Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN INTAKE MAKANAN DENGAN OBESITAS PADA BALITA

USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS


PEMBINA KECAMATAN SEBERANG ULU I KOTA PALEMBANG
TAHUN 2016

Muhamamd Pino Hakim1*), Dimyati Burhannudin2, Rury Tiara Oktariza3


1,2,3
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

ABSTRAK

Obesitas merupakan suatu kondisi yang kompleks dan mempengaruhi hampir semua usia dan kelompok sosial
ekonomi. Penyebab obesitas adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi terus menerus.
Balita usia 3-5 tahun adalah konsumen aktif yaitu mereka dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia
ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah seperti play group. Akibat pergaulan dengan
lingkungannya terutama dengan anak anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jajanan merupakan salah
satu intake makanan dan jika dimakan terus menerus dengan intake makanan berlebihan dapat menyebabkan
anak overweight, bahkan obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intake makanan
dengan obesitas pada anak usia 3-5 tahun. Metode penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian diambil dengan cara concecutive sampling sebanyak 38 balita usia 3-5 tahun
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan Teknik analisis data uji chi-square
dan diperoleh P value =0,001 yang berarti terdapat hubungan antara Intake makanan dengan obesitas pada balita
usia 3-5 tahun. Untuk Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi obesitas pada anak.

Kata kunci: Obesitas, Intake Makanan, Kalori, Z Score.

ABSTRACT

Obesity is a complex condition and affects virtually all ages and socioeconomic groups. The cause of obesity is
multifactorial, genetics and environment interact continuously. Children ages 3-5 years old are active consumers
that they can choose the food he likes. At this age, children begin to associate with the environment or attend
school as a play group. As a result of interaction with the environment especially with older children, children
like eat snack. Snack is one of the intake of food and if eaten continuously with excessive food intake can lead to
overweight children, even obese. The purpose of this study was to determine the associate of food intake and
obesity in children aged 3-5 years. This research method is analytical observational with cross sectional design.
The research sample taken with concecutive sampling amount 38 children aged 3-5 years who matched the
inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using chi-square test and obtained P value = 0.001, which
means that there is correlation between food intake and obesity in children aged 3-5 years. For further
Researcher is expected to examine the other factors that can influence obesity in children.

Keywords: Obesity, Food Intake, Calories, Z.

