SKRIPSI
EDYANTO
070802012
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
EDYANTO
070802012
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
i
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JAMU SERBUK
TERONG TELUNJUK TERHADAP EFEK
ANTIFERTILITAS PADA MENCIT (MUS MUSCULUS)
JANTAN SEBAGAI OBAT KONTRASEPSI
ALTERNATIF
Kategori : SKRIPSI
NAMA : EDYANTO
Nomor Induk Siswa : 070802012
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di,
Medan, Januari 2014
Komisi Pembimbing :
Pembimbing II, Pembimbing I,
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
EDYANTO
070802012
iii
PENGHARGAAN
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini ucapan
terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua, Ayahanda Tio Min Tong dan Ibunda Sin Kim yang dengan
cinta dan kasihnya selalu memberikan motivasi yang tinggi terhadap anaknya
dan yang selalu mendoakan anaknya agar menjadi manusia berguna bagi bangsa
dan agama serta bermanfaat bagi orang lain
2. Saudara, Chandra, dan kedua kakak, Suwarna, S.Kom dan Suwarni yang selalu
memberikan semangat dan bantuan moril dan materil sehingga penulisan Skripsi
ini dapat disiapkan
3. Pasangan saya Dehsi beserta keluarga yang senantiasa mendukung saya dalam
menyelesaikan kuliah saya
4. Bapak Dr. Ribu Surbakti, MS beserta Bapak Karten Tarigan, SP, sebagai dosen
pembimbing yang selalu memberikan semangat dan motivasi , arahan,
bimbingan dan pemikiran-pemikiran yang logis dan ilmiah sehingga Skripsi ini
dapat disiapkan.
5. Bapak Drs. Firman Sebayang, MS sebagai kepala Laboratorium Kimia Bahan
Makanan yang telah menyetujui saya untuk melangsungkan penelitian pada
laboratorium Kimia Bahan Makanan.
6. Bapak Dekan FMIPA USU beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu dibangku perkuliahan hingga lulus.
7. Ketua Departemen Kimia FMIPA USU, Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS
beserta Bapak dan Ibu Dosen di Departemen Kimia FMIPA USU, yang
mengajarkan arti keikhlaksan dalam memberikan ilmu pengetahuan
8. Teman seperjuangan di Departemen Kimia FMIPA USU khususnya angkatan
2007 dan adik – adik di Laboratorium Biokimia / KBM FMIPA USU sehingga
skripsi ini dapat disiapkan. Terima kasih juga untuk Kak Fika, Kak Via dan Bang
Edi.
9. Abang, adik, dan rekan-rekan di KMB, khususnya Pengurus periode 2007-2009
yang telah mengajarkan arti kerjasama dan indahnya persaudaraan.
10. Semua pihak yang telah membantu, sehingga saya menjadi seorang sarjana kimia
FMIPA USU. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya, Amiin.
Saya menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapan
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian agar Skripsi ini menjadi lebih
sempurna dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ........................................................................................................................... i
Pernyataan ........................................................................................................................... ii
Penghargaan ....................................................................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................................ v
Abstract .............................................................................................................................. vi
Daftar isi............................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ........................................................................................................................ x
Daftar Gambar.................................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ................................................................................................................ xii
vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Data Biologis Mencit Di Laboratorium ......................................................... 8
Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Alkaloid ........................................................... 33
Tabel 4.2.Data Hasil Kehamilan Mencit Betina Setelah Digabungkan Dengan Mencit
Jantan ............................................................................................................. 34
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Buah Terung Telunjuk ................................................................................. 6
Gambar 2.2 Solasodin Yang Terdapat Pada Buah Terung .............................................. 7
Gambar 2.3 Sistem Reproduksi Hewan Jantan Mamalia ................................................. 10
Gambar 2.4 Hormon Tetosteron ...................................................................................... 12
Gambar 2.5 Proses Spermatogenesis ............................................................................... 14
Gambar 2.6 Proses Spermiogenesis ................................................................................. 15
Gambar 2.7 Tampilan Bagian sel Ovum dan Tahampan Fusi Sel Sperma dan Sel
Ovum ............................................................................................................. 16
Gambar 2.8 Kontrasepsi Dengan Cara Tubektomi Pada Wanita ..................................... 19
Gambar 2.9 Alat Kontrasepsi Pria (Tubektomi = Pemotongan Saluran Tuba) ............... 19
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Grafik Jumlah Kehamilan Mencit ................................................................ 43
Lampiran 2 Gambar Terung Telunjuk Kering ................................................................. 43
Lampiran 3 Gambar Jamu Terung Telunjuk dan Gavage yang berisi Jamu Terung
Telunjuk (Perlakuan I) .................................................................................. 44
Lampiran 4 Gambar Jamu Terung Telunjuk setelah Metode Penelitian
dimodifikasi(Perlakuan II) ............................................................................ 44
Lampiran 5 Gambar Kandang Pemeliharaan Mencit ....................................................... 45
Lampiran 6 Gambar Mencit yang Hamil ......................................................................... 45
Lampiran 7 Gambar Mencit yang Melahirkan beserta Anaknya ..................................... 46
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia, sebagai salah satu negera yang sedang berkembang saat ini menghadapi
masalah yang cukup serius. Salah satunya adalah masalah kepadatan penduduknya. Sejak
tahun 2000, peningkatan jumlah penduduk Indonesia cukup tinggi yaitu 1,49 %.
