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukan
bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila
digunakan pada kulit yang bertminyak, terutama dinegara negara tropis
seperti indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat

40
pori pori kulit bersama kotoran dan bakteri. Jenis kosmetik demikian
disebut kosmetik aknegenik.
e. Intoksikasi : keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui
penghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit,
terutama salah satu atau lebih bahan yang dikandung oleh kosmetik itu
bersifat toksik, misalnya merkuri di dalam kosmetik impor pemutih
kulit pearl cream yang sudah dilarang peredarannya di indonesia oleh
pemerintah. Sejumlah parfum dan hair spray juga dapat menimbulkan
intoksikasi.
f. Penyumbatan fisik : penyumbatan oleh bahan bahan berminyak
lengket yang ada di dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab
(moisturizer) atau dasar bedak (foundation) terhadap pori pori kulit
atau pori pori kecil pada bagian bagian tubuh yang lain.

III.6 Tips menjaga kecantikan dan kesehatan kulit (penuaan dini)


1. Selalu menggunakan tabir surya/sun block/sun cream sedini mungkin
dengan SPF (Sun Protecting Factor) 15 yang mengandung titanium
dioksida dan avobenzena untuk melindungi kulit dari sinar matahari
yang mengakibatkan kelainan warna kulit, kerutan dan kulit menjadi
kendur.
2. Lakukan perawatan secara teratur, meliputi penggunaan scrub atau
peeling (untuk menghilangkan sel-sel kulit mati), memperbaiki
sirkulasi darah/getah bening di kulit dengan massage, pemberian
nutrisi, serum, gel atau masker yang mengandung bahan-bahan yang
melembabkan kulit dan berfungsi sebagai antioksidan.
3. Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah segar berwarna sebagai
sumber nutrisi dan antioksidan untuk menjaga kecantikan kulit.
Hindari junk food atau produk olahan.
4. Mengkonsumsi produk dari bahan kacang kedelai (tahu, tempe, susu
kacang kedelai), kurma dan minum teh yang berasal dari biji adas
sebagai sumber estrogen alami.

41
5. Minum air putih paling sedikit 2,5 liter perhari untuk menjaga
kelembaban kulit dan kurangi konsumsi kopi dan soft drink.
6. Minum teh hijau minimal 2 cangkir sehari, karena mengandung
antioksidan yang lebih paten.
7. Mengkonsumsi suplemen antioksidan seperti vitamin A (betakarotin),
vitamin C, vitamin E, vitamin B-kompleks dan beberapa mineral
seperti selenium, seng.
8. Lakukan olah raga yang dapat menggerakkan sebagian otot di tubuh
seperti jalan cepat, jogging, senam aerobik, berenang minimal 3 kali
seminggu. Hal ini dapat melancarkan aliran darah/getah bening,
sehingga asupan nutrisi dan oksigen pada sel-sel lebih baik serta
mempercepat pembentukan sel-sel kulit yang baru.

42
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
a. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
b. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan
c. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis
atau subkutis).
2. Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke
dalam menjadi 5 lapisan, yakni:
a. Lapisan Tanduk (Stratum corneum),
b. Lapisan Jernih (Stratum lucidum),
c. Lapisan Granular (Stratum granulosum),
d. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer),
e. Lapisan Basal (Stratum germinativum)
3. Ada tiga fungsi pokok “Mantel Asam Kulit” yaitu:
a. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan
kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit
b. Membunuh dengan sifat asamnya atau sedikit menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan kulit.
c. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan
kulit.
4. Fungsi biologik kulit :
a. Pelindung atau proteksi.
b. Thermoregulasi
c. Persepsi sensoris
d. Fungsi absorbsi
e. Fungsi ekskresi

43
5. Kelainan kulit
a. Kelainan pada Kelenjar Palit
 Jerawat (acne)
 Komedo
b. Tumbuhan Kulit
 Siringoma
 Kutil (Verucca Vulgaris)
 Xanthoma
 Keratosis seborik
 Naevus pigmentosus (tahi lalat)
c. Gangguan pigmentasi
 Melanosis
 Lentigo
 vitiligo
d. Infeksi jamur
 Jamur
 Kurap
 Tinea pedis
e. Alergi

44
DAFTAR PUSTAKA

Lina Pangaribuan. 2017. Efek Samping Kosmetik dan Penanganannya Bagi Kaum
Perempuan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15 (2) Desember 2017
p-ISSN: 1693-1157, e-ISSN: 2527-9041
Sonny J. R. Kalangi. Bagaian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5,
Nomor 3, Suplemen, November 2013.
Tranggono, Retno dkk. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

45

Anda mungkin juga menyukai