1
*)
Korespondensi:alamat e-mail (pinohakim@gmail.com) Mobile: 081273644107
Pendahuluan tahun 2013, prevalensi obesitas di
Indonesia pada anak berusia balita 11,9 %,
Obesitas merupakan suatu kondisi 5-12 tahun adalah 8,8%, 13-15 tahun
yang kompleks, satu dengan dimensi sosial adalah 2,5%, dan 16-18 tahun adalah 1,6%
dan psikologis yang serius, yang berdasarkan indeks massa tubuh
mempengaruhi hampir semua usia dan menggunakan Z score dan menggunakan
kelompok sosial ekonomi dan mengancam baku antropometri WHO 2007 untuk anak
membanjiri negara maju dan berkembang. berumur 5-18 tahun.4
Pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa Secara harfiah balita atau anak
berusia di atas 20 tahun mengalami bawah lima tahun adalah anak yang
kelebihan berat badan (BMI 25 kg / m 2). mempunyai usia kurang dari lima tahun.
Prevalensi obesitas di seluruh dunia antara Usia balita merupakan usia penting dalam
tahun 1980 dan 2008 telah hampir dua kali pertumbuhan dan perkembangan fisik
lipat. Pada tahun 2008, 10% pria dan 14% anak. Anak usia balita dibedakan menjadi
wanita di dunia mengalami obesitas (BMI usia batita (> 1 - 3 tahun), dan usia
30 kg / m2), dibandingkan pada tahun prasekolah (>3 - 5 tahun).5
1980, 5% laki-laki dan 8% perempuan .1 Pada usia prasekolah (>3 - 5 tahun),
Hasil dari National Health and anak adalah konsumen aktif yaitu mereka
Nutrition Examination Survey (NHANES) dapat memilih makanan yang disukainya.
2009-2010 dengan mengukur tinggi dan Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan
berat badan menunjukkan bahwa lingkungannya atau bersekolah seperti
diperkirakan 16,9 % dari anak-anak dan play group sehingga anak mengalami
remaja di Amerika Serikat usia 2-19 tahun beberapa perubahan dalam perilaku. Pada
mengalami obesitas. Obesitas pada anak- masa ini, anak mencapai fase gemar
anak prasekolah usia 2-5 tahun meningkat memprotes sehingga mereka akan
dari 5% menjadi 12,1 % antara tahun mengatakan tidak terhadap setiap ajakan.
1976-1980 dan 2009-2010 .18 Hasil Perilaku ini disebut negativistic. Akibat
penelitian menyatakan bahwa 20 % anak pergaulan dengan lingkungannya terutama
usia 3-5 tahun dan 25 % anak usia 13- 16 dengan anak anak yang lebih besar, anak
tahun di North Carolina Amerika Serikat mulai senang jajan. Jajanan yang dipilih
mengalami obesitas.17 Kelebihan berat dapat mengurangi asupan zat gizi yang
badan dan obesitas pada anak dikaitkan diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak
dengan penurunan kualitas hidup yang kurang gizi. Sebaliknya, jika jajanan
signifikan. Obesitas menimbulkan risiko tersebut dimakan terus menerus dengan
utama seperti diabetes mellitus, penyakit kandungan energi berlebihan dapat
jantung, hipertensi dan stroke, dan bentuk- menyebabkan anak overweight, bahkan
bentuk tertentu dari kanker.2 obesitas.5
Di Indonesia, terutama di kota-kota Penyebab obesitas adalah
besar, dengan adanya perubahan gaya multifaktorial, genetik dan lingkungan
hidup yang menjurus ke westernisasi dan yang berinteraksi terus menerus. Faktor
sedentary berakibat pada perubahan pola lingkungan terdiri dari faktor nutrisi,
makan/konsumsi masyarakat yang merujuk aktivitas fisik, dan sosial ekonomi. Peranan
pada pola makan tinggi kalori, tinggi nutrisi dimulai sejak dalam kandungan
lemak dan kolesterol. Didapatkan yaitu jumlah lemak tubuh dan
prevalensi obesitas sebesar 31% pada pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat
subyek penelitian berdasarkan kriteria IMT badan ibu. Sedangkan kenaikan berat
dan sebesar 21% berdasarkan kriteria badan dan lemak anak dipengaruhi oleh
BB/TB pada usia 4-6 tahun di Indonesia.3 waktu pertama kali mendapat makanan
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat

2
dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi memiliki riwayat keluarga obesitas. Penelitian
makanan yang mengandung energi tinggi ini dicatat dalam lembar pengumpulan
seperti makanan siap saji dan cemilan.6 data, kemudian dilakukan pengolahan data
Pemberian ASI dan pola makan dengan cara editing, coding, entry data,
yang baik merupakan cara sederhana dan tabulating sedangkan analisis data
dalam mencegah terjadinya obesitas pada dilakukan dengan program software
anak. Pola makan yang baik mulai komputer. Uji hipotesis pada penelitian ini
terkondisi dan terlatih sejak bulan-bulan menggunakan uji chi-square.
pertama kehidupan. Oleh karena itu, perlu
perhatian khusus dari sudut perubahan pola Hasil dan Pembahasan
makan sehari-hari karena makanan yang
biasa dikonsumsi sejak masa anak-anak Hasil
akan membentuk pola kebiasaan makan
selanjutnya, sehingga pemantauan pola Penelitian ini dilakukan di
makan sejak masa bayi dan balita perlu Puskesmas Pembina dan 2
dilakukan sehingga asupan makanan yang posyandu yang berada di wilayah
terdapat pada bayi dan balita mencukupi.7 kerja Puskesmas Pembina
Atas dasar tersebut maka peneliti Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
tertarik melakukan penelitian mengenai
hubungan intake makanan dengan obesitas Palembang. Responden penelitian
pada anak usia 3-5 tahun di wilayah ini adalah 38 balita berusia 3-5
Posyandu wilayah kerja Puskesmas tahun. Hasil dapat dilihat dari
Pembina Kecamatan Seberang Ulu I Kota tabel berikut:
Palembang.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tabel 1. Jumlah Anak Berdasarkan Jenis
analitik observasional dengan rancangan Kelamin
cross sectional untuk menentukan Jenis Kelamin Jumlah Persentase
hubungan intake makanan dengan obesitas Laki-laki 21 55.3%
pada balita usia 3-5 tahun di Posyandu Perempuan 17 44.7%
wilayah kerja Puskesmas Pembina
Total 38 100.0%
Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang. Sampel penelitian ini sebesar
38 balita, dimana pembagian besar sampel Dari tabel 1. diatas didapatkan
menggunakan teknik Concecutive bahwa jumlah total balita usia 3-5 pada
Sampling. Populasi pada penelitian ini adalah penelitian paling banyak berjenis kelamin
semua balita umur 3-5 tahun di Posyandu laki-laki yaitu sebanyak 21 orang (55.3%)
wilayah kerja Puskesmas Pembina Kecamatan
Seberang Ulu I Kota Palembang. Kriteria Tabel 2. Jumlah Anak Berdasarkan Status
inklusi pada penelitian ini adala Balita usia 3-5 Gizi
tahun yang bertempat tinggal di daerah sekitar Status Gizi Jumlah Persentase
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pembina Obesitas 11 28.9%
Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang
Tidak Obesitas 27 71.1%
dan datang ke Posyandu wilayah kerja
Puskesmas Pembina Kecamatan Seberang Ulu Total 38 100.0%
I Kota Palembang. Kriteria esklusi pada
penelitian ini adalah Balita usia 3-5 tahun yang Berdasarkan tabel 2. dapat
menderita riwayat penyakit seperti down diketahui bahwa balita usia 3-5 tahun yang
syndrom, Prader-Willi Syndrome (PWS),
hipotiroid dan balita usia 3-5 tahun yang

3
mengalami obesitas berjumlah sebanyak 11 Tabel 6. Jumlah Ibu Balita Obesitas
orang (28.9%) Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persenatse

Tabel 3. Jumlah Anak Obesitas Ibu Rumah Tangga 10 90.9%


Berdasarkan Jenis Kelamin PNS 1 9.1%
Jenis Kelamin Jumlah Persentase Dan lain-lain 0 0%
Laki-laki 5 45.5% Total 38 100.0%
Perempuan 6 54.5%
Total 11 100.0% Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui
bahwa responden ibu balita obesitas
Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui dengan pekerjaan ibu rumah tangga
bahwa balita usia 3-5 yang mengalami merupakan paling banyak yaitu sebanyak
obesitas paling banyak berjenis kelamin 10 orang (90.9%).
perempuan yaitu sebanyak 6 orang
(54.5%) Tabel 7. Jumlah Anak Berdasarkan Asupan
Makanan Anak Obesitas
Tabel 4. Jumlah Ibu Balita Obesitas Asupan Makanan Jumlah Persentase
Berdasarkan Kelompok Usia
< 100 kkal/kg/hari 1 9.1%
Usia Jumlah Persentase
<20 tahun 0 0 > dari 100 kkal/kg/hari 10 90.9%
20-35 tahun 5 45.5% Total 11 100.0%
>35 tahun 6 54.5%
Total 11 100.0% Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui
bahwa jumlah balita 3-5 tahun obesitas
Berdasarkan tabel 4. dapat yang asupan makanan yang lebih dari 100
diketahui bahwa responden dengan kkal/bb/hari yaitu sebanyak 10 orang
kelompok usia ibu >35 tahun merupakan (90.9%).
kelompok paling banyak yaitu sebanyak 6
orang (54.5%) Tabel 4.12 Hasil Uji Chi-Square

Nilai
Obesitas Total
Tabel 5. Jumlah Ibu Balita Obesitas Variabel P
Berasarkan Tingkat Pendidikan Ya Tidak
Tingkat Intake Lebih >
Jumlah Persentase
Pendidikan Makanan 100kkal/hari 10 8 18
SD 2 18.2% kg
0.001
SMP 3 27.3% kurang >
100kkal/hari 1 19 20
SMA 5 45.5%
kg
Pergutuan Tinggi 1 9.1%
Total 11 27 38
Total 11 100.0%

Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui Hasil analisis diperoleh yaitu secara


bahwa responden dengan tingkat statistik signifikan dengan nilai p sebesar
pendidikan SMA pada ibu balita obesitas 0,001 (p<0.05) yang berarti terdapat
merupakan paling banyak yaitu sebanyak 5 hubungan yang bermakna antara intake
orang (45.5%). makanan dengan Obesitas.