Tepatnya pada tahun 2011, penduduk Indonesia mencapai angka 241 juta lebih penduduk.
Menurut Badan Pusat Statistik (2007), tingginya tingkat kepadatan penduduk sangat
berpengaruh pada kualitas kehidupan dan tingkat kesejahteraan penduduk. Alasan inilah
yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengambil langkah – langkah menekan
angka jumlah penduduk, diantaranya dengan mencanangkan progam Keluarga Berencana
(KB) menjadi progam nasional.
Pria menjadi fokus baru dalam dunia kontrasepsi yang masih belum banyak
mendapat perhatian. Kontrasepsi bagi pria membuka harapan yang cukup luas untuk
perkembangannya dimasa depan.
2
Beberapa alat kontrasepsi laki-laki belum bisa diterima oleh masyarakat, karena
memberikan efek samping yang tidak dapat diabaikan (penyuntikan hormon), kelemahan
alat kontrasepsi kondom memberikan ketidaknyamanan pada pasangan, vasektomi
(sterilisasi) menyebabkan terjadinya gangguan pada immunoglobulin (Rusmiati, 2007).
Menurut penelitian S. Yolanda, Z. Edward, W. Nasution (2011) menurunkan 18,5%
kadar tetosteron berhasil diturunkan 18,5% pada mencit dengan pemberian solasodin dari
tanaman Solanum khasianum Clark secara oral dengan menggunakan gavage. Dengan
metode yang sama Ely Suryani H., R. Surbakti, T. Barus (2011), dengan menggunakan
buah terung belanda hasil sambung pucuk dengan tanaman lancing, didapatkan hasil
bahwa dengan pemberian ekstrak solasodin selama 30 hari, dengan konsentrasi 10% g/ml
sudah sangat efetif menekan angka kehamilan mencit betina hingga 100%.
Pada penelitian E. Lubis, R. Surbakti, H. Ridwanto (2013) dengan menggunakan
steroid dari ekstrak tengkua 3% pada mencit betina mampu memberikan efek
antifertilitas yang nyata hingga 0%. Selanjutnya pada penelitian M. Alfian, R. Surbakti
(2012), 5% ekstrak terung ungu mampu memandulkan mencit jantan hingga 0%
kehamilan mencit betina. Berikutnya dengan metode yang sama Erik Krisdayah, R.
Surbakti (2012) menggunakan 5% ekstrak solasodin dari tanaman lancing, memberikan
efek yang nyata dalam menekan angka kehamilan mencit betina hingga 0%.
Namun, dalam hal faktor ekonomisnya dan efesiennya terasa sangat sulit
diaplikasikan sebagai kontrasepsi untuk manusia. Karena kadar solasodin yang
terkandung dalam tanaman terung-terungan dibawah 5 % saja. Dan untuk
mendapatkannya memerlukan tahapan yang sangat rumit. Terang saja, hal ini akan
membuat manusia enggan untuk berpindah ke bahan kontrasepsi alternatif ini.
Maka dari itu peneliti mencoba mengangkat konsep obat herbal atau jamu yang
sudah familiar manusia terutama orang Indonesia. Dengan menggunakan tanaman
Terung telunjuk, dan menyederhanakan metode penelitiannya. Sehingga diharapkan
3
menjadi solusi alternatif kontrasepsi yang dapat dengan mudah diterima dengan tangan
terbuka oleh manusia.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah dengan pemberian ekstrak kasar terung telunjuk yang diberikan kepada mencit
jantan dapat menurunkan / menekan tingkat kehamilan mencit betina.