Pembahasan

4
Hasil Penelitian mendapatkan bahwa Tingkat pendidikan orang tua merupakan
balita usia 3-5 tahun yang mengalami salah satu faktor yang berpengaruh
obesitas berjumlah sebanyak 11 orang terhadap pola asuh anak, termasuk
(28.9%) . Balita usia 3-5 yang mengalami didalamnya pemberian makan. Suhardjo
obesitas paling banyak berjenis kelamin (1996) menyatakan bahwa orang yang
perempuan yaitu sebanyak 6 orang berpendidikan tinggi cenderung memilih
(54.5%). Hasil ini tidak sejalan dengan makanan yang murah tetapi kandungan
hasil penelitian Dewi (2014) yang gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan
menunjukan distribusi jenis kelamin laki- yang tersedia dan kebiasaan makan sejak
laki pada kelompok kasus yaitu sebanyak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat
75 orang (64,1%). Menurut WHO (2011) terpenuhi dengan baik.9 Tingkat
perempuan cenderung mengalami pengetahuan sangat dipengaruhi oleh latar
peningkatan penyimpanan lemak. Hasil belakang pendidikan, semakin tinggi
penelitian WHO (2011) menunjukkan tingkat pendidikan akan semakin baik
bahwa balita perempuan cenderung tingkat pemahaman tentang suatu konsep
mengonsumsi sumber karbohidrat yang disertai cara pemikiran dan penganalisaan
lebih kuat sebelum masa yang tajam dengan sendirinya memberikan
pubertas,sementara balita laki-laki lebih persepsi yang baik. Belajar adalah suatu
cenderung mengonsumsi makanan yang kegiatan yang menghasilkan perubahan
kaya protein.8 pada diri individu yang sedang belajar,
Pada penelitian didapatkan usia ibu baik aktual maupun potensial, perubahan-
balita usia 3 5 tahun yang mengalami perubahan itu terjadi karena suatu usaha
obesitas paling banyak berada pada dan bukan karena proses kematangan.10
kelompok usia >35 tahun yaitu sebanyak 6 Pada hasil penelitian ini, status
orang (54.5%). Hasil ini tidak sesuai pekerjaan ibu pada balita usia 3-5 tahun
dengan hasil penelitian Dewi (2014) yang yang mengalami obesitas adalah ibu rumah
menunjukan sebagian besar usia ibu pada tangga yaitu sebanyak 10 orang (90.9%)
kelompok kasus berusia 20 35 tahun dan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 1
yaitu sebanyak 77 orang (65,8%). orang (9.1 %). Hampir Semua ibu yang
Tingkat pendidikan ibu balita usia 3 tinggal di wilayah kerja puskesmas
5 tahun yang mengalami obesitas paling pembina memilih menjadi Ibu rumah
banyak berada pada tingkat pendidikan tangga. Pada Penelitian Dewi, (2014)
SMA yaitu sebanyak 5 orang (54.5%). bahwa sebagian besar pekerjaan ibu pada
Hasil ini agak berbeda dengan hasil kelompok kasus maupun kelompok kontrol
penelitian Dewi (2014) yang menunjukan adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 59
sebagian besar tingkat pendidikan ibu pada orang (50,4%) dan 41 orang (35,0%).
balita usia 3 5 tahun yang mengalami Menurut Syarif (2002) bahwa salah satu
obesitas paling banyak berada pada tingkat faktor risiko terjadinya obesitas adalah
pendidikan SMP yaitu sebanyak 55 orang Sosial Ekonomi Perubahan pengetahuan,
(47,0%). Hal ini mungkin terjadi karena sikap, perilaku dan gaya hidup serta
lokasi penelitian Dewi (2014) berada di peningkatan pendapatan mempengaruhi
wilayah kabupaten. Hal ini dapat pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dijelaskan, bahwa pendidikan ibu dikonsumsi.6 Pekerjaan berkaitan dengan
merupakan salah satu faktor yang penting jumlah pendapatan keluarga. Penelitian
dalam tumbuh kembang anak, karena yang dilakukan oleh Wardoyo (1996)
dengan pendidikan yang baik maka orang menyatakan bahwa perbaikan ekonomi
tua dapat menerima segala informasi dari keluarga mendorong orang untuk memilih
luar. Tingkat pendidikan akan makanan mewah yang biasanya berkalori
mempengaruhi pola konsumsi makanan tinggi.11 Memang, pendapatan mempunyai
melalui cara pemilihan bahan makanan. hubungan yang erat dengan perubahan dan

5
perbaikan konsumsi pangan tapi dengan mekanisme fisiologis yang menjaga
pendapatan yang tinggi belum tentu dapat keseimbangan antara asupan energi dan
menjamin gizi yang baik dan pendapatan pengeluaran energi. Kecenderungan pola
yang rendah belum tentu mendapatkan gizi makan yang kaya kalori akan menjadi
yang buruk.12 ketidakseimbangan kalori yang disimpan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di jaringan adiposa. Peningkatan jaringan
intake makanan merupakan faktor yang adiposa akan meningkatkan leptin,
dapat meningkatkan risiko terjadinya sehingga memiliki pengaruh terhadap
obesitas pada anak usia 3-5 tahun. Pada pengaturan keseimbangan enegi. Apabila
balita usia 3-5 tahun yang intake tidak terjadi keseimbangan antara energi
makanannya melebihi dari AKG berjumlah yang masuk dan keluar maka kelebihan
10 orang dimana AKG pada anak usia 3 tersebut akan disimpan menjadi lemak,
tahun adalah 100 kkal/kg BB satu hari dan sehingga mengakibatkan obesitas.16
pada anak usia 4 sampai 5 tahun adalah 90
kkal/kg BB.13 Bila terjadi intake makanan Simpulan dan Saran
yang berlebih maka akan terjadi Berdasarkan hasil penelitian didapat
ketidakseimbangan energi antara intake kesimpulan penelitian ini adalah terdapat
makanan dan pengeluaran makanan. Hal hubungan antara intake makan secara
ini sesuai dengan pernyataan Hilss (1996) dengan obesitas pada balita usia 3-5 tahun
bahwa ketika asupan energi melebihi dengan nilai p sebesar 0,001 (p<0.05).
pengeluaran energi, keadaan keseimbangan Dengan intake makanan yang lebih dapat
energi positif terjadi dan konsekuensinya menyebabkan penumpukan lemak pada
adalah peningkatan massa tubuh, dari yang tubuh yang dapat menyebabkan obesitas
60 sampai 80 persen biasanya lemak tubuh. pada balita usia 3-5 tahun.
Sebaliknya, ketika pengeluaran energi Saran yang dapat diberikan dalam
melebihi asupan energi, keadaan penelitian ini antara lain adalah peneliti
keseimbangan energi negatif terjadi selanjutnya dapat melakukan penelitian
kemudian dan konsekuensinya adalah tentang faktor-faktor lain yang dapat
hilangnya massa tubuh 60 sampai 80 mempengaruhi obesitas pada anak.
persen dari lemak tubuh.14
Pada penelitian ini terdapat Daftar Pustaka
hubungan antara intake makanan dengan 1. WHO. 2014. Obesity, situation and
obesitas pada anak dengan nilai p sebesar trends.
0,001 (p<0.05). Sebuah penelitian pada (Http://www.who.int/gho/ncd/risk_fact
orang Amerika keturunan Eropa dan ors/obesity_text/en/ diakses tanggal
Amerika keturunan Afrika juga 04 Agustus 2016).
menyebutkan bahwa pola makan, 2. WHO. 2012. Prioritizing areas for
khususnya jumlah total kalori makanan action in the field of population-based
yang dikonsumsi berhubungan dengan prevention of childhood obesity
obesitas pada anak.15 Hal ini sesuai dengan (Http://www.who.int/iris/bitstream/10
pernyataan Xu And Xue (2015) yang 665/80147/1/9789241503273_eng.pdf
menyatakan bahwa Obesitas terjadi ketika ?ua=1 Diakses pada tanggal 04
tubuh mengkonsumsi lebih banyak kalori Agustus 2016).
daripada membakar melalui makan 3. Yussac MA, dkk. 2007. Prevalensi
berlebihan dan underexercising. Anak Obesitas pada Anak Usia 4-6 Tahun
obesitas disebabkan oleh konsumsi dan Hubungannya dengan Asupan
berlebihan makanan dan minum minuman Serta Pola Makan. Majalah Kedokt
berkalori tinggi manis, tidak ada latihan Indonnesia.Volum: 57, Nomor: 2.
atau aktivitas fisik, serta faktor genetik. (http://mki.idionline.org/index.php?
Berat badan diatur oleh berbagai uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=p