2. Apakah tanaman terung telunjuk dapat dijadikan obat kontrasepsi untuk mencit jantan
dalam bentuk bubuk tanpa harus terlebih dahulu melalui perlakuan.
4
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
8
9
Sistem reproduksi pada mencit betina terdiri atas: kelenjar betina (ovarium),
saluran reproduksi dan kelenjar assesori pada umur 10-12 minggu, mencit jantan maupun
betina sudah mencapai kematangan seksual. Periode aktivitas reproduksi berlangsung
sejak umur dewasa seksual yang mencapai sampai mencit berumur 14 bulan dan biasa
lebih lama lagi pada mencit jantan.
Seperti pada mamalia betina pada umumnya , mencit betina hanya akan
berkopulasi dengan mencit jantan selama fase estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap
untuk dibuahi. Kadang-kadang kopulasi dapat terjadi pada waktu antara 5 jam sebelum
ovulasi sampai 8 jam setelah ovulasi.
Fase estrus mencit dapat ditentukan dengan melihat ciri alat kelamin luarnya yaitu
vulva yang membengkak dan berwarna kemerahan. Untuk lebih meyakinkan, fase estrus
dapat diketahui dengan membuat apusan vagina. Banyaknya sel-sel epitel menanduk pada
apusan vagina menunjukkan bahwa mencit berada pada fase estrus. Biasanya fase estrus
mencit dimulai pada tengah malam dan kopulasi alami terjadi sekitar pukul 02.00
menjelang pagi. Sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada waktu kopulasi akan
mencapai oviduk dalam beberapa menit. Mobilitas dan viabilitas sperma dipertahankan
selama 8 jam setelah ovulasi.
Keberhasilan perkawinan mencit ditandai dengan adanya sumbat vagina merupakan hari
kehamilan ke-0.
Zigot akan mengalami perkembangan menjadi embrio. Segala kebutuhan embrio
diperoleh melalui induk melalui organ ekstra embrio yaitu plasenta. Pembentukan plasenta
dimulai dari kehamilan ke-8,5. Periode kehamilan mencit biasanya berlangsung 9-21 hari
(http://evykingbio.blogspot.com, diakses 18 Desember 2012).
10
11
12
13
profase, metafase, anafase dan telofase. Tahap profase I meiosis I merupakan tahap
yang sangat panjang sehingga dikelompokkan lagi dalam lima stadia, yaitu: leptotene,
zigotene, pakhitene, diplotene, dan diakinesis.
Menurut Campbell (2004) ciri dari masing-masing stadia sebagai berikut: (a)
Lepototene memperlihatkan kromosom sebagai benang panjang, sehingga
masing-masing kromosom belum dapat dikenal; (b)Zigotene memperlihatkan bahwa
kromosom-kromosom homolog berpasangan; (c) Pakhitene merupakan stadia yang
paling lama dari profase I meiosis, benang-benang kromosom tampak semakin jelas
karena adanya kontraksi dari kromosom sehingga kromosom tampak semakin
menebal. Pada stadia ini berlangsung proses biologis yang sangat penting yaitu pindah
silang (“Crossing over”). Pada stadia ini spermatosit primer mudah mengalami kerusakan
dan degenerasi yang sangat luas (Campbell, 2004); (d) Diplotene ditandai dengan
memisahnya kromatid-kromatid yang semula berpasangan membentuk bivalen; (e)
Diakinesis yang merupakan stadia terakhir memperihatkan kromosom-kromosom
makin memendek dan kiasmata semakin jelas. Dari meiosis I akan dihasilkan dua sel
anak spermatosit sekunder, masing-masing berisi satu set kromosom tunggal.
Proses spermatogenesis ditunjukkan oleh gambar 2.4.
14
15
Gambar 2.7 Tampilan Bagian Sel Ovum dan Tahapan Fusi Sel Sperma dan Sel
Ovum
(aejos.com, diakses 18 Desember 2012)
16
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses
persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya
diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Cunningham, 2006).
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa
yang biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke
dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membran sel ovum.
Untuk mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar
ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu lapisan yang
menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal
hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi.
Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya
spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase
untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase
kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina.
Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa
juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid (Sarwono, 2008).
Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri
atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom,
ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan
satu Y. sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom
otosom serta 1 kromosom X. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44
kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan,
sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y
akan tumbuh sebagai janin laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino
dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya
berjalan dengan lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini
17
diperoleh dari vitelus, sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya
oleh morula. Dengan demikian, zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya
hasil konsepsi tetap utuh. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke
pars ismika dan pars interstisial tuba (bagia-bagian tuba yang sempit) dan terus
disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba
dan kontraksi tuba.
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang
disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian
dalamnya disebut massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan
terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi
imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran
bayi. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (resesif)
dalam proses implantasi embrio (Sarwono, 2008).
Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk
amnion dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang
kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah membran janin paling dalam dan
berdampingan dengan cairan amnion. Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi
sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Secara jelas telah diketahui bahwa
amnion tidak sekedar membran avaskular yang berfungsi menampung cairan amnion.
Membran ini aktif secara metabolis, terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk
mempertahankan homeostatis cairan amnion, dan menghasilkan berbagai senyawa
bioaktif menarik, termasuk peptida vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitoin
(Cunningham, 2006).
Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal
trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui
kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Volume cairan amnion pada
setiap minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10
ml perminggu pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada minggu
ke-21, dan kemudian berkurang secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada
minggu ke-33. Dengan demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada
18
minggu ke-12 menjadi 400 ml pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan
aterm (Cunningham, 2006).
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan
meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm,
saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan
amnion ini berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan
sistem muskuloskletal dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang
minimal (Cunningham, 2006).
19
Gambar 2.8 Kontrasepsi dengan cara tubektomi pada wanita (Liewellyn, 2009)
Pada pria, kontrasepsi dapat dilakukan dengan pemotongan saluran sperma pada
vas deferen (Gambar 2.9), sehingga apabila terjadi pengeluaran sperma akan tidak
dapat keluar penis, karena terhambat pada vas deferen. Seperti tuba fallopii, vas deferen
ini juga dapat diikat saja dan dapat dilepas kembali. Sebagai tempat saluran sperma,
uretra di dalam penis adalah tempat terakhir sperma untuk ke luar tubuh. Selain itu uretra
juga merupakan saluran air seni (kandung kemih).
21
22
23
24
Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam daun kemuning yang bersifat
toksis, yaitu indol alkaloid.
j) Sirih (Piper betle)
Pemberian ekstrak daun sirih yang mengandung alkohol secara oral pada
mempunyai efek antikesuburan. Menurut penelitian, pemberian dosis ekstrak yang
meningkat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sperma.
k) Kayu Secang (Caesalpinia sappan)
Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontrasepsi pria karena dapat
menghambat spermatigenesis dan sistem hormon.
l) Tumbuhan Kamunah, Kontrasepsi Alami dari Kalteng
Menurut penelitian Prof Dr H Ciptadi di Palangkaraya, kebiasaan
masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dalam menggunakan tumbuhan kamunah
(Croton tiglium) sebagai obat untuk mengatur jarak kelahiran diakui sebagai obat
kontrasepsi yang positif.
Suku Dayak mengonsumsi serbuk dari batang atau air rebusan dari batang
tumbuhan tersebut dan menjadikannya sebagai obat kontrasepsi tradisional.
Kandungan steroid dan terpenoid dalam tumbuhan kamunah bisa dikembangkan
menjadi obat-obatan untuk membantu masyarakat dalam menyukseskan progam
nasional Keluarga Berencana (KB).
Berdasarkan uji fitokimia kandungan metabolit sekunder untuk ekstrak
tumbuhan kamunah adalah positif untuk steroid dan terpenoid, dan dari analisis
brine shrimp dan ekstrak tersebut menunjukkan senyawa yang sangat aktif dengan
Lethal Concentration 50 (LC50).
Obat kontrasepsi oral yang efekif dan paling banyak digunakan sekarang
ini berasal dari golongan steroid. Perbedaannya kalau menggunakan batang
tumbuhan kamunah hampir tidak ada efek sampingnya.
Kalteng memang kaya akan tumbuhan yang berpotensi obat, dan beberapa
sudah dilakukan penelitian, termasuk tumbuhan sepang (Claoxylon polot men)
yang diketahui mengandung obat diabetes serta tanaman sarang semut untuk
beberapa jenis obat bagi kesehatan manusia.
Masih banyak lagi tanaman-tanaman lain yang dapat berfungsi sebagai alat
kontrasepsi alami yang terdapat disekitar kita. Diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kebenaran tentang manfaat tumbuhan menurut masyarakat
25
dengan uji farmakologi dan analisis zat aktif yang khasiatnya sebagai alat
kontrasepsi alami(http://informasisehat.wordpress.com,diakses tanggal 18
Desember 2012).
26
27
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Gavage
Timbangan Digital
Saringan Teh
Blender
Botol Aquadest
Beaker Glass
Spatula
3.2 Bahan
Mencit Dewasa
Terung Telunjuk
Aquadest
Pereaksi Maeyer
Pereaksi Bouchardat
Pereaksi Dragendroff
Perealso Lieberman-Bouchard
29
Kandang mencit yang dipakai dalam penelitian ini adalah container berukuran 18 cm x
30 cm yang diberi tatakan telor sebagai tempat tidur mencit, dot mencit sebagai wadah
air minumnya, serta wadah pelet.
30
31
Terung Telunjuk
32
3.4.3 Uji Kualitatif Serbuk Terung Telunjuk dengan Metode Skrining Fitokimia
Ditimbang 10 g
Ditambahkan 100 ml Metanol
Dipanaskan diatas waterbath selama ± 5 menit
Ekstrak
Dimasukkan kedalam 4 buah tabung vial
Ditimbang 1 g
Dimasukkan kedalam tabung yang berisi10ml Akuades
Diaduk secara merata
Hasil
* Pelakuan yang sama dilakukan variasi konsentrasi campuran serbuk terung telunjuk
untuk :
Plot 2 dengan variasi konsentrasi : 20 %
Plot 3 dengan variasi konsentrasi : 30 %
33
BAB 4
Sebelum dilakukan perlakuan terhadap mencit jantan, terung telunjuk diuji menggunakan
teknik skrining fitokimia. Dimana detail reaksi positif, seperti berikut :
Hasil Skrining Fitokimia terhadap ekstrak terung telunjuk penyusun sajikan pada tabel
dibawah ini :
Pereaksi
Sampel
Maeyer Wagner Bouchardart Dragendoff
Buah Terung +
- + +
Telunjuk
Dari hasil uji pendahuluan (skrining) fitokimia yang dilakukan terhadap buah
terung telunjuk menunjukkan reaksi positif terhadap semua senyawa pereaksi. Meskipun
literatur untuk kandungan terung telunjuk sangat minim, namun hasil penelitian
membuktikan bahwa terung telunjuk mengandung senyawa bahan alam alkaloid.
34
Tabel 4.2. Data Hasil Kehamilan Mencit Betina Setelah di Gabungkan dengan
Mencit Jantan
Perlakuan Jumlah Mencit Jumlah Mencit Jumlah Mencit yang
Betina yang yang hamil tidak hamil
mendapat perlakuan
P0 (control) 3 3 0
P1(10%) 3 1 2
P2(20%) 3 0 3
P3(30%) 3 0 3
Total 12 4 8
4.3.Perhitungan
% %
% % %
35
Dengan cara perhitungan yang sama didapatkan persentase jumlah kehamilan Mencit
Betina, yaitu :
- Plot 1 : 33,33%
- Plot 2 : 0%
- Plot 3 : 0%
Setelah mencit jantan dan mencit betina digabungkan selama 7 hari, kemudian
dipisahkan. Selang 4 hari peneliti kembali menggabungkan mencit jantan dan mencit
betina kembali. Yang terjadi adalah mencit betina hamil. Dan pada hari ke 20 setelah
digabungkan kembali. Mencit betina mulai melahirkan anak mencit. Dengan persentase
kehamilan untuk seluruh plot :
% %
% % %
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menaikkan peringkat tanaman herbal dan
sayur mayur, khususnya terung telunjuk agar dapat menikmati khasiat senyawa aktifnya.
Dalam hal ini sebagai obat kontrasepsi. Untuk itu peneliti berpikir sangat penting untuk
menghitung kadar yang tepat dari konsumsi terung telunjuk sehingga efektif dapat
menurunkan tingkat kehamilan, yang secara tidak langsung akan turut menyukseskan
progam keluarga berencana (KB).
Dengan asumsi :
Dengan variable :
36
Perhitungannya :
% %
,
% %
g
% x , ml/hari
ml
, g/hari
%
, /
%
, /
.