6
ublic&key=OTctMTY, Diakses pada Kota. Gajah Maa University
tanggal: 26 Agustus 2016). Press:Yogyakarta, Indonesia.
4. Mokolensang, O.G., Manampiring 13. Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
A.E. dan Fatimawali. 2016. Hubungan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Pola Makan Dan Obesitas Pada Jakarta, Indonesia. Hal. 40- 54
Remaja Di Kota Bitung. Jurnal e-
Biomedik (eBm). 4 (1): 129 14. Hill JO, Commerford R. 1996.
Exercise, fat balance and
5. Uripi, V. 2004. Menu Sehat Untuk energy balance. International
Balita. Penerbit Puspa Swara, Jakarta, Journal of Sports
Indonesia. Hal 22 Nutrition. 6:8092 Dalam: Hill,
JO. 2013. Energy Balance and
6. Dewi, PP. 2014. Hubungan Lama
Obesity. Pubmed Dec.
Pemberian ASI dan Pola Makan
Dengan Obesitas Pada Anak Usia 2-5 126(1):126-132.
Tahun. Tesis, Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Minat 15. Nicklas, et al. 2003. Eating patterns
Pendidikan Profesi Kesehatan (tidak and obesity in children. The Bogalusa
dipublikasikan). Hal. 5-6 Heart Study. 25(1):9-16 Dalam:
7. Syarif, D. 2002. Obesitas Pada Anak. Nicklas, et al. 2008. Eating patterns
Dalam: Lesmana, L. A. Prosiding. and overweight status in young adults:
Simposium Temu Ilmiah Akbar. Pusat the Bogalusa Heart Study. 60(3): 14-
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu 25.
Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 16. Xu And Xue. 2015. Pediatric Obesity:
8. WHO, 2011.Population-Based Causes, Symptoms, Prevention And
Approaches To Childhood Obesity Treatment. Department of
Prevention. Endocrinology, Xuzhou Children's
(http://www.who.int/dietphysicalactivit Hospital, Xuzhou, Jiangsu 221002,
y/childhood/WHO_new_childhoodobe P.R. China 11: 15-20
sity_PRE 17. Lazorick, S. dkk. 2011. Prevention and
VENTION_27nov_HR_PRINT_OK.pd treatment of childhood obesity: care
f diakses tanggal 20 Januari 2017). received by a state medicaid
9. Suhardjo.1989. Sosio Budaya Gizi. population. Clin Pediatr (Phila).
IPB-PAU Pangan dan Gizi. Bogor, 50(9):816-26.
Indonesia (Https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
10. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan ticles/PMC3368220/, Diakses pada
Masyarakat Prinsip Prinsip Dasar. tanggal: 25 Agustus 2016).
Rineka Cipta. Jakarta. Hal 15 25, 30 18. Ogden, CL. Carroll, MD. Kit, BK.
11. Wardoyo, A.B. 1996. Pencegahan Flegal, KM. 2012. Prevalence of
Penyakit Jantung Koroner. CV Aneka obesity and trends in body mass index
Solo: Solo, Indonesia among US children and adolescents,
1999 2010. JAMA.307:48390.
12. Sajogyo, G. dkk. 1994. Menuju Gizi (http://jama.jamanetwork.com/article.
Baik yang Merata di Pedesaan dan di aspx?articleid=1104932 Diakses pada
tanggal 08 Agustus 2016).

Anda mungkin juga menyukai