,
. ,
4.4.Pembahasan
Pada uji fitokimia, jamu menunjukkan hasil yang positif pada pereaksi Wagner,
Bouchardart, Dragendroff. Akan tetapi tidak menunjukkan hasil positif pada pereaksi
Maeyer. Tidak terbentuk endapan putih kekuningan.
37
Untuk itu dilakukan pembersihan serta pencucian kandang secara teratur 3 kali
sehari, sehingga mencit tidak mengalami stress. Serta untuk pakan sendiri, beliau
melanjutkan bahwa mencit termasuk tipe yang tidak mengenal jadwal makan, maka
pemberikan pakan dan minum secara berlebih.
Dalam pemberian jamu, hal yang menjadi hambatan utama masih adalah dengan
matinya mencit jantan. Stress menjadi faktor yang membutuhkan perhatian khusus.
Karena pemberian jamu dengan gavage sama artinya dengan pemasukan paksa melalui
rongga tengorokan langsung menuju ke lambung.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan konsentrasi 10% dan volume
pemberian 0,5ml/ hari selama 2 minggu cukup efektif untuk memandulkan mencit jantan.
Namun, sebenarnya dalam penelitian ini yang terpenting adalah mengetahui kualitas dan
seberapa jauh keefektifan dari terung telunjuk dalam memandulkan mencit jantan.
38
Sugianto (1983) dapat menjadi efek toksik secara nyata pada perkembangan embrio
mencit (Mus musculus) galur Australia.
39
BAB V
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
(a) Terung telunjuk dengan diuji skrining fitokimia, mengandung senyawa alkaloid yang
diduga merupakan senyawa solasodin
(b) Jamu terung telunjuk dalam larutan aquadest mampu menurunkan tingkat kehamilan
secara signifikan dengan volume pemberian 0,5ml dan konsentrasi 10% secara teratur
selama 2 minggu.
(c) Senyawa alkaloid yang terkandung pada tanaman terung – terungan khususnya dalam
penelitian ini adalah terung telunjuk, hanya menimbulkan efek kemandulan sementara
pada saat jamu dikonsumsi secara kontinu dan akan kembali hilang efeknya setelah tidak
mengkonsumsi ektrak selama minimal 4 hari.
5.2.Saran
(a) Agar kiranya setiap skrining fitokimia yang dilakukan pembaca, harus memperhatikan
kesegaran sampel. Sehingga tingkat kesalahan dalam hasil skrining dapat diminimalisir.
(b) Seharusnya diperhatikan faktor lingkungan dengan menambahkan mainan pada kandang
dan makanan yang berlebih serta kebersihan kandang untuk mengurangi tingkat stress
pada mencit.
(c) Pemberian jamu pada mencit hendaknya memperhitungkan kapasitas volume lambung
dari mencit, semakin kecil volume semakin bagus. Dapat dimodifikasi dengan
meningkatkan konsentrasi bahan.
(d) Karena dengan pemnberian jamu terung telunjuk, produksi feses mencit sangat banyak,
maka diharapkan ada peneliti selanjutnya yang menelitinya lebih jauh sebagai pupuk
kandang.
40
Lampiran
41
LAMPIRAN
Lampiran L.1 Gambar Terung Telunjuk Kering
Lampiran L.2 Gambar Ekstrak Terung Telunjuk dan Gavage yang berisi Ekstrak Terung
Telunjuk (Perlakuan I)
42
43
44
Grafik Jumlah Mencit yang Hamil
Setelah Diberi Perlakuan
Jumlah Mencit yang hamil Jumlah Mencit yang tidak hamil
3
Jumlah Mencit 2.5
2
1.5
1
0.5
0
P0 (control) P1(10%) P2(20%) P3(30%)
Konsentrasi
45
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, M., R. Surbakti, Anry Sartika D. 2012. Isolasi Dan Uji Efektifitas Zat Berkhasiat
Solasodin Dari Terong Ungu (Solanum Melongena L.) terhadap penghambat
kehamilan mencit putih (Mus musculus) Percobaan. Jurusan Farmasi. FMIPA
UMN Al-Washliyah. Medan
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi Dan Kesehatan Reproduksi Edisi 2.
Penerbit
Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
F. Gary Cunningham [Et Al.]. (2006). William Obstetrick, Vol. I. EGC. Jakarta
Ganong, MD, Wiliam F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Adji Dharma. EGC
Penerbit
Buku Kedoteran. Jakarta
Junquiera, Luis C Dan Carneiro, Jose. 1980. Histologi Dasar. Penerbit Buku
Kedokteran
EGC. Jakarta
46
Buah Terong Tukak (Solanum Torvum Sw). Laporan Hasil Penelitian Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Liewellyn, Derek Dan Jones. 2009. Setiap Wanita. Delapratasa Publishing. Jakarta
Lubis, E., R. Surbakti., H. Ridwanto. 2013. Isolasi Dan Uji Efektifitas Zat Berkhasiat
Steroid
Dari Ekstrak Tengkua (Commelina nudifira L.) Teradap Efektifitas Penghambat
Kehamilan Mencit Betina (Mus musculus) Percobaan. Jurusan Farmasi. FMIPA
UMN Al-Washliyah. Medan
Muryati, Et Al. 2006. Kadar Testosteron Serum Darah Dan Kualitas Spermatozoa Mencit
(Mus
Musculus) Setelah Diberi Ekstrak Biji Saga (Abrus Precatorius L). Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Nurliani, Anni, Rusmiati Dan Budi Santoso, Heri. 2005. Perkembangan Sel
Spermatogenik
Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Kulit Kayu Durian (Durio
Zibethinus Murr.). Jurnal Penelitian Berk. Penel. Hayati: 11 (77–79), 2005.
Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Kalimantan Selatan
Rugh, R. 1968. The Mouse: Its Reproduction & Development. Burgess Publishing. Co
USA
R. Sumastuti, Sri Kadarsih S. 1994. Pengaruh Rimpang Kunyit (C. Dumestica Vahl.) Dan
Zat
Kandungan Utamanya (Analog Kurkamin Dan Minyak Atsiri) Terhadap
Spermatogenesis Dan Organ-Organnya Serta Kelenjar Asesori Yang
Bersangkutan Pada Tikus In Vivo. Penelitian FK. UGM. Yogyakarta
47
Soehadi, K Dan Santa, IGP. 1992. Perspecitve Of Male Contraception With Regards To
Indonesian Traditional Drugs. In : Andrology In Perspective (Edited By Arif
Adimulya And Eddy Karundeng). PT. Kenrose Indonesia.
Sugianto, Johanes. 1983. Efek Solasodin Terhadap Perkembangan Embrio Mencit Putih
(Mus
Musculus) Galur Australia. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Suryani, E. , Surbakti, R., Barus, 2011 T. Aktivitas Alkaloid Dari Buah Terung Belanda
(Solanum
Betaceum) Hasil Sambung Pucuk Dengan Lancung (Solanum Mauritianum)
Terhadapa Tingkat Kehamilan Mencit (Mus Musculus). Universitas Sumatera
Utara. Medan
Wijaya, E. K., R. Surbakti. 2012. Isolasi Zat Berkhasiat Solasodine Dari Tanaman Dari
Tanaman Lancing (Solanum verbamcifolium S.) Terhadap Efektifitas Kehamilan
Mencit (Mus musculus) Percobaan. Jurusan Farmasi. FMIPA UMN Al-
Washliyah. Medan
Wilopo, S.A. 2006. Perkembangan Teknologi Kontrasepsi Pria Terkini. Gema Pria.
Available
From: Http://Pikas.Bkkbn.Go.Id/Gemapria/Article-Detail Php. (Di Akses Tanggal
17 Januari, 2010)
Winarno, M.W. 1997. Cermin Dunia Kedokteran No 120 : Informasi Tanaman Obat
Untuk
Kontrasepsi Tradisional. Depkes RI. Jakarta
Yolanda, S. 2011. Pengaruh Pemberian Solasodin Per Oral Terhadap Kadar Testosteron
Darah
Tikus (Rattus Norvegicus) Jantan Dewasa. Bogor
48
http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2011&dt=0801&pub=utusan_malaysia&se
c=Agobiz&pg=ag_04.htm&arc=hive, diakses dan diterjemahkan pada tanggal 10 Juli
2012
http://evykingbio.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-embrio-mencit.html diakses
tanggal 18 Desember 2012
http://informasisehat.wordpress.com/2009/09/03/penggunaan-bahan-alam-sebagai-alat-
kontrasepsi-tradisional/ diakses tanggal 18 Desember 2012
http://aejos.com/sains/proses-konvergensi-sperma-dan-ovum.html, diakses tanggal 18
Desember 2012
